Anda di halaman 1dari 9

Proses Penyembuhan Luka

A. PEMBAHASAN
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena berbagai kegiatan bio-
seluler, bio-kimia terjadi berkisanambungan. Penggabungan respons vaskuler, aktivitas seluler
dan terbentuknya bahan kimia sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan komponen
yang saling terkait pada proses penyembuhan luka. Besarnya perbedaan mengenai penelitian
dasar mekanisme penyembuhan luka dan aplikasi klinik saat ini telah dapat diperkecil dengan
pemahaman dan penelitian yang berhubungan dengan proses penyembuhan luka dan pemakaian
bahan pengobatan yang telah berhasil memberikan kesembuhan.
Luka adalah hilangnya kontiunitas dari struktur-struktur jaringan yang utuh dan pada
umumnya disertai dengan hilangnya sebagian dari jaringn. Sebagai tambahan, ulkus yang terjadi
akibat tekanan (pressure ulcer) dan lebih dikenal sebagai decubitus ulcer atau bed sores bisa
dipertimbangkan sebagai suatu luka. Cidera atau kerusakan yang lebih dalam pada jaringan otot,
sistem skeletal ataupun bagian-bagian yang lebih dalam dari suatu organ disebut sebagai luka
komplikasi. Pada umumnya keadaan luka adalah hipoksia dan masalah luka yang tidak sembuh
biasanya disebabkan oleh jaringan yang hipoksia. Dalam proses penyembuhan luka adanya
oksigen sangat diperlukan, seperti dijelaskan pada penelitian tentang oksigen pada jaringan.

Beberapa jenis luka yang berhasil diterapi dengan oksigen hiperbarik adalah beberapa jenis ulkus
(ulcers due to peripheral vascular insufficiency, venous stasis ulcers, decubitus ulcer) luka crush
injury, luka yang tidak sembuh pada insisi bedah,kerusakan jaringan akibat suhu dingin
Frotbite), dan luka gigitan binatang. Jaringan yang rusak atau cedera harus diperbaiki, baik
melalui regenerasi sal atau pembentukan jaringan parut. Tujuan dari kedua jenis perbaikan
tersebut adalah untuk mengisi daerah yang rusak agar integritas struktural jaringan pulih
kembali. Kedua proses diatas dikenal sebagai proses penyembuhan luka.

Lebih Lanjut dikatakan proses penyembuhan luka merupakan proses yang kompleks dan
melibatkan interaksi berbagai jenis sel dan mediator-mediator biokimia. Oleh karena itu proses
penyembuhan luka tidak terbatas pada proses-proses regenerasi lokal tapi merupakan kondisi
keseluruhan yang melibatkan faktor-faktor endogen seperti umur, nutrisi, pengobatan, status
imunologis, kondisi metabolik dan sebagainya. Pada umumnya proses penyembuhan luka terdiri
atas tiga mekanisme, satu dari tiga mekanisme tersebut dapat lebih dominan.

mekanisme proses penyembuhan luka tersebut adalah kontraksi, epitelialisasi dan deposisi
jaringan ikat. Sebagai contoh, kontraksi merupakan mekanisme penyembuhan luka yang
dominan pada kasus-kasus amputasi. Epitelialisasi lebih dominan pada penyembuhan abrasi, dan
deposisi jarangan ikat lebih dominan pada penutupan luka laserasi dengan jahitan.

Tahap-tahap penyambuhan luka terdiri dari fase inflamasi atau eksudasi untuk melepaskan
jaringan yang rusak dan membersihkan luka, fase proliferasi untuk perkembangan jaringan
granulasi dan fase diferensiasi atau regenerasi untuk maturasi, pembentukan parut dan
epitelialisasi. Secara praktis fase tersebut diatas dikenal sebagai fase pembersihan, fase granulasi
dan epitelialisasi. Lebih lengkap Hall menyebutkan tahapan proses penyembuhan luka adalah
perdarahan, inflamasi proliferasi dan remodeling. Secara garis besar, dikenal dua fase
penyembuhan luka yaitu penyembuhan luka secar apremier dan sekunder.

Suatu jaringan dikatakan mengalami penyembuhan luka secara intensi primer apabila proses
penyembuhan berlangsung cepat dan hasilnya baik. Penyembuhan secara primer ini terjadi pada
luka yang bersih, luka insisi dengan ujung aposisi yang baik dan umumnya terjadi pada insisi
bedah.

Proses penyembuhan luka secara intensi primer lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sesaat setelah terjadi luka gumpalan darah dan debris mengisi celah jaringan yang cedera. Inflasi
awal terjadi setelah dua sampai tiga jam yang ditandai dengan hyperemia ringan dan adanya
sedikit polymorps. Pada hari kedua sampai ketiga aktivitas makrofag menghilangkan clot dan
terjadi aktivitas fibroblast. Pada hari kesepuluh sampai keempat belas scab hilang dan epitel telah
terbentuk sempurna dan terjadi penyatuan jaringan fibrous pada tepi luka namun pada saat ini
luka masih lemah.

Beberapa minggu kemudian jaringan bekas luka masih sedikit hiperemis, penyatuan jaringan
fibrous baik tapi belum mencapai kekuatan yang penuh. Devaskularisasi, remodeling kolagen
oleh aktivitas enzim terjadi sesudah beberapa bulan hingga beberapa tahun. Pada periode
tersebut bekas luka mengecil dan sudah menyatu dengan jaringan sekitarnya. Jika penyembuhan
luka berjalan lambat dan disertai pembentukan jaringan parut, proses ini dikatakan mengalami
penyembuhan secara sekunder. Penyembuhan jenis ini terjadi pada luka yang terbuka, umumnya
jika terdapt jaringan yang hilang, nekrosis atau infeksi. Kekuatan luka akan mencapai dua puluh
persen kekuatan jaringan normal dalam tiga minggu dan kemudian mencapai kekuatan lebih lagi
tetapi tidak pernah mencapai lebih dari tujuh puluh persen kekuatan normal.

Oksigen memiliki dua fungsi besar dalam metabolisme seluler, hal yang paling penting yaitu
sebagai transfer elektron pada sistem oksidasi yang mana bertanggung jawab sekitar sembilan
puluh persen dalam konsumsi oksigen secara keseluruhan. Oksigen diperlukan oleh mitokondria
untuk fosforilasi oksidatif dan pembentukan ATP dimana lebih dari sembilan puluh persen dari
ATP yang dihasilkan ini dipergunakan untuk metabolisme seluler. Pada awal penyembuhan luka,
fibroblas mulai bermigrasi dan menghasilkan kolagen yang merupakan matrik penting dalam
prose penyembuhan luka sebagai sumber energi pada proses perbaikan, juga diperlukan dalam
metabolisme dan proses pemeliharaan jaringan
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi
jaringan yang rusak atau hilang. Berdasarkan kedalaman dan luasnya, luka dapat dibagi menjadi:
1. Luka superfisial; terbatas pada lapisan dermis.
2. Luka “partial thickness”; hilangnya jaringan kulit pada lapisan epidermis dan lapisan
bagian atas dermis.
3. Luka “full thickness”; jaringan kulit yang hilang pada lapisan epidermis, dermis, dan fasia,
tidak mengenai otot.
4. Luka mengenai otot, tendon dan tulang.

Terminologi luka yang dihubungkan dengan waktu penyembuhan dapat dibagi menjadi:
1. Luka akut; luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah
disepakati.
2. Luka kornis; luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena
faktor eksogen atau endogen.
Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan mengembalikan komponen-
komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk struktur baru dan fungsional sama
dengan keadaan sebelumnya. Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses regenerasi
yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endogen (seperti: umur, nutrisi,
imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik).

Pada dasarnya proses penyembuhan ditandai dengan terjadinya proses pemecahan atau katabolik
dan proses pembentukan atau anabolik. Dari penelitian diketahui bahwa proses anabolik telah
dimulai sesaat setelah terjadi perlukaan dan akan terus berlanjut pada keadaan dimana dominasi
proses katabolisme selesai.

Setiap proses penyembuhan luka akan terjadi melalui 3 tahapan yang dinamis, saling terkait dan
berkesinambungan serta tergantung pada tipe/jenis dan derajat luka. Sehubungan dengan adanya
perubahan morfologik, tahapan penyembuhan luka terdiri dari:

1. Fase inflamasi. Eksudasi; menghentikan perdahan dan mempersiapkan tempat luka


menjadi bersih dari benda asing atau kuman sebelum dimulai proses penyembuhan.
2. Fase proliferasi/granulasi; pembentukan jaringan granulasi untuk menutup defek atau
cedera pada jaringan yang luka.
3. Fase maturasi/deferensiasi; memoles jaringan penyembuhan yang telah terbentuk menjadi
lebih matang dan fungsional.

B. Tahap-Tahap Penyembuhan Luka


1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan
yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan
perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk
mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini, kerusakan
pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis.
Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan substansi
“vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi,
selanjutnya terjadi penempelan endotel yang yang akan menutup pembuluh darah.

Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler
stimulasi saraf sensoris (local sensoris nerve ending), local reflex action, dan adanya
substansi vasodilator: histamin, serotonin dan sitokins. Histamin kecuali menyebabkan
vasodilatasi juga mengakibatkan meningkatnya permeabilitas vena, sehingga cairan
plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis
terjadi edema jaringan dan keadaan lokal lingkungan tersebut asidosis.

Eksudasi ini jugamengakibatkan migrasi sel lekosit (terutama netrofil) ke ekstra vaskuler.
Fungsi netrofil adalah melakukan fagositosis benda asing dan bakteri di daerah luka
selama 3 hari dan kemudian akan digantikan oleh sel makrofag yang berperan lebih besar
jika dibanding dengan netrofil pada proses penyembuhan luka. Fungsi makrofag
disamping fagositosis adalah:
a. Sintesa kolagen
b. Pembentukan jaringan granulasi bersama-sama dengan fibroblas
c. Memproduksi growth factor yang berperan pada re-epitelisasi
d. Pembentukan pembuluh kapiler baru atau angiogenesis

Dengan berhasilnya dicapai luka yang bersih, tidak terdapat infeksi atau kuman serta
terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini dapat dipakai sebagai
pedoman/parameter bahwa fase inflamasi ditandai dengan adanya: eritema, hangat pada
kulit, edema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.
2. Fase Proliferasi
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan
menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar
pada proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk
struktur protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat
jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjaid luka,
fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian
akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin,
hyaluronic acid, fibronectin dan profeoglycans) yang berperan dalam membangun
(rekonstruksi) jaringan baru.

Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membnetuk cikal bakal jaringan baru
(connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannnya subtrat oleh fibroblast,
memberikan tanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai satu
kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka.
Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam di dalam jaringan baru tersebut
disebut sebagai jaringan granulasi, sedangkan proses proliferasi fibroblas dengan aktifitas
sintetiknya disebut fibroblasia. Respons yang dilakukan fibroblas terhadap proses
fibroplasia adalah:
a. Proliferasi
b. Migrasi
c. Deposit jaringan matriks
d. Kontraksi luka

Angiogenesis suatu proses pembentukan pembuluh kapiler baru didalam luka,


mempunyai arti penting pada tahap proleferaswi proses penyembuhan luka. Kegagalan
vaskuler akibat penyakit (diabetes), pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid)
mengakibatkan lambatnya proses sembuh karena terbentuknya ulkus yang kronis.
Jaringan vaskuler yang melakukan invasi kedalam luka merupakan suatu respons untuk
memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di daerah luka karena biasanya pada daerah
luka terdapat keadaan hipoksik dan turunnya tekanan oksigen. Pada fase ini fibroplasia
dan angiogenesis merupakan proses terintegrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang
dikeluarkan oleh platelet dan makrofag (grwth factors).
Proses selanjutnya adalah epitelisasi, dimana fibroblas mengeluarkan “keratinocyte
growth factor (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosis sel epidermal. Keratinisasi
akan dimulai dari pinggir luka dan akhirnya membentuk barrier yang menutupi
permukaan luka. Dengan sintesa kolagen oleh fibroblas, pembentukan lapisan dermis ini
akan disempurnakan kualitasnya dengan mengatur keseimbangan jaringan granulasi dan
dermis. Untuk membantu jaringan baru tersebut menutup luka, fibroblas akan merubah
strukturnya menjadi myofibroblast yang mempunyai kapasitas melakukan kontraksi pada
jaringan. Fungsi kontraksi akan lebih menonjol pada luka dengan defek luas
dibandingkan dengan defek luka minimal.
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk,
terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth factor yang dibentuk
oleh makrofag dan platelet.

3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih
12 bulan. . Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru
menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai
meninggalkan jaringan garunalasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang
karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk
memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari ajringan parut akan mencapai puncaknya pada
minggu ke-10 setelah perlukaan. Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi
akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kecuali pembentukan kolagen juga akan terjadi
pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen muda ( gelatinous collagen) yang
terbentuk pada fase proliferasi akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu
lebih kuat dan struktur yang lebih baik (proses re-modelling).
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen
yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi
penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang
akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan ajringan kulit
mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktivitas yang normal. Meskipun proses
penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai
sangat tergantung dari kondisi biologik masing-masing individu, lokasi serta luasnya
luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan
kurang gizi, disertai dengan penyakit sistemik (diabetes melitus).

C. Konsep Baru
Studi tentang lingkungan yang optimal dan berperan dalam proses penyembuhan luka telah
dimulai 30 tahun yang lalu oleh Winter. Penelitian dasar klinik mengenai perawatan luka
berbasis suasana lembab (moist) telah memberikan pandangan yang berbeda diantara para
pakar. Saat ini perawatan luka tertutup untuk dapat tercapai keadaan yang lembab telah dapat
diterima secara universal sebagai standar baku untuk berbagai tipe luka. Alasan yang rasional
teori perawatan luka dalam suasana lembab adalah:

1. Fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dengan cepat dihilangkan (fibrinolitik) oleh
netrofil dans el endotel dalam suasana lembab.

2. Angiogenesis
Keadaan hipoksi pada perawatan tertutup akan lebih merangsang lebih cepat
angiogenesis dan mutu pembuluh kapiler. Angiogenesis akan bertambah dengan
terbentuknya heparin dan tumor necrosis factor-alpha ( TNF-alpha).
3. Kejadian infeksi
Lebih rendah dibandingkan dnegan perawatan kering (2,6% vs 7,1 %)
4. Pembentukan growth factor
Yang berperan pada proses penyembuhan dipercepat pada suasana lembab. Epidemi
grwoth factor/EGF, fibroblast growth factor/FGF dan Interleukin 1/Inter-1 adalah
substansi yang dikeluarkan oleh makrofag yang berperan pada angiogenesis dan
pembentukan stratum korneum. Platelet-derived growth factor/PDGF dan transforming
growth factor-beta/TGF-beta yang dibentuk oleh platelet berfungsi pada proliferasi
fibroblas.
5. Percepatan pembentukan sel aktif
Invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit, dan limfosit ke daerah luka berfungsi
lebih dini.

D. Kesimpulan
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik,
atau gigitan hewan (R. Sjamsuhidayat, 2005).

Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan
luka yang dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase
penyudahan yang merupakan perupaan kembali (remodelling) jaringan.

Pada manusia, penyembuhan luka dengan cara reorganisasi dan regenerasi jaringan hanya
terjadi pada epidermis, hati, dan tulang yang dapat menyembuhkan alami tanpa
meninggalkan bekas. Organ lain, termasuk kulit, mengalami penyembuhan secara
epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan ikat yang tidak sama
dengan jaringan semula.

Anda mungkin juga menyukai