Anda di halaman 1dari 4

ROBOHNYA SURAU KAMI

Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk.


Hanya karena seseorang yang datang ke sana dengan keikhlasan
hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini masih
tegak berdiri. Orang itulah yang merawat dan menjaganya. Kelak
orang ini disebut sebagai Garin.
Meskipun orang ini dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi
ada yang paling pokok yang membuatnya bisa bertahan, yaitu dia
masih mau bekerja sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah
dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue
atau rokok.
Kehidupan orang ini hanya mengasah pisau, menerima imbalan,
membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan bekerja
hanya untuk keperluannya sendiri. Dia tidak ngotot bekerja karena dia
hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak untuk orang lain, apalagi untuk anak
dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan.
Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan
penjaga surau itu. Lalu, keduanya terlibat perbincangan. Akan tetapi,
sepulangnya Ajo Sidi, penjaga surau yang kerap disapa Kakek itu
murung, sedih, dan kesal. Karena dia merasakan, apa yang diceritakan
Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya.
Ajo Sidi bercerita sebuah kisah tentang Haji saleh. Haji saleh
adalah orang yang rajin beribadah menyembah Tuhan. Ia begitu yakin
ia akan masuk ke surga. Namun Tuhan Maha Tau dan Maha Adil, Haji
Saleh yang begitu rajin beribadah di masukan ke dalam neraka.
Kesalahan terbesarnya adalah ia terlalu mementingkan dirinya sendiri.
Ia takut masuk neraka, karena itu ia bersembahyang tapi ia melupakan
kehidupan anak isterinya, sehingga mereka kocar-kacir selamanya. Ia
terlalu egoistis. Padahal di dunia ini kita bersaudara semuanya, tapi ia
tidak memperdulikan itu sedikit pun. Cerita ini yang membuat kakek
tersindir dan merasa dirinya murung.
Kakek memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi
dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri sebab dia memang tak ingin
kaya atau membuat rumah. Segala kehidupannya lahir batin
diserahkannya kepada Tuhannya. Dia tak berusaha mengusahakan
orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud,
bersyukur, memuji, dan berdoa kepada Tuhannya. Apakah semua ini
yang dikerjakannya semuanya salah dan dibenci Tuhan ? Atau dia ini
sama seperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat tetapi
dimata Tuhan dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke dalam

neraka. Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala
perasaannya. Akhirnya, dia tak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia
memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara
menggorok lehernya dengan pisau cukur.
Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di sana. Semua
orang berusaha mengurus mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu
orang saja yang tidak begitu peduli atas kematiannya. Dialah Ajo Sidi,
yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau dia
tetap pergi bekerja.
UNSUR INTRINSIK :
1. Tema
: Kepala keluarga yang lalai menghidupi keluarganya
2. Latar
:
Latar tempat
:
kota, dekat pasar, di surau
Latar waktu
:
Beberapa tahun yang lalu
3. Alur
Alur cerpen ini adalah alur mundur karena ceritanya
mengisahkan peristiwa yang telah berlalu yaitu sebab-sebab
kematian kakek Garin.
Pengenalan
: Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang
nyaris ambruk, yang dihuni oleh kakek Garin yang hidup dari
sedekah orang lain
Muncul konflik : Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk
berbincang-bincang, tetapi sepulangnya Ajo Sidi, Kakek Garin itu
murung, sedih, dan kesal
Konfliks
: Kakek Garin merasa apa yang diceritakan Ajo Sidi itu
sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya
Klimaks
: Kakek Garin takut apa yang dikatakan Ajo Sidi terjadi
kepada dirinya, kakek begitu memikirkan hal itu, akhirnya dia tak
kuat memikirkan hal itu
Ending
: Akhirnya Kakek Garin memilih jalan pintas
dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur.
4. Penokohan
Ajo Sidi adalah orang yang suka membual
Kakek adalah orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan
mempercayai orang lain.

Haji Soleh yaitu orang yang telah mementingkan diri sendiri.


5.
1)
2)
3)
4)
5)

Amanat
:
Jangan mudah percaya perkataan orang lain
Jangan cepat bangga kalau berbuat baik
Jadilah orang yang bertanggung jawab
Jangan menyia-nyiakan yang kamu miliki
Jangan egois.

6. Sudut Pandang
:
Orang ketiga serba tahu
7. Gaya bahasa
Di dalam cerpen ini pengarang benar-benar memanfaatkan katakata. Gaya bahasanya agak sulit di pahami, pemilihan katanya pun
dapat memperkaya kosa kata
UNSUR EKSTRINSIK :
1. N i l a i s o s i a l
Kita harus saling membantu jika orang lain dalam kesusahan seperti
dalam cerpen tersebut karena pada hakekatnya kita adalah makhluk
sosial.
2. Nilai Moral :
Kita sebagai sesama manusia hendaknya jangan saling menghina
orang lain tetapi harus saling menghormati.
3. Nilai Agama :
Kita harus selau malakukan kehendak Allah dan jangan melakukan
hal yang dilarang oleh-Nya seperti bunuh diri, mencemooh dan
berbohong.
4 . Nilai Pendidkan :
Kita tidak boleh putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus
selalu berusaha dengan sekuat tenaga dan selalu berdoa.
5. Nilai Adat :
Kita harus menjalankan segala perintah Tuhan dan memegang
teguh nilai- nilai dalam masyarakat.

6. Latar belakang pengarang & waktu dan tempat penulisan :


Tidak dicantumkan dalam naskah

Anda mungkin juga menyukai