Anda di halaman 1dari 25

FARMASI KOMUNITAS

“PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI OBAT”


Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Kelompok Mata Kuliah Farmasi Komunitas
Dosen: apt. Elvina Triana Putri, M. Farm

OLEH :
Kelompok 5 Kelas A
Apoteker Angkatan 43

Resina Hajar Haerani Harahap 21340157


Elsha Meiyora 21340160

Fildya Shinta Esperansa 21340162

Didi Haryo Tistomo 21340178

Resti Dwi Indun Inda Yani 21340186

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan baik. makalah ini berjudul “Penyimpanan dan
distribusi obat” makalah ini disusun untuk memenuhi nilai Mata Kuliah Farmasi
Komunitas.
Telah banyak bantuan yang diberikan kepada penulis baik dalam bentuk
moril maupun materil. Tanpa bantuan tersebut, makalah ini tidak dapat
diwujudkan. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini terselesaikan dengan baik.
Akhirnya penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan
imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah. Semoga materi ini dapat
bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Aamiin.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua
pihak demi perbaikan di kemudian hari. Akhir kata, kami berharap semoga
makalah ini bermanfaat dalam proses pembelajaran di Institut Sains dan
Teknologi Nasional.

Jakarta, Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................... 2
1.4 Manfaat.............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 3
2.1 Obat.................................................................................................... 3
2.2 Pengelolaan Obat.............................................................................. 4
BAB III PEMBAHASAN............................................................................... 6
3.1 Pengertian Penyimpanan................................................................. 6
3.2 Aspek Aspek yang perlu di perhatikan pada penyimpanan........ 6
3.3 Pengertian Pendistribusian.............................................................. 11
3.4 Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara 12
3.5 Tujuan Pendistribusian.................................................................... 14
3.6 Strategi menghindari kesalahan Pendistribusian.......................... 14
BAB IV PENUTUP........................................................................................ 17
4.1 Kesimpulan........................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu
dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan
farmasi klinik (Permenkes, 2016). Farmasi rumah sakit bertanggung
jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit
tersebut, salah satunya adalah pengelolaan obat.
Sistem pengelolaan obat merupakan bagian dari sistem
pelayanan rumah sakit yang memberikan pelayanan berdasarkan
aspek keamanan, efektif, dan ekonomis dalam penggunaan obat
sehingga dapat dicapai efektivitas dan efisiensi pengelolaan obat.
Pengelolaan obat berhubungan erat dengan anggaran dan belanja
rumah sakit. Pengadaan obat merupakan bagian terbesar dari
anggaran kesehatan. Anggaran obat di rumah sakit untuk obat dan
alat kesehatan yang dikelola instalasi farmasi mencapai 50-60% dari
seluruh anggaran rumah sakit.
Mengingat begitu pentingnya dana dan kedudukan obat bagi
rumah sakit, manajemen obat di rumah sakit sangat penting untuk
dilakukan, agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi pasien dan rumah sakit. Manajemen obat di rumah sakit
merupakan salah satu unsur penting dalam fungsi manajerial rumah
sakit secara keseluruhan karena ketidakefisienan akan memberikan
dampak negatif terhadap rumah sakit, baik secara medis maupun
secara ekonomis. Proses kegiatan manajemen obat meliputi,
perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan
dan anggaran rumah sakit.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan penyimpanan obat?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyimpanan?
3. Apa saja aspek aspek yang mempengaruhi proses penyimpanan obat?
4. Ada berapakah ruang penyimpanan obat?
5. Apa yang dimaksud dengan pendistribusian obat?
6. Bagaimana cara sistem distribusi di unit pelayanan?
7. Apa tujuan dari pendistribusian obat?
8. Apa saja strategi menghindari kesalahan pendistribusian?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui serta memahami apa yang dimaksud dengan
penyimpanan
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses
penyimpanana suatu sediaan obat
3. Untuk mengetahui apa saja aspek aspek yang mempengaruhi proses
penyimpanana suatu sediaan obat
4. Untuk mengetahui jenis ruangan penyimpanan obat
5. Untuk mengetahui serta memahami apa yang dimaksud dengan
pendistribusian
6. Untuk mengetahui serta memahami cara sistem distribusi di unit
pelayanan
7. Untuk mengetahui serta memahami tujuan dari pendistribusian obat
8. Untuk mengetahui serta memahami cara menghindari kesalahan
pendistribusian

1.4 Manfaat
1. Agar Mahasiswa/i dapat memahami dalam proses penyimpanan dan
distribusi suatu obat
2. Agar Mahasiswa/I dapat melakukan penyimpanan dan distribusi suatu obat
yang baik dan benar
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat
Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan.
Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat
dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.
Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan
pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk
suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan
secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal. Terlalu
banyaknya jenis obat yang tersedia ternyata juga dapat memberikan
masalah tersendiri dalam praktek, terutama menyangkut bagaimana
memilih dan menggunakan obat secara benar dan aman. Para
pemberi pelayanan (provider) atau khususnya para dokter
(prescriber) harus selalu mengetahui secara rinci, obat yang dipakai
dalam pelayanan. Di banyak sistem pelayanan kesehatan, terutama di
negara-negara berkembang, informasi mengenai obat maupun
pengobatan yang sampai ke para dokter seringkali lebih banyak
berasal dari produsen obat. Informasi ini seringkali cenderung
mendorong penggunaan obat yang diproduksi oleh masing-masing
produsennya dan kurang obyektif.
Dalam sistem pelayanan kesehatan nasional, mutlak
diperlukan sumber informasi obat yang netral, agar para dokter dapat
memperoleh informasi yang obyektif setiap saat memerlukannya.
Salah satu bentuk informasi obat yang komprehensif adalah buku
informatorium nasional. Pada dasarnya, pengertian formatorium obat
adalah kumpulan informasi dari produk-produk obat yang telah
diijinkan untuk digunakan dalam suatu sistem pelayanan kesehatan.
Informatorium Obat Nasional Indonesia atau disingkat IONI,
memuat informasi mengenai produk-produk obat yang disetujui

4
5

beredar di Indonesia. Sesuai ketentuan yang berlaku, sebelum


disetujui beredar di Indonesia, obat harus melalui penilaian khasiat,
keamanan dan mutu, sehingga obat yang beredar telah memenuhi 3
kriteria tersebut. Informasi tersebut mencakup informasi mengenai
farmakodinamik dan farmakokinetik obat, indikasi dan cara
penggunaannya, keamanannya dan informasi lainnya.
Pengembangan IONI tidak terlepas dari prinsip kedokteran
berdasarkan bukti (evidence-based medicine), dengan informasi yang
dicantumkan adalah yang paling banyak didukung oleh bukti-bukti
ilmiah yang berkaitan dengan kemanfaatan dan keamanan
penggunaan obat. Informasi yang dimuat dalam suatu informatorium
merupakan informasi yang telah ditelaah secara cermat berdasarkan
data penelitian.
Kepentingan dan manfaat informatorium dapat dijelaskan
secara ringkas sebagai berikut:
 Mencakup produk-produk obat yang telah mendapat izin edar (legal)
 Memuat informasi obat, terutama mengenai indikasi, penggunaan dan cara
penggunaan, serta informasi keamanan obat yang resmi disetujui
(approved).
 Menghindari pemberian infomasi obat yang salah (tidak berimbang, bias,
tidak lengkap).
 Mendorong penggunaan obat yang efektif, aman dan rasional.

2.3 Pengelolaan Obat


Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen
perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai
dari perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara satu
dengan yang lain. Pengelolaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan merupakan suatu siklus kegiatan dari
instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam menyediakan obat, bahan
obat, alat kesehatan, gas medis, yang dimulai dari:
1. Pemilihan
6

2. Perencanaan
3. Pengadaan
4. Penerimaan
5. Penyimpanan
6. Pendistribusian
7. Pencatatan
8. Pelaporan
Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
merupakan salah satu unsur penting dalam fungsi manajerial
rumah sakit secara keseluruhan, karena ketidakefisienan akan
memberikan dampak negatif terhadap rumah sakit baik secara medis
maupun secara ekonomis. Tujuan pengelolaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan adalah agar obat yang diperlukan tersedia
setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, mutu yang
terjamin dan harga yang terjangkau untuk mendukung pelayanan
yang bermutu. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan diharapkan dapat berjalan dengan baik dan saling
mengisi sehingga dapat tercapai tujuan pengelolaan yang efektif
dan efisien agar sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang
diperlukan selalu tersedia setiap saat dibutuhkan dalam jumlah
cukup dan mutu terjamin untuk mendukung pelayanan yang
bermutu. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
berhubungan erat dengan anggaran dan belanja.
7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Penyimpanan


Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang
diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta
gangguan fisik yang dapat merusak mutu sediaan farmasi. Tujuan
penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga
ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan pengawasan.
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi
temperature sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi, pemisahan untuk
menjamin mutu produk dan keamanan petugas yang terdiri dari:
Kondisi Umum untuk ruang Penyimpanan:
1. Obat jadi.
2. Obat produksi.
3. Bahan baku obat.
4. Alat kesehatan dan lain-lain.
Kondisi Khusus untuk Ruang Penyimpanan:
1. Obat termolabil.
2. Alat kesehatan dengan suhu rendah.
3. Obat mudah terbakar.
4. Obat/bahan obat berbahaya.
5. Barang karantina.
3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyimpanan
1. Masalah keamanan dan bahaya kebakaran merupakan risiko terbesar dari
penyimpanan, apalagi barang-barang farmasi sebagian adalah mudah
terbakar.
2. Pergunakan tenaga manusia seefektif mungkin, jangan berlebih jumlah
karyawannya sehingga banyak waktu menganggur yang merupakan biaya,
demikian juga sebaliknya, kekurangan tenaga akan menimbulkan antrian

8
9

di pusat pelayanan yang akan merugikan kedua belah pihak.


3. Pergunakan ruangan yang tersedia seefisien mungkin, baik dari segi
besarnya ruangan dan pembagian ruangan.
4. Memelihara gudang dan peralatannya sebaik mungkin.
5. Menciptakan suatu sistem penataan yang lebih efektif untuk lebih
memperlancar arus barang.
3.3 Aspek Aspek yang perlu di perhatikan pada penyimpanan
B. Aspek umum yang perlu diperhatikan:
1. Tersedia rak/lemari dalam jumlah cukup untuk memuat sediaan
farmasi, alat kesehatan dan BMHP.
2. Jarak antara barang yang diletakkan di posisi tertinggi dengan langit-
langit minimal 50 cm.
3. Langit-langit tidak berpori dan tidak bocor.
4. Ruangan harus bebas dari serangga dan binatang pengganggu.
5. Tersedia sistem pendingin yang dapat menjaga suhu ruangan dibawah
25ºC.
6. Lokasi bebas banjir.
7. Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu.
8. Tersedia alat pemantau suhu ruangan dan lemari pendingin.
9. Pengeluaran obat menggunakan Sistem First In First Out (FIFO), First
Expired First Out (FEFO).
10. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi sediaan farmasi serta disusun secara alfabetis.
11. Kerapihan dan kebersihan ruang penyimpanan
12. Sediaan farmasi harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,
maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi
yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat
nama sediaan farmasi, nomor batch dan tanggal kedaluwarsa. Sediaan
farmasi yang mendekati kedaluarsa (3- 6 bulan) sebelum tanggal
kadaluarsa disimpan terpisah dan diberikan penandaan khusus.
10

13. Sediaan farmasi harus disimpan dalam kondisi yang menjaga stabilitas
bahan aktif hingga digunakan oleh pasien. Informasi terkait dengan
suhu penyimpanan obat dapat dilihat pada kemasan sediaan farmasi.
14. Untuk menjaga kualitas, vaksin harus disimpan pada tempat dengan
kendali suhu tertentu dan hanya diperuntukkan khusus menyimpan
vaksin saja.
15. Penanganan jika listrik padam. Jika terjadi pemadaman listrik,
dilakukan tindakan pengamanan terhadap sediaan farmasi dengan
memindahkan sediaan farmasi tersebut ke tempat yang memenuhi
persyaratan. Sedapat mungkin, tempat penyimpanan sediaan farmasi
termasuk dalam prioritas yang mendapatkan listrik cadangan.
16. Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat penyimpanan
sediaan farmasi.
17. Tempat penyimpanan obat (ruangan dan lemari pendingin) harus
selalu dipantau suhunya menggunakan termometer yang terkalibrasi.
Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu lemari
penyimpanan dapat berupa termometer eksternal dan internal
Lemari pendingin dengan termometer eksternal (kiri) dan
lemari pendingin dengan termometer internal (kanan)

Lemari pendingin dengan termometer eksternal (kiri) dan


lemari pendingin dengan termometer internal (kanan)
Penyimpanan sediaan farmasi, BMHP dan Alkes harus
dilakukan pencatatan dengan kartu stok. Pencatatan di kartu stok
11

meliputi nama, bentuk sediaan dan kekuatan sediaan farmasi, jumlah


persediaan, tanggal, nomor dokumen dan sumber penerimaan,
jumlah yang diterima, tanggal, nomor dokumen dan tujuan
penyerahan, jumlah yang diserahkan, nomor bets dan kedaluwarsa
setiap penerimaan atau penyerahan, dan paraf atau identitas petugas
yang ditunjuk. Pencatatan stok dilakukan secara manual ataupun
dapat secara elektronik dengan sistem yang tervalidasi, mampu
telusur dan dapat dicetak.
Stock opname sediaan farmasi, BMHP dan alkes dilakukan
secara berkala sekurang- kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan.
Khusus untuk Narkotika dan Psikotropika stock opname dilakukan
secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) bulan.
Aspek khusus yang perlu diperhatikan:
1. Obat High Alert
Obat High Alert adalah obat yang perlu diwaspadai karena dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), dan
berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome).
Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas:
a. obat risiko tinggi yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat
mengakibatkan kematian atau kecacatan seperti, insulin, antidiabetik
oral atau obat kemoterapeutik.
b. obat dengan nama, kemasan, label, penggunaan klinik
tampak/kelihatan sama (look alike), bunyi ucapan sama (sound alike)
biasa disebut lasa, atau disebut juga Nama Obat Rupa Ucapan Mirip
(NORUM), contohnya tetrasiklin dan tetrakain. Apotek menetapkan
daftar obat Look Alike Sound Alike (LASA)/Nama-Obat-Rupa-
Ucapan-Mirip (NORUM). Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak
saling berdekatan dan diberi label khusus sehingga petugas dapat lebih
mewaspadai adanya obat LASA/NORUM.
c. elektrolit konsentrat seperti natrium klorida dengan konsentrasi lebih
dari 0,9% dan magnesium sulfat injeksi.
12

Daftar obat berisiko tinggi ditetapkan oleh Apotek dengan


mempertimbangkan data dari referensi dan data internal di Apotek tentang
“kejadian yang tidak diharapkan” (adverse event) atau “kejadian nyaris
cedera” (near miss). Referensi yang dapat dijadikan acuan antara lain
daftar yang diterbitkan oleh ISMP (Institute for Safe Medication Practice).
Apotek harus mengkaji secara seksama obat-obat yang berisiko tinggi
tersebut sebelum ditetapkan sebagai obat high alert di Apotek.
Untuk obat high alert(obat dengan kewaspadaan tinggi) berupa
elektrolit konsentrasi tinggi dan obat risiko tinggi harus disimpan dengan
terpisah dan penandaan yang jelas untuk menghindari kesalahan
pengambilan dan penggunaan. Penyimpanan dilakukan terpisah, mudah
dijangkau dan tidak harus terkunci. Disarankan pemberian label high alert
diberikan untuk menghindari kesalahan.
Contoh lemari penyimpanan obat high alert

Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak saling berdekatan dan


diberi label khusus sehingga petugas dapat lebih mewasapadai adanya obat
LASA/NORUM. Dibawah ini beberapa contoh obat LASA berdasarkan
bentuk sediaan, kekuatan dan kandungan zat aktif
Contoh obat LASA dengan kekuatan bentuk sediaan berbeda
13

2. Obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi.


Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi harus mampu menjaga keamanan, khasiat dan mutu serta dilarang
digunakan untuk menyimpan barang selain Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi. Apotek harus memiliki tempat penyimpanan Narkotika
atau Psikotropika berupa lemari khusus dan berada dalam penguasaan
Apoteker. Lemari khusus penyimpanan Narkotika dan Psikotropika harus
mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda, satu kunci dipegang oleh
Apoteker dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang
dikuasakan. Apabila Apoteker berhalangan hadir dapat menguasakan
kunci kepada pegawai lain. Apotek harus menyimpan Prekursor Farmasi
dalam bentuk obat jadi di tempat penyimpanan obat yang aman
berdasarkan analisis risiko.
3.4 Ruang Penyimpanan Obat
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur
sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas yang terdiri dari:
a. Kondisi Umum untuk ruang Penyimpanan:
1. Obat jadi.
2. Obat produksi.
3. Bahan baku obat.
4. Alat kesehatan dan lain-lain.
b. Kondisi Khusus untuk Ruang Penyimpanan:
1. Obat termolabil.
2. Alat kesehatan dengan suhu rendah.
3. Obat mudah terbakar.
4. Obat/bahan obat berbahaya.
5. Barang karantina
3.5 Pengertian Pendistribusian
Pendistribusian merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
rangka menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai
kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu,
14

stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus


menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya
pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan (PMK No.58 tahun 2014
tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit bab 2 ayat 17).
Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan
perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam
proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk
menunjang pelayanan medis. Rumah sakit menerapkan sistem
distribusi obat tergantung pada kebijakan yang diambil oleh pihak
manajerial, kondisi rumah sakit dan jumlah personil yang dimiliki.
Penyampaian obat dari apoteker ke pasien adalah bagian terakhir
distribusi obat.
3.6 Sistem distribusi di unit pelayanan
a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
Pada sistim ini seluruh persediaan perbekalan farmasi kebutuhan pasien
ditempatkan di Unit Pengguna: Perbekalan farmasi yang tersedia di
ruang rawat merupakan tanggung jawab perawat ruangan dan setiap
ruang rawat harus ada penanggung jawab obat.
1. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola
oleh Instalasi Farmasi.
2. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
3. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan
kepada penanggung jawab ruangan.
4. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor
stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
5. Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan
interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.
15

Keuntungan :
a. Perbekalan farmasi siap pakai untuk pasien
b. Menghindari kemungkinan pengembalian perbekalan farmasi obat
yang tidak terpakai ke gudang farmasi
c. Mengurangi jumlah permintaan atau pesanan ke bagian farmasi
d. Mengurangi tenaga pelaksana farmasi
Kelemahan :
a. Kemungkinan terjadi kesalahan pengobatan bertambah besar
b. Kemungkinan obat hilang atau rusak semakin besar
c. Meningkatkan persediaan obat disetiap ruang perawatan
d. Memerlukan ruang penyimpanan yang luas di ruang perawatan
e. Menambah beban kerja bagi perawat.
b. Sistem Resep Perorangan
Sistim ini memberikan pelayanan kepada pasien secara individual
berdasarkan resep dokter ,Tempat pelayanan : Apotek RS atau Satelit
Farmasi Rawat Jalan,Perbekalan farmasi dberasal dari gudang Farmasi
yg didistribusikan ke apotek/ depo/ satelit farmasi.Pendistribusian
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap
melalui Instalasi Farmasi.
Keuntungan :
a. Seluruh instruksi pengobatan dapat langsung dikaji atau
dimonitor oleh farmasis
b. Memungkinkan interaksi antara farmasis, dokter, perawat
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat membuat profil farmasi
penderita.
c. Memungkinkan pengawasan terhadap sediaan farmasi &
alkes dengan lebih teliti
Kelemahan :
a. Kemungkinan terjadinya penundaan untuk mendapatkan
pengobatan yang dibutuhkan
16

b. Bila obat berlebih, penderita tetap harus membayar sesuai


jumlah yang tercantum dalam resep
c. Meningkatnya kebutuhan petugas farmasi
c. Sistem Unit Dosis
Sistem ini khusus untuk distribusi obat oral,obat-obat yang diinstruksikan,
disiapkan dan diserahkan dalam bentuk satuan unit dosis yang terdiri
dari obat-obatan dgn jumlah yang telah ditentukan atau penyediaan
yang efisien untuk satu kali penggunaan. Sistim dosis unit ini dapat
dilaksanakan secara sentralisasi dan desentralisasi.Pendistribusian
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis
tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem
unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
Keuntungan :
a. Memungkinkan bagi farmasis untuk mengkaji instruksi pengobatan
sebelum obat disiapkan
b. Interaksi antara farmasis, dokter dan perawat terjadi lebih
intensif
c. Bagian farmasi rumah sakit dapat membuat profil farmasi penderita
dengan lengkap.
d. Mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan obat karena
dilakukan pemeriksaan ganda oleh farmasis dan perawat.
e. Penderita membayar obat-obat yang digunakan saja.
f. Meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga farmasi
g. Mengurangi beban kerja perawat
h. Mengurangi kemungkinan terjadinya kehilangan obat
i. Efisiensi ruang perawatan dari penyimpanan obat dengan
meniadakan persediaan obat yang banyak.
j. Meniadakan duplikasi pesanan obat dan kertas kerja yang
berlebihan di bagian farmasi dan perawatan.
Kelemahan :
a. Membutuhkan tenaga pelaksana farmasi yang lebih banyak
17

b. Biaya operasional lebih besar


d. Sistem Kombinasi
Pada sistim ini dispensing terutama dilakukan berdasarkan atas resep
individual atau sistim pesanan obat dikombinasikan dengan floor
stock dalam jumlah terbatas. Pada umumnya digunakan di banyak
rumah sakit yang menarik biaya pengobatan secara individual
termasuk biaya dosis unit. Penetapan obat-obat mana yang termasuk
dalam daftar floorstock dilakukan oleh Instalasifarmasi rumah sakit
bersama Pania Farmasi dan Terapi dan bagian perawatan.
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan
kombinasi a + b atau b + c atau a + c.
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat
dianjurkan untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini
tingkat kesalahan pemberian Obat dapat diminimalkan sampai
kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock atau Resep
individu yang mencapai 18%. Sistem distribusi dirancang atas dasar
kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan:
a. efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada;
b. metode sentralisasi atau desentralisasi.
3.7 Tujuan Pendistribusian
Menyediakan dan menyiapkan serta menyalurkan perbekalan
farmasi pada pasien atau ke unit pelayanan secara cepat, tepat dan
aman.
1. Tujuan khusus
a. memperkecil kesalahan dalam pemberian sediaan farmasi & alat
kesehatan/ perbekalan farmasi.
b. mengamankan perjalanan perbekalan farmasi sampai kepada pasien.
c. menjaga dan mengawasi mutu perbekalan farmasi
d. mengurangi pemborosan dan penyalahgunaan
e. mendayagunakan tenaga farmasi
18

f. menjalin kerjasama antar tenaga farmasi, dokter, perawat dan semua


personil yang terkait di rumah sakit.
3.8 Strategi menghindari kesalahan Pendistribusian
1. Meminimalkan instruksi lisan dan pertelepon, klarifikasi / baca ulang
(read back) saat menerima instruksi lisan / pertelpon.
2. Pengecekan / konfirmasi ulang kepada dokter yang meresepkan bila
resep kurang terbaca / kurang jelas. Jangan menebak.
3. Menganjurkan untuk melihat ulang (check back) kegunaan obat dan
diagnosis penyakit sebelum pemberian obat
4. Obat-obat floor-stock dibatasi seminimal mungkin. Hanya untuk obat-
obat emergency dan obat rutin yang dipakai bersama seperti larutan
antiseptik.
5. Harus dilakukan pemeriksaan terhadap tempat penyimpanan obat di
rumah sakit secara rutin agar penyimpanan dilakukan dgn benar dan
baik.
6. Pembacaan label obat secara teliti sebelum pemberian
7. Melibatkan pasien dan pendampingnya untuk mengurangi kesalahan
pemberian obat melalui :
a. Pemberian informasi tertulis kepada pasien tentang obat yang
digunakan
b. Membantu pasien yang mengalami gangguan penglihatan, beda
bahasa dan pengetahuan yang terbatas tentang kesehatan.
c. Menyediakan petugas farmasi yang dapat memberikan informasi
bila dibutuhkan mis. bila ingin konfirmasi tentang indikasi
penggunaan obat.
8. Memastikan seluruh langkah proses pengelolaan obat dilakukan oleh
tenaga berkualifikasi dan kompeten.
19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada
tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang
dapat merusak mutu sediaan farmasi.
2. Factor-faktor yang dapat mempengaruhi proses penyimpanan
Pergunakan tenaga manusia seefektif mungkin, jangan berlebih jumlah
karyawannya sehingga banyak waktu menganggur yang merupakan
biaya, demikian juga sebaliknya, kekurangan tenaga akan menimbulkan
antrian di pusat pelayanan yang akan merugikan kedua belah pihak.
3. Aspek-aspek Penyimpanan khusus yang perlu diperhatikan: Obat High
Alert dan Obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi,
4. Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur
sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk
dan keamanan
5. Pendistribusian merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,
dan ketepatan waktu.
6. Sistem pendistribusian unit pelayanan ada 4 yaitu : Sistem persediaan
kengkap diruangan (floor stock), sistem resep perorangan, sistem unit
dosis dan sistem kombinasi
7. Tujuan pendistribusian Menyediakan dan menyiapkan serta menyalurkan
perbekalan farmasi pada pasien atau ke unit pelayanan secara cepat, tepat dan
aman.
8. Strategi menghindari kesalahan Pendistribusian yaitu : Meminimalkan
instruksi lisan dan pertelepon, Pengecekan, (check back) kegunaan obat dan
diagnosis penyakit sebelum pemberian obat , Obat-obat floor-stock dibatasi
seminimal mungkin, pemeriksaan tempat penyimpanan obat, Pembacaan label

20
21

obat secara teliti sebelum pemberian dan Memastikan seluruh langkah proses
pengelolaan obat dilakukan oleh tenaga berkualifikasi dan kompeten.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini Wirda, Wisang S.G, dkk (2020) Buku Pedoman Pelayanan


Kefarmasian; In: Malang; Hal 16-20
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2008.
Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: BPOM RI, KOPER
POM dan CV SagungSeto.
Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian, Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Kementrian Kesehatan RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah Sakit.

22

Anda mungkin juga menyukai