Anda di halaman 1dari 5

3.

3 Contoh Kritik Sastra


Kritik Sastra Cerpen “Robohnya Surau Kami” Karya A.A Navis

Cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A Navis menyajikan cerpen yang bermuatan religius dengan
sangat baik, beliau mengemas dengan amat hati-hati agar tidak terjadi kesalahpahaman dan
dianggap sebagai karya sesat. Cerpen Robohnya Surau Kami, sebenarnya yang terjadi pada cerpen
tersebut bukanlah tentang suaru yang roboh atau runtuh, melainkan ideologilah keagamaan yang
runduh.
Cerpen Robohnya Surau Kami menceritakan tentang seorang yang biasa dipanggil Kakek, Kakek
adalah seorang yang tidak mempunyai pekerjaan, yang dilakukan setiap harinya adalah menjaga
surau dan beribadah di surau tersebut. Kakek pandai mengasah pisau dan gunting, serta banyak juga
yang meminta tolong kepadanya untuk diasah pisau atau guntingnya. Namun, ia tidak pernah
meminta imbalan apapun, dan orang yang meminta tolong pun memberi imbalan seperti rokok dan
makanan. Kakek tidak mempunyai penghasilan dari mana pun, ia hanya mendapatkan dari sedekah
dan uang-uang hari raya.
Sekarang suarau itu sudah tidak terawat lagi, orang-orang yang mencabuti papan pada surau
untuk keperluan pribadi, anak-anak kecil bermain di dalam surau, dan banyak pula yang mengambil
bahan-bahan bangunan yang masih bisa dimanfaatkan. Sekali lihat pun orang-orang yang lewat di
sekitar suarau pasti mengetahui bahwa tidak lama lagi surau tersebut akan roboh. Itu semua
dikarenakan tidak ada lagi yang mengurus surau, karena Kakek telah meninggal dunia.
Sebelum meninggal dunia. Kakek didatangi oleh Ajo Sidi, seorang pembual yang kerjanya hanya
menyebarkan cerita-cerita yang tidak dapat dipercaya. Suatu hari Ajo Sidi mendatangi Kakek dan
menceritakan tentang keadaan di neraka. Dia bercerita bahwa disaat penghitungan amal, terdapat
seorang haji, yang bernama Haji Saleh. Tuhan bertanya kepada Haji Saleh tentang kehidupannya dan
Haji Saleh pun menjelaskan kehidupannya yang selalu taat beribadah dan selalu bertaqwa kepada
Tuhan. Namun Haji Saleh dimasukkan ke dalam neraka oleh Malaikat atas perintah Tuhan. Haji Saleh
yang tidak terima atas hukuman yang dijatuhi kepadanya, memprotes kepada Tuhan. Akhirnya
Tuhan menceritakan kenapa Haji Saleh dimasukkan ke dalam neraka. Haji Saleh dimasukkan ke
dalam neraka karena semasa hidupnya, ia hanya memikirkan keadaan dirinya sendiri, tidak peduli
terhadap keadaan di sekitarnya, Tuhan menganjurkan untuk beribadah dan beramal kepada yang
kurang mampu, tetapi Haji Saleh hanya beramal kepada orang lain, namun keluarganya sendiri
dilupakan. Kesalahan lainnya adalah karena Haji Saleh hanya beribadah dan malasbekerja sehingga
tidak mempunyai apa-apa untuk dimalkan lagi., padahal sesungguhnya ia mampu bekerja dan
beramal. setelah mendengar kata-kata Tuhan, Haji Saleh dan pengikutnya yang ikut protes terdiam
dan kembali dimasukkan ke dalam neraka.
Mendengar cerita itu, Kakek secara tidak langsung merasa tersindir dan marah kepada Ajo Sidi.
Kemudian sepeninggal Ajo Sidi, Kakek menjadi pemurung, berbeda dari tingkat lakunya yang biasa.
Bahkan Kakek sempat mengasah pisau untuk menggorok leher si Ajo Sidi karena tersinggung dengan
ceritanya.
Keesokan harinya, didapati kabar bahwa Kakek meninggal di surau. Keadaanya sangat mengerikan,
ia menggorok lehernya sendiri dengan pisau cukur. Ajo Sidi menjadi orang yang pertama terjadi,
mengingat karena ulah dialah Kakek bunuh diri, akibatdari cerita yang ia kabarkan. Namun setelah
didatangi,Ajo Sidi tidak ada di rumah dan ketika ditanya istrinya menjawab bahwa suaminya sedang
pergi bekerja.
Setelah membacacerpen ini, saya seperti memaca kembali dongeng-dongeng anak muslim yang
menceritakan sisi lain dari kehidupan beragama. Seperti yang diketahui, tokoh Kakek atau pun Haji
Saleh dalam cerita Ajo Sidi mempunyai suatu kesamaan, yaitu hanya orang yang giat beribadah.
Namun mereka berdua lupa akan perintah Tuhan yang sederhana, yaitu memperhatikan orang-
orang di sekitarnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dibalik kesempurnaan yang tampak, di
dalamnya pasti ada kecacatan besar yang tidak tampak.
Di dalam cerpen ini juga tersirat beberapa simbol, salah satunya adalah robohnya suarau. Surau
dapat diumpamakan sebagai suatu ideologi keagamaan Kakek yang runtuh seketika karena cerita Ajo
Sidi. Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan makna sebenarnya yang ingin disampaikan oleh
pengarang adalah keruntuhan ideologi beragama akibat sebuah kesalahan kecil yang sangat fatal.
Melihat isi cerpen Robohnya Surau Kami, saya berpendapat bahwa unsur keagamaan yang
ditampilkan sangat kental, oleh karena itu sangat memungkinkan bahwa pengarang yaitu, A.A Navis
sangat cermat melukiskannya. Secara logika, tidak mungkin cerpen religius seperti ini dibuat oleh
orang yang tanpa pengetahuan agama atau orang yang tidak taat beragama.
A.Anavis merupakann seorang Haji dan budayawan yang bergerak di bidang kemanusiaan. Cerpen
ini dibuatdengan latar belakangi dua alasan tadi, Semua cerita itu dikemas secara sinkronisasi oleh
A.A Navis menggabungkan antara unsur-unsur kemanusiaan dan keagamaan. Memang keduanya
sangat berkaitan erat, bagaimana sikap untuk memanusiakan manusiadan saling tolong-menolong
antar umat beragama terdapat dalam ajaran agama manapun. Secara tidak langsung pesan yang
disampaikan menyangkut semua umat beragama, bukan hanya agama Islam saja.
Mungkin batasan agama yang terdapat dalam cerpen terdapat pada pemilihan kata “surau”. Kata
“surau” identik dengan tempat beribadah umat muslim. Sehingga para pembaca awam yang
memeluk agama selain Islam merasa cerpen ini diperuntukkan hanya untuk umat muslim saja.
Seandainya kata “surau” diganti dengan “tempat beribadah” saja mungkin akan lebih menaikan nilai
jual cerpen ini. Lalu kekurangan lainnya terdapat pada tokoh “aku”. Tokoh Aku pada cerpen
iniseharusnya tidak perlu ditampilkan, karena tidak berpengaruh pada jalannya cerita. Gaya
flashback yang digunakan juga terasa kurang tepat karena pembaca sudah mengetahui riwayat
tokoh Kakek pada awal cerpen, gaya flashback ini justru mengurangi susspence pada cerita.
2. Aku Mencintaimu dengan Bismilah

 Judul Cerpen : Aku Mencintaimu dengan Bismillah


 Pengarang : Benny Can
 Penerbit :–
 Tebal buku : 192 Halaman
 Cetakan : Tahun 2013
 Penerjemah : –
 Cerpen yang di resensi : Dari halaman 8 s/d 9

A. Pendahuluan

Benny Can memilki nama panjang Benny Candra Adinata. Beliau lahir dan menetap di
Dungkek, Sumenep, Jawa Timur. Beliau adalah Penyelenggara PKBM AL-ITQAN di
Dungkek, dan juga aktif mengajar sebagai guru di SDN Dungkek 1 Jawa Timur. Aktif
menulis cerpen sejak bulan Mei 2013 dan 11 judul cerpen dipublikasikan di Radar Madura
dan Jawa Pos. Beliau juga aktif menulis puisi sejak SMA dengan 3 judul yang di
publikasikan di media yang sama. Apabila ingin menghubungi beliau bisa menghubungi di
081703354654.

Baca Juga : “Kumpulan Resensi Novel Paling Populer”


B. Isi Cerpen / Sinopsis

(Contoh Resensi cerpen) – Rendi adalah seorang pria yang digambarkan sangat romantis, ia
memiliki seorang kekasih bernama Shekar, suatu hari mereka berdua pergi ke sebuah pantai,
di keindahan pantai saat matahari terbenam, Rendi menyatakan cintanya kepada Shekar
dengan mengatakan “Shekar, aku mencintaimu dengan Bismillah”. Tak lama setelah itu Yuli,
kawan Rendi, datang untuk berbicara sejenak. Rendi dan Yuli pun berbicara jauh dari Shekar.
Yulis pun memberitahu bahwa Shekar tidak akan bisa punya anak karena Rahim nya
diangkar untuk penyembuhan tumor. Rendi pun terkejut dan bertanya kepada Shekar.

Shekar pun sedih dan berlari, namun Rendi mengatakan “Aku memulai cinta ini dengan
bismillah dan tak mungin berhenti sebelum amin mengamini. Jadi tak ada alasan untukku
meninggalkanmu sebelum Tuhan mengamini semua mimpi-mipiku untuk bersamamu
mengikat janji suci dengan ikatan halal. Jantung ini berdetak serasa separuh jantung adalah
jantungmu. Mata ini, jika kau tatap ada ketulusan. Peluklah aku rasakan kesungguhan.
Shekar, masalah anak itu belakangan, yang terpenting adalah bagaimana kita sebisa
mungkin minikmati pelaminan bersama”. Shekar pun tersenyum sambil menjawab “Jangan
tinggalkan aku”.

C. Analisis Unsur

1.) Intrinsik

Tema : Cinta dan Kesetiaan

Latar : Pantai di sore hari

Alur : Maju

Tokoh : Rendi, Shekar, Yuli

Perwatakan :

1. Rendi : Penyabar, menerima kenyataan dengan lapang dada.


2. Shekar : Kekasih Rendi, mencoba menerima kenyataan tidak bisa hamil.
3. Yuli : Pemberi informasi tentang Shekar kepada Rendi

Sudut Pandang : Orang pertama pelaku utama.

Amanat : Terima lah kenyataan dengan lapang dada, karena disetiap musibah pasti terdapat
hikmah yang dapat diambil.

2.) Ekstinsik

Nilai Moral : Cobalah terima kenyataan dengan lapang dada, karena Allah memberi

cobaan yang sesuai dengan kemampuan makhluknya.

Nilai Sosial : Tetap hargai seseorang meskipun ia memiliki kekurangan, karena dibalik
kekurangannya, biasanya tersimpan potensi yang sangat besar.

D. Kekurangan dan Kelebihan

1. Kekurangan :

Ending/penyelesaian ceritanya kurang jelas, dimana tidak diceritakan ketika mereka akhirnya
resmi menikah dan sebagainya, cerita hanya mentok sampai ke perasaan Yuli ketika Rendi
tetap menerimanya. Pembaca jadi merasa digantungkan.

2. Kelebihan :

Cerpen ini sarat akan makna, apabila direnungkan dengan baik akan membuat pembaca
menangis, terutama ketika Rendi yang tetap menerima Shekar meskipun tidak akan mungkin
akan mempunyai anak. Akan lebih menarik apabila cerita ini diangkat ke dalam film.

E. Penutup

Cerpen ini merupakan cerpen yang bisa menjadi bahan untuk kita renungkan, dimana
ketabahan seorang Shekar yang diberi cobaan tidak bisa memiliki anak karena tumor dan
ketulusan Rendi dalam menerimanya, selain itu cerpen ini juga menggambarkan bahwa kata
Basmallah merupakan awal bagi segala hal. Meskipun penyelesaian cerpen ini kurang jelas
namun runtutan dan kejelasan ceritanya cukup membuat pembaca tercengang.

Anda mungkin juga menyukai