Anda di halaman 1dari 5

NOVEL TAHUN 20-30an

Judul : Katak Hendak Jadi Lembu


Pengarang : N. St. Iskandar
Terbitan : 1935
Halaman : 176 halaman
Cetakan : Kesebelas, 1995
Sinopsis :

Haji Zakaria adalah seorang haji kaya raya. Ia mempunyai anak


tunggal bernama Suria. Sejak kecil Suria hidup berkecukupan dan selalu
dimanjakan ayahnya. Dengan didikan yang seperti itu, ia justru menjadi
seorang anak yang ponah dan sombong. Bahkan sifat dan tabiatnya yang
buruk itu tebawa sampai masa akhir hayatnya.
Haji Hasbullah, teman karib Haji Zakaria, termasuk seorang haji yang
kaya raya pula. Ia pun mempunyai seorang anak gadis satu satunya
bernama Zubaedah (edah). Zubaedah beparas cantik dan berbudi baik.
Ayah Zubaedah telah memilihkan calon suaminya, Raden Prawira, yang
bepangkat manteri polisi. Akan tetapi,suatu ketika haji Zakaria datang
kepada Haji Hasbullah, memohon agar Zubaedah dinikahkan dengan
Suria. Haji Hasbullah tak dapat menolak pemintaan teman karibnya itu.
Maka, penikahan Suria dan Zubaedah dilaksanakan.
Perkawinan yang tanpa didasari rasa cinta sama cinta itu justru
membawa petaka bagi Zubaedah. .Kesempatan bagi Suria adalah setelah
ayahnya meninggal dunia. Ia befoya-foya dengan harta peninggalan
ayahnya itu. Selama tiga tahun, ia pun meninggalkan Zubaedah yang baru
melahirkan anaknya yang pertama Abdulhalim.
Ketika harta ayahnya telah ludes, Suria kembali pada Zubaedah.Ia
mengaku bahwa pebuatannya selama ini telah salah. Pada waktu itu Suria
telah bekerja sebagai juru tulis di kantor asisten di kabupaten.
Penghasilannya yang kecil selalu tak mencukupi kebutuhan keluarganya.
Maka Abulhalim tepaksa dibawa kakeknya dan disekolahkan di sekolah
Belanda, lalu dilanjutkan ke sekolah bergengsi di Bandung.Sementara itu,
anak Suria terus bertambah. Kedua adik Abdulhalim benama Saleh dan
Aminah. Oleh Suria, keduanya disekolahkan di HIS. Itu semua dilakukan
Suria hanya karena ia ingin dipandang dan dihormati masyarakat.
Layaknya orang mengatakan ”besar pasak daripada tiang.” Utang Suria
semakin betumpuk.Untuk menutupi utang utang suami dan biaya sekolah
anak anaknya, Zubaedah seing bekirim surat pada ayahnya, meminta agar
dikirimi uang.
Seringkali terjadi petengkaran mulut antara Zubaedah dan Suria.
Zubaedah tak kuat lagi menahan malu kepada para penagih yang selalu
datang ke rumahnya. Namun Suria sendiri bersikap acuh tak acuh
menghadapi kenyataan itu.Bahkan, ia kini ingin naik pangkat ketika
didengarnya ada lowongan klerek. Hal itu ia ceritakan kepada istrinya
bahwa beberapa hari yang lalu ia mengirim pemohonan untuk mengisi
lowongan itu. Ia begitu yakin atasannya akan berusaha
menolongnya.”Tak usah mengeluh juga,Edah,”ujarnya, ”Kalau sudah
keluar surat angkatan akang jadi klerk, tentu klerk kelas 1, tak pelu kita
disokong ayah ari Rasik lagi. Dengan sekejap saja kita sudah lebih
daripada manteri polisi yang tertua dinasnya”
Utang Suria terus menggunung. Apalagi karena Suria berani
mengambil barang barang lelangan atasannya. Maka, untuk melunasi
utang-utang itu, Suria menjadi gelap mata. Ia ”telan” uang kas di
kantornya. Perbuatannya itu diketahui atasannya. Kemudian, ketika Suria
dipanggil atasannya, ia bahkan mengajukan permohonan berhenti bekerja.
Rupanya, Suria telah merencanakan sebelumnya. Dalam pikirannya,
setelah berhasil menggelapkan uang kas, ia akan membawa istri dan anak
anaknya pindah ke rumah Abulhalim yang kini telah bekerja dan telah
pula berkeluarga. Suria mengirim surat kepada anaknya dan
mengutarakan maksudnya itu. Sebagai seorang anak yang ingin membalas
budi orang tua, Abdulhalim sama sekali tak merasa berkeberatan dengan
keinginan ayahnya. Mulai saat itu, Suria tinggal di rumah anaknya.
Orang tua itu rupanya benar benar tak tahu diri. Ia tetap bersikap seperti
tuan rumah layaknya. Adapun Abulhalim dan menantunya dianggap
sebagai anak yang harus patuh pada orangtua, sekalipun Abdulhalim
sebagai kepala rumahtangga.”..Patutkah seorang menantu menghinakan
mertuanya, patutkah seorang perempuan berkata sekasar itu terhadapku,
bekas manteri kabupaten? Sudah salah ayahmu mengawinkan
Abdulhalim dengan anak jaksa kepala itu. Mengharapkan gelar dan paras
saja. Coba diturutkan nasihatku dahulu:dikawinkan Abdulhalim dengan
anak wedana, yang telah jadi guru di Tasik itu, tentu takkan begini
jadinya.”
Tak kuasa Zubaedah melihat tingkah laku suaminya yang sering
mencampuri urusan rumah tangga anaknya. Hal itu pula yang membuat
kehidupan rumah tangga anaknya mulai sering diwarnai percekcokan.
Bagi Zubaedah, keadaan demikian sungguh membuatnya tidak enak hati.
Bagaimanapun sebagai seorang ibu, ia ingin melihat anaknya hidup
bahagia. Kebahagiaan anaknya, justru terganggu oleh sikap Suria yang
merasa bebas bebuat sekehendak hati tehadap anaknya. Ia menyesalkan
sikap suaminya. ”Sesal Zubaedah terhadap Suria semata mata, dan sesal
tak putus itulah yang mendatangkan penyakit kepadanya” Tekanan batin
yang mendatangkan itu pula yang mengantarkan Zubaedah
menghembuskan napasnya yang penghabisan. Ia meninggal di hadapan
semua kaum keluarganya.
Kematian istrinya telah membuat Suria merasa sangat malu terhadap
kelakuannya sendiri. Ia telah mengganggu ketentraman kehidupan rumah
tangga anaknya. Ia pula yang menyebabkan istrinya menderita hingga
maut menjemputnya. Perasaan malu yang tak tertanggungkan itu,
memaksa Suria mengambil keputusan; ia pergi entah ke mana. Pergi
bersama kesombongan dan keangkuhannya. Menggelandang membawa
sifatnya yang tak juga berubah.

Anda mungkin juga menyukai