Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 10

Anggota :
1. Dinda Alya Carissa (10)
2. Muhammad Aditya (22)
3. Sheila Ega Mandiri (34)
Mengidentifikasi Cerpen Robohnya Surau Kami
1. Isi Cerpen
Cerpen Robohnya Surau Kami ini menceritakan suatu tempat dimana ada sebuah surau tua yang
nyaris ambruk. Kemudian datanglah seseorang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari
masyarakat setempat untuk menjadi garin atau penjaga surau tersebut, dan hingga kini surau tersebut
masih tegak berdiri.
Meskipun kakek atau garin dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada hal pokok yang
membuatnya dapat bertahan, yaitu dia mau bekerja sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah
dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue, atau rokok. Kehidupan kakek ini
sangat monoton. Dia hanya mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau,
beribadah di surau, dan bekerja hanya untuk keperluannya sendiri. Hasil pekerjaannya itu tidak untuk
orang lain, apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan.
Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Ajo sidi adalah
seorang pembual yang datang kepada kakek penjaga surau sebelum kakek penjaga surau itu
meninggal. Lalu, keduanya terlibat dalam sebuah perbincangan.
Pada perbincangan itu, Ajo sidi mengisahkan tentang kejadian Haji Saleh di akhirat ketika dia dimasukkan ke
dalam neraka. Haji Saleh tidak menerimanya karena Haji Saleh merasa dia adalah seorang yang rajin
beribadah. Tak sekalipun Haji Saleh meninggalkan kewajiban Tuhan. Bahkan setiap waktunya hanya untuk
menyembah Tuhan.

Kemudian Haji Saleh datang menuntut kepada Tuhan atas semua apa yang dia kerjakan. Ternyata apa yang
dikerjakan itu justru salah. Haji Saleh tidak seharusnya hanya mementingkan dirinya sendiri untuk beribadah
dan sembahyang setiap waktunya demi masuk surga dan melupakan kewajibannya kepada anak dan isrtinya
sehingga jatuh dalam kemelaratan. Itu yang membuat Haji Saleh dimasukkan ke dalam neraka. Padahal di
dunia ini hidup berkaum, bersaudara, tetapi Haji Saleh tidak memedulikan mereka sedikit pun.
Sepulangnya berbincang dengan Ajo Sidi, penjaga surau itu murung, sedih, dan kesal. Dia merasakan apa yang
diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya. Dia memang tidak pernah mengingat anak
dan istrinya, tetapi dia pun tidak pernah memikirkan hidupnya sendiri sebab memang tak ingin kaya atau
membuat rumah. Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhan. Dia tak berusaha
menyusahkan orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan
berdoa kepada Tuhan.Kakek penjaga surau begitu memikirkan hal itu dengan segala perasaannya. Akhirnya,
dia tertekan dan tidak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia lebih memilih jalan pintas untuk menjemput
kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur.
Kematiannya sungguh mengenaskan dan mengejutkan masyarakat sekitar. Semua orang berusaha mengurus
jenazahnya dan menguburnya, kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli atas kematian sang kakek
penjaga surau. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau, dia tetap pergi
bekerja. Ajo Sidi yang mengetahui kematian kakek hanya berpesan kepada istrinya untuk membelikan kain
kafan tujuh lapis untuk kakek, lalu dia pergi bekerja.

Seperti rumah yang ditinggal penghuninya, surau yang dulunya digunakan untuk beribadah itu kini hanya
dipakai untuk sekadar bermain anak-anak. Tidak ada lagi panggilan adzan, sholat berjamaah, dan lantunan
ayat-ayat suci Al-quran. Bahkan jika ada ibu-ibu yang membutuhkan kayu bakar, tak segan-segan mengambil
salah satu bagian dari tiang-tiang surau yang mulai lapuk dan hampir roboh. Tak ada lagi yang mau peduli
terhadap surau tempat beribadah itu. Itulah pemandangan yang bisa dilihat dari surau seorang kakek setelah
dia meninggal.
2. Nilai- Nilai Kehidupan dalam Cerpen yang Sesuai dengan Kehidupan Sehari-hari
·    Nilai sosial
Kita harus saling membantu jika orang lain dalam kesusahan seperti dalam cerpen tersebut karena pada
hakekatnya kita adalah makhluk sosial.
·    Nilai Moral :
Kita sebagai sesama manusia hendaknya jangan saling mengejek atau menghina orang lain tetapi harus
saling menghormati.
·    Nilai Agama :
Kita harus selau malakukan kehendak Allah dan jangan melakukan hal yang dilarang oleh-Nya seperti
bunuh diri, mencemooh dan berbohong.
·    Nilai Pendidkan :
Kita tidak boleh putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus selalu berusaha dengan sekuat tenaga
dan selalu berdoa.
·    Nilai Adat :
Kita harus menjalankan segala perintah Tuhan dan memegang teguh nilai- nilai dalam masyarakat.
3. Unsur Intrinsik dan Ekstrisik Cerpen

UNSUR INTRINSIK :
• Tema            :Tema cerpen ini adalah seorang kepala keluarga yang lalai menghidupi keluarganya.
• Amanat        : 1) jangan cepat marah kalau diejek orang,
2) jangan cepat bangga kalau berbuat baik,
3) jangan terpesona oleh gelar dan nama besar,
4) jangan menyia-nyiakan yang kamu miliki, dan
5) jangan egois.
• Latar
-Latar Tempat
Kota, dekat pasar, di surau, dan sebagainya
-Latar Waktu
  Beberapa tahun yang lalu.

• Alur (plot)
Alur cerpen ini adalah alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa yang telah berlalu yaitu sebab-
sebab kematian kakek Garin.
• Penokohan
Tokoh-tokoh penting dalam cerpen ini ada empat orang, yaitu tokoh Aku, Ajo Sidi, Kakek, dan Haji
Soleh

(a) Tokoh Aku berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain.
(b) Ajo Sidi adalah orang yang suka membual
(c) Kakek adalah orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan mempercayai orang lain.
(d) Haji Soleh yaitu orang yang telah mementingkan diri sendiri.

• Sudut Pandang
Di dalam cerpen ini pengarang memposisikan dirinya dalam cerita ini sebagi tokoh utama atau akuan
sertaan sebab secara langsung pengarang terlibat di dalam cerita dan ini terasa pada bagian awal cerita.
Selain itu pengarang pun berperan sebagai tokoh bawahan ketika si kakek bercerita tentang Haji Soleh
di depan tokoh aku

. • Gaya bahasa
Di dalam cerpen ini pengarang benar-benar memanfaatkan kata-kata. Gaya bahasanya sulit di pahami,
gaya bahasanya menarik dan pemilihan katanya pun dapat memperkaya kosa kata siswa dalam hal
bidang keagaman.
UNSUR EKSTRINSIK :

·    Nilai sosial


Kita harus saling membantu jika orang lain dalam kesusahan seperti dalam cerpen tersebut karena pada
hakekatnya kita adalah makhluk sosial.
·    Nilai Moral :
Kita sebagai sesama manusia hendaknya jangan saling mengejek atau menghina orang lain tetapi harus
saling menghormati.
·    Nilai Agama :
Kita harus selau malakukan kehendak Allah dan jangan melakukan hal yang dilarang oleh-Nya seperti
bunuh diri, mencemooh dan berbohong.
·    Nilai Pendidkan :
Kita tidak boleh putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus selalu berusaha dengan sekuat
tenaga dan selalu berdoa.
·    Nilai Adat :
Kita harus menjalankan segala perintah Tuhan dan memegang teguh nilai- nilai dalam masyarakat.
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai