“Mabuk Laut”
A. Skenario
Dalam rangka MTQ, banyak wisatawan domestik yang berkunjung ke pulau Lombok.
Karena banyak peserta MTQ yang ingin berwisata ke Gili, panitia menyediakan fasilitas
transportasi dan pemandu wisata. Sebagai bagian dari acara, panitia juga menyiapkan tim
kesehatan yang akan menemani rombongan wisata menyeberang ke Gili. Sebagai bagian dari tim
kesehatan, apa yang harus Anda persiapkan untuk mencegah dan menangani mabuk laut pada
peserta wisata? Berikan alasannya. Bagaimana patofisiologi terjadinya mabuk laut.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi Mabuk Laut
2. Epidemiologi Mabuk Laut
3. Faktor Risiko Mabuk Laut
4. Etiologi dan Patofisiologi Mabuk Laut
5. Tanda dan Gejala serta Diagnosis Mabuk Laut
6. Tatalaksana Mabuk Laut
7. Komplikasi dan Prognosis Mabuk Laut
8. Pencegahan Mabuk Laut
C. Pembahasan
Mabuk laut (motion sickness) merupakan serangkaian gejala otonom yang disebabkan
oleh keadaan sensori yang tidak sesuai dalam hal kondisi gerak. Mabuk laut ditandai
dengan gejala fisik yang tidak nyaman seperti susah bernapas, pusing, mual, pucat, dan
muntah, yang pada kasus yang berat mengharuskan pasien dirawat di Rumah Sakit
Mabuk laut merupakan bagian dr motion sickness , dimana Motion Sickness adalah sindrom
yang terjadi bila seorang pasien terkena jenis gerakan tertentu. Ini adalah sebuah respons umum
terhadap rangsangan gerak selama perjalanan. gejala biasanya sembuh segera setelah pemicu
berhenti. Dimana gejala umum dari mabuk laut adalah mual , Istilah "mual" berasal dari akar kata
Yunani 'Naus', maka 'nautical', yang berarti kapal. Istilah "mabuk perjalanan" paling baik
diterapkan di semua istilah khusus stimulus seperti mabuk kendaraan, atau mabuk laut.
2. Epidemiologi Mabuk Laut
mabuk laut merupakan kondisi yang paling sering terjadi diantara mabuk perjalanan lainnya
Dalam banyak kondisi tipikal, seperti di kapal, prevalensinya berkisar antara 3-60%.
sekitar 25% penumpanh di kapal besar akan mengalami mabuk perjalanan dalam 2-3 hari
sejak dimulainya pelayaran
dalam kasus berat, sebanyak 60% penumpanh bahwan awak kapal yanh berpengalaman
dapat mengalami mabuk laut
perempuan lebih banyak mengalami dibanding laki-laki pada usia yang sama
sering terjadi pada anak usia 6-12 tahun dan jarang terjadi pada anak dibawah 2 tahun
maupun orang dewasa
wanita hamil lebih rentan mengalami mabuk perjalanan
Insiden lebih tinggi terjadi di kapal yang lebih kecil dan dengan cuaca buruk.
prevalensi mabuk perjalanan :
- 4,2 % dari 1000 orang mengalami mabuk laut
- 4 % mengalami saat mengendarai mobil
- 0,13 % saat naik kereta api
- kurang dari 1% pada orang yang menggunakan pesawat
-
tanda: bersendawa, menguap, pucat pada wajah dan perioral, heartburn, hipersalivasi.
gejala: rasa tidak enak pada perut, lemas, sakit kepala, mengantuk.
sedang berupa
tanda: tidak dapat berjalan, tidak dapat menahan stabilitas postural dan muntah persisten.
gejala: isolasi sosial.
Terkait diagnosis klinis yang ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Secara umum, pemeriksaan penunjang melalui uji laboratorium atau radiografi tidak diperlukan
jika pasien memiliki gejala yang spesifik. Tetapi terkadang diperlukan untuk menyingkar diagnosis
banding lain seperti Tes laboratorium, tes kehamilan dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis
muntah pada kehamilan dan pemeriksaan radiologi jarang diindikasikan kecuali untuk gejala
neurologis persisten yang berlangsung selama berminggu-minggu setelah penghentian gerakan. CT
scan atau MRI kepala dapat membantu menyingkirkan penyebab sentral seperti oklusi arteri
basilar
Motion Sickness dapat didiagnosis berdasarkan manifestasi klinis selama paparan. Heart
rate variability (HRV) dan EEG dapat berguna untuk menilai interaksi cardiac sympathovagal dan
pergerakan gaster selama MS.
6. Tatalaksana Mabuk Laut
Non medikamentosa.
Misalnya modifikasi lingkungan, atau konsumsi pengobatan alternatif sebagai anti MS
sebelum melakukan perjalanan.
Dapat dilakukan habituation training. Dimana melakukan paparan berulang dapat
menghasilkan lebih banyak habituasi daripada stimulasi tunggal yang berkepanjangan. Tapi
desensitisasi untuk satu gerakan provokatif tidak dapat diubah menjadi gerakan yang lebih
parah. Selama pelatihan habituasi ini tidak dianjurkan menggunakan anti MS.
Menggunakan kursi putar, tangga berliku, dan ayunan dapat efektif
Perubahan postur tubuh: mengurangi gerakan kepala, menahan gerakan kepala, bahu,
pinggul, dan lutut
Menghindari membaca di kendaraan yang bergerak
Menghindari nikotin (jika pasien adalah perokok)
Mendengarkan music
Melihat visual yang sebenarnya
Hindari pekerjaan jarak dekat (misalnya, membaca, melihat layar, fotografi)
Hindari ruang di mana visual yang sebenarnya tidak bisa dilihat
Fokus pada titik yang jauh di cakrawala
Lihat ke arah gerakan atau arah perjalanan
Pertahankan pandangan visual yang sebenarnya yang luas
Jika tidak dapat melihat visual yang sebenarnya dapat dilakukan penutupan mata
Medikamentosa, meliputi:
Antikolinergik (first line) : Scopolamin 0,6 mg PO, transdermal (1,5 mg/patch). Sediaan
transdermal diletakkan pada m. mastoid minimal 1 jam sebelum perjalanan.
Mekanisme kerja: memblok H1 reseptor, memblok reseptor aferen dari ampula di kanalis
semisirkularis.
Monoamin antagonis (metoclopramide).
Mekanisme kerja: memblok resptor dopamine.
Efedrin atau D-amphetamin, biasanya kombinasi scopolamin atau promethazine
Pengobatan alternatif termasuk penggunaan jahe, yang bertindak sebagai antagonis pada reseptor
5-HT3 yang berperan dalam patofisiologi muntah.