Tutorial A Blok 19
Rizki Fadillah
04011181520076
Alpha 2015
Pemeriksaan penunjang
1. tear break up time : 4 detik
2. schirmer tes : 9 mm
C. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan penunjang pada skenario ?
Uji schirmer I (untuk keratokonjungtiva sika)
Merupakan pemeriksaan sekresi total air mata (reflex dan basal). Penderita diperksa di
kamar dengan penerangan redup dan tidak mengalami menipulasi mata berlebihan
sebelumnya.
Sepotong kertas filter atau kertas filter whatman no. 41 lebar 5mm dan panjang 30
mm diselipkan pada forniks konjungtiva bulbi bawah, ujung lain kertas menggantung
pada bagian kertas yang terjepit pada frniks inferior tersebut. Bila sesudah 5 menit kertas
tidak basah menunjukkan air mata kurang.
Uji ini merupkan uji untuk menilai kuantitas dan tidak kualitas air mata yang tidak
berhubungan dengan kadar musin yang dikeluarkan sel goblet.
Bila setelah 5 menit seluruh filter basah maka ini idak banyak nilainya karena reflex
mungkin terlalu kuat. Bila bagian yang basah kurang dari 10 mm berarti fungsi sekresi air
mata terganggu, bila lebih dari 10 mm berarti hipersekresi atau pseudoepifora.
Tear break up time
Pengukuran “tear film break-up time” kadang-kadang berguna untuk
memperkirakan kandungan musin dalam cairan mata. Kekurangan musin mungkin
tidak mempengaruhi tes Schirmer namun dapat berakibat tidak stabilnya film airmata.
Ini yang menyebabkan lapisan itu cepat pecah. “Bintik-bintik kering” terbentuk dalam
film airmata, sehingga memaparkan epitel kornea atau konjungtiva. Prose ini pada
akhirnya merusak sel-sel epitel, yang dapat dipulas bengal rose. Sel-sel epitel yang
rusak dilepaskan dari kornea, meninggalkan daerah-daerah kecil yang dapat dipulas,
bila permukaan kornea dibasahi flurescein. “Tear film break-up time” dapat diukur
dengan meletakkan secarik kertas berflurescein pada konjungtiva bulbi dan meminta
pasien berkedip. Film airmata kemudian diperiksa dengan bantuan saringan cobalt
pada slitlamp, sementara pasien diminta agar tidak berkedip. Waktu sampai
munculnya titik-titik kering yang pertama dalam lapis flurescein kornea adalah “tera
film break-up time”. Biasanya waktu ini lebih dari 15 detik, namun akan berkurang
nyata oleh anastetika lokal, memanipulasi mata, atau dengan menahan palpebra agar
tetap terbuka. Waktu ini lebih pendek pada mata dengan defisiensi aqueous pada
airmata dan selalu lebih pendek dari normalnya pada mata dengan defisiensi musin.
Seorang wanita usia 49 tahun, diduga mengalami blepharitis kronis anterior dan
posterior et causa susp. Staphylococcus.
D. Epidemiologi (naufal, uit)
In the UK it is estimated that blepharitis is responsible for 5% of all eye problems
reported to general practitioners. Blepharitis is one of the most common ocular diseases
encountered by ophthalmologists. The National Disease and Therapeutic Index estimates
that blepharitis accounted for approximately 590,000 patient visits in 1982. The mean age
of patients with blepharitis is 50 years. Gender and age distribution are similar among the
different blepharitis groups with the exception of staphylococcal blepharitis, which
affects predominantly women (80%) and occurs at a slightly younger age (mean 42
years). Approximately 50% of patients have associated dry eye syndrome.
E. Faktor resiko
Berdasarkan American Optometric Association 2002, ada beberapa hal faktor resiko
blefaritis antara lain:
Penyakit sistemik yang mendasarinya
Dermatitis seboroik
Akne rosasea
Dermatitis atopik dan psoriasis
Sika keratokojuntivitis
ketombe, kulit kering, jerawat, kencing manis dan kurangnya kebersihan.
Ilyas, Sidarta. 2015. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.