6 Diagnosis
Saat ini tidak ada kriteria diagnosis yang uniform untuk menegakan diagnosis
dry eye. Kombinasi dari anamnesis dan beberapa tes pemeriksaan biasa dipakai untuk
menentukan gejala dan tanda dari dry eye.
Diagnosis dan penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh dengan teliti
memakai cara diagnostik berikut:
A. Tes Schirmer
Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan strip
Schirmer (kertas saring Whatman No. 41) kedalam cul de sac konjungtiva inferior pada
batas sepertiga tengah dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar
diukur 5 menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm tanpa
anestesi dianggap abnormal.
Bila dilakukan tanpa anestesi, tes ini mengukur fungsi kelenjar lakrimal utama,
yang aktivitas sekresinya dirangsang oleh iritasi kertas saring itu. Tes Schirmer yang
dilakukan setelah anestesi topikal (tetracaine 0.5%) mengukur fungsi kelenjar lakrimal
tambahan (pensekresi basa). Kurang dari 5 mm dalam 5 menit adalah abnormal.
Tes Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata. Dijumpai
hasil false positive dan false negative. Hasil rendah kadang-kadang dijumpai pada
orang normal, dan tes normal dijumpai pada mata kering terutama yang sekunder
terhadap defisiensi musin.1,5
2
a. ferning mukus uniform dan bercabang banyak
b. ferning mukus lebih kecil dengan cabang lebih sedikit
c. ferning mukus kecil dengan hampir tanpa cabang
d. tidak ada ferning
D. Sitologi Impresi
Sitologi impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada permukaan
konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel goblet paling tinggi di kuadran infra-
nasal. Hilangnya sel goblet ditemukan pada ksus keratokonjungtivitis sicc, trachoma,
pemphigoid mata cicatrix, sindrom stevens johnson, dan avitaminosis A.1,5
a. berkurangnya sel goblet pada konjungtiva
3
b. jumlah sel goblet normal pada konjungtiva
E. Pemulasan Flourescein
Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas kering berflourescein adalah
indikator baik untuk derajat basahnya mata, dan meniskus air mata mudah terlihat.
Flourescein akan memulas daerah-daerah tererosi dan terluka selain defek mikroskopik
pada epitel kornea.1,5,6
4
Gambar 6. Pewarnaan Bengal rose
G. Penguji Kadar Lisozim Air Mata
Penurunan konsentrasi lisozim air mata umumnya terjadi pad awal perjalanan
sindrom Sjorgen dan berguna untuk mendiagnosis penyakit ini. Air mata ditampung
pada kertas Schirmer dan diuji kadarnya. Cara paling umum adalah pengujian secara
spektrofotometri.1,5
H. Osmolalitas Air Mata
Hiperosmollitas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis sicca dan
pemakaian kontak lens dan diduga sebagai akibat berkurangnya sensitivitas kornea.
Laporan-laporan menyebutkan bahwa hiperosmolalitas adalah tes paling spesifik bagi
keratokonjungtivitis sicca. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada pasien dengan
Schirmer normal dan pemulasan bengal rose normal. 1,5 Osmolaritas normal untuk air
mata adalah 295-309 mosm/L. Osmolaritas film air mata direkomendasikan oleh
National Eye Institute untuk menentukan dry eye. Sebuah penelitian oleh Tomlinson
dan peneliti lainnya menghasilkan batas ukur bagi osmolalitas air mata pada dry eye
adalah 316 mOsm/liter.1,5
Tiga metode digunakan untuk mengukur osmolaritas air mata yaitu dengan
freezing point depression (FDP), tekanan uap, dan konduktivitas elektrik. Untuk
melakukan tes tekanan uap dan konduktivitas elektrik dibutuhkan sample air mata
sebanyak 0.8 mikroliter sampai 0.96 mikroliter dan untuk mendapatkan air mata
sebanyak itu perlu dilakukan stimulasi terhadap glandula lakrimal untuk merangsang
refleks menangis. Sedangkan FDP memerlukan jumlah air mata yang lebih sedikit
yaitu 0.2 mikroliter namun berpotensi untuk menghasilkan hasil yang tidak akurat
karena adanya proses evaporasi atau penguapan. Karena alasan tersebut, pengukuran
osmolaritas air mata jarang digunakan karena tidak adanya standarisasi dan peralatan
5
yang memadai. Namun sekarang sudah terdapat instrumen yang mudah untuk
mengukur osmolalitas air mata yaitu dengan system TearLab dan Tear Osmometer atau
osmometer airmata. System tearLab menentukan osmolalitas dengan mengukur
aktivitas elektrik dari air mata berdasarkan kandungan garam pada airmata. Tes ini
membutuhkan sample airmata sebanyak 0.05 mikroliter dan memakan waktu 30 detik.
Osmometer air mata menghitung osmolalitas memakai FDP atau freezing point
depression dan membutuhkan sample airmata yang lebih banyak. Pada pengukuran
dengan freezing point depression atau osmometer airmata, sample didinginkan hingga
titik bekunya. Air beku pada nol derajat celcius namun solusi (campuran air dengan zat
lain) misalnya garam, akan membeku pada suhu lebih rendah yaitu dibawah nol derajat
jadi semakin rendah titik bekunya suatu cairan solusi, maka semakin tinggi
osmalaritasnya.1,5
Contoh pengukuran osmolalitas airmata dengan menggunakan tearLab
Tear osmometer
I. Lactoferrin
Lactoferrin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi
kelenjar lakrimal. Kotak penguji dapat dibeli dipasaran.1,5
3.7 Manajemen dry eye
Tindakan bedah pada mata kering adalah pemasangan sumbatan pada punktum
yang bersifat temporer (kolagen) atau untuk waktu lebih lama (silikon), untuk menahan
6
sekret air mata. Penutupan puncta dan kanalikuli secara permanen dapat dilakukan
dengn terapi themal (panas), kauter listrik atau dengan laser.1,2,
3.8 Prognosis
Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan sindrom
mata kering baik.1
3.9 Komplikasi
Pada awal perjalanan keratokonjungtivitis sicca, penglihata sedikit terganggu.
Dengan memburuknya keadaan, ketidaknyamanan sangat menggangu. Pada kasus
lanjut, dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea, dan perforasi. Kadang-kadang
terjadi infeksi bakteri sekunder, dan berakibat parut dan vaskularisasi pada kornea,
yang sangat menurunkan penglihatan. Terapi dini dapat mencegah komplikasi-
komplikasi ini.1,2,3
DAFTAR PUSTAKA
7
1. Vaugan, Daniel, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva; alih bahasa : Jan
Tamboyang, Braham U. Pendit; editor Y. Joko Suyono. Palpebra dan Apparatus lakrimalis
dalam Oftalmologi Umum, edisi 14. Jakarta: 2000. Hal 94. Widya Medika
2. Skuta, Gregory L et al. American Academy of Ophtalmology : Orbit Eyelids
and Lacrimal System . San Fransisco: 2011 . American Academi of Ophtalmology
3. Vaugan, Daniel, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva; alih bahasa : Jan
Tamboyang, Braham U. Pendit; editor Y. Joko Suyono. Oftalmologi Umum, edisi 14. Jakarta:
2000. Hal 95. Widya Medika
4. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ketiga. Jakarta: 2008. Balai Penerbit
FKUI.
5. Plugfelder, Stephen C et al. Dry Eye and Ocular Surface Disorders. New
york : 2004. Marcell Decker.
2.1 Diagnosa
Investigation and Management Dry Eyes, Academy For Eye CareExcellence 2014 (Amit Patel,
2012)
2.2 Treatment
Terapi dry eye syndrome bergantung dari keparahannya (Amit Patel,
2012):
8
tabel 2.4 Tabel Terapi
(Investigation and Management Dry Eyes, Academy For Eye CareExcellence 2014)
9
Dilakukan jika diakibatkan evaporasi air mata yang berlebihan
(Amit Patel, 2012).
5. Therapeutic contact lens therapy (TSCL)
Hydrophilic bandage lenses biasanya disediakan untuk menampung
air mata jika digunakan dengan kombinasi air mata artifisial yang
banyak. Lensa terbaru yaitu gas-permeable scleral
6. Lateral tarsorrhaphy
Dapat menurunkan evaporasi air mata (Amit Patel, 2012).
7. Metode lain
Kamar lembab dapat dicapai dengan sebuah plastik pelindung
mata dapat membantu pada beberapa kasus. Kaca mata dengan
sisi samping yang terlindung juga memberikan efek yang sama.
Membran amnion dan cadaveric epithelial stem cell
transplantation dapat digunakan untuk sejumlah pasien dengan
kerusakan permukaan bola mata yang parah seperti: mata kering
berat, bahan bakar kimia, dan ulser neurotropik. Terapi jangka
panjang dengan androgen topikal untuk menstabilkan sekresi
minyak dari kelenjar meibomian dan tpikal cyclosporin untuk
menekan cytolitic T lymphocytes dan agen destruktif inflamasi
lainnya (Amit Patel, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Patel, Amit, Shunil Sah. 2012. Investigation and Management Dry Eye.
Association of Optometrist Ireland.
10