Anda di halaman 1dari 1

Nama : Dhea Yukihana Salshabilla

NIM : 121811333014

Prodi : Studi Kejepangan

ROBOHNYA SURAU KAMI

Dalam cerpen ini menceritakan tentang seorang kakek yang menjadi sebagai garin, penjaga
surau (takmir). Menjadi seorang penjaga surau dia tidak mendapatkan honor atau gaji apapun.
Dia hidup mengandalkan dari sedekah, yang hanya sekali pada hari Jumat. Pekerjaan
sambilannya yaitu menjadi pengasah pisau dan gunting. Apabila yang meminta tolong
perempuan biasanya dia diberi sambal. Berbeda lagi, apabila yang meminta tolong itu laki-laki,
ia diberikan rokok kadang juga uang sebagai imbalannya. Tidak sedikit juga yang hanya
memberikan ucapan terima kasih dan senyuman.

Suatu ketika, kakek terlihat murung, sedih, kesal dan bermuram durja. Ia duduk termenung di
serambil surau dengan ditemani beberapa peralatan asahan dan pisau cukur tua berada
disekitar kaki kakek. Ternyata ia baru saja bertemu dan berbicara dengan Ajo Sidi, si pembual
atau ahli pembuat cerita. Cerita-ceritanya aneh, unik, yang membuat cerita dengan
menganalogikan lawan bicara dengan sesuatu. Hari itu kakek yang dijadikan bualan ceritanya,
yang pada intinya menjadi pameo atau semacam cerita yang menyindir pendengar.

Ajo Sidi, si pembual itu menceritakan seseorang bernama Haji Shaleh, yang dulunya didunia
selalu beribadah kepadaNya, taat menjalankan perintahNya dan selalu takwa kepadaNya.
Namun, di akhirat Haji Shaleh, malah dimasukkan ke dalam neraka, bahkan ditempatkan pada
keraknya neraka. Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya, dia pun tak
memikirkan hidupnya sendiri. Segala kehidupannya lahir batin diserahkan kepadaNya. Dia tak
berusaha mengusahakan orang lain. Bahkan dia tak pernah membunuh seekor lalat pun.
Padahal dia hidup berkaum, bersaudara namun sedikitpun tak memperdulikannya. Dia selalu
bersujud, memuji dan berdoa kepadaNya.

Setelah mendengar cerita dari Ajo Sidi, kakek hanya merenung dan memikirkannya Seolah ia
merasakan apa yang dirasakan Haji Shaleh.
Keesokan harinya, kakek mengakhiri hidupnya dengan menggorok lehernya sendiri dengan
pisau cukur. Berita kematian kakek sudah tersebar ke seluruh kampung, semua warga
kampung mengurus jenazah kakek. Semua warga mengantar kepergian jenazah kakek ke
makam. Namun Ajo Sidi yang bisa dikatakan menjadi penyebab kematian kakek, malah tetap
pergi bekerja. Dan sebelum pergi bekerja, Ajo Sidi berpesan kepada istrinya agar membelikan
kain kafan untuk mengafani jenazah kakek.

Anda mungkin juga menyukai