Anda di halaman 1dari 19

METODOLOGI FARMAKOLOGI

UJI PRAKLINIK DAN UJI KLINIK

OLEH :
MUAADZATUL IZZAH SUDARMAN ( G 701 15 024 )
MEYLAN STEFANIE DARUNGO ( G 701 15 034 )
DEFINISI

Uji praklinik yaitu pengujian yang dilakukan dengan


menggunakan senyawa yang baru ditemukan (hasil
isolasi maupun sintesis) terlebih dahulu harus diuji
dengan serangkaian uji farmakologi pada hewan.

Uji klinik pada dasarnya memastikan efektifitas,


keamanan dan gambaran efek samping yang sering
timbul pada manusia akibat pemberian suatu obat.
TUJUAN

Uji klinik bertujuan untuk membuktikan atau menilai


manfaat klinik suatu obat, pengobatan, atau strategi
terapetik tertentu secara objektif dan benar.

Uji praklinik, atau disebut juga studi/ pengembangan/


penelitian praklinik/ non-klinik, adalah tahap penelitian
yang terjadi sebelum uji klinik atau pengujian pada
manusia. Uji praklinik memiliki satu tujuan utama yaitu
mengevaluasi keselamatan produk baru.
TAHAP PENGEMBANGAN DAN PENILAIAN
OBAT

Meneliti dan skrining bahan obat

Mensintesis dan meneliti


zat/senyawa analog dari obat
yang sudah ada dan diketahui
efek farmakologinya

Meneliti dan mensintesis dan


membuat variasi struktur

Dikembangkan obat alami


TAHAP UJI PRAKLINIK

Uji Toksisitas Uji Aktivitas

uji toksisitas in vitro uji aktivitas in vitro


uji toksisitas in vivo
uji aktivitas in vivo
uji toksisitas akut
uji toksisitas subkronis
uji toksisitas kronis
uji toksisitas khusus
TAHAP UJI KLINIK
pengujian suatu obat baru untuk pertama kalinya pada manusia
menentukan besarnya dosis tunggal yang dapat diterima yang tidak menimbulkan efek
Fase I
samping serius

obat dicobakan untuk pertama kalinya pada sekelompok kecil penderita


melihat apakah efek farmakologik yang tampak pada fase I berguna atau tidak untuk
Fase II pengobatan

memastikan bahwa suatu obat-baru benar-benar berkhasiat dan untuk mengetahui


kedudukannya dibandingkan dengan obat standard
pembandingan dilakukan dengan placebo, obat yang sama tapi dosis berbeda, obat
Fase III standard dengan dosis ekuiefektif, atau obat lain yang indikasinya sama dengan dosis
yang ekuiefektif

post marketing drug surveillance karena (pengamatan terhadap obat yang telah
dipasarkan)
menentukan pola penggunaan obat di masyarakat serta pola efektifitas dan
Fase IV keamanannya pada penggunaan yang sebenarnya
Studi fase IV dapat juga berupa uji klinik jangka panjang dalam skala besar untuk
menentukan efek obat terhadap morbiditas dan mortalitas
KOMPONEN UJI KLINIK
1. Seleksi/pemilihan subjek
2. Rancangan uji klinik
3. Jenis perlakuan atau pengobatan dan
pembandingnya
4. Pengacakan (randomisasi) perlakuan
5. Besar sampel
6. Penyamaran/pembutaan (blinding)
7. Penilaian respons
8. Analisis dan interpretasi data
LANJUTAN
1. Seleksi/pemilihan subjek
a. Kriteria pemasukan (inclusion criteria), yakni syarat-
syarat yang secara mutlak harus dipenuhi subjek meliputi
antara lain kriteria diagnostik, baik klinis (termasuk gejala
dan tanda-tanda penyakit) maupun laboratoris, derajat
penyakit (mis. ringan, sedang atau berat), asal pasien
(hospitalatau community-based), umur dan jenis kelamin.
b. Kriteria pengecualian (exclusion criteria) merupakan
kriteria yang tidak memungkinkan diikutsertakannya
subjek-\subjek tertentu dalam penelitian. Sebagai contoh
adalah wanita hamil
LANJUTAN
2. Rancangan uji klinik

a.Rancangan paralel/rancangan antar subjek (RCT-parallel


design), prinsip dasar rancangan ini yakni, secara acak
subjek-subjek yang dilibatkan dalam penelitian dibagi
dua atau lebih kelompok pengobatan.

b.Rancangan silang/rancangan sama subjek (RCT-cross-over


design), pada rancangan ini setiap subjek akan
memperoleh semua bentuk pengobatan/perlakuan secara
selang-seling yang ditentukan secara acak.
LANJUTAN
3. Jenis perlakuan atau pengobatan dan pembandingnya
Informasi yang perlu dicantumkan meliputi jenis obat
dan formulasinya, dosis dan frekuensi pengobatan, waktu dan
cara pemberian serta lamanya pengobatan dilakukan.

4. Pengacakan (randomisasi) perlakuan

Randomisasi atau pengacakan perlakuan mutlak


diperlukan dalam uji klinik terkendali (randomize-
controlledtrial-RCT), dengan tujuan utama menghindari bias
(pracondong).
LANJUTAN
5. Besar sampel

a. kepekaan uji klinik

Jika diketahui bahwa perbedaan kemaknaan klinis antara 2 obat yang diuji
tidak begitu besar, maka diperlukan jumlah sampel yang besar.

b. Keragaman hasil.

Makin kecil keragaman hasil uji antar individu dalam kelompok yang sama,
maka makin sedikit jumlah subjek yang diperlukan.

c. Derajat kebermaknaan statistik.

Makin besar kebermaknaan statistik yang diharapkan dari uji klinik, maka
makin besar pula jumlah subjek yang diperlukan.
LANJUTAN

6. Penyamaran/pembutaan (blinding)

Single blind, jika identitas obat tidak diberitahukan pada


pasien.

Double blind, jika baik pasien maupun dokter pemeriksa


tidak diberitahu identitas obat maupun pembandingnya.

Triple blind, jika pasien, dokter pemeriksa maupun


individu yang melakukan analisis tidak diberitahu
identitas obat yang diuji dan pembandingnya.
LANJUTAN

7. Penilaian respons

Penilaian respons pasien terhadap proses


terapetik yang diberikan harus bersifat objektif,
akuratdan konsisten. Oleh sebab itu respons yang
hendak diukur harus didefinisikan secara jelas.
LANJUTAN

Empat kategori utama yang umum digunakan untuk


menilai respons terapetik adalah:

a. Penilaian awal (baseline assessment)

Sesaat sebelum uji dilakukan, keadaan klinis


hendaknya dicatat secara seksama berdasarkan
parameter-parameter yang telah disepakati. Sebagai
contoh adalah tekananndarah, yang hendaknya telah
diukur sesaat sebelum uji klinik dimulai.
LANJUTAN

b. Kriteria-kriteria utama respons pasien.

Disini indikasi utama pengobatan merupakan


kriteria utama yang harus dinilai. Jika yang diuji obat
analgetik-antipiretika, maka kriteria utama penilaian
adalah penurunan panas, terjadi tidaknya kejang atau
gejala lain sebagai manifestasi demam, dan sebagainya.
LANJUTAN

c. Kriteria tambahan.

Dengan kriteria tambahan ini kita dapat menilai


apakah obat yang diuji disamping memberi kemanfaatan
klinis yang besar juga terjamin keamanannya. Kriteria
tambahan ini umumnya berupa efek samping, mulai
derajat ringan sampai berat, baik yang mengancam
kehidupan (lifethreatening) maupun tidak.
LANJUTAN

d. Pemantauan pasien.

Mengingat keberhasilan uji klinik (secara khusus)


maupun terapetik (secara umum) akan sangat ditentukan
oleh ketaaan pasien, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi ketaatan pasien untuk berperan serta
dalam penelitian hendaknya dapat dikontrol sebaik
mungkin.
LANJUTAN
8. Analisis dan interpretasi data
Analisis data dan interpretasi hasil suatu uji
klinik sangat tergantung pada metode statistika yang
digunakan. Metode statistika yang akan digunakan
untuk analisis data uji klinik harus sudah disiapkan saat
pengembangan protokol, untuk menghindari
ketidaktepatan uji statistika dan interpretasi hasil.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai