Ø Untuk OT yang belum digunakan secara luas harus melalui uji klinik
pendahuluan (fase I dan II) guna mengetahui tolerabilitas pasien terhadap
Obat tradisional tersebut.
Ø Berbeda dengan uji klinik obat modern, dosis yang digunakan umumnya
berdasarkan dosis empiris, tidak didasarkan dose-ranging study.
KESULITAN YANG DIHADAPI UJI KLINIK
OBAT TRADISIONAL (UKOT)
OBAT STANDAR
Obat yang diakui sebagai yang terbaik pada waktu ini.
Pilihan antara menggunakan obat standar atau placebo atau keduanya tergantung
dari :
1. Penyakitnya
2. Obat yang sekarang digunakan
3. Relevansi Metode Penelitiannya
4. Tujuan Uji Klinik
TUJUAN PEMAKAIAN PLASEBO UNTUK MENCAPAI 3 HAL,
YAITU :
1. Membedakan efek suggestability, personality, attitude, anticipation, yang ada pada
penderita, dokter & peneliti
Bias ini akan menambah atau mengurangi efektivitas obat sebenarnya atau mengubah
persepsi efek samping, yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan obatnya sendiri.
2. Plasebo merupakan kontrol terhadap perubahan yang ditimbulkan oleh
penyakitnya sendiri dalam hubungannya dengan waktu.
Perjalanan penyakit keluhan memuncak. Lalu seringkali mereda secara alamiah
bisa dipersepsi sebagai efek penyembuhan obat.
3. Plasebo dapat mengurangi konklusi positif / negatif palsu
Plasebo diperlukan untuk menunjukan efektifitas. Sekali efektifitas suatu obat sudah
dibuktikan secara meyakinkan melalui plasebo (lebih dari 1x), maka studi lain tidak lagi
diharuskan lagi memakai placebo.
Reference : WHO TRS 1975 : Guidelines for Evaluation of Drugs in Man : 48
PLASEBO DIGUNAKAN DALAM SITUASI :
• Untuk obat tradisional yang belum digunakan secara luas harus melalui
uji klinik pendahuluan guna mengetahui tolerabilitas pasien terhadap obat
tradisional tersebut (fase 2, bila mungkin fase 1 dan 2)
• Obat diberikan pada manusia (sukarelawan sehat)
• Tujuan :
1. menentukan besarnya dosis tunggal yang dapat
diterima, artinya yang tidak menimbulkan efek
samping serius
2. Melihat efek samping dan toleransi obat
UJI KLINIK FASE I 3. Menilai hubungan dosis dan efek obat
4. Melihat sifat kinetik obat meliputi ADME
1. Bekerjasama dengan Kementrian Pertanian & Kehutanan untuk standarisasi proses penyediaan
bahan baku (penanaman, panen, pengolahan paska panen).
2. Pendidikan & pelatihan kepada petani tentang penanaman, panen & pengolahan paska panen.
3. Pemberdayaan petani untuk menanam Tanaman Obat sebagai alternative peningkatan ekonomi
keluarga.
4. Pengembangan kelembagaan : Koperasi, Gapoktan, dan Klaster.
MENJAMIN AKSES MASYARAKAT TERHADAP
JAMU YANG BERMUTU, BERKHASIAT DAN AMAN
1. SIMPLISIA
§ Tumbuhan : Kumis kucing, Jahe, Camomile, Kayu manis
§ Hewan : Kuda laut, Tangkur Buaya, Empedu Ular
§ Mineral : Belerang, Kapur Sirih, Emas
2. EKSTRAK (Sari tanaman yang masih kasar)
3. EKSTRAK TERPURIFIKASI (Fraksi Flavonoid, Kurkuminoid,
Minyak Atsiri, VCO).
4. ISOLAT AKTIF (Kafein, Piperin, Kurkumin, Rutin, Eugenol)
KRITERIA BAHAN JAMU
1. RAMUAN 3. RAMUAN SEDERHANA VS KOMPLEKS.
• Ramuan Simplisia Umum Ø Sederhana (Maksimal 5)
• Ramuan Serbuk Seduhan § Kunyit – Asam; Beras – Kencur
• Ramuan Ekstrak Industri § Babakan – Pule; Cabe – Puyang
§ Sinom, Paitan, dll.
2. PROMOTIF DAN PREVENTIF Ø Kompleks (Lebih dari 5)
• Immunostimulan § Tolak Angin; Sehat Pria (Sidomuncul),
• Antioksidan dll
• Hepatoprotektor § Singkir Angin; Pria Sehat (Nyonya
• Sehat / Bugar / Awet Muda / Awet Ayu Meneer), dll
• Anti masuk angina, kembung, § Galian Singset
antiflatulent
• Stamina
• Fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk
saintifikasi jamu dapat diselenggarakan oleh Pemerintah
atau Swasta.
• Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi:
a. Klinik pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Badan
FASILITAS Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan.
PELAYANAN
KESEHATAN b. Klinik Jamu.
c. Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan
Tradisional (SP3T).
d. Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM)/Loka
Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM).
e. Rumah Sakit yang ditetapkan.
• Klinik pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT)
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan ditetapkan sebagai Klinik
Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan berdasarkan
Peraturan Menteri ini dan mengikuti ketentuan
persyaratan Klinik Jamu Tipe A.
KLINIK JAMU
TIPE A 1) Dokter sebagai penanggung jawab
HARUS 2) Asisten Apoteker
MEMENUHI
PERSYARATAN: 3) Tenaga kesehatan komplementer alternatif lainnya
sesuai kebutuhan
4) Diploma (D3) pengobat tradisional dan/atau
pengobat tradisional ramuan yang tergabung dalam
Asosiasi Pengobat Tradisional yang diakui Departemen
Kesehatan,
5) Tenaga administrasi.
b. Sarana yang meliputi: 1) Peralatan medis , 2)
Peralatan jamu, 3) Memiliki ruangan :
KLINIK JAMU a) Ruang tunggu.
TIPE A
b) Ruang pendaftaran dan rekam medis (medical
HARUS record).
MEMENUHI
PERSYARATAN: c) Ruang konsultasi/pelaksanaan penelitian.
d) Ruang pemeriksaan/tindakan.
e) Ruang peracikan jamu.
f) Ruang penyimpanan jamu.
g) Ruang diskusi.
h) Ruang laboratorium sederhana.
i) Ruang apotek jamu.
• a. Ketenagaan yang meliputi :
KLINIK JAMU
TIPE B 1) Dokter sebagai penanggung jawab ,
HARUS
2) Tenaga kesehatan komplementer alternatif
MEMENUHI
PERSYARATAN lainnya sesuai kebutuhan.,
3) Diploma (D3)pengobat tradisional dan/atau
pengobat tradisional ramuan yang tergabung
dalam Asosiasi Pengobat Tradisional yang diakui
Departemen Kesehatan.,
4) Tenaga administrasi.
b. Sarana yang meliputi:
KLINIK JAMU
TIPE B 1) Peralatan medis.
HARUS
2) Peralatan jamu.
MEMENUHI
PERSYARATAN 3) Memiliki ruangan :
a) Ruang tunggu dan pendaftaran.
b) Ruang konsultasi,
pemeriksaan/tindakan/penelitian dan rekam
medis (medical record).
c) Ruang peracikan jamu.
TERIMA KASIH