Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sindroma mata kering (dry eye syndrome) pada populasi Asia lebih banyak
dibandingkan populasi kulit putih (Caucasian). Diperkirakan dari 5 miliyar penduduk
Amerika berumur diatas 50 tahun menderita dry eye syndrome dan 25% diantaranya
mengalami ketidaknormalan pada permukaan mata (Catania et al., 2011). Di beberapa
Negara di Asia seperti di Taiwan pada tahun 1999-2000 pasien mata kering sebesar 33,7%
dari 2038 partisipan (Lin et al., 2003). Di Korea dari 1654 partisipan terdapat 33,2%
penderita dry eye (Han et al, 2011). Di Jepang dari 3294 partisipan terdapat 21,6% pasien
wanita dan 12,5% laki-laki (Uchino et al, 2011). Sedangkan di Indonesia pada tahun 2001
tercatat jumlah pasien sindroma mata kering berumur 10 mm dinyatakan normal, dibawah
nilai tersebut dinyatakan mengalami dry eye (Lemp et al., 2007).
Tes juga dapat dilakukan menggunakan anestesi topikal untuk menilai sekresi dasar
air mata. Nilai kurang dari 5 mm dianggap dry eye (Asyari Fatma, 2007). Penelitian
dilakukan di dalam ruang tertutup tanpa hembusan kipas angin. Kedua mata diperlakukan
secara serentak (Shaharuddin et al., 2008). Banyaknya keluhan akibat dry eye syndrome
menyebabkan pasien harus melakukan terapi yang sesuai guna mengurangi dan
menghilangkan keluhan tersebut. bahkan dapat timbul efek toksik yang berbahaya pada
mata.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Sindrom Mata Kering ?
2. Apa etiologi Sindrom Mata Kering ?
3. Bagaiamana patofisiologi Sindrom Mata Kering ?
4. Apa saja manifestasi klinis Sindrom Mata Kering ?
5. Apa diagnostic Sindrom Mata Kering ?
6. Apa komplikasi dari Sindrom Mata Kering ?
7. Bagaimana pencegahan Sindrom Mata Kering ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Sindrom Mata Kering ?

1
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Sindrom Mata Kering
2. Untuk mengetahui etiologi Sindrom Mata Kering
3. Untuk mengetahui patofisiologi Sindrom Mata Kering
4. Untuk mengetahui diagnostic Sindrom Mata Kering
5. Untuk mengetahui komplikasi dari Sindrom Mata Kering
6. Untuk mengetahui pencegahan Sindrom Mata Kering
7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Sindrom Mata Kering

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Mata kering merupakan penyakit multifaktorial air mata dan permukaan mata yang
menimbulkan gejala tidak nyaman, gangguan penglihatan, dan instabilitas lapisan air mata
yang berpotensial kerusakan pada permukaan mata. Mata kering memiliki dampak besar
pada fungsi visual, aktivitas sehari-hari, fungsi social dan fisik, produktivitas kerja, biaya
langsung dan tidak langsung dari penyakit dan kualitas hidup. Meskipun banyak perubahan
dalam pola konsumsi bahan bakar selama dekade terakhir, arang tetap menjadi bahan bakar
utama untuk menyiapkan makanan di beberapa negara. Penggunaan arang di negara
berkembang masih banyak dijumpai mengingat arang merupakan salah satu bahan bakar
yang murah dibanding gas. Selain itu panas yang dihasilkan lebih banyak daripada asapnya
dibandingkan kayu pada jumlah yang sama.
Sindroma mata kering atau dry eye syndrome merupakan kumpulan gangguan pada
LAM yang disebabkan oleh penurunan produksi air mata dan atau peningkatan penguapan
air mata, sehingga timbul gejala mata terasa tidak nyaman (seperti iritasi, perih, berair,
seperti ada pasir, lengket, gatal, pegal, merah, merasa mengantuk, mudah lelah) dan dapat
terjadi penurunan tajam penglihatan. Sedangkan menurut International Dry Eye Workshop
pada tahun 2007 mendefinisikan dry eye syndrome sebagai penyakit multifaktorial pada
lapisan air mata dan permukaan mata dengan gejala ketidaknyamanan, gangguan
ketajaman mata, dan ketidakstabilan lapisan air mata dengan kerusakan potensial pada
permukaan mata. Kondisi tersebut disertai dengan hiperosmolaritas pada lapisan air mata
dan inflamasi pada permukaan mata (Perry, 2008).

3
B. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat memicu terhadap resiko terjadinya dry eye baik pada wanita
maupun pria dan beberapa diantaranya tidak dapat dihindari adalah (Asyari Fatma, 2007):
1. Usia lanjut. Dry eye dialami oleh hampir semua penderita usia lanjut, 75% di atas
65 tahun baik laki maupun perempuan.
2. Hormonal yang lebih sering dialami oleh wanita seperti saat kehamilan, menyusui,
pemakaian obat kontrasepsi, dan menopause.
3. Beberapa penyakit seringkali dihubungkan dengan dry eye seperti: artritis rematik,
diabetes, kelainan tiroid, asma, lupus erythematosus, pemphigus, Stevens-johnsons
syndrome, Sjogren syndrome, scleroderma, polyarteritis nodosa, sarcoidosis,
Mickulick.s syndrome.
4. Obat-obatan dapat menurunkan produksi air mata seperti antidepresan,
dekongestan, antihistamin, antihipertensi, kontrasepsi oral, diuretik, obat-obat
tukak lambung, tranquilizers, beta bloker, antimuskarinik, anestesi umum.
5. Pemakai lensa kontak mata terutama lensa kontak lunak yang mengandung kadar
air tinggi akan menyerap air mata sehingga mata terasa perih, iritasi, nyeri,
menimbulkan rasa tidak nyaman/intoleransi saat menggunakan lensa kontak, dan
menimbulkan deposit protein.
6. Faktor lingkungan seperti, udara panas dan kering, asap, polusi udara, angin, berada
diruang ber-AC terus menerus akan meningkatkan evaporasi air mata.
7. Mata yang menatap secara terus menerus sehingga lupa berkedip seperti saat
membaca, menjahit, menatap monitor TV, komputer, ponsel
8. Pasien yang telah menjalani operasi refraktif seperti Photorefractive keratectomy
(PRK), laser-assited in situ keratomileusis (LASIK) akan mengalami dry eye untuk
sementara waktu.

C. Patofisiologi
Mata kering disebabkan oleh kualitas air mata yang kurang baik. Lapisan air mata terdiri
dari tiga lapis, yaitu lapisan minyak lipid, air/akuos dan musin. Apabila terjadi masalah di
salah satu lapisan tersebut akan menyebabkan gejala mata kering. Lapisan Minyak Lipid
adalah lapisan luar ini diproduksi oleh kelenjar Meiboom yang terdapat di tepi kelopak

4
mata. Lapisan ini akan mengurangi penguapan lapisan dibawahnya. Jika lapisan minyak
ini tidak baik, maka penguapan lapisan akuos akan bertambah cepat. Masalah ini sering
terjadi pada orang-orang yang mengalami peradangan pada tepi kelopak mata, acne dan
beberapa kalainan kulit lain. Lapisan Air/Akuos adalah lapisan yang di tengah ini
merupakan lapisan yang paling tebal dan diproduksi oleh kelenjar air mata. Tugasnya
membersihkan mata dari kotoran dan membersihkan dari benda iritan untuk mata.Lapisan
Musin adalah lapisan yang paling dalam yang terdiri dari lendir yang dihasilkan oleh sel
lain di konjungtiva. Musin ini memungkinkan air mata tersebar rata di permukaan mata
dan membantu agar mata tetap basah.
D. Manifestasi Klinis
Gejala dan keluhan mata kering biasanya mengenai kedua mata antara lain : sensasi
rasa panas, kering dan gatal di mata; ada kotoran mata; meningkatnya rasa iritasi mata
terhadap angin dan asap; mata lelah setelah membaca meski dalam waktu yang tidak terlalu
lama; tidak tahan terhadap cahaya; kesulitan mengenakan lensa kontak; mata berair;
penglihatan kadang buram terutama setelah digunakan untuk waktu yang lama atau akhir
kerja.
E. Diagnostik
1. Pemeriksaan Tear meniskus, cara pemeriksaan produksi air mata normal menghasilkan
meniskus air mata, penuh dan sedikit konkaf, kirakira 0,5 mm 18, 1,0 mm 17. Pada
defesiensi air mata meniskus akan berkurang atau tidak ada dan mungkin mengandung
mukus atau debris
2. Uji Schirmer, untuk menilai kuantitas air mata, menilai kecepatan sekresi air mata
dengan memakai kertas filter Whatman 41 bergaris 5 mm30 mm dan salah satu
ujungnya berlekuk berjarak 5 mm dari ujung kertas . Kertas lakmus merah dapat juga
dipakai dengan melihat perubahan warna. Perbedaan kertas lakmus dengan kertas filter
hanya sedikit. Ratarata hasil bila memakai Whatman 41 adalah 12 mm (1 mm27
mm) sedangkan lakmus merah 10 mm (0 mm27 mm).
Uji Schirmer I dilakukan tanpa anestesi topikal, ujung kertas berlekuk diinsersikan ke
sakus konjuntiva forniks inferior pada pertemuan medial dan 1/3 temporal palpebra
inferior. Pasien dianjurkan menutup mata perlahan lahan tetapi sebagian peneliti
menganjurkan mata tetap dibuka dan melihat keatas. Lama pemeriksaan 5 menit dan

5
diukur bagian kertas yang basah, diukur mulai dari lekukan. Nilai normal adalah 10
mm25 mm 11, 10 mm30 mm 12.
Uji Schirmer II dengan penetesan anestesi topikal untuk menghilangkan efek iritasi
lokal pada sakkus konjuntiva. Kemudian syaraf trigeminus dirangsang dengan
memasukkan kapas lidi kemukosa nasal atau dengan zat aromatik amonium, maka nilai
schirmer akan bertambah oleh adanya reflek sekresi. Pemeriksaan ini yang diukur
adalah sekresi basal karena stimulasi dasar terhadap refleks sekresi telah dihilangkan.
3. Tear Film Breakup Time (TBUT), Pasien didudukkan didepan slit lamp, kemudian
diberi zat fluoresen kedalam sakus konjuntiva, pasien menutup mata dengan tujuan
agar fluoresen menyebar kepermukaan kornea. Dengan memakai sinar filter cobalt
warna biru dilihat gambaran bintik kering (dry spot) pada kornea yaitu daerah bebas
fluoresen berwarna hitam. Normal waktu 15 detik30 detik, bila kurang 10 detik berarti
defisiensi musin. Pemeriksaan ini digunakan pada pemeriksaan defisiensi musin 17.
4. Uji Rose Bengal, uji ini lebih sensitif dari fluoresen, warna rose bengal akan mewarnai
selsel epitel kornea yang tidak vital juga selsel pada konjuntiva. Penilaiannya: 0 4
+, bila 3 + - 4 + berarti pewarnaan lebih banyak, secara klinis adalah hiposekresi
lakrimal.
5. Pemeriksaan Lisozim air mata, metode ini memakai kertas filter berbentuk cakram
ukuran 6,0 mmdiletakkan didalam sakus konjuntiva untuk menyerap air mata.
Konsentrasi lisozim biasanya berkurang pada sjogren syndrom
6. Uji Ferning (Ocular Ferning Test), Air mata yang terdapat di forniks dikumpulkan
dengan spatula atau mikropipet tanpa anestesi topikal. Sampel air mata diletakkan
diatas gelas objek, ditutup dan dibiarkan kering (510 menit) pada suhu kamar. Lihat
dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 40100 kali. Secara mikroskopik
tampak gambaran arborisasi seperti pohon pakis ada mata normal.
7. Impresi Sitologi konjungtiva, pemeriksaan untuk sel goblet konjuntiva. Pada orang
normal sel goblet banyak dikwadran infranasal. Hilangnya sel goblet ditemukan pada
penderita keratokonjuntvitis sikka, trakoma, sikatriks okular pada StevenJohnson
Syndrome dan avitaminosis A.
8. Pemeriksaan osmolaritas air mata, air mata mempunyai osmolaritas 302 + 6,3 mOsm/l
pada individu normal, pada KCS osmolaritas air mata meningkat antara 330 dan 340

6
mOsm/l karena penurunan aliran dan peningkatan evaporasi dari air mata. Osmolaritas
air mata mempunyai sensitivitas 90 % dan spesifisitas 95 %, sayang besarnya biaya
dan terbatasnya mikroosmolmeter untuk mengukur osmolaritas air mata mempunyai
kegunaan klinis yang terbatas.
F. Komplikasi
Pada awal perjalanan keratokonjungtivitis sicca, penglihata sedikit terganggu.
Dengan memburuknya keadaan, ketidaknyamanan sangat menggangu. Pada kasus lanjut,
dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea, dan perforasi. Kadang-kadang terjadi infeksi
bakteri sekunder, dan berakibat parut dan vaskularisasi pada kornea, yang sangat
menurunkan penglihatan. Terapi dini dapat mencegah komplikasi-komplikasi ini.
G. Pencegahan
1. Menjaga kebersihan mata dan area di sekitarnya.
2. Melindungi mata Anda dari paparan debu jika tinggal di wilayah kering dan
berangin.
3. Menggunakan produk pelembap udara yang dijual bebas di pasaran.
4. Menghindari pemakaian make-up mata seperti eyeliner dan mascara.
5. Mengonsumsi makanan yang kaya akan zat omega-3 dan omega-7.
6. Melindungi mata dari paparan asap apabila sedang berada di jalan raya.
7. Mengistirahatkan mata Anda jika sudah terasa lelah atau tegang setelah bekerja
seharian di depan layar komputer.

7
BAB III
TINAJAUAN KASUS

Tn A berusia 65 tahun seorang pekerja bangunan datang ke Rumah Sakit umum


dikotannya dengan keluhan rasa panas, kering dan gatal di bagian mata, terdapat kotoran mata
yang berlebihan. Klien mengatakan ada rasa perih pada mata ketika terkena angin dan asap.
Klien juga mengatakan tidak tahan terhadap cahaya, mata berair dan klien kurang nyaman
penglihatannya kadang buram terutama waktu yang lama pada saat kerja. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan hasil mata klien terlihat merah, pandangan tidak fokus terhadap objek yang
ditunjukkan. Tanda-tanda Vital :

TD: 130/90 mmhg

RR: 15 x/mnt,

Nadi : 65 x/mnt

S: 37,7

8
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

No. DATA FOKUS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ds : - Klien mengeluh rasa panas, kering Domain 11 Keamanan/Perlindungan


dan gatal di bagian mata, terdapat kotoran Kelas 2 Cedera Fisik
mata yang berlebihan
00219 Resiko Mata Kering
- Klien mengatakan ada rasa perih
pada mata ketika terkena angin dan
asap
- Klien juga mengatakan tidak tahan
terhadap cahaya, mata berair,
penglihatan kadang buram
terutama setelah digunakan untuk
waktu yang lama atau akhir kerja

Do: - Mata klien terlihat merah, pandangan


tidak fokus terhadap objek yang
ditunjukkan

- S : 37,7

2. Ds: - Klien mengeluh rasa panas, kering Domain 12 Kenyamanan


dan gatal di bagian mata, terdapat kotoran Kelas 1 Kenyamanan Fisik
mata yang berlebihan
00214 Gangguan Rasa Nyaman
- Klien juga mengatakan tidak tahan
terhadap cahaya, mata berair dan
klien kurang nyaman
penglihatannya kadang buram

9
terutama waktu yang lama pada
saat kerja

Do: Mata klien terlihat merah, pandangan


tidak fokus terhadap objek yang
ditunjukkan

A. Aanalis Data

10
B. Prioritas
1. Domain 11 Keamanan / Perlindungan
Kelas 2 Cedera Fisik
00219 Resiko Mata Kering
2. Domain 12 Kenyamanan
Kelas 1 Kenyamanan Fisik
00214 Gangguan Rasa Nyaman

C. Intervensi
No. Diagnosa
Keperawatan NOC NIC
1. Setelah dilakuakan tindakan Domain F Fasilitasi
Domain 11
Keamanan/Perlindungan keperawatan dalam waktu Perawatan Diri
15 menit/kurang dengan 1650 Perawatan Mata
Kelas 2 Cedera Fisik
kriteria hasil: - Monitor kemerahan,
00219 Resiko Mata Domain IV Pengetahuan eksudat, atau ulserasi
Kering Tentang Kesehatan Dan pada mati
Perilaku - Anjurkan pasien untuk
Kelas T Kontrol Resiko Dan tidak menyentuh mata
Keamanan - Pakai pelembab ruangan
yang sesuai

11
1927 Kontrol Resiko Mata
Kering
- 192710
Mengidentifikasi
tanda dan gejala
mata kering (2-4)
- 192726
Menggunakan tetes
mata atau pelembab
mata sesuai resep (2-
4)
2. Domain 12 Kenyamanan Setelah dilakuakan tindakan Domain I Fisiologis Dasar
keperawatan dalam waktu Kelas E Peningkatan
Kelas 1 Kenyamanan
15 menit/kurang dengan Kenyamanan Fisik
Fisik
kriteria hasil: 1350 Pencegahan Mata
00214 Gangguan Rasa Domain V Kondisi Kering
Nyaman kesehatan yang dirasakan - Monitor tanda-tanda dan
Kelas U kualitas kesehatan gejala (mata kering)
& kehidupan (misalnya, kemerahan,
2010 Status Kenyaman Fisik terasa terbakar, gatal,
- 201001 Kontrol belekan, nyeri disekitar
terhadap gejala (2-4) dan didalam mata,
- 201010 Suhu tubuh kesulitan membuka
(2-4) mata, saat bangun, dan
- 201013 Gatal-gatal menggerakkan kelopak,
(2-4) penglihan kabur).
- Berikan perawatan mata
setidaknya dua kali
sehari dengan tepat.
- Pastikan kelopak mata
ditutup

12
- Periksa permukaan mata
dan kornea terkait
dengan efek dari
perawatan dan
pengobatan profilaksis.
- Laporkan tanda
abnormal dan gejala
mata kering kedokter

No. Hari/tanggal/jam Implementasi Evaluasi Paraf


- Melakukam S: Pasien
1. Rabu, 16 Oktober pemeriksaan TTV: mengatakan matanya
2017 sudah merasa lebih
TD: 130/90 mmhg
Pukul 08.00 lembab
RR: 15 x/mnt,
O : Mata kasien
Nadi : 65 x/mnt tampak sudah tidak

S: 37,7 kemerahan lagi


A : Intervensi
- Memonitor
teratasi
kemerahan, eksudat,
P : Intervensi
atau ulserasi pada
dihentikan
mati
2. Pukul 10.00 - Menganjurkan pasien
untuk tidak
menyentuh mata

13
- Memakai pelembab
ruangan yang sesuai
3. Pukul 12.00 - Memonitor tanda- S : Pasien
tanda dan gejala (mata mengatakan sudah
kering) (misalnya, merasa tidak gatal
kemerahan, terasa dan pandangan tidak
terbakar, gatal, kabur.
belekan, nyeri O : Pasien tampak
disekitar dan didalam merasa lebih
mata, kesulitan nyaman dan lebih
membuka mata, saat baik
bangun, dan A: Intervensi teratasi
menggerakkan P : Intervensi
kelopak, penglihan dihentikan
kabur).
- Memberikan
perawatan mata
setidaknya dua kali
sehari dengan tepat.
- Memastikan kelopak
mata ditutup
- Memeriksa
permukaan mata dan
kornea terkait dengan
efek dari perawatan
dan pengobatan
profilaksis.

4. Pukul 13.30 - Melaporkan tanda


abnormal dan gejala
mata kering kedokter

14
D. IMPLEMENTASI

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mata kering merupakan penyakit multifaktorial air mata dan permukaan
mata yang menimbulkan gejala tidak nyaman, gangguan penglihatan, dan
instabilitas lapisan air mata yang berpotensial kerusakan pada permukaan mata
Tn. A terkena resiko sindrom mata kering dengan berbagai gejala karena
penuaan dan faktor lingkungan dan mengalami ketidaknyamanan terhadap gejala
yang dideritanya.
B. Saran
1. Bagi pembaca
Pembaca dapat lebih mengerti pengertian, gejala, penyebab dan pencegahan
mengenai Sindrom Mata Kering
2. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa keperawatan dapa lebih memahami dan mengerti mengenai
pengertian, gejala, penyebab dan pencegahan serta Asuhan Keperawatan
mengenai Sindrom Mata Kering

15
Daftar Pustaka

Retnaniadi S, Herwindo Dicky P. 2012. Pengaruh Jenis Insisi pada Operasi Katarak terhadap
Terjadinya Sindroma Mata Kering. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27 No. 1, Februari 2012.
Diambil dari file:///C:/Users/SR/Downloads/327-766-1-PB%20(1).pdf

Rafika Augustine1 , Yunani Setyandriana2. Hubungan Paparan Asap Pembakaran terhadap


Sindrom Mata Kering. Diambil dari http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t35930.pdf

I Nyoman Widiadnyana, I Kadek Nuryanto, I Gusti Ngurah Made Kusuma Negara. 2017.
Hubungan Jenis Insisi Katarak Dengan Kejadian Sindroma Mata Kering Pasien Pasca Operasi
Katarak. JRKN Vol.01 No. 01 April-September 2017. Di ambil dari
file:///C:/Users/SR/Downloads/38-147-3-PB.pdf

https://www.scribd.com/doc/50793126/sindrom-mata-kering

dr-irwanto.blogspot.com/2011/03/dry-eye.html

16
17

Anda mungkin juga menyukai