PENDAHULUAN
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.1
Salah satu kelainan kulit yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi
kulit adalah eritroderma. Eritroderma bukan merupakan kasus yang sering
ditemukan, namun insidensi eritroderma semakin meningkat didalam kehidupan
sehari-hari dan masalah yang ditimbulkannya cukup parah. Diagnosis yang
ditegakkan lebih awal, cepat dan akurat serta penatalaksanaan yang tepat sangat
memengaruhi prognosis penderita.
Prevalensi eritoderma kian meningkat selaras dengan peningkatan kejadian
psoriasis karena salah satu kausa yang paling sering adalah psoriasis. Dari
beberapa pendapat para ahli, eritoderma dibagi menjadi dua sesuai penyebabnya
yaitu : eritoderma akibat alergi obat secara sistemik dan eritoderma akibat
perluasan penyakit kulit.1
Pada eritoderma akibat alergi obat diperlukan anamnesis yang teliti untuk
mencari obat penyebabnya. Umumnya alergi timbul akut dalam waktu 10 hari dan
wujud kelainan kulitnya berupa eritema saja setelah fase penyembuhan barulah
timbul skuama. Pada eritoderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali
disebabkan oleh psoriasis dan dermatitis seborik pada bayi. Faktor penyebab
psoriasis menjadi eritoderma ada 2 hal yaitu karena penyakitnya sendiri atau
karena pengobatan yang terlalu kuat.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Eritroderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro (red =
merah) dan derma, dermatos (skin = kulit), merupakan kelainan kulit yang
ditandai dengan eritema mengenai 90% atau lebih pada permukaan kulit
yang biasanya disertai skuama. Pada beberapa kasus, skuama tidak selalu
ditemukan, misalnya pada eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat
secara sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama. Pada eritroderma
yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena bercampur dengan
hiperpigmentasi. Bila eritema mencangkup antara 50% - 90% maka sering
dinamai pre-eritroderma.
Kelainan kulit yang ditandai dengan adanya gambaran kemerahan
yang bersifat universal atau yang mencakup 90% permukaan tubuh
diakibatkan oleh pelebaran pembuluh darah pada kulit atau yang sering
disebut eritema. Keadaan tersebut berlangsung dalam beberapa hari
sampai beberapa minggu. 1
Dermatitis eksfoliativa dianggap sinonim dengan eritroderma
meskiupun tidak begitu tepat karena pada gambaran klinik dapat
menghasilkan gambaran penyakit yang berbeda. Pada banyak kasus
eritroderma umumnya terdapat kelainan kulit yang ada sebelumnya
misalnya psoriasis atau dermatitis atopik.
2.2. EPIDEMIOLOGI
Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan lebih dari
setengah kasus dari eritroderma. Seperti yang telah disebutkan bahwa
pasien dengan eritroderma bukan pasien yang sering ditemukan namun
disadari adanya peningkat jumlah pasien hari demi hari. Dengan penyebab
utama ialah psoriasis yang meluas oleh sebab itu insidensi meningkat
seiring dengan insidensi psoriasis. Identifikasi psoriasis mendasari
2
penyakit eritroderma lebih dari seperempat kasus didapatkan laporan
bahwa terdapat 87 dari 160 kasus adalah psoriasis berat.1,4
Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita, namun paling
sering pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-rata
> 40 tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia. Anak-
anak bisa menderita eritroderma lebih sering diakibatkan oleh alergi
terhadap obat. Alergi terhadap obat bisa karena pengobatan yang
dilakukan sendiri ataupun penggunaan obat secara tradisional.1, 2
2.3. ETIOLOGI
Dahulu eritroderma dibagi menjadi primer dan sekunder. Pendapat
sekarang semua eritroderma memiliki penyebab dasarnya, sehingga
eritroderma selalu sekunder. Eritroderma dapat disebabkan oleh 3 hal yang
sudah diketahui hingga saat ini yaitu:
1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik
Diperlukan anamnesis yang teliti untuk memastikan bahwa
alergi obat yang terjadi secara sistemik ialah proses masuknya obat
kedalam tubuh dengan cara apapun termasuk melalui mulut, hidung,
suntikan/infus, rectum maupun vagina.
Keadaan ini banyak ditemukan pada anak hingga dewasa muda.
Obat yang dapat menyebabkan eritroderma adalah obat yang
mengandung arsenik organik, emas, merkuri (jarang), penisilin,
barbiturate. Pada beberapa masyarakat, eritroderma mungkin lebih
tinggi karena pengobatan sendiri dan pengobatan secara tradisional.
Waktu mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit
bervariasi, dapat segera sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah
eritema universal. Bila ada obat yang masuk lebih dari satu yang
masuk ke dalam tubuh, diduga sebagai penyebabnya ialah obat yang
paling sering menyebabkan alergi.1, 4
2. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit.
Eritroderma yang disebabkan oleh penyakit kulit lain,
merupakan penyebab eritroderma yang paling banyak ditemukan dan
tersering disebabkan oleh penyakit :
a) Psoriasis
3
Psoriasis dapat menjadi eritroderma disebabkan oleh 2 hal
yaitu oleh perkembangan penyakit psoriasis itu sendiri maupun
akibat pengobatan psoriasis yang terlalu kuat. Oleh sebab itu perlu
dianamnesis dengan jelas riwayat penyakit psoriasis dan
pengobatan yang sudah dilakukan.1
b) Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik yang dimaksud ialah dermatitis
seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga
dikenal sebagai penyakit Leiner atau eritroderma deskuamativum.
Etiologinya belum diketahui pasti namun diduga disebakan oleh
dermatitis seboroika yang meluas. Usia penderita berkisar 4-20
minggu. Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma adalah
ptiriasis rubra pilaris, pemfigus foliaseus, dermatitis atopic dan
liken planus.1,3,4
3. Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan
Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi
fokal hingga keganasan dapat memberikan kelainan kulit berupa
eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk akibat
alergi obat dan akibat perluasan penyakit kulit lain harus dicari
penyebabnya, yang berarti perlu pemeriksaan menyeluruh termasuk
pemeriksaan laboratorium dan foto toraks, untuk melihat adanya
infeksi penyakit pada alat dalam atau infeksi fokal dan mencari
kemungkinan adanya keganasan. Adanya leukositosis tanpa ditemukan
penyebabnya, menunjukan adanya infeksi bacterial yang tersembunyi
(occult infection) yang perlu diobati.1
Termasuk didalamnya ialah sindrom sezary yaitu suatu limfoma
yang belum diketahui penyebabnya ada yang menduga bahwa ini
berhubungan dengan stadium dini mikosis fungoides. Diduga juga
berhubungan dengan infeksi virus HTLV-V dan dimasukan ke dalam
CTCL (Cutaneus T-Cell Lymphoma). Yang diserang ialah orang
dewasa, pria berkisar usia 64 tahun dan wanita berkisar 53 tahun.
Sindrom ini ditandai dengan eritema berwarna merah membara yang
universal disertai skuama dan rasa sangat gatal .
4
Pada sepertiga atau setengah dari pasien didapat splenomegaly,
limfadenopati superfisial, alopesia, hiperpigmentasi, hyperkeratosis
palmaris dan plantasis, serta kuku yang distrofik.
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat sel yang khas berupa
sel limfosit atipik yang disebut sel sezary. Dapat disebut sindrom
sezary jika jumlah sel sezary yang beredar 1000/m3 atau lebih atau
melebihi 10% sel yang beredar. Jika jumlah sel dibawah 1000/mm 3
maka disebut sindrom pre-sezary.
2.4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya eritroderma belum diketahui dengan jelas.
Dapat diketahui bahwa akibat suatu agen dalam tubuh baik itu obat-
obatan, perluasan penyakit kulit dan penyakit sistemik menyebabkan tubuh
bereaksi berupa pelebaran pembuluh darah kapiler yang menyebabkan
eritema yang universal. Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah
yang menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan
panas bertambah. Akibatnya pasien merasa dingin dan menggigil. Pada
eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung. Juga dapat terjadi
hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang makin
meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat,
kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan
panas menyebabkan hipermetabolisme kompensator dan peningkatan laju
metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat
sebanding laju metabolisme basal.1
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit
atau lebih sehari sehingga menyebabkan kehilangan protein
(hipoproteinemia) dengan berkurangnya albumin dengan peningkatan
relatif globulin terutama gammaglobulin merupakan kelainan yang khas.
Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pergeseran cairan ke
ruang ekstravaskuler.1
Eritroderma akut dan kronis dapat mengganggu mitosis rambut dan
kuku berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada
5
eritroderma yang telah berlangsung berbulan-bulan, dapat terjadi
perburukan keadaan umum yang progresif.1
Pathogenesis eritroderma mungkin berkaitan dengan pathogenesis
penyakit yang mendasarinya, dermatosis yang sudah ada sebelumnya
berkembang menjadi eritroderma, atau perkembangan eritroderma
idiopatik de novo tidaklah sepenuhnya dimengerti. Penelitian terbaru
dicurigai adanya hubungan imunopatogenesis infeksi disebabkan oleh
kolonisasi Staphylococcus aureus dan toksin yang dihasilkan.4
6
Gambar 1. Eritroderma Akibat Obat
Eritroderma yang terjadi akibat perluasan penyakit kulit lainnya
diantaranya psoriasis maka tanda khasnya akan menghilang. Akan
menimbulkan gejala awalnya didapati eritema yang tidak merata. Pada
tempat predileksi terjadinya psoriasis ditemukan kelainan kulit lebih
eritematosa dan agak meninggi dari pada sekitarnya dan skuama ditempat
itu lebih tebal.1, 3
7
Gambar 2. Eritroderma psoriasis
8
Gambar 3.Eritroderma akibat Dermatitis seboroik
9
Gambar 5. Mikosis Fungoides
2.6. DIAGNOSIS
Diagnosis eritroderma ditegakkan berdasarkan anamnesis,
gambaran klinis, dan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan histopatologi
dapat membantu menentukan penyakit yang mendasarinya. Diagnosis
yang akurat dari penyakit ini merupakan suatu proses yang sistematis di
mana dibutuhkan pengamatan yang seksama, evaluasi serta pengetahuan
tentang terminology, dermatologi, morfologi serta diagnosis banding.
Pengobatannya disesuaikan dengan diagnosis penyakit yang
mendasarinya, dengan tetap memperhatikan keadaan umum seperti
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuhm memperbaiki hipoalbumin dan
anemia, serta pengendalian infeksi sekunder.
Diagnosis ditegakkan ditegakan berdasarkan adanya eritema yang
universal dapat disertai dan tidak oleh skuama halus, karena harus melihat
dari tanda dan gejala yang sudah ada sebelumnya misalnya, warna hitam-
kemerahan dan perubahan kuku pada psoriasis; hiperkeratotik skala besar
kulit kepala, biasanya tanpa rambut rontok di psoriasis dan dengan rambut
rontok di CTCL. likenifikasi, erosi dan ekskoriasi di dermatitis atopik dan
eksema; menyebar, relatif hiperkeratosis tanpa skuama, dan hiperkeratotik
skala besar kulit kepala, biasanya tanpa rambut rontok di psoriasis dan
10
dengan rambut rontok di CTCL dan pitiriasis rubra, ektropion mungkin
terjadi. Dengan beberapa biopsi biasanya dapat menegakkan diagnosis.
11
yang beredar. Bila jumlah sel tersebut di bawah 1000/mm 3 dinamai
sindrom pre-Sezary.1
Pemeriksaan immunofenotipe infiltrate limfoid juga mungkin
sulit menyelesaikan permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya
memperlihatkan gambaran sel T matang pada eritroderma jinak
maupun ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan gambaran clubbing
lapisan papiler dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis
superfisial juga ditemukan. Pada eritroderma ikhtisioform dan ptiriasis
rubra pilaris, biopsi diulang dari tempat-tempat yang dipilih dengan
cermat dapat memperlihatkan gambaran khasnya.
12
Gambar 6. Dermatitis atopik
2. Psoriasis
Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan
topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas.
Ketika psoriasis menjadi eritroderma biasanya lesi yang khas untuk
psoriasi tidak tampak lagi karena dapat menghilang, plak-plak
psoriasis menyatu, eritema dan skuama tebal universal.1,2 Psoriasis
mungkin menjadi eritroderma dalam proses yang berlangsung lambat
dan tidak dapat dihambat atau sangat cepat. Faktor genetic berperan.
Bila orangtuanya tidak menderita psoriasi, resiko mendapat psoriasi
12%, sedangkan jika salah seorang orang tuanya menderita psoriasis,
resikonya mencapai 34-39%.1
Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak, eritema
berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan
transparan disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Koebner.1
13
Gambar 7. Psoriasis
3. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang kronis
ditandai dengan plak eritema yang sering terdapat pada daerah tubuh
yang banyak mengandung kelenjar sebasea seperti kulit kepala, alis,
lipatan nasolabial, belakang telinga, cuping hidung, ketiak, dada,
antara skapula. Dermatitis seboroik dapat terjadi pada semua umur,
dan meningkat pada usia 40 tahun.5 Biasanya lebih berat apabila terjadi
pada laki-laki dari pada wanita dan lebih sering pada orang-orang yang
banyak memakan lemak dan minum alkohol.1
Biasanya kulit penderita tampak berminyak, dengan kuman
pityrosporum ovale yang hidup komensal di kulit berkembang lebih
subur. Pada kepala tampak eritema dan skuama halus sampai kasar
(ketombe). Kulit tampak berminyak dan menghasilkan skuama putih
yang berminyak pula. Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat.1
Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi
epidermis yang meningkat seperti pada psoriasi. Hal ini dapat
menerangkan mengapa terapi dengan sitostisk dapat memperbaikinya.
Pada orang yang telah mempunyai faktor predisposisi, timbulnya
dermatitis seboroik dapat disebabkan oleh faktor kelelahan, stress
emosional, infeksi, atau defisiensi imun.
14
Gambar 8. Dermatitis seboroik
2.9. PENATALAKSANAAN
Pada eritroderma yang diakibatkan oleh alergi obat atau golongan
I, obat tersangka sebagai kausanya segera dihentikan. Umumnya
pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan I, yang
disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednisone 4 x 10 mg.
penyembuhan terjadi cepat, umumnya dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu.
Pada golongan akibat perluasan penyakit kulit atau golongan II
juga diberikan kortikosteroid. Dosis mula prednisone 4 x 10 mg sampai 15
mg sehari. Jika setelah beberapa hari tidak tampak perbaikan, dosis dapat
dinaikkan. Setelah tampak perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan.
Jika eritroderma terjadi akibat pengobatan dengan ter pada psoriasis,
makan obat tersebut harus dihentikan. Eritroderma karena psoriasis dapat
15
pula diobati dengan etretinat salah satunya adalah asetretin. Lama
penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa
bulan, jadi tidak secepat seperti golongan I.
Pada pengobatan dengan kortikosteroid jangka lama (long term),
yakni jika melebihi 1 bulan lebih baik digunakan metilprednisolon
darpiada prednison dengan dosis ekuivalen karena efeknya lebih sedikit.
Pengobatan penyakit Leiner dengan kortikosteroid memberi hasil
yang baik. Dosis prednisone 3 x 1-2 mg sehari. Pada sindrom Sezary
pengobatan terdiri atas kortikosteroid (prednisone 30 mg sehari) atau
metilprednisolon ekuivalen dengan sitostatik, biasanya digunakan
klorambusil dengan dosis 2-6 mg sehari.
Pada eritroderma kronis diberikan pula diet tinggi protein, karena
terlepasnya skuama mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit juga
perlu diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh
eritema misalnya dengan salep lanolin 10% atau krim urea 10%.
2.10. KOMPLIKASI
Komplikasi pada eritroderma bisa berupa komplikasi yang ringan
hingga berat. Komplikasi dapat terjadi pada banyak sistem organ selain
epidermis dan dermis. Limpadenopati terjadi pada 60% dari sebagian besar
kasus, Hepatomegali ditemukan pada 20% kasus, spenomegali ditemukan
pada 3% kasus dan semua berkaitan dengan eritroderma yang disebabkan
oleh perluasan penyakit sistemik terutama oleh limfoma pada sindrom
sezary. Komplikasi terjadi belum diketahui secara pasti mekanismenya dan
dapat terjadi pada stadium awal dan pada hampir 20% stadium akhir.1,4
Rusaknya barier kulit pada eritroderma menyebabkan peningkatan
extrarenal water lostkarena penguapan air berlebihan melalui barrier kulit
yang rusak. Peningkatan extrarenal water lost ini menyebabkan
kehilangan panas tubuh yang menyebabkan hipotermia dan kehilangan
cairan yang menyebabkan dehidrasi.1,2,4 Respon tubuh terhadap dehidrasi
dengan meningkatkan cardiac output, yang bila terus berlanjut akan
menyebabkan gagal jantung, dengan manifestasi klinis seperti takikardia,
16
sesak, dan edema.Oleh karena itu evaluasi terhadap balans cairan
sangatlah penting pada pasien eritroderma.1,4
Pasien dengan eritroderma yang luas dapat ditemukan tanda-tanda
dari ketidakseimbangan elektrolit, edema, hipoalbuminemia, dan
hilangnya masa otot. Pada eritroderma kronik dapat mengakibatkan
alopesia, palmoplantar keratoderma, kelainan pada kuku ektropion, hingga
perburukan keadaan umum yang progresif.1,2
Komplikasi yang harus lebih diperhatikann ialah komplikasi
sistemik akibat eritroderma seperti hipotermia, edema perifer, dan
kehilangan cairan dan albumin, dengan takikardia dan kelainan jantung
harus mendapatkan perawatan yang serius.
2.11. PROGNOSIS
Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang
mendasarinya. Kasus karena penyebab obat dapat membaik setelah
penggunaan obat dihentikan dan diberi terapi yang sesuai. Penyembuhan
golongan ini ialah yang tercepat dibandingkan dengan golongan yang lain.1
Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan
dengan kortikosteroid hanya mengurangi gejalanya, pasien akan
mengalami ketergantungan kortikosteroid (corticosteroid dependence).1
Eritroderma disebabkan oleh dermatosa dapat diatasi dengan
pengobatan, tetapi mungkin akan timbul kekambuhan. Kasus idiopatik
adalah kasus yang tidak terduga, dapat bertahan dalam waktu yang lama,
seringkali disertai dengan kondisi yang lemah.5
Sindrom Sezary prognosisnya buruk, pasien pria umumnya akan
meninggal setelah 5 tahun, sedangkan pasien wanita setelah 10 tahun.
Kematian disebabkan oleh infeksi atau penyakit berkembang menjadi
mikosis fungoides.1
17
BAB III
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 1 Juni 1958
Umur : 61 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
18
Bangsa : Indonesia
Alamat : Jalan Jaya 3 Kelurahan 16 ULU, Plaju, Palembang
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SMP
Tanggal Pemeriksaan : 06-10-2019
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Bercak kemerahan pada hampir seluruh tubuh sejak 4 minggu yang
lalu
Keluhan Tambahan
Gatal , nyeri dan terasa panas pada seluruh tubuh
19
tablet berwarna kuning dan pil berwarna putih obat diminum setiap hari
selama 1 minggu. Setelah mengonsumsi obat selama 1 minggu (obat
habis) pasien tidak mengalami perbaikan. Setelah kehabisan obat pasien
membeli obat di apotek dengan membawa contoh bungkus obat yang
diberikan sebelumnya dan membeli untuk dikonsumsi selama 1 minggu.
Namun keluhan tidak berkurang. Selama minum obat pasien mengatakan
gatal, bengkak dan berminyak pada kelopak mata atas sebelah kanan dan
kiri. Pasien tidak melakukan pengobatan terhadap matanya.
± 2 minggu yang lalu pasien datang berobat ke IGD RSUD
Palembang BARI dengan keluhan bercak berwarna kemerahan berjumlah
banyak, berukuran sebesar jarum pentul, bentuknya tidak teratur,
berminyak dan sedikit mengelupas, kulit yang mengelupas berwarna
kekuningan diserti rasa gatal yang menyengat pada leher, dada, perut,
punggung, kedua lengan dan kedua kaki, keluhan tidak mengenai kuku,
nyeri sendi dan keluhan lidah berbintil putih tidak ada. Keluhan tidak
dipengaruhi cuaca dan tidak berkurang saat istirahat. Pasien juga mengeluh
gatal, bengkak dan berminyak pada kelopak mata atas sebelah kanan dan
kiri. Selama di IGD pasien diperiksa dan dilakukan pengecekan nilai gula
darah dan didapatkan hasil terjadi peningkatan pada nilai gula darah (>200
mg/dL) dan adanya peningkatan tekanan darah serta kelainan pada kulit.
Atas dasar saran dokter dan persetujuan pasien, pasien dirawat di bangsal
penyakit dalam. Selama dirawat pasien mendapat obat berupa shampo dan
obat yang diminum rutin. Selama pemakaian obat dan minum obat dari
rumah sakit dirasakan berkurang. Setelah 7 hari dirawat pasien boleh
pulang dan harus melakukan kontrol kembali ke dokter kulit. Selama
dirumah pasien tetap mengonsumsi obat yang diberikan dari rumah sakit.
Selama pemakaian obat keluhan dirasakan berkurang.
5 hari setelah pulang dari rumah sakit pasien melakukan kontrol ke
poli kulit.
20
seperti ini sebelumnya.
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat, makanan dan atopi.
Pasien ada riwayat hipertensi ±, 5 tahun
Pasien tidak ada riwayat penyakit ginjal
Pasien memiliki riwayat DM ± 1 bulan
Pasien tidak memiliki riwayat keganasan
B. Status Generalisata
Keadaan Spesifik
Kepala
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
21
- Hidung : sekret (-/-)
- Telinga : sekret (-/-)
Leher
Tidak teraba pembesaran KGB
Thorax
Pulmo
Inspeksi : tidak diperiksa
Palpasi : tidak diperiksa
Perkusi : tidak diperiksa
Auskultasi : tidak diperiksa
Cor
Inspeksi : tidak diperiksa
Palpasi : tidak diperiksa
Perkusi : tidak diperiksa
Auskultasi : tidak diperiksa
Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis,
terdapat kelainan kulit (sesuai status dermatologikus)
Ekstremitas bawah : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis,
terdapat kelainan kulit (sesuai status dermatologikus)
IV STATUS DERMATOLOGIKUS
makula eritema
makula hiperpigmentasi
\ Skuama putih
22
Pada regio ekstremitas superior dextra terdapat makula
eritematosa dengan jumlah 16 bentuk irregular, ukuran
(0,4cm-3cm) x (1,5cm-3,5cm) penyebaran universal,
sebagian ditutupi skuama tipis.
Makula hiperpigmentasi
Skuama tipis
Makula eritem
Makula eritem
makula hiperpigmentasi
Skuama putih
Pada regio cruris dextra tampak makula eritematosa, jumlah 8, dengan ukuran
(0,4cm-2,5cm) x (1,5cm-3,5cm), bentuk ireguler. penyebaran universal.
23
IV. DIAGNOSIS BANDING
1. Post eritroderma ec susp dermatitis seboroik
2. Post eritroderma ec susp psoriasis vulgaris
3. Post eritroderma ec susp dermatitis atopik
DIAGNOSIS KERJA
Post eritroderma ec susp dermatitis seboroik
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
• Edukasi tentang penyakit eritroderma, pencetus dan perjalanannya
yang kronik, residif, dan pengobatannya.
• Anjuran untuk tidak menggaruk atau mengelupas kulit.
• Menghindari faktor pencetus.
• Menjelaskan pasien agar teratur dalam mengkonsumsi obat dan
pemakaian obat salep.
• Menjelaskan prognosis penyakit.
• Pemantauan efek samping obat.
Medikamentosa
• Prednison 4 x 10 mg per hari selama 10 hari
• Cetirizine 1 x 10 mg 1 minggu
• Salep hydrocortisone acetate 1% 8.6gr 1 x 1 selama 4 minggu
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan histopatologi
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungtionam : Bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad kosmetik : dubia ad bonam
24
BAB IV
ANALISA KASUS
25
seorang orang tuanya menderita psoriasis, resikonya mencapai 34-39%.1 Pada
pasien bercak berwarna kemerahan berjumlah banyak, berukuran sebesar jarum
pentul, bentuknya tidak teratur, berminyak dan sedikit mengelupas, kulit yang
mengelupas berwarna kekuningan. Keluhan tidak mengenai kuku, sendi dan
keluhan lidah berbintil putih tidak ada. Pasien menyangkal adanya keluhan serupa
pada anggota keluarganya. Maka keluhan diagnosis psoriasis dapat disingkirkan.
Setelah 5-6 hari bercak berwarna kemerahan di wajah berjumlah banyak,
berukuran sebesar jarum pentul, bentuknya tidak teratur, berminyak dan sedikit
mengelupas, kulit yang mengelupas berwarna kekuningan dirasakan menyebar ke
leher, dada, perut, punggung, kedua lengan dan kedua kaki. Keluhan tidak
dipengaruhi cuaca dan tidak berkurang saat istirahat. Pada dermatitis atopi dewasa
predileksi dapat terjadi pada wajah diikuti kedua pipi dan tersebar simetri serta
dapat meluas ke dahi, kulit kepala, leher, pergelangan tangan, jari, bibir dan
telapak tangan. Dermatitis atopi dipengaruhi oleh cuaca dan genetik serta faktor
atopi, pada pasien tidak terdapat faktor tersebut sehingga diagnosis dermatitits
atopi dapat disingkirkan.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bercak berwarna
kemerahan di wajah berjumlah banyak, berukuran sebesar jarum pentul,
bentuknya tidak teratur, berminyak dan sedikit mengelupas, kulit yang
mengelupas berwarna kekuningan dirasakan menyebar ke leher, dada, perut,
punggung, kedua lengan dan kedua kaki di mana sesuai dengan kepustakaan yang
ada tentang gejala suatu eritroderma yaitu terdapatnya eritem dan skuama di
seluruh tubuh atau hampir seluruh tubuh. Eritroderma dapat disebabkan oleh
perluasan penyakit kulit dan penyakit sistemik. Eritroderma akibat perluasan
penyakit kulit paling sering disebabkan oleh karena kelainan kulit yang mendasari
( seperti psoriasis, dermatitis, iktiosis, pemfigus foliaseous, dan skabies). 1 Pada
kasus ini eritroderma terjadi akibat perluasan dari dermatitis seboroik.
26
Tabel. 4.1 Penyakit Penyerta pada Eritroderma
Penyakit Kulit Penyakit Sistemik Obat-obatan
Kuinidin
Kaptopril
27
Sumber: Fitzpatrick et all. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.
28
Predileksi Lokasi yang siku, lutut, sakrum , Lesi dapat tombul
terkena seringkali kepala, genitalia. dimana saja, biasa
di daerah kulit Psoriasis juga dapat ditemukan pada
kepala berambut : menyerang wajah diikuti kedua
alis, lipat permukaan kuku, pipi dan tersebar
nasolabial, side mukosa, dan sendi- simetri serta dapat
burn, telinga, sendi kecil. meluas ke dahi,
liang telinga, kulit kepala, leher,
bagian atas- pergelangan
tengah dada dan tangan, jari, bibir
punggung. dan telapak tangan.
Lesi Eritema, skuama bercak-bercak, Lesi bersifat kronis
kuning dan eritema berbatas berupa plak
berminyak, gatal tegas dengan hiperpigmentasi,
yang menyengat. skuama yang kasar, hiperkeratosis,
berlapis-lapis dan likenifikasi, erosi
transparan disertai dan skuama.
fenomena tetesan
lilin, Auspitz, dan
Koebner
29
Mitosis keratinosit, fibrolas dan sel endothelial meningkat. Terdapat
parakeratosis (adanya inti sel didalam stratum korneum).3
Kortikosteroid Topikal
Kortikosteroid (KS) bersifat anti inflamasi, imunosupresif dan
antiproliferasi sehingga dapat menghambat proliferasi keratinosit dan fibroblas
dan menyebabkan vasokonstriksi. Pemilihan kortikosteroid berdasarkan tipe,
lokasi, keparahan dan perluasan penyakit serta usia pasien. Kortikosteroid
dianggap sebagai pendekatan terapi lini pertama dan kedua pada DS skalp/ kulit
kepala dan non skalp/ kulit tidak berambut.
30
Betametason dipropionat 0,05% (krim & Betametason dipropionat 0,05% (lotio)
salap)
Klobetasol propionate 0,05% (krim & salap) Betametason valerat 0,1% (krim)
Diflorason diasetat 0,05% (salap) Flutikason asetonid 0,025% (krim)
Halobetasol Propionat 0,05% (krim & salap) Flutikason propionat 0,05% (krim)
Flurandrenolid 0,05% (krim)
Hidrokortison valerat 0,2% (krim)
Prednikarbat 0,1% (krim)
Kelas II (potensi sangat tinggi) Kelas VI (potensi rendah)
Amsinonid 0,1% (salap) Aklometason dipropionat 0,05% (krim &
salap)
Betametason dipropionat 0,05% (krim, & Betametson valerat 0,05% (lotio)
salap)
Desoksimetason 0,25% (krim, jel, salap) Desonid 0,05% (krim)
Fluosinonid 0,05% (krim, jel, salap, solutio) Flusinolom asetonid 0,01% (krim, oil,
solutio)
Mometason furoat 0,1% (salap) Triamsinolon asetonid 0,1% (krim)
Kelas III (potensi tinggi) Kelas VII (potensi sangat rendah)
Amsinonid 0,1% (krim & lotio) Hidrokortison hidroklorida 1% (krim &
salap)
Betametason dipropionat 0,05% (krim) Hidrokortison hidroklorida 2,5% (krim &
salap)
Deskosimetason 0,05% (krim) Hidrokortison asetat 1% (krim & salap)
Diflorason diasetat 0,05% (krim) Hidrokortison asetat 2,5% (krim, lotio, salap)
Flousinonid 0,05% (krim) Pramoxin hdroklorida 0,1% (krim, lotio,
salap)
Flutikason propionate 0,005% (salap) Pramoxin hidroklorida 2,5% (krim, lotio,
salap)
Halsinonid 0,1% (salap & solutio)
Triamsinolon asetonid 0,1% (salap)
Kelas IV (potensi sedang-tinggi)
Hidrokortison valerat 0,2% (salap) Triamsinolon 0,1% (krim)
Flurandrenolid 0,05% (salap)
Fluosinolon asetonid 0,025% (salap)
Mometason furoat 0,1 % (krim)
31
Formulasi potensi sedang dan tinggi direkomendasikan hanya untuk penggunaan
jangka pendek dan diperlukan area seperti telapak tangan dan telapak kaki dan
juga untuk kronis atau lesi hiperkeratosis.
Untuk menghitung jumlah KT yang diresepkan, sebaiknya menggunakan
ukuran “fingertip unit” yang dibuat oleh Long dan Finley.1 Satu “fingertip unit”
setara dengan 0,5 gram krim atau salep. Pada dewasa dianjurkan pemberian KT
poten tidak melebihi 45 gram per minggu atau KT potensi menengah tidak
melebihi 100 gram per minggu. Pada laki-laki satu fingertip unit setara dengan 0,5
gram, sedangkan pada perempuan setara dengan 0,4 gram.
32
menebal atau untuk ruam sebab kondisi tersebut membutuhkan tingkat oklusi
yang tinggi guna menunjang absorbsi.
Biasanya kebanyakan kortikosteroid digunakan satu hingga beberapa
kali sehari walaupun belum ada manfaat yang jelas dengan penggunaan
lebih dari sekali sehari. Dalam meracik kortikosteroid jumlah yang pas
penggunaan sekali dewasa untuk seluruh tubuh umumnya berkisar antara 30gr
cream atau salep. Oleh karena itu jika terapi dua kali sehari ke seluruh tubuh
selama 4 minggu jumlah rata –rata yang dibutuhkan adalah 2kg. Kegagalan terapi
biasanya disebabkan oleh jumlah yang tidak memadai.
Pengolesan KT yang dianjurkan adalah 1-2 kali per hari tergantung
dermatosis dan area yang dioles. Namun berdasarkan teori diatas pada pasien
ini hanya diberikan satu kali pemberian dalam sehari. Perlu diingat juga
bahwa makin sering dioleskan makin mudah terjadi takifilaksis. Teknik aplikasi
pengolesan KT, aplikasi sederhana oleskan salep tipis merata, pijat perlahan-
lahan. Lama pemakaian kortikosteroid topikal sebaiknya tidak melibihi 4-6
minggu untuk steroid potensi lemah. Sehingga pada paisen ini berikan selama 4
minggu. Pasien seorang perempuan dewasa mengoleskan bagian badan satu kali
sehari, dia membutuhkan 21,5 FTU per hari atau 21,5 x 0,4 gr = 8,6 gram perhari.
Jika satu minggu diperlukan 60,2 gram dan untuk 4 minggu maka dibutuhkan
240,8 gram berdasarkan perhitungan dengan rumus FTU.
Dengan teori bahwa kortikosteroid jumlah yang pas penggunaan sekali
dewasa untuk seluruh tubuh umumnya berkisar antara 30gr cream atau salep maka
pada pasien ini diperlukan 210gr selama 1 minggu, dan 840gr selama 4 minggu.
Antihistamin
Untuk mengatasi gejala simptomatiknya, maka pada kasus ini diberikan
obat anti histamin berupa cetirizin tab 10 mg 1 x sehari selama 1 minggu atau
sampai gejala pruritus hilang. Antihistamin banyak digunakan pada berbagai
penyakit kulit eksematosa demikian juga pada penyakit alergi karena keluhan
pruritusnya. Antihistamin bekerja secara kompetitif inhibitor terhadap histamin
pada reseptor jaringan. Dipilih anihistamin 1 karena merupakan golongan
antihistamin yang terbanyak digunakan, menyusul antihistamin 2, sedangkan
33
antihistamin 3 tidak digunakan khususnya dalam bidang dermatologi. Penggunaan
antihistamin 2 dalam bidang dermatologi dapat digunakan secara kombinasi
dengan antihistamin 1 apabila pengobatan dengan satu jenis antihistamin gagal. Di
pilih antihistamin 1 generasi kedua karena memiliki efek antihistamin yang tinggi,
efek sedasi minimal atau tidak ada karena tidak dapat menembus sawar darah
otak. Antihistamin 1 generasi kedua kerjanya lebih lama dibangingkan
antihistamin 1 generasi satu.3Di pilih cetirizine karena masa kerja lebih lama dan
efek sedasi lebih minimal. Sedangkan loratadine juga mempunyai efek sedasi dan
antikolinergik minimal akan tetapi kurang efektif dalam menghambat pelepasan
histamin. Obat astemizol dan feksofenadin tidak dipilih karena mulai kerjanya
lambat juga dapat menyebabkan gangguan metabolisme hati walaupun risiko
aritmia lebih rendah.7 Diberikan secara oral karena penggunaan antihistamin
topikal tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan sensitasi pada kulit. Sediaan
cetirizine yaitu 5 mg dan 10 mg. Diberikan 10 mg karena dosis cetirizine usia 2-6
tahun 5 mg sedangkan usia ≥ 6 tahun diberikan 5-10 mg. Cetirizine diberikan 1 x
sehari karena lama kerja cetirizine yaitu 12-24 jam.2
Prognosis
Menurut kepustakaan prognosis eritroderma buruk pada pasien yang
sangat muda dan juga orang tua, selain itu prognosis eritroderma yang disebabkan
oleh keganasan buruk, dan yang diakibatkan oleh reaksi obat lebih baik 1 .Pada
kasus ini eritroderma terjadi pada usia dewasa dan diakibatkan oleh perluasan
suatu penyakit sehingga prognosis baik.
Prognosis pada kasus ini adalah untuk quo ad vitam dan quo ad fungsional
adalah bonam karena predileksi bagian-bagian yang kaya kelenjar sebum, seperti
pada kulit kepala, garis batas rambut, alis mata, glabela, lipatan nasolabial,
telinga, dada atas, punggung, ketiak, pusar dan sela paha dengan gejala klinis
eritema dan skuamanya berminyak dan agak kekuningan, sehingga tidak
mengacam nyawa dan tidak menyebabkan gangguan organ tubuh. Sedangkan
untuk quo ad sanationam adalah dubia ad bonam karena dermatitis seboroik
dewasa sering kambuh dan kronis.1Kambuh dan remisi, terutama pada kulit
kepala, mungkin terkait dengan alopesia pada kasus yang parah. Dermatitis
seboroik sangat umum, mempengaruhi sebagian besar individu pada suatu saat
34
selama hidup. Prognosis quo ad cosmetic adalah dubia ad bonam karena karena
kondisi membaik di musim panas dan menyala di musim gugur.1
35
BAB V
SIMPULAN
36
LAMPIRAN
HASIL DISKUSI
37
- disertai rasa gatal dan kulit lentikular-numular menyebar sentrifugal.
berminyak pada bagian lesi
- berada didaerah wajah
terutama bagian kelopak
mata
- terdapat kulit mengelupas
dan berwarna kekuningan
Predileksi Hampir seluruh tubuh Siku, lutut, kulit kepala, telapak kaki &
tangan,punggung, tungkai atas dan bawah,
serta kuku.
38
Kasus Dermatitis Atopi
Epidemiologi Pada kasus, usia 61 tahun Kerap terjadi pada bayi dan anak, skitar
Jenis kelamin perempuan
50% menghilang pada masa remaja, kadang
menetap atau bahkan baru mulai muncul
saat dewasa
Anamnesis - Terdapat bercak merah Rasa gatal hebat bersifat kronis-residif
sebesar ujung jarum pentol. Terdapat faktor interna berupa faktor
- disertai rasa gatal dan kulit predisposisi genetic dan faktor eksogen
berminyak pada bagian lesi berupa allergen.
- berada didaerah wajah Plak hiperpigmentasi, hyperkeratosis,
terutama bagian kelopak likenifikasi, ekskoriasi dan skuamasi.
mata
- terdapat kulit mengelupas
dan berwarna kekuningan
Predileksi Hampir seluruh tubuh Wajah, kedua telapak tangan, jari-jari,
pergelangan tangan, bibir, leher bagian
anterior,scalp dan putting susu.
39
sebab kondisi tersebut membutuhkan tingkat oklusi yang tinggi guna
menunjang absorbsi.
4. Mengapa memilih Hidrokortison asetat 1% sebagai kortikosteroid topikalnya?
Alasan pemberian KT potensi lemah yaitu Salep hydrocortisone
acetate 1% dalam sediaan salep pada kasus ini karena jika diberikan KT
golongan yang lebih tinggi dan dengan pemberiaan dalam bentuk salep yang
membuat obat mengalami penetrasi kuat pada kulit terutama jika diberikan
pada daerah yang luas dan digunakan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini
menyebabkan peningkatan penetrasi obat melalui kulit yang dapat
meningkatkan risiko efek samping dari penggunaan kortikosteroid topikal.
Pemilihan hydrocortisone acetate 1% potensi lemah pada kasus ini
karena merupakan agen paling aman untuk penggunaaan jangka panjang dan
pada area permukaan besar pada kasus dibandingkan dengan obat potensi
rendah lainnya. Formulasi potensi sedang dan tinggi direkomendasikan hanya
untuk penggunaan jangka pendek dan diperlukan area seperti telapak tangan
dan telapak kaki dan juga untuk kronis atau lesi hiperkeratosis.
6. Mengapa pada kasus ini tidak di DD dengan suspect alergi obat sistemik?
Pada kasus ini tidak di DD dengan suspect alergi obat sistemik karena
pada anamnesis didapat bahwa pasien mengalami keluhan bukan karena
akibat dari konsumsi obat. Pasien mengalami keluhan terlebih dahulu barulah
pasien menjalani pengobatan dan minum obat namun tidak mengetahui obat
apa yang dimunum dan selama pengobatan tersebut pasien tidak mengalami
perbaikan.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
2. Umar, H Sanusi. Erythroderma (generalized exfoliative dermatitis), diunduh
dari: www.emedicine.com,pada 9 Oktober 2019.
3. Siregar, RS. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC, 2004.
4. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7 th eds. New York: McGraw-
Hill, 2001.
5. Bandyopadhyay debabrata, Associate Professor and Head Department of
Dermatology, diunduh dari: www.tripodindonesia.com, pada tanggal 9
Oktober 2019
41