Anda di halaman 1dari 16

Laporan kasus

ERITRODERMI
Ida Amsiyati (2015-84-031)
Laboratorium Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin
FK UNPATTI/ RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

Pendahuluan
Eritroderma adalah istilah yang digunakan untuk setiap penyakit inflamasi
kulit yang menyerang lebih dari 90% permukaan tubuh. Eritroderma didefinisikan
sebagai bercak kemerahan dan skuama yang menyerang kulit secara umum.
Meskipun demikian, eritroderma tidak selalu memberikan gambaran seperti
definisinya karena memiliki berbagai macam manifestasi klinis. Istilah dermatitis
eksfoliatif (DE) digunakan sebagai sinonim, meskipun derajat pengelupasan kulit
kadang lebih ringan.1.2
Etiologi pasti eritroderma masih diperdebatkan, karena dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit kulit dan sistemik. Beberapa penelitian yang diterbitkan
dari berbagai negara menunjukkan bahwa dermatosis yang sudah ada sebelumnya
adalah penyebab paling sering pada orang dewasa (52% kasus eritroderma; sekitar
27% -68%) diikuti oleh hipersensitivitas reaksi obat (15%), dan cutaneus T-cell
lymphoma (CTCL) atau sindrom Sezary (5%). Tidak ada etiologi yang mendasari
diidentifikasi disekitar 20% dari kasus eritroderma (sekitar 7% -33%) dan kasus-
kasus ini diklasifikasikan sebagai idiopatik.3
Hanya sedikit data tersedia untuk eritroderma. Beberapa studi melaporkan
insiden eritroderma bervariasi antara 0,9 - 71,0 per 100.000 penderita rawat jalan.
Eritroderma dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun lebih sering terjadi
pada orang dewasa. Pada beberapa laporan kasus, didapatkan insiden pada laki-
laki lebih besar daripada perempuan, dengan proporsi 2:1 sampai 4:1, dan usia
rata-rata 4161 tahun.3,4
Patofisiologi eritroderma belum jelas, yang dapat diketahui ialah akibat
suatu agen dalam tubuh, maka tubuh bereaksi berupa pelebaran pembuluh darah
kapiler (eritema) yang universal. Kemungkinan pelbagai sitokin berperan.

1
Eritroderma dapat menyerang seluruh sistem di dalam tubuh. Eritema berarti
terjadi pelebaran pembuluh darah dan peningkatan aliran darah sehingga
menyebabkan kegagalan kontrol suhu dan timbul rasa menggigil. Pada
eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung. Juga dapat terjadi hipotermia
akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang meningkat menyebabkan
dehidrasi dan gangguan cairan. Kehilangan panas menyebabkan hipermetabolisme
kompensatoar dan peningkatan laju metabolisme basal. Deskuamasi dan eksudasi
dapat mencapai 10 g/m2 permukaan kulit sehingga menyebabkan kehilangan
protein. Hipoproteinemia dengan berkurangnya albumin dan peningkatan relatif
globulin terutama globulin merupakan kelainan yang khas. Edema sering terjadi,
kemungkinan disebabkan oleh pergeseran cairan ke ruang ekstravaskuler.4,5
Gambaran klinis dari eritroderma adalah berupa bercak eritema, dengan
ukuran makin bertambah dan menyatu membentuk daerah eritema yang luas dan
akhirnya menyebar hingga melibatkan sebagian besar permukaan kulit. Beberapa
penelitian telah menunjukkan epidermis tampak tipis, memberi kesan mengkilap
pada kulit. Begitu eritema telah terbentuk, skuama putih atau kuning muncul dan
memberi kesan kulit tampak kering dan kusam. Indurasi dan penebalan kulit
akibat edema dan likenifikasi dapat memicu sensasi kekakuan kulit yang parah
pada pasien. Kulit menjadi berwarna merah cerah, kering, bersisik dan hangat bila
disentuh. Beberapa pasien mungkin mengalami keterlibatan telapak tangan dan
telapak kaki mereka, dengan kerontokan rambut dan kuku terlepas. Kuku tampak
tebal, tidak berwarna, kering, rapuh dan menunjukkan pelekatan lempeng kuku.
Dijelaskan juga bahwa diskontinuitas lempeng kuku dan leukonikia terjadi pada
eritroderma yang diinduksi obat.6
Kesadaran akan potensi komplikasi sistemik eritroderma adalah penting
untuk manajemen pasien yang tepat. Edema pedis atau pretibial diamati pada
sekitar 50% pasien dan mungkin merupakan hasil dari pergeseran cairan ke ruang
ekstraselular. Pada pasien dengan eritroderma yang diinduksi obat, edema wajah
juga bisa terjadi. Takikardi mempengaruhi 40% pasien karena terjadi peningkatan
aliran darah yang tajam melalui kulit dan terjadi peningkatan kehilangan cairan
melalui transpirasi, dan ada risiko kegagalan jantung terutama pada pasien lansia.

2
Selanjutnya, perfusi kulit yang meningkat menyebabkan gangguan termoregulasi.
Meski hipertermia (37%, 146/391 pasien) lebih sering ditemukan dibandingkan
hipotermia (4%, 14/391), kebanyakan pasien menggambarkan sensasi menggigil.
Manifestasi klinis eritroderma ekstrakutan yang paling umum adalah
limfadenopati generalisata yang ditemukan pada kira-kira setengahnya dari
pasien. Hepatomegali terjadi pada 20% kasus (113/578), dengan sedikit dominasi
eritroderma akibat hipersensitivitas obat.2
Diagnosis yang akurat dari penyakit ini merupakan suatu proses yang
sistematis di mana dibutuhkan pengamatan yang seksama, evaluasi serta
pengetahuan tentang terminologi dermatologi, morfologi serta diagnosa banding.
Riwayat penyakit sangat penting untuk mendiagnosis etiologi yang mendasarinya.
Pasien harus ditanya tentang kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, seperti
alergi dan penyakit kulit lain (riwayat atopi atau dermatitis lainnya, psoriasis dan
lain-lain). Riwayat pengobatan lengkap juga sangat penting. Pemeriksaan fisik
sangat penting untuk mendeteksi potensi komplikasi dan untuk menilai etiologi
yang mendasarinya. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium
juga dapat dilakukan. Pemeriksaan mencakup hitung darah lengkap, dimana
hemoglobin yang rendah mengindikasikan anemia pada penyakit kronis, leukosit
yang tinggi mengindikasikan infeksi, atau sel abnormal bisa mengindikasikan
kondisi leukemia, eosinofilia dihubungkan dengan reaksi obat, dermatitis kontak
alergi atau pemfigoid bulosa. Hilangnya cairan dan elektrolit perlu dipantau
bersama dengan tingkat albumin yang akan mengalami penurunan. Malabsorpsi
dan malnutrisi sering menyertai eritroderma. Biopsi kulit dapat dilakukan bila
terdapat lebih dari satu klinis morfologi untuk mendapatkan hasil diagnosa
terbaik.7
Pengobatan disesuaikan dengan penyakit yang mendasarinya, namun tetap
memperhatikan keadaan umum, seperti keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,
memperbaiki hipoalbumin dan anemia, serta pengendalian infeksi sekunder.
Pasien akut dengan eritroderma mungkin memerlukan rawat inap karena
ketidakseimbangan yang signifikan dari cairan dan elektrolit yang berdampak
pada gangguan hemodinamik atau pernapasan. Namun, sebagian besar pasien

3
dapat dikelola secara rawat jalan. Pemberian emolien atau steroid topikal dengan
potensi rendah (misalnya hidrokortison 1%) dapat meningkat kenyamanan pasien.
Antihistamin dapat digunakan untuk meringankan pruritus dan untuk
mengendalikan kecemasan. Jika edema perifer tidak berkurang dengan elevasi
kaki, pemberian diuretik mungkin diperlukan.3,7
Eritroderma bukan merupakan kasus yang sering ditemukan, namun
masalah yang ditimbulkannya cukup parah dan seringkali para dokter ahli
penyakit kulit dan kelamin mengalami kesulitan dalam penatalaksanaannya.
Diagnosis yang ditegakkan lebih awal, cepat dan akurat serta penatalaksanaan
yang tepat sangat memengaruhi prognosis penderita.3

Kasus
Seorang pria berusia 49 tahun, suku Manado, bangsa Indonesia, alamat
Galala. Masuk Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Haulussy (no RM 11 90 02)
tanggal 6 Agustus 2017 dengan keluhan muncul bercak kemerahan di seluruh
tubuh dan kulit terkelupas disertai rasa gatal.

Autoanamnesis
Bercak kemerahan dialami sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk Rumah
Sakit, keluhan timbul secara mendadak. Pasien mengeluh bercak tersebut muncul
di badan lalu menyebar di leher, punggung, lengan, tangan, betis hingga kaki.
Awalnya pasien mengeluh gatal sekitar 1 bulan yang lalu kemudian perlahan-
lahan timbul bercak kemerahan dan kulit mulai terkelupas, nyeri tidak ada.
Keluhan gatal dirasakan hilang timbul. Keluhan juga disertai menggigil dan
bengkak pada kedua kaki. Pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati dan buang air
besar encer berwarna hitam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien baru
pertama kali mengalami keluhan ini. Pasien sudah pernah berobat ke dokter
spesialis kulit kelamin dan sudah diterapi namun tidak ada perubahan.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya. Hipertensi (-), Diabetes mellitus (+) sejak 5 tahun yang lalu

4
Riwayat pengobatan: Metformin. Pasien sering mengkonsumsi obat-obat tanpa
resep dokter (antibiotik penicillin, promaag). Untuk riwayat gatal pasien berobat
ke dokter kulit dan diberi deksametason. Pasien juga mengaku sering
mengkonsumsi obat-obat herbal.
Riwayat atopi/alergi : (-)
Riwayat keluarga : tidak ada keluarga dirumah dengan keluhan yang sama

Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum : Kesadaran kompos mentis, tampak sakit berat, gizi cukup.
TD : 100/60 mmHg, nadi : 97 x/menit
RR : 16x/menit, Suhu : 36oC
Kepala : Bentuk normosefal, konjungtiva anemis (-), sclera ikterik
Mulut : Sianosis (-), faring : hiperemis (-), tonsil (T1/T1)
Leher dan aksila : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Toraks : Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : Hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas : Akral hangat, edema(+)
Kuku Pits (-), oil spot (-), onikodistrofi (-)

Status dermatologis
Lokasi : Universal
Efloresensi : Eritema, papul, skuama, erosi, ulkus, edema

Diagnosis Banding:
1. Dermatitis Seboroik
2. Psoriasis

5
Diagnosis Sementara : Eritrodermi
Diagnosis dari bagian penyakit dalam:
1. Diabetes Melitus tipe 1
2. Melena

Penatalaksanaan
1. Rawat inap
2. Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia
3. Terapi yang diberikan
Sistemik : - Cetirizine tablet 10 mg/24 jam/PO
Topikal : - Decubal cream 10 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
- Inerson ointment 30 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
4. Saran :
- Hentikan semua pengobatan diluar petunjuk dokter
- Minum obat teratur
- Mandi pakai sabun bayi
- Jaga kelembaban kulit

Hasil Pemeriksaan Penunjang :


Darah Kimia: (Pemeriksaan tanggal 3 Agustus 2017)
- Gula Darah Puasa : 238 mg/dl
Darah Rutin: (Pemeriksaan tanggal 3 Agustus 2017)
- Hemoglobin : 15,3 g/dL
- Eritrosit : 5,46 x 106/ L
- Trombosit : 232 x 103/ L
- Leukosit : 10,6 x 103/ L
- Eosinofil : 0,0%
- Limfosit : 41,9%
EKG : Normal

Prognosis
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad Fungsionam : bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
Quo ad Kosmetikan : dubia ad bonam

6
Pengamatan Selanjutnya
Tanggal 07 Agustus 2017
Keluhan : kulit bersisik, kemerahan, gatal berkurang, kulit terkelupas,
bengkak pada kedua kaki.
GDS: 263 mg/dL
Status dermatologi
- Lokasi : Universal
- UKK : Eritema, papul, skuama, erosi, ulkus, edema
Terapi :
- Cetirizine tablet 10 mg/24 jam/PO
- Decubal cream 10 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
- Inerson emolient 30 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
- Rencana terapi injeksi metilprednisolon 62,5 mg/ hari setelah gula darah
stabil
Terapi dari dokter spesialis penyakit dalam:
- IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
- Inj. Omeprazole 2x40 mg/ iv
- Inj. Levemir 1x10 unit sc
- Inj. Transamin 2x 1 amp/iv
- Sucralfat syr 3x1 C

Tanggal 08Agustus 2017


Keluhan : kulit bersisik (+), kemerahan, gatal -, kulit terkelupas , bengkak
pada kedua kaki.
Status dermatologi:
- Lokasi : Universal
- UKK : Eritema, papul, skuama, erosi, ulkus, edema
Terapi :
- Cetirizine tablet 10 mg/24 jam/PO
- Decubal cream 10 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
- Inerson emolient 30 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
Terapi dari dokter spesialis penyakit dalam:
- IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
- Inj. Omeprazole 2x40 mg/ iv
- Inj. Levemir 1x10 unit sc
- Inj. Transamin 2x 1 amp/iv
- Sucralfat syr 3x1 C

7
Tanggal 09Agustus 2017
Keluhan : kulit bersisik (+), kemerahan, gatal -, kulit terkelupas , bengkak
pada kedua kaki.
GDS: 320 mg/dL
Status dermatologi
- Lokasi : Universal
- UKK : Eritema, papul, skuama, erosi, ulkus, edema
Terapi :
- Cetirizine tablet 10 mg/24 jam/PO
- Decubal cream 10 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
- Inerson emolient 30 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
Terapi dari dokter spesialis penyakit dalam:
- IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
- Inj. Omeprazole 2x40 mg/ iv
- Inj. Levemir 1x10 unit sc
- Inj. Novorapid 3x8 unit sc
- Inj. Transamin 2x 1 amp/iv
- Sucralfat syr 3x1 C

Tanggal 10 Agustus 2017


Keluhan : kulit bersisik (+), kemerahan, gatal -, kulit terkelupas , bengkak
pada kedua kaki.
GDSL: 310 mg/dL
Status dermatologi
- Lokasi : Universal
- UKK : Eritema, papul, skuama, erosi, ulkus, edema
Terapi :
- Cetirizine tablet 10 mg/24 jam/PO
- Decubal cream 10 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
- Inerson emolient 30 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
Terapi dari dokter spesialis penyakit dalam:
- IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
- Inj. Omeprazole 2x40 mg/ iv
- Inj. Levemir 1x10 unit sc
- Inj. Novorapid 3x8 unit sc
- Inj. Transamin 2x 1 amp/iv
- Sucralfat syr 3x1 C

Tanggal 11 Agustus 2017

8
Keluhan : kulit bersisik (+), kemerahan mulai berkurang, gatal -, kulit terkelupas
pada tangan mulai tampak bersih, bengkak pada kedua kaki.
GDS: 221 mg/dL
Status dermatologi
- Lokasi : Universal
- UKK : Eritema, papul, skuama, erosi, ulkus, edema

Terapi :
- Cetirizine tablet 10 mg/24 jam/PO
- Decubal cream 10 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
- Inerson emolient 30 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
Terapi dari dokter spesialis penyakit dalam:
- IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
- Inj. Omeprazole 2x40 mg/ iv
- Inj. Levemir 1x10 unit sc
- Inj. Novorapid 3x8 unit sc
- Inj. Transamin 2x 1 amp/iv
- Sucralfat syr 3x1 C
- Furosemid tab 1x1/po
- Spironolakton tab 25 mg 1x1/po

Tanggal 12 Agustus 2017


Keluhan : kulit bersisik (+) berkurang, kemerahan pada wajah mulai berkurang,
gatal -, kulit terkelupas pada tangan mulai tampak bersih, bengkak pada kedua
kaki.
Status dermatologi
GDS: 133 mg/dL
Albumin: 2,4 mg/dL
- Lokasi : Generalisata
- UKK : Eritema, papul, skuama, erosi, ulkus, edema
Terapi :
- Cetirizine tablet 10 mg/24 jam/PO
- Decubal cream 10 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
- Inerson emolient 30 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
Terapi dari dokter spesialis penyakit dalam:
- Aff infus
- Inj. Levemir 1x10 unit sc
- Inj. Novorapid 3x8 unit sc

9
- Furosemid tab 1x1/po
- Spironolakton tab 25 mg 1x1/po
- Vip albumin 1x1 caps/po

Tanggal 13 Agustus 2017


Keluhan : kulit bersisik berkurang kemerahan pada wajah mulai berkurang, gatal
-, kulit terkelupas pada tangan mulai tampak bersih, bengkak pada kedua kaki.
Status dermatologi
- Lokasi : Generalisata
- UKK : Eritema, papul, skuama, erosi, ulkus, edema
Terapi :
- Cetirizine tablet 10 mg/24 jam/PO
- Decubal cream 10 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
- Inerson emolient 30 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
Terapi dari dokter spesialis penyakit dalam:
- Inj. Levemir 1x10 unit sc
- Inj. Novorapid 3x8 unit sc
- Furosemid tab 1x1/po
- Spironolakton tab 25 mg 1x1/po
- Vip albumin 1x1 caps/po

Tanggal 14 Agustus 2017


Keluhan : kulit bersisik berkurang, kemerahan pada wajah mulai berkurang, gatal
-, kulit terkelupas pada tangan mulai tampak bersih, bengkak pada kedua kaki.
GDS: 330 mg/dL

10
Status dermatologi
- Lokasi : Generalisata
- UKK : Eritema, papul, skuama, erosi, ulkus, edema
Terapi :
- Cetirizine tablet 10 mg/24 jam/PO
- Decubal cream 10 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
- Inerson emolient 30 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
Terapi dari dokter spesialis penyakit dalam:
- Inj. Levemir 1x10 unit sc
- Inj. Novorapid 3x8 unit sc
- Furosemid tab 1x1/po
- Spironolakton tab 25 mg 1x1/po
- Vip albumin 1x1 caps/po

Tanggal 15 Agustus 2017


Keluhan : kulit bersisik berkurang, kemerahan pada wajah mulai berkurang, gatal
-, kulit terkelupas pada tangan mulai tampak bersih, bengkak pada kedua kaki.
Status dermatologi
- Lokasi : Generalisata
- UKK : Eritema, papul, skuama, erosi, ulkus, edema
Terapi :
- Cetirizine tablet 10 mg/24 jam/PO
- Decubal cream 10 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
- Inerson emolient 30 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
Terapi dari dokter spesialis penyakit dalam:
- Inj. Levemir 1x10 unit sc
- Inj. Novorapid 3x8 unit sc
- Furosemid tab 1x1/po
- Spironolakton tab 25 mg 1x1/po
- Vip albumin 1x1 caps/po

11
Tanggal 16 Agustus 2017
Keluhan : kulit bersisik berkurang, kemerahan pada wajah mulai berkurang, gatal
-, kulit terkelupas pada tangan mulai tampak bersih, bengkak pada kedua kaki.
Status dermatologi
- Lokasi : Generalisata
- UKK : Eritema, papul, skuama, erosi, ulkus, edema
Terapi :
- Cetirizine tablet 10 mg/24 jam/PO
- Decubal cream 10 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
- Inerson emolient 30 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
Terapi dari dokter spesialis penyakit dalam:
- Inj. Levemir 1x10 unit sc
- Inj. Novorapid 3x8 unit sc
- Furosemid tab 1x1/po
- Spironolakton tab 25 mg 1x1/po
- Vip albumin 1x1 caps/po

Tanggal 17 Agustus 2017


Keluhan : kulit bersisik berkurang, kemerahan pada wajah mulai berkurang, gatal
-, kulit terkelupas (-), bengkak pada kedua kaki.
Status dermatologi
- Lokasi : Generalisata
- UKK : Eritema, papul, skuama, erosi, ulkus, edema
Terapi :
- Cetirizine tablet 10 mg/24 jam/PO
- Decubal cream 10 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
- Inerson emolient 30 gr, dioles di seluruh badan 2 kali/hari
Terapi dari dokter spesialis penyakit dalam:
- Inj. Levemir 1x10 unit sc
- Inj. Novorapid 3x8 unit sc
- Furosemid tab 1x1/po
- Spironolakton tab 25 mg 1x1/po
- Vip albumin 1x1 caps/po

Pembahasan

12
Diagnosis eritroderma pada penderita ini ditegakkan berdasarkan
anamnesis, gambaran klinis, dan hasil pemeriksaan penunjang.
Pada hasil anamnesis diketahui bahwa penderita seorang pria berusia 49
tahun dengan keluhan muncul bercak kemerahan di seluruh tubuh dan kulit
terkelupas disertai rasa gatal timbul secara mendadak. Pasien mengeluh bercak
tersebut muncul di badan lalu menyebar di leher, punggung, lengan, tangan, betis
hingga kaki. Awalnya pasien mengeluh gatal sekitar 1 bulan yang lalu kemudian
perlahan-lahan timbul bercak kemerahan dan kulit mulai terkelupas, namun tidak
terasa nyeri.
Menurut kepustakaan, eritroderma merupakan kelainan kulit yang ditandai
dengan adanya eritema universalis, menyerang lebih dari 90% lapisan tubuh
biasanya disertai skuama.8 Insidensi pada laki-laki lebih besar daripada
perempuan, dan usia rata-rata 4161 tahun.3 Secara epidemiologi jenis kelamin
pasien memenuhi kriteria untuk eritroderma yaitu angka kejadian lebih banyak
pada pria sesuai dengan kasus ini yang mana pasien merupakan seorang pria yang
berusia 49 tahun. Pada awal muncul biasanya eritroderma tidak disertai dengan
skuama. Skuama baru muncul pada stadium penyembuhan. 3,5 Gambaran klinis ini
tampaknya sesuai dengan gambaran klinis pasien yang awalnya muncul bercak
kemerahan yang hampir tersebar di seluruh badan. Kemudian diikuti dengan
munculnya kulit bersisik.5,7 Pasien juga mengatakan bahwa kulitnya terus
terkelupas. Hal ini biasanya terjadi pada eritroderma karena kehilangan skuama
yang dapat mencapai 10 gram/m2 permukaan kulit atau lebih.4,5
Pemeriksaan laboratorium bukan sebagai diagnostik dan biasanya tidak
spesifik. Kelainan laboratorium yang dapat ditemukan pada pasien eritroderma
mencakup anemia, leukositosis, limfositosis, eosinofilia, peningkatan IgE,
penurunan albumin serum, dan eritrosit meningkat.3 Pada pasien ini, hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan limfosit.
Ada beberapa diagnosis banding dari eritroderma sendiri menurut
kepustakaan:
1. Dermatitis seboroik

13
Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit kronis yang berulang
dengan predileksi pada area yang memiliki banyak kelenjar sebasea.
Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada bulan-bulan pertama kehidupan,
dan insidensnya mencapai puncak pada umur 18-40 tahun. Puncak kedua
biasanya terjadi pada umur dekade ke-4 sampai ke-7 kehidupan. Penyakit
ini lebih sering diderita laki-laki daripada perempuan. Diagnosis klinis dari
dermatitis seboroik bergantung pada lokasi gambaran lesi. Pada remaja dan
dewasa, kelainan kulit pada dermatitis seboroik terdiri atas eritema dan
skuama yang berminyak dan agak kekuningan pada kulit kepala, lipatan
nasolabial, telinga, alis, dada, dan punggung bagian atas dengan batas
kurang tegas. Bentuk dermatitis seboroik yang berat ditandai dengan adanya
bercak-bercak yang berskuama dan berminyak disertai eksudasi dan krusta
tebal. Diagnosis pasti biasanya dapat dibuat secara klinis berdasarkan
karakteristik distribusi dari lesi dan tampilan linis dari penyakit. 9,10 Pada
kasus ini, diagnosis banding dermatitis seboroik dapat
disingkirkan karena dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
lesi tersebar hampir pada seluruh anggota badan.
2. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit kulit dengan penyebab autoimun, bersifat
kronik residif. Psoriasis adalah penyakit kulit yang paling umum diketahui
dapat menyebabkan eriroderma, bertanggung jawab untuk kira-kira 23%.
Insidens pada pria lebih banyak daripada wanita, terdapat pada semua usia,
tetapi umumnya pada orang dewasa.8,11 Psoriasis memiliki gambaran yang
khas untuk membedakannya dengan diagnosis banding yang lain yakni
ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan
skuama kasar, berlapis-lapis, dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin,
tanda Auspits dan Kobner.5
Penatalaksanaan pada penderita ini dilakukan rawat inap kemudian
diberikan pengobatan sistemik berupa antihistamin yaitu Cetirizine tablet 10 mg 1
kali sehari, pengobatan topikal dengan pelembab kulit Decubal cream 10 gr dioles
di seluruh badan 2 kali sehari dan Inerson emolient 30 gr, dioles di seluruh badan
2 kali sehari. Menurut referensi antihistamin dapat diberikan untuk sedasi dan

14
efek antipruritus. Kelainan kulit perlu pula diolesi emolien untuk mengurangi
radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema.3,5
Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan I,
yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 4 x 10 mg.
penyembuhan terjadi cepat, umunya dalam beberapa hari-beberapa minggu. Pada
golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan kortikosteroid. Dosis
mula prednison 4 x 10 mg 4 x 15 mg sehari. Jika setelah beberapa hari tidak
tampak perbaikan dosis dapat dinaikkan. Setelah tampak perbaikan, dosis
ditutunkan perlahan-lahan. Pada pengobatan dengan kortikosteroid jangka lama
(long term), yakni jika melebihi 1 bulan lebih baik digunakan metilprednisolon
daripada prednison dengan dosis ekuivalen karena efeknya lebih sedikit. Pada
eritroderma kronis diberikan pula diet tinggi protein, karena terklepasnya skuama
mengakibatkan kehilangan protein.5 Pada pasien ini, kortikosteroid tidak diberikan
karena pasien memiliki gula darah sewaktu yang tinggi, yang merupakan
kontraindikasi pemberian kosritkosteroid karena dapat menimbulkan
hiperglikemia.
Prognosis penderita ini quo ad vitam bonam, ad sanationam dubia ad
malam, ad kosmetikam dubia ad bonam. Prognosis eritroderma ditentukan
berdasarkan penyakit yang mendasarinya. Menurut kepustakaan ada banyak faktor
yang mempengaruhi perjalanan klinis dan prognosis dari eritroderma, seperti
etiologi yang mendasari, komorbiditas pasien, usia, kecepatan onset, dan terapi
awal. Dalam eritroderma akibat obat, tentu saja biasanya cepat sembuh setelah
penggunaan obat penyebab dihentikan. Ketika etiologi yang mendasari adalah
penyakit kulit primer seperti pada psoriatik, biasanya perbaikan memakan waktu
beberapa minggu atau bulan. Kambuhnya eritroderma psoriatik terjadi pada 15%
dari pasien setelah resolusi awal. Eritroderma dapat berakibat fatal terutama pada
usia yang sangat muda dan pada orang tua. Tingkat kematian bervariasi (dari
3,73% sampai 64%) telah dilaporkan dalam penelitian selama 51 tahun terakhir.

Ringkasan
Telah dilaporkan sebuah kasus eritroderma pada seorang pria 49 tahun
dengan keluhan utama kulit bersisik sejak 1 minggu lalu.

15
Pada pemeriksaan status dermatologi tampak plak eritema, papul, skuama,
erosi, ulkus, edema, ditemukan hampir pada seluruh tubuh. Penderita mendapat
terapi pengobatan sistemik berupa antihistamin yaitu cetirizine tablet 10 mg 1 kali
sehari dan pengobatan topikal dengan pelembab kulit Decubal cream 10 gr dan
inerson ointment 30 gr dioles di seluruh badan 2 kali sehari, memberikan hasil
yang baik. Prognosis penderita ini ini quo ad vitam bonam, ad sanationam dubia
ad bonam, ad kosmetikam dubia ad bonam.

16

Anda mungkin juga menyukai