Anda di halaman 1dari 38

DRY EYE

Ainullah turrahmah
112018045
Pembimbing: dr. Michael Indra Lesmana, Sp.M
Defenisi

Dry eyes (mata kering) adalah penyakit mata


dimana jumlah atau kualitas produksi air mata
berkurang atau penguapan air mata film meningkat
ANATOMI
• Membuat kornea
menjadi licin
• Membasahi/melind

Air ungi kornea dan


konjungtiva
• Menghambat
mata pertumbuhan
mikroorganisme
• sebagai substansi
nutrient yang di
perlukan
LAPISAN FILM AIR MATA
KOMPOSISI AIR MATA
 Volume air mata normal 7 ± 2 µL di setiap mata.
 Albumin → 60% dari protein total air mata

 Sisanya globulin dan lisozim jumlah sama

 immunoglobulin igA, igG dan igE. paling banyak igA

 K+, Na+ dan Cl- kadar air mata > plasma.

 sedikit glukosa (5 mg/dL)

 urea (0,04 mg/dL).

 pH rata-rata 7,35, variasi normal (5,20-8,35).


insidensin10-30% Wanita usia > 40
dari populasi tahun→90%

Frekuensi insidensi
Dry eyes pada ras Hispanic
gangguan yang dan Asia
sering pada mata, dibandingkan ras
kaukasius
Epidemiologi
ETIOLOGI
 Defisiensi komponen lemak air mata.
 Defisiensi kelenjar air mata

 Difisiensi komponen musin cacatnya konjungtiva.

 Akibat penguapan yang berlebihan

 Karena parut pada kornea atau menghilangnya mikrovil


pada kornea.
MANIFESTASI KLINIS
 sensasi gatal / berpasir (benda asing).
 sekresi mucus berlebihan

 tidak mampu menghasilkan air mata

 sensasi terbakar

 fotosensitivitas, merah, sakit, dan sulit menggerakkan


palpebra.
 khas pada test slit lamp →terputus/tidak adanya
meniskus air mata di tepi palpebra inferior.
 mucus kental kekuning kadang terlihat difornix
conjungtiva inferior.
 konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan
mungkin menebal, beredema dan hiperemi.
DIAGNOSA
Tes Schirmer

Tear film break-up time

Tes Ferning Mata

Sitologi Impresi

Pemulasan Flourescein

Pemulasan Bengal Rose

Penguji Kadar Lisozim Air Mata

Osmolalitas Air Mata

Lactoferrin
SCHIRMER TEST
• Air mata buatan
• Salep
• pelembab, moisture-chamber
spectacles atau kacamata renang.

Tera
• mukomimetik , Na-hialuronat dan
larutan dari serum pasien sendiri
sebagai tetesan mata.

pi
• Vitamin A topikal
• Tindakan bedah pemasangan sumbatan
pada punktum yang bersifat temporer
(kolagen) atau untuk waktu lebih lama
(silikon).
• terapi themal (panas), kauter listrik atau
dengan laser
PROGNOSIS
 Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada
pasien dengan sindrom mata kering baik.1
KOMPLIKASI
o Pada awalnya ,penglihatan sedikit terganggu.
o ketidaknyamanan sangat terganggu.
o kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea, penipisan
kornea, dan perporasi.
o Infeksi bakteri sekunder dan berakibat parut
o vaskularisasi pada kornea menurunkan penglihatan.
JOURNAL
Awal dari penelitian
morfologi saraf kornea dan
sensasi kornea pada dry eye
(mata kering)

Eye (2005) 19, 1276–1279


& 2005 Nature Publishing Group All rights reserved 0950-222X/05 $30.00
www.nature.com/eye
ABSTRAK
 
 Tujuan: Untuk mengevaluasi sensitivitas kornea dan
morfologi saraf kornea pada mata kering.
Metode: Sebanyak 32 mata dari 16 pasien (10 pasien
sindrom Sjogren dan 6 sindrom non- Sjogren ) dan 19
mata dari 10 usia pada mata yang sehat cocok untuk
diteliti. Sensitivitas
kornea sentral diukur oleh Cochet-Bonnet aesthesiometer.
Morfologi saraf kornea diteliti di vivo confocal
microscopy (ConfoScan 2.0, Fortune Teknologi Srl,
Vigonza (PD), Italia). pleksus saraf subepitel, pleksus
saraf epitelSub-basal, dan saraf stroma yang terlokalisasi
dan dievaluasi untuk menentukan jumlah saraf,
ketebalan, refleks, dan tortuositas untuk setiap frame.
 Hasil: Sensitivitas kornea rata-rata pada pasien mata
kering (5,6 mm / gr / S) ditemukan secara signifikan
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok pasien
yang mata sehat (5,0 mm / gr / S) (Po0.01). meskipun
bagian subepitel saraf lebih tebal di mata kering
( 6.3871.18 lm) dari pasien mata yang sehat (5.7271.27
lm), perbedaan ini tidak signifikan (P40.05).
 Kesimpulan: Penurunan sensitivitas kornea tidak
berkaitan dengan perubahan morfologi saraf kornea
pada mata kering.

Kata kunci: confocal mikroskop , mata kering, saraf


kornea; sensitivitas kornea
LATAR BELAKANG
 
 Mata kering gangguan mata yang paling umum. 1, 2 ↓ air mata
atau ↑ karena penguapan.1-3 sekresi air mata terjadi mekanisme
refleks.
 Reseptor saraf trigeminal di kornea merangsang gland lacrimal
sekresi air mata.3, 4
 ↓ sensasi dari kornea mengurangi refleks pada sekresi air
mata.
 sensitivitas dari kornea memungkinkan ↓ pada pasien mata
kering .5
 hubungan antara hipoasthesia kornea dengan perubahan
morfologi saraf kornea pada pasien mata kering masih belum
diketahui.
 mikroskop confocal merupakan teknik non-invasif yang bisa
menggambarkan dan mengukur lapisan kornea 6, 7
SAMPLE DAN METODE
Metode sample
Sebanyak , 32 mata dari 16 pasien
• Mata kering dilakukan Schirmer (15♀ / 1♂) dengan mata kering (10
test (tanpa anestesi) ≤ 5 mm SS dan 6 non SS) dan 19 mata
dalam 5 menit. dari10 subyek yang sehat (8♀ /2)
• Tear break-up time (air mata ♂)diteliti.
berhenti)< 10 detik Persyaratan sample yang
• Pemulasan fluorescein pada dipilih:
kornea. tidak sedang dalam pengobatan
sistemik
penyakit okular berkaitan dengan
hipoaethesia kornea
Pasien yang memakai kontak
lensa Operasi okuler .
Mebandingkan Pasien sehat
menjalani Schirmer test > 15 mm
dalam 5 menit.
• diukur dari kornea sentral dengan aesthesiometer Cochet-Bonnet.
• Pemeriksaan dimulai dengan panjang benang nilon 60mm dan
dilanjutkan dengan memperpendek 5 mm sampai pasien
Pengukur merasakkan kontak dari filamen.
• kemudian dibaca dengan menggunakan tabel konversi.

an • benang digunakan tegak lurus ke pusat cornea. 5


• diperiksa sebelum dilakukan Schirmer tes dan pewarnaan.

sensitivitas
kornea

• Morfologi saraf kornea dipelajari dalam vivo microscop confocal .


• Gamabar diperoleh dengan lensa objektif 40/0.75W standar,
Unit •

memiliki bidang 340x255 µm2 .
Resolusi gambar lateral sekitar 1 µm, dan resolusi kedalaman adalah
mikroskop sekitar 10 µm.

Confocal
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS CONFOCAL
Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan.

gunakan anestesi lokal untuk menghindari berkedip.

Beri tetes viscotears,

Beri gel pada ujung lensa

lensa didorong ke arah kornea sentral→ gel kontak dengan kornea .

Kornea tidak tersentuh oleh lensa objektif.

Dengan memindahkan lensa objektif ke belakang dan ke depan, akan didapatkan gambar
beberapa lapisan kornea .

dilakukan selama 2 menit pada setiap mata.


KLASIFIKASI GAMBAR
Untuk pemeriksaan, fokus terbaik gambar serabut saraf. Tiga
lapisan kornea diteliti untuk mengevaluasi saraf kornea . 4

L apisan sel epitel subbasal sebelum lapisan Bowman


(berisi pleksu ssaraf epitel sub-basal).

Stroma anterior, sebagai lapisan posterior dari lapisan


Bowman. Merupakan lapisan pertama setelah lapisan
bowman ( berisi subepitel pleksus saraf). Stroma Anterior
dan lapisan tengah stroma (berisi syaraf stroma). 4
ANALISIS GAMBAR
pleksus saraf subepitel, pleksus
saraf epitel Sub-basal, dan saraf
stroma yang terlokalisasi dan
dievaluasi menentukan

Jumlah saraf,

ketebalan (lebar),

reflektifitas,

tortuositas untuk
setiap gambar.
YANG DINILAI

• Grade 0 (serabut saraf hampir lurus)


• Grade 4 (serabut saraf sangat berliku-
liku),
tortuositas

• Grade 0 ( serabut saraf yang dibedakan


dari dasarnya ) Grade 4 (reflektifitas jauh
Reflektifitas lebih tinggi daripada dasarnya).
Analis
is • Jenis kelamin dievaluasi dengan uji
Fisher. variabel Lain dianalisis dengan uji
Mann-Whitney U . nilai kemungkinan <

statisti 0.05 secara statistik sudah dianggap


bermakna.

k
• Usia rata-rata pasien mata kering 51 tahun (30-69
tahun) dan yang sehat 45 tahun (34-65 tahun)
(P>0.05).

Hasil
• sensitivitas kornea pasien mata kering (5,6 mm / gr /
S) ditemukan secara signifikan lebih rendah
dibandingkan dengan pasien sehat (5,0 mm / gr /S)
(P<0.01).
• subepitel > tebal dalam mata kering ( 6.3871.18 mm)
(Gambar 1) dari mata sehat ( 5.7271.27 mm) (Gambar
2) perbedaan ini tidak signifikan secara statistik
(P>0.05).
Figure 1 Corneal subepithelial nerve plexus in dry eye Figure 2 Corneal subepithelial mm).
(nerve thickness, 7.9 mm). nerve plexus in control eye(nerve thickness, 4.3mm)
PEMBAHASAN
Hyposecretion lacrimalis terjadi karena congenital dan penyakit
sistemik, gangguan di lacrimalis , sindrom Sjogren (SS), dan
penurunan sensation kornea.8
Mata kering gangguan yang sangat umum di population lansia. 2
subklinis dacryoadenitis 9 atau senili atrofi dan fibrosis dari kelenjar

lacrimalis pada manusia dapat menyebabkan keratoconjunctivitis


sicca.10
Morfologi saraf kornea dan sensitivitas kornea ↓ pada mata kering

dengan ↑umur.11 Ini juga dapat ↓ sekresi air mata pada orang tua.

mikroskop confocal digunakan dalam mendiagnosis inflamasi dan


infeksi keratitis, kornea dystrophies, siklus hidup epitel , dan
sindrom endotel iridocorneal, mengetahui karakteristik
penyembuhan luka setelah photorefractive keratectomy, mengukur
ketebalan flap setelah laser dibantu dalam situ keratomileusis, dan
memeriksa morfologi tear film.6
 kemampuan teknik ini terbatas, peneliti tidak
bisa menjelaskan saraf dan akson terminal yang
berasal dari dalam epitel sub-basal saraf lapisan
sel epitel yang lebih dangkal. Saraf Kornea
bagian stroma posterior, lapisan descemet ,dan
lapisan sel endotel tidak dapat digambarkan .4
 Para peneliti menyimpulkan bahwa mikroskop
confocal adalah metode yang sesuai untuk
menggambarkan saraf kornea.
 Keterbatasan dari teknik ini kurang dapat
memeriksa area kecil pada kornea
 kerusakan saraf kornea menyebabkan kornea
hypoaesthesia sehingga mengurangi produksi
air mata setelah dilaser in situ keratomileusis.12
 Penurunan sensitivitas kornea juga diamati setelah
memakai lensa kontak. peneliti menyarankan bahwa
kontak lens menyebabkan penurunan sensitivitas kornea
karena adaptasi rangsangan mekanik sensoris kornea .15
Untuk mengurangi sensitivitas kornea sebaiknya
penghentian pemakaian kontak lensa.11
 sensitivitas kornea menurun berhubungan dengan
gangguan integritas permukaan okular. Dalam penelitian
ini, dengan pemulasan berhubungan dengan penurunan
sensitivity kornea.5 Pada iritasi Adaptasi dari saraf
sensorik dapat berkurang dalam frekuensi dan intensitas
potensial aksi. Iritasi yang berkepanjangan pada kornea
dapat meningkatkan ambang nyeri, dan rangsangan yang
lebih kuat yang dapat menimbulkan sensasi.5
 
 Dalam penelitian rata-rata sensitivitas kornea pasien
mata kering ditemukan secara signifikan lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok pasien sehat .
 Kornea hypoaesthesia berperan dalam patogenesis
Kekurangan air mata pada pasien ini.
 Dalam penelitian ini, diteliti dengan menggunakan
mikroskop confocal morfologi saraf kornea pada pasien
mata kering dan membandingkan hasilnya dengan pasien
sehat berdasarkan usia dan jenis kelamin cocok.
Temuan kami tidak bisa menunjukkan perbedaan yang
signifikan dalam morfologi saraf kornea antara mata
kering dan mata sehat. Sebagai hasil dari keterbatasan
teknik ini, kita tidak bisa menggambarkan saraf dalam
lapisan epitel superfisial.
Kesimpulan
walaupun sensitivitas kornea menurunan
pada pasien mata kering, hal ini tidak terkait
dengan morfologi perubahan saraf kornea.
adaptasi sensoris dari kornea menyebabkan
terganggunya dinamika air mata dapat
menyebabkan Hypoaesthesia kornea
REFERENCES
 Liu Z, Pflugfelder SC. Corneal thickness is reduced in dryeye. Cornea 1999; 18(4): 403–407.
 Lemp MA. New strategies in the treatment of dry-eye states.Cornea 1999; 18: 625–632.
 Pflugfelder SC, Solomon A, Stern ME. The diagnosis and management of dry eye. A twenty-five-year review. Cornea 2000;
19: 644–649.
 Oliveira-Soto L, Efron N. Morphology of corneal nerves using confocal microscopy. Cornea 2001; 20(4): 374–384.

 Xu XP, Yagi Y, Tsubota K. Decrease in corneal sensitivity and change in tear function in dry eye. Cornea 1996; 15(3):235–
239.
 Cavanagh HD, El-Agha MS, Petroll WM, Jester JV. Specular Microscopy, confocal microscopy and ultrasound
biomicroscopy. Diagnostic tools of the past quarter century. Cornea 2000; 19(5): 712–722.
 Cavanagh HD, Petroll WM, Jester JV. The application of confocal microscopy to the study of living systems. Neurosci
Biobehav Rev 1993; 17: 483–498.
 Kaufman HE, Barron BA, McDonald MB, Kaufman SC. Abnormalities of the tears and treatment of dry eyes. In: Kaufman
HE et al (eds). Companion Handbook to the Cornea.Boston, Butterworth Heinemann: 2000, pp 29–42.
 Strickland RW, Tesar JT, Berne BH, Hobbs BR, Lewis DM, Welton RC. The frequency of sicca syndrome in an elderly
female population. J Rheumatol 1987; 14: 766–771.
 Damato BE, Allan D, Murray SB, Lee WR. Senile atrophy of the human lacrimal gland: the contribution of chronic

inflammatory disease. Br J Ophthalmol 1984; 68: 674–680.


 Millodot M. Effect of long-term wear of hard contact lenses on corneal sensitivity. Arch Ophthalmol 1978; 96:1225–1227.

 Battat L, Marci A, Dursun D, Pflugfelder SC. Effects of laser in situ keratomileusis on tear production, clearance and the
ocular surface. Ophthalmology 2001; 108: 1230–1235.
 Mu¨ ller LJ, Vrensen GFJM, Pels L, Cardozo BN, Willekens B.Architecture of human corneal nerves. Invest Ophthalmol
Vis Sci 1997; 38: 985–994.
 Mu¨ ller LJ, Pels L, Vrensen GFJM. Ultrastructural organization of human corneal nerves. Invest Ophthalmol Vis Sci 1996;
37: 476–488.
 Polse KA. Etiology of corneal sensitivity changes accompanying contact lens wear. Invest Ophthalmol Vis Sci1978; 17:
1202–1206.Morphology of corneal nerves and dry eye BM Hos¸al et al1279
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai