Anda di halaman 1dari 21

Tata Laksana

Benign Prostatic Hyperplasia


Oleh :
Nicolas Bondan Pradipto
1710211108
Algoritma manajemen terapi BPH
BPH

Menghilangkan gejala Menghilangkan gejala Menghilangkan gejala parah


ringan sedang dan komplikasi BPH

Watchful Operasi
waiting
α-adrenergik α-adrenergik
antagonis atau antagonis dan 5-α
5-α Reductace
Reductace inhibitor inhibitor

Jika respon Jika respon Jika respon Jika respon tidak


berlanjut tidak berlanjut, berlanjut berlanjut, operasi
operasi
Farmakologi
Terapi Farmakologi

Jika gejala ringan  maka pasien cukup dilakukan watchful


waiting (perubahan gaya hidup).

Jika gejala sedang  maka pasien diberikan obat tunggal


antagonis α adrenergik atau inhibitor 5α- reductase.

Jika keparahan berlanjut  maka obat yang diberikan bisa


dalam bentuk kombinasi keduanya.

Jika gejala parah dan komplikasi BPH, dilakukan


pembedahan.
Watchful waiting

• Mild symptoms (International Prostate Symptom


Score/American Urological Association Symptom Index
[IPSS/AUA-SI] score ≤7).
• moderate-to-severe symptoms (IPSS/AUA-SI score ≥8)
who are not bothered by their symptoms and are not
experiencing complications of BPH.
• postpone the progression of BPH by lowering blood
glucose, improving insulin resistance, and reducing
inflammation through a healthy lifestyle and clinical
treatment.
Antagonis α adrenergik

Mekanisme kerja :
memblok reseptor α1 adrenergik sehingga
mengurangi faktor dinamis pada BPH dan
akhirnya berefek relaksasi pada otot polos
prostat.
Golongan Antagonis α-adrenergik

The alpha-blocking agents studied in BPH can be subgrouped according to


receptor subtype selectivity and the duration of serum elimination half-lives, as
follows:
• Nonselective alpha-blockers - Phenoxybenzamine
• Selective short-acting alpha-1 blockers - Prazosin, alfuzosin, indoramin
• Selective long-acting alpha-1 blockers - Terazosin, doxazosin, slow-release
(SR) alfuzosin.
• Partially subtype (alpha-1a)–selective agents – Tamsulosin (Flomax),
silodosin (Rapaflo)

Prazosin Terazosin Doxazosin Tamsulosin


PRAZOSIN
 Mekanisme kerja obat
Memblok reseptor α1-adernergic didalam jaringan stromal prostatic (prazosin,
terazosin, doksazosin) dan memblok reseptor α1 adrenergik didalam prostat
(tamsulosin).
 Dosis : 2 mg 2x sehari.
 Indikasi : retensi urin, gagal jantung, anti hipertensi dan penyakit vascular.
 Kontraindikasi : hipotensi ortostatik
 Peringatan
dosis pertama menyebabkan kolaps karena hipotensi (oleh karena itu harus istirahat
ditempat tidur), usia lanjut dosis mula – mula dikurangi pada gagal ginjal.
 Interaksi
penghambat ACE : meningkatkan efek hipotensi. Alkohol : meningkatkan efek
hipotensif, meningkatkan efek sedative dari indoramin.
 Efek Samping
hipotensi, sedasi, pusing, kantuk, lemah, lesu, depresi, sakit kepala, mulut kering,
mual, sering berkemih, takikardia, palpitasi.
TERAZOSIN
 Mekanisme Kerja :
memblok α1 dengan efek minimal pada α2; hal ini mengakibatkan penghambatan
postsynaptic peripher, dengan akibat menurunkan arterial tone. Terazosin merelaksasi otot
halus pada leher kandung urin, sehingga menurunkan obstruksi kandung urin.
 Dosis : 5 atau 10 mg / hari.
 Efek samping
Mengantuk, sering urinasi, peningkatan berat badan, dyspnoea (gangguan pernafasan),
penurunan libido.
 Interaksi Obat
Meningkatkan efek/toksisitas : Efek hipotensi terazosin ditingkatkan oleh beta-blocker,
diuretik, inhibitor ACE.
 Peringatan
Dosis pertama dapat menyebabkan kolaps karena hipotensi (dalam 30-90 menit, sehingga
harus diminum sebelum tidur) .
 Informasi Pasien
Digunakan tidak bersama makanan, pada waktu yang sama setiap hari. Obat ini dapat
menyebabkan mengantuk dan pusing.
9
DOKSAZOSIN
 Mekanisme Kerja
antagonis adrenergic alfa-1 perifer mendilatasi arteri atau vena.

 Indikasi
hipertensi , BPH.

 Kontraindikasi
hypersensitive.

 Efek samping
hipotensi postural, sakit kepala, kelelahan, vertigo dan edema.

 Dosis : 1 mg sehari,
TAMSULOSIN
 Mekanisme kerja :
menghambat pembentukan dihidrotestosteron (DHT) dari testosteron,
yang dikatalisis oleh enzim 5-redukstase di dalam sel-sel prostat.

 Dosis : 0,2-0,4 mg 1 x/hr.

 Efek samping :
Pusing, sakit kepala, gelisah, hipotensi ortostatik, takikardi, palpitasi,
obstruksi nasal.

 Interaksi obat :
Antihipertensi, sildenafil sitrat, vardenafil HCl.
 Peringatan :
Hipotensi ortostatik, Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal
ringan s/d sedang. Dapat mengganggu kemampuan mengemudi
kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.

 Indikasi :
Gangguan miksi pada hiperplasia prostat jinak.

 Kontraindikasi
Gangguan fungsi ginjal, insufisiensi hati berat. Pemberian bersama
dengan vardenafil HCl.
Inhibitor 5α- reductase

Mekanisme kerja dari obat ini adalah mengurangi


volume prostat dengan menurunkan kadar
hormon testosteron.
5α-reduktase inhibitor digunakan jika pasien
tidak dapat mentolerir efek samping dari alfa
blocker.

Finasterid
FINASTERID
 Mekanisme Kerja Obat :
Memblok enzim 5 reduktase steroid tipe II, sebuah enzim intraselular yang
mengubah testosterone menjadi androgen 5-Dihidrotestosteron (DHT).

 Dosis : 1-5 mg/hari.

 Efek samping :
Impotensi, Libido dan volume ejakulat menurun, nyeri dan tegang payudara.

 Interaksi obat : Tidak ada interaksi penting yang dilaporkan.

 Peringatan
Obstruksi kemih, kanker prostat, menggunakan kondom bila pasangan seksual
sedang hamil atau diharapkan hamil.

 Indikasi : Hiperplasia prostat ringan.


Non - Farmakologi
Terapi Non Farmakologi

 Pembatasan Minuman Berkafein


 Tidak mengkonsumsi alkohol
 Pemantauan beberapa obat seperti diuretik,
dekongestan, antihistamin, antidepresan
 Diet rendah lemak
 Meningkatkan asupan buah-buahan dan sayuran
 Latihan fisik secara teratur
 Tidak merokok
Transurethral Resection of the Prostate
(TURP)
TURP adalah prosedur baku emas
operasi saat ini untuk volume prostat
sebesar 30-80 ml dengan gejala LUTS
sedang sampai berat
Transurethral Resection of the Prostate
(TURP)

• TURP merupakan tindakan baku emas pembedahan pada


pasien BPH dengan volume prostat 30-80 ml. Akan tetapi,
tidak ada batas maksimal volume prostat untuk tindakan ini
di kepustakaan, hal ini tergantung dari pengalaman
spesialis urologi, kecepatan reseksi, dan alat yang
digunakan. Secara umum, TURP dapat memperbaiki
gejala BPH hingga 90% dan meningkatkan laju
pancaran urine hingga 100%.
• Penyulit dini yang dapat terjadi pada saat TURP bisa
berupa perdarahan yang memerlukan transfusi ( 0‐9%),
sindrom TUR (0‐5%), AUR (0‐13,3%), retensi bekuan
darah (0‐39%), dan infeksi saluran kemih (0-22%).
Sementara itu, angka mortalitas perioperatif (30 hari
pertama) adalah 0,1. Selain itu, komplikasi jangka panjang
yang dapat terjadi meliputi inkontinensia urin (2,2%),
stenosis leher kandung kemih (4,7%), striktur urethra
(3,8%), ejakulasi retrograde (65,4%), disfungsi ereksi
(6,5‐14%), dan retensi urin dan UTI.
Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai