Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN HASIL DISKUSI

“Mabuk Laut”

Nama Anggota Kelompok :


Nurul Hasanah Makmur H1A016072
Salsabila Fitratunnisa H1A016077
Kadek Intan Murti Dewi H1A016046
Nurekayani Rahayuningrum H1A016070
Muhammad Sultan Ardhi Pratama H1A016058
Ni Made Dwi Anggraeni H1A016064
Noviani Rosa Sinensis HI H1A016068
Reza Fitranto H1A015057
Umitha Rahmi Sani H1A016084
Yofani Laurintia H1A016086

Pembimbing: dr. Didit Yudhanto, Sp.THT-KL

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEPULAUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2020
Diskusi Kasus Mabuk Laut

A. Skenario

Dalam rangka MTQ, banyak wisatawan domestik yang berkunjung ke pulau Lombok.
Karena banyak peserta MTQ yang ingin berwisata ke Gili, panitia menyediakan fasilitas
transportasi dan pemandu wisata. Sebagai bagian dari acara, panitia juga menyiapkan tim
kesehatan yang akan menemani rombongan wisata menyeberang ke Gili. Sebagai bagian dari tim
kesehatan, apa yang harus Anda persiapkan untuk mencegah dan menangani mabuk laut pada
peserta wisata? Berikan alasannya. Bagaimana patofisiologi terjadinya mabuk laut.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi Mabuk Laut
2. Epidemiologi Mabuk Laut
3. Faktor Risiko Mabuk Laut
4. Etiologi dan Patofisiologi Mabuk Laut
5. Tanda dan Gejala serta Diagnosis Mabuk Laut
6. Tatalaksana Mabuk Laut
7. Komplikasi dan Prognosis Mabuk Laut
8. Pencegahan Mabuk Laut

C. Pembahasan

1. Definisi Mabuk Laut

Mabuk laut (motion sickness) merupakan serangkaian gejala otonom yang disebabkan
oleh keadaan sensori yang tidak sesuai dalam hal kondisi gerak. Mabuk laut ditandai
dengan gejala fisik yang tidak nyaman seperti susah bernapas, pusing, mual, pucat, dan
muntah, yang pada kasus yang berat mengharuskan pasien dirawat di Rumah Sakit
Mabuk laut merupakan bagian dr motion sickness , dimana Motion Sickness adalah sindrom
yang terjadi bila seorang pasien terkena jenis gerakan tertentu. Ini adalah sebuah respons umum
terhadap rangsangan gerak selama perjalanan. gejala biasanya sembuh segera setelah pemicu
berhenti. Dimana gejala umum dari mabuk laut adalah mual , Istilah "mual" berasal dari akar kata
Yunani 'Naus', maka 'nautical', yang berarti kapal. Istilah "mabuk perjalanan" paling baik
diterapkan di semua istilah khusus stimulus seperti mabuk kendaraan, atau mabuk laut.
2. Epidemiologi Mabuk Laut

 mabuk laut merupakan kondisi yang paling sering terjadi diantara mabuk perjalanan lainnya
 Dalam banyak kondisi tipikal, seperti di kapal, prevalensinya berkisar antara 3-60%.
 sekitar 25% penumpanh di kapal besar akan mengalami mabuk perjalanan dalam 2-3 hari
sejak dimulainya pelayaran
 dalam kasus berat, sebanyak 60% penumpanh bahwan awak kapal yanh berpengalaman
dapat mengalami mabuk laut
 perempuan lebih banyak mengalami dibanding laki-laki pada usia yang sama
 sering terjadi pada anak usia 6-12 tahun dan jarang terjadi pada anak dibawah 2 tahun
maupun orang dewasa
 wanita hamil lebih rentan mengalami mabuk perjalanan
 Insiden lebih tinggi terjadi di kapal yang lebih kecil dan dengan cuaca buruk.
 prevalensi mabuk perjalanan :
- 4,2 % dari 1000 orang mengalami mabuk laut
- 4 % mengalami saat mengendarai mobil
- 0,13 % saat naik kereta api
- kurang dari 1% pada orang yang menggunakan pesawat
-

3. Faktor Risiko Mabuk Laut

Faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian mabuk laut diantaranya:


 Individu yang menderita migrain, vertigo, penyakit vestibular dan penyakit Meniere lebih
rentan terhadap mabuk laut
 penari, pejalan tali, pemain akrobat, dan individu dengan kehilangan fungsi labirin bilateral
insiden mabuk perjalanan yang lebih rendah.
 Memiliki riwayat mabuk perjalanan sebelumnya.
 usia: 3-12 tahun merupakan rentang usia tertinggi insiden mengalami motion sickness
 Lansia: adanya penurunan suseptibilitas sensoris sehingga menurunkan risiko mengalami
motion sickness
 Semua orang dengan fungsi vestibular yang normal yang terpapar pergerakan fisik yang
provokatif atau mengalami disrupsi refleks vestibular berisiko untuk mengalami mabuk
laut, meskipun orang tersebut terbiasa oleh stimulus tersebut, seperti pekerja di kapal.
 Sebaliknya orang dengan gangguan fungsi total dari labirin cenderung tidak terkena mabuk
laut
 Ras : dimana ras asia lebih rentan dibandingkan ras lain, walaupun semua ras dapat
mengalami motion sickness
 Genetik atau keturunan: Jika salah satu orang tua memiliki riwayat mabuk kendaraan,
kemungkinan anak mereka akan mengembangkan mabuk kendaraan dua kali lebih besar.

4. Etiologi dan Patofisiologi Mabuk Laut


Patofisiologi motion sickness belum diketahui pasti. Tetapi ada beberapa teori terkait
patofisiologi motion sickness, yaitu sensory conflict theory, neural mismatch dan berkaitan
dengan genetik. Sensory conflict theory dan teori mismatch saraf adalah teori yang paling
diterima secara luas untuk menjelaskan mabuk perjalanan. Ini menggambarkan konflik yang
terjadi antara sistem visual, vestibular dan somatosensori yang dihasilkan dari gerakan nyata
atau virtual. Aferen dari aparatus vestibular tiba di inti vestibular batang otak, yang juga
menerima input dari sistem visual dan proprioseptif. Proyeksi eferen kemudian mencapai
korteks temporoparietal melalui talamus posterolateral, memicu reaksi otonom dan pusat
muntah. Ketika ada ketidaksesuaian antara pola input actual versus ekspektasi vestibular,
input visual dan input kinestetik, hal itu memicu munculnya gejala motion sickness.
Motion sickness biasanya dipicu oleh gerakan lateral dan vertikal frekuensi rendah
(misalnya: udara, laut, transportasi darat) atau oleh gerakan simulator virtual (video game,
simulator virtual).
 sensory conflict theory yaitu Ketidaksesuaian gerakan sistem vestibular dan sistem visual
gerakan menyebabkan representasi tubuh dan lingkungan tidak sinkron. Sehingga
meninmbilkan rasa mual dan gejala disorientasi lain, yaitu motion sickness.
 neural mismatch yaitu ketika otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan
tertentu sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh atau tidak sesuai
dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom
 berkaitan dengan genetik. Jika salah satu orang tua memiliki riwayat mabuk kendaraan,
kemungkinan anak mereka akan mengembangkan mabuk kendaraan dua kali lebih besar.

5. Manifestasi Klinis dan Diagnosis Mabuk Laut


Gejala mabuk berupa, mual dan muntah, berkeringat, pucat, sakit kepala, mengantuk,
menguap, kehilangan nafsu makan dan hipersalivasi (peningkatan produksi air liur).
Kumpulan gejala yang dikenal sebagai "sopite syndrome" mengacu pada rasa kantuk dan
kelelahan yang dapat bertahan selama berjam-jam hingga berhari-hari setelah terpapar. Hal ini
tampak sebagai sikap apatis, iritabel, (mudah tersinggung). Lebih jarang, gejala berat dapat terjadi
berupa ketidakmampuan untuk berjalan, ketidakstabilan postur tubuh, muntah yg susah dikontrol.
Tanda dan gejala motion sickness dibagi menjadi gejala ringan, sedang dan berat.
 Ringan

tanda: bersendawa, menguap, pucat pada wajah dan perioral, heartburn, hipersalivasi.
gejala: rasa tidak enak pada perut, lemas, sakit kepala, mengantuk.
 sedang berupa

tanda: peningkatan panas tubuh, hiperventilasi, muntah.


gejala: mual, pusing, apatis, depresi, postur tubuh mulai goyah, disinteres pada aktivitas
sosial serta gejala
 berat berupa

tanda: tidak dapat berjalan, tidak dapat menahan stabilitas postural dan muntah persisten.
gejala: isolasi sosial.
Terkait diagnosis klinis yang ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Secara umum, pemeriksaan penunjang melalui uji laboratorium atau radiografi tidak diperlukan
jika pasien memiliki gejala yang spesifik. Tetapi terkadang diperlukan untuk menyingkar diagnosis
banding lain seperti Tes laboratorium, tes kehamilan dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis
muntah pada kehamilan dan pemeriksaan radiologi jarang diindikasikan kecuali untuk gejala
neurologis persisten yang berlangsung selama berminggu-minggu setelah penghentian gerakan. CT
scan atau MRI kepala dapat membantu menyingkirkan penyebab sentral seperti oklusi arteri
basilar
Motion Sickness dapat didiagnosis berdasarkan manifestasi klinis selama paparan. Heart
rate variability (HRV) dan EEG dapat berguna untuk menilai interaksi cardiac sympathovagal dan
pergerakan gaster selama MS.
6. Tatalaksana Mabuk Laut
Non medikamentosa.
 Misalnya modifikasi lingkungan, atau konsumsi pengobatan alternatif sebagai anti MS
sebelum melakukan perjalanan.
 Dapat dilakukan habituation training. Dimana melakukan paparan berulang dapat
menghasilkan lebih banyak habituasi daripada stimulasi tunggal yang berkepanjangan. Tapi
desensitisasi untuk satu gerakan provokatif tidak dapat diubah menjadi gerakan yang lebih
parah. Selama pelatihan habituasi ini tidak dianjurkan menggunakan anti MS.
Menggunakan kursi putar, tangga berliku, dan ayunan dapat efektif
 Perubahan postur tubuh: mengurangi gerakan kepala, menahan gerakan kepala, bahu,
pinggul, dan lutut
 Menghindari membaca di kendaraan yang bergerak
 Menghindari nikotin (jika pasien adalah perokok)
 Mendengarkan music
 Melihat visual yang sebenarnya
 Hindari pekerjaan jarak dekat (misalnya, membaca, melihat layar, fotografi)
 Hindari ruang di mana visual yang sebenarnya tidak bisa dilihat
 Fokus pada titik yang jauh di cakrawala
 Lihat ke arah gerakan atau arah perjalanan
 Pertahankan pandangan visual yang sebenarnya yang luas
 Jika tidak dapat melihat visual yang sebenarnya dapat dilakukan penutupan mata

Medikamentosa, meliputi:
 Antikolinergik (first line) : Scopolamin 0,6 mg PO, transdermal (1,5 mg/patch). Sediaan
transdermal diletakkan pada m. mastoid minimal 1 jam sebelum perjalanan.

Mekanisme kerja: memblok sinyal yang ke n. vestibular dan mengurangi muntah.


 Antihistamin : Dymenhidrinat 50 mg, dypenhidramin, promethazine 25 mg 30 menit – 60
menit sebelum perjalanan.

Mekanisme kerja: memblok H1 reseptor, memblok reseptor aferen dari ampula di kanalis
semisirkularis.
 Monoamin antagonis (metoclopramide).
Mekanisme kerja: memblok resptor dopamine.
 Efedrin atau D-amphetamin, biasanya kombinasi scopolamin atau promethazine

Pengobatan alternatif termasuk penggunaan jahe, yang bertindak sebagai antagonis pada reseptor
5-HT3 yang berperan dalam patofisiologi muntah.

7. Komplikasi dan Prognosis Mabuk Laut


Komplikasi biasanya terjadi apabila gejala yang ditimbulkan tergolong berat (gejala berat :
tidak dapat berjalan, tidak dapat menahan stabilitas dan muntah persisten). Minoritas pasien
yang kondisinya berkembang menjadi mual dan muntah yang ekstrem dapat menyebabkan
dehidrasi, gangguan elektrolit, atau robekan esofagus. Komplikasi psikologis juga dapat terjadi
seperti stress dan kecemasan.
 Prognosis secara umum baik.
 Gejala biasanya hilang dalam 72 jam setelah stimulus yang memprovokasi dihentikan.
 Pasien yang pernah mengalami motion sickness memiliki kemungkinan tinggi untuk
kambuh lagi dengan adanya stimulus

8. Pencegahan Mabuk Laut


 Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan pada motion sickness antara lain:
 Pilih kendaraan yang lebih stabil
 Hindari melakukan pekerjaan atau membaca saat dalam perjalanan, dan tidak duduk di
kursi yang menghadap ke belakang
 Tutup mata selama berada di kendaraan atau usahakan mata selalu melihat gerakan yang
sama dengan yang dirasakan tubuh dan telinga
 Hindari bau yang merangsang
 Hindari mengkonsumsi alkohol sebelum atau selama di perjalanan
 Hindari merokok
 Hindari konsumsi makanan berat sebelum memulai perjalanan, minuman berkafein, hindari
banyak minum dan juga sesuai dengan yang telah di terangkan dokter didit makanan tinggi
histamin juga dihindari (ex: keju, kerang, daging olahan, biji-bijian, tomat, terong, alpukat,
jeruk, produk olahan susu seperti yogurt)
 Istirahat yang cukup, hindari pergerakan tubuh dan kepala yang berlebih

Anda mungkin juga menyukai