Anda di halaman 1dari 2

Robohnya Surau Kami

Identitas Novel
Judul novel : Robohnya Surau Kami
Penulis : A. A. Navis
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 1956
Jumlah halaman : 120 halaman

Sinopsis Novel
Novel karya A.A. Navis mengisahkan seorang penjaga surau yang mengakhiri hidup
dengan bunuh diri, karena mendapat sindiran dari seorang pembual. Ternyata novel ini cukup
memikat siapapun yang membacanya, karena daya pikat itu saya mencoba mengkajinya dan
agar kajian ini mudah dipahami sehingga perlu memaparkan sinopsis novel Robohnya Surau
Kami tesebut.
Novel Robohnya Surau Kami berisi kisah penjaga surau yang taat beribadah namun
memilih mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Penyebabnya, dia menerima sindiran dari
seorang pembual bahwa hidup tidak diridhoi oleh Allah jika hanya beribadah tetapi
meninggalkan amal kemasyarakatan.
Hal ini bermula ketika di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk.
Lalu, dia datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat untuk
mengutus surau itu. Orang ini disebut sebagai Kakek Garin yang dapat hidup karena sedekah
orang lain, bekerja sebagai pengasah pisau, dan mengisi hidup dengan beribadah. Dia tidak
ngotot bekerja karena hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak untuk orang lain, apalagi untuk anak
dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan.
Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu.
Lalu, keduanya terlibat perbincangan yang mengasyikkan. Akan tetapi, sepulangnya Ajo Sidi,
penjaga surau itu murung, sedih, dan kesal. Dia merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itu
sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya. Dia memang tak pernah mengingat anak dan
istrinya tetapi dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri sebab dia memang tak ingin kaya
atau membuat rumah.
Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhan. Dia tak berusaha
mengusahakan orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud,
bersyukur, memuji, dan berdoa kepada Tuhannya. Apakah semua ini yang dikerjakannya
semuanya salah dan dibenci Tuhan? Atau dia ini sama seperti Haji Saleh yang di mata
manusia tampak taat tetapi dimata Tuhan dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke
dalam neraka. Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala perasaannya.
Akhirnya, dia tak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan pintas untuk
menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur. Kematiannya
sungguh mengejutkan masyarakat di sana. Semua orang berusaha mengurus mayatnya dan
menguburnya. Namun, satu orang tidak begitu peduli atas kematiannya. Dia adalah Ajo Sidi,
yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau, dia tetap pergi untuk bekerja.

Biografi Pengarang
Haji Ali Akbar Navis adalah seorang sastrawan, kritikus budaya, dan politikus
Indonesia asal Sumatera Barat. Ia lahir di Padang Panjang, 17 Novembee 1924 dan wafat
pada 22 Maret 2003 di Padang. Ia terkenal karena novel Robohnya Surau Kami. Novelnya
yang berjudul “Saraswati” diterbitkan kembali oleh Gramedia Pustaka Utama pada 2002.

A.A. Navis menjadikan menulis sebagai kebutuhan dalam hidup. Baginya, menulis
adalah alat yang membantu mencetuskan ide dan gagasan. Dalam setiap tulisan, ia
menganggap penting untuk mengajukan topik dengan bahasa yang menarik. Namun,
demikian, hal yang paling penting bagi seorang penulis adalah apakah karyanya akan awet
atau tidak. Meskipun ada banyak karya yang bagus, beberapa hanya sebatas tren sementara
dan cepat dilupakan. Ia mengaku menulis dengan satu visi dan bukan mencari popularitas.

Anda mungkin juga menyukai