Anda di halaman 1dari 3

SCENE 1

Di suatu tempat terdapat sebuah surau yang nyaris ambruk. Surau itu di jaga oleh seorang
kakek. Dia mempunyai seorang istri dan seorang anak. Kakek adalah orang yang rajin
beribadah. Tetapi, sayang nya kakek tidak pernah memikirkan anak dan istri nya. Ia hanya
memikirkan hidup nya dan tidak mau mencari pekerjaan. Dia mampu bertahan hidup hanya
dengan mengandalkan sedekah dari tentangga. Ataupun hanya dari mendapat upah dari
bantu-bantu tetangga yang kesulitan.

Suatu hari datanglah seorang pemuda bernama Ajo Sidi. Dia adalah pemuda yang sangat
suka membual cerita di kampung itu. Dia datang ke surau untuk berbincang dengan kakek.

Dialog 1
Ajo sidi: Assalamualaikum kek.

Kakek: Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakakatu silahkan


duduk nak sidi. Waduh tumben sekali datang kesini. Ada perlu apa ya nak?

Ajo sidi: kedatangan saya kesini hanya ingin mengobrol saja bersama kakek.

Kakek: iya iyaa boleh nak

Ajo sidi: ohh iyaa saya punya cerita loh kek. Begini ceritanya. Dahulu kala ada seorang haji
bernama haji Salleh. Dia adalah orang yang sangat tekun dan rajin beribadah. Tetapi Allah
malah memasukan ia ke neraka. Kakek tau kenapa?

Kakek:(mengerutkan dahi sembari menggelengkan kepala)

Ajo sidi:haji Salleh di masukan ke dalam neraka oleh Allah karena ia tak pernah
menjalankan kewajiban nya di dunia masyarakat. Dia tidak pernah memikirkan anak dan istri
nya. Dia tidak mau bekerja dan tidak mau memberi nafkah untuk keluarganya. Memang, dia
adalah orang yang sangat rajin beribadah. Tetapi Allah juga melarang hamba nya untuk
meninggalkan kewajiban yang lain seperti membiayai hidup anak dan istri nya. Dan setelah
meninggal, haji Salleh pun mendapat karma nya. Dia di masukkan ke dalam neraka yang
sangat panas oleh Allah karena telah meninggalkan kewajiban bermasyarakat nya. di
akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas
di samping-Nya. Di tangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Begitu
banyak orang yang diperiksa. Maklumlah di mana-mana ada perang. Dan di antara
orang-orang yang diperiksa itu ada seorang yang di dunia dinamai Haji Saleh. Haji Saleh itu
tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan dimasukkan ke dalam surga.
Kedua tangannya ditopangkan di pinggang sambil membusungkan dada dan menekurkan
kepala ke kuduk. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya
menyunggingkan senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang masuk ke surga, ia
melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan 'selamat ketemu nanti'. Bagai tak
habis-habisnya orang yang berantri begitu panjangnya. Susut di muka, bertambah yang di
belakang. Dan Tuhan memeriksa dengan segala sifat-Nya.

Kakek:(menatap sebal ke arah sidi) dasar kau sangat suka membual sidi.
Ajo sidi: (tersenyum) ehh sudah siang saya pergi dulu yaa saya harus bekerja kek.
Assalamualaikum.

SCENE 2
Setelah mendengar cerita dari ajo sidi, kakek menjadi murung, sedih, dan kesal. Perasaan
nya bercampur aduk. Karena dia merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah
ejekan dan sindiran untuk dirinya. Akhirnya ia pun memutuskan untuk pulang ke rumah nya.

Dialog 2
Kakek: (masuk ke dalam rumah dengan wajah murung) assalamualaikum warahmatullahi
wabarakakatu.

Anak & istri: (menyambut kakek) Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakakatu

Istri: bapak tumben sekali pulang lebih cepat. Sudah selesai pak membersihkan surau nya?

Kakek: Iya sudah Bu (sambil duduk di kursi)

Anak: bapak kenapa terlihat murung? Bapak capek yaa?

Kakek:(menatap anak nya dan menggelengkan kepala) tidak nak.

Istri: iya loh pak kenapa bapak terlihat aneh tidak seperti biasanya

Kakek:ahh tidak apa apa Bu bapak baik baik saja.

Anak:bapak istiraha Saja mungkin bapak kecapean Bu.

Istri: iyaa betul pak bapak istirahat yaa.

Kakek: (mengangguk lemas)

SCENE 3
Pada malam hari, kakek sedang merenung di surau.

Dialog 3
Kakek:aku memang tak pernah mengingat anak dan istriku tetapi aku pun tak memikirkan
hidupku sendiri sebab aku memang tak ingin kaya atau bikin rumah. Segala kehidupanku
lahir batin kuserahkan kepada Tuhan. Aku senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan
berdoa kepada Tuhan. Apakah yang aku kerjakan semuanya salah dan dibenci Tuhan?
Atau aku ini sama seperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat tetapi dimata Tuhan
dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke dalam neraka.
Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala perasaannya. Akhirnya, dia tak
kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya
dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur.

SCENE 4
Kakek ditemukan sudah wafat di dalam surau dengan luka di bagian leher nya. Ketika
semua warga membantu mengurus jenazah kakek, ajo sidi malah akan pergi bekerja. Dia
hanya mengatakan satu pesan saja.

Dialog 4
Ajo sidi:Belikan saja kain kafan tujuh lapis. Saya mau berangkat kerja dulu.

SCENE 5
kakek sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa
penjaganya. Hingga anak-anak menggunakannya sebagai tempat bermain, memainkan
segala apa yang disukai mereka. Perempuan yang kehabisan kayu bakar, sering suka
mencopoti papan dinding atau lantai di malam hari.

Sekarang hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal
roboh. Dan kerobohan itu kian hari kian cepat berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di
dalamnya, secepat perempuan mencopoti pekayuannya. Dan yang terutama ialah sifat
masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak dijaga lagi.

Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal
kebenarannya.

AMANAT
Amanat yang disampaikan oleh pengarang yaitu mengenai keseimbangan dalam menjalani
kehidupan dunia dan memenuhi tuntutan akhirat. Lalu, nilai moral yang terdapat dalam
cerpen "Robohnya Surau Kami: karya Ali Akbar Navis ini yaitu mengenai hubungan manusia
dengan diri sendiri, sesama manusia dan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai