Anda di halaman 1dari 1

NAMA: Embun Miftahul Jannah

KELAS : XI IPA 2
ABSEN: 15

1. Tema.
Cerpen Robihnya Surau Kami karya AA Navis memiliki tema tentang keadaan iman seorang Kakek yang
tidak seimbang akibat mendengar cerita dari Ajo Sidi.

2. Alur
Alur yang digunakan penulis pada cerpen ini ialah alur mundur. Karena penulis kembali menceritakan
sebab-sebab kematian Kakek, dimulai pada awal cerita penulis mengenalkan keadaan surau dan Kakek,
kemudian konflik mulai muncul saat Kakek bercerita pada tokoh ‘Aku’ tentang perasaannya yang tersindir
akibat cerita Ajo Sidi. Karena penasaran akan cerita Ajo Sidi, tokoh ‘Aku’ terus bertanya pada kakek apa
yang telah diceritakan Ajo Sidi hingga ia sedih dan Kakek pun menceritakan semuanya. Konflik yang
memuncak dapat dibaca pada cerita Ajo Sidi sendiri saat Haji Saleh protes kepada Tuhan mengapa
dikirimkan ke neraka padahal selama hidupnya di dunia selalu mengagungkan-Nya. Dan akhirnya Haji
Saleh mengetahui jawabannya dari Tuhan dan malaikat, dapat dibayangkan perasaan Kakek yang
mendengar cerita tersebut pastilah akan tersindir.

3. Penokohan.
a) Tokoh Aku.
Tokoh Aku pada cerita ini ialah orang yang selalu ingin tahu dan mengetahui di segala aspek. Seperti
ia yang mencari tahu mengapa kakek tersindir dengan cerita Ajo Sidi hingga ia mengetahui sebab
kakek meninggal.

4. Latar.
a) Latar Tempat.
Latar tempat pada cerpen ini ialah di sebuahkota, dekat pasar, di surau, di neraka, di rumah Ajo Sidi.

b) Latar Waktu.
Saat tokoh Aku berbincang dengan Kakek, saat Ajo Sidi menceritakan Haji Saleh di neraka.Adapula
yang sama dengan latar tempat.

c) Latar Sosial.
Pada cerita ini latar sosialnya ialah kehidupan seorang yang bekerja sebagai penjaga surau merangkap
tukang asah pisau. Lalu sekelompok orang yang taat beribadah tapi masuk neraka di akhirat.

5. Sudut Pandang.
Sudut pandang pada cerita ini ialah pengarang sebagai tokoh utama, karena secara langsung terlibat
dalam cerita. Tetapi saat Kakek bercerita tentang Haji Saleh pengarang merupakan tokoh bawahan saat di
depan tokoh ‘Aku’.

6. Amanat.
Cerpen ini memiliki amanat agar kita tidak takut akan neraka sehingga hanya mementingkan untuk
beribadah tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Padahal Tuhan juga menyuruh kita untuk hidup bersosial
meskipun beribadah itu juga penting. Kemudian, jangan terlalu mengambil hati omongan orang yang
dikira belum tentu benar dan jangan pula suka mengumbar-umbar sesuatu seenaknya sendiri, hendaknya
kita menjaga omongan kita pada orang lain. Amanat selanjutnya ialah jangan berbesar kepala dahulu
dengan apa yang kita kerjakan, karena apabila kita terlalu membanggai kebaikan kita di sanalah keburukan
kita terlihat oleh Tuhan. Pelajaran lain yang didapat dari cerpen ini ialah jangan silau akan gelar yang telah
kita peroleh, karena bisa dengan gampangnya kita mendapat celaka dengan gelar itu.

Anda mungkin juga menyukai