Anda di halaman 1dari 10

Tugas Terstruktur Bahasa Indonesia

“Resensi Buku fiksi/non fiksi berdasarkan unsur-unsurnya”


Guru Pengampu : Siti Umaroh,S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Risma Septian Kusmawanti


No : 21
Kelas : XI IPS 3

SMA Negeri 1 Weleri


Tahun Pelajaran 2018/2019
Novel : “Robohnya Surau Kami” ( A.A Navis )

1. Sinopsis Cerita

Disebuah desa, hidup seorang kakek tua yang tinggal di surau desa.

Sudah bertahun-tahun dia tinggal di surau itu sebagai penjaga surau.

Karena hidup sebatang kara, dia harus menggantungkan hidupnya dari

upah mengasah pisau. Biasanya masyarakat meminta bantuannya

mmengasah pisau akan memberinya sambal, rokok, atau pun sedikit

uang. Enam bulan sekali dia mendapatkan ikan hasil pemunggahan dari

kolam ikan mas yang ada di depan surau, selain itu setahun sekali ia

mendapatkan fitrah Id dari orang-orang yang tinggal disekitarnya.

Dia memiliki keyakinan bahwa materi bukanlah segala-galanya dan

dia berpikir lebih baik ia memikirkan kehidupan nanti di akhirat dari

pada kehidupan sekarang di dunia. Kakek tersebut taat beribadah

sampai-sampai melupakan semua kebutuhan duniawinya. Suatu hari Ajo

Sidi menemui Kakek di surau. Ajo Sidi dikenal sebagai seorang pembual
desa yang sering menceritakan kisah-kisah yang pelaku-pelaku dalam

kisah tersebut adalah orang-orang yang menurutnya mempunyai

kesamaan pelaku dengan tokoh yang ada di dalam kisah karangannya.

Biasanya Ajo Sidi akan menceritakan kisah yang sifatnya menghina

orang yang sedang ia ajak bicara.

Namun kelebihan yang dia miliki adalah dia merupakan orang yang

suka bekerja keras hingga hampir sepanjang waktunya dia habiskan

untuk bekerja. Ajo Sidi menceritakan tentang Haji Shaleh, seorang alim

yang seumur hidupnya dia habiskan untuk beribadah namun di akhirat

Haji Saleh tetap saja masuk neraka. Dalam cerita karangan Ajo Sidi,

Tuhan marah kepada Haji Saleh karena dia terlalu egois sehingga

mengabaikan kebutuhan keluarganya di dunia karena terlalu sibuk

mengejar kehidupan indah di surga nantinya. Kakek merasa marah dan

tersinggung karena cerita Ajo Sidi, tidak hanya itu, Kakek juga jadi

pendiam dan kelihatan murung setelah pertemuannya dengan Ajo Sidi.

Di surau yang merupakan tempat tinggalnya itu.

Kakek hanya duduk dan termenung memikirkan cerita yang

beberapa hari lalu didengarnya itu. Entah bagaimana Kakek merasa


bersalah dan sangat berdosa, hingga pada suatu hari Kakek ditemukan

telah mati bunuh diri di surau. Dia menggorok lehernya menggunakan

pisau yang sebelumnya dia tujukan untuk menggorok leher Ajo Sidi

demi melampiaskan kemarahannya. Ketika Ajo Sidi dicari untuk

dimintai pertanggung jawabannya, Ajo Sidi malah tidak ada di rumahnya

karena dia sedang pergi bekerja seperti biasanya. Dia hanya menitipkan

pesan pada istrinya untuk membelikan tujuh lapis kain kafan untuk

Kakek.

2. Resensi Buku Novel “Robohnya Surau Kami”

Judul Buku : Robohnya Surau Kami

Nama Pengarang : A.A Navis

Nama Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2003

Cetakan :X

Tebal Buku : 147 halaman

Panjang Buku : 21 cm

ISBN : 979-403-046-5
3. Unsur-unsur Pembangun Novel

Unsur Intrinsik

a. Tema : Seorang kepala keluarga yang lalai menghidupi

Keluarganya

b. Alur : alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa

yang telah berlalu yaitu sebab-sebab kematian kakek

Garin. Sedangkan strukturnya berupa bagian awal,

tengah, dan akhir. Adapun alur mundurnya mulai

muncul di akhir bagian awal dan berakhir di awal bagian

akhir.

c. Penokohan : Aku, Kakek, Ajo Sidi, Haji Saleh

Watak :

(1) Aku : Selalu ingin tahu urusan orang lain

(2) Kakek : Egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan

mempercayai orang lain serta lemah imannya

(3) Aji Sidi : Orang yang suka membual

(4) Haji Saleh : Selalu mementingkan diri sendiri


d. Gaya Bahasa :Di dalam cerpen ini ternyata pengarang

menggunakan kata-kata yang biasa digunakan

dalam bidang keagamaan (Islam), seperti garin,

Allah Subhanau Wataala, Alhamdulillah,

Astagfirullah, Masya-Allah, Akhirat, Tawakal, dosa

dan pahala, Surga, Tuhan, beribadat menyembah-

Mu, berdoa, menginsyafkan umat-Mu, hamba-Mu,

kitab-Mu, Malaikat, neraka, haji, Syekh, dan Surau

serta fitrah Id, juga Sedekah. Gaya bahasanya sulit

di pahami, gaya bahasanya menarik dan pemilihan

katanya pun dapat memperkaya kosa kata siswa

dalam hal bidang keagaman.

e. Latar Tempat : Kota, Dekat pasar, surau

f. Latar Waktu : Beberapa tahun yang lalu

g. Alur (Plot) : Alur mundur karena menceritakan peristiwa sebab-

sebab kematian Kakek Garin

h. Sudut Pandang : Orang pertama


i. Amanat :

(1) Jangan cepat marah kalau ada orang yang mengejek atau

menasehati kita karena ada perbuatan yang kurang layak

dihadapan

orang lain.

(2) Jangan cepat bangga akan perbuatan baik yang kita lakukan karena

hal ini bisa saja baik dihadapan manusia tetapi tetap kurang baik

dihadapan Tuhan.

(3) Kita jangan terpesona oleh gelar dan nama besar sebab hal itu akan

mencelakakan diri pemakaianya

(4) Jangan menyia-nyiakan apa yang kamu miliki, untuk itu cermati

sabda Tuhan.

(5) Jangan mementingkan diri sendiri.

Unsur Ekstrinsik

 Nilai Sosial : Kita harus saling membantu orang lain dalam

kesusahan seperti dalam cerpen tersebut karena

kita manusia sebagai makhluk sosial.


 Nilai Moral : Kita sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan

hendaknya jangan saling mengejek atau menghina

orang lain tetapi harus saling menghormati.

 Nilai Agama : Kita harus melakukan sesuatu kehendak Allah

bukan melakukan yang dilarangnya

 Nilai Pendidikan: Kita tidak boleh berputus asa dalam menghadapi

ujian dan kita selalu berusaha serta berdoa

 Nilai Adat : Kita harus menjalankan perintah Tuhan dan

memegang teguh nilai-nilai masyarakat

4. Keunggulan dan Kelemahan

Keunggulan

Keunggulan dari cerita robohnya surau kami terletak pada

bagaimana A.A. Navis mengakhiri cerita dengan kejadian yang tak

terduga, lalu pada teknik penceritaan A.A.Navis yang tidak biasa pada

saat itu. Tidak biasanya karena Navis menceritakan suatu peristiwa yang

terjadi di alam lain. Bahkan di sana terjadi dialog antara tokoh manusia

dengan Sang Maha Pencipta.


Kelemahan

Kelemahannya terletak pada gaya bahasa yang terlalu tinggi,

sehingga sulit untuk dibaca.

5. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis ini memang

sebuah sastra (cerpen) yang menarik dan baik. Hal ini dapat dilihat dari

unsur-unsur intrinsik dan kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka cerpen “Robohnya Surau Kami”

juga sangat cocok dan layak jika dijadikan bahan ajar dalam

pembelajaran karena bahasa yang digunakannya bisa dipahami. Tokoh-

tokohnya pun tidak terlalu sulit untuk dipelajari, selain itu konflik-

konflik psikologis yang dimunculkan masih sesuai dengan

perkembangan psikologis dan latar budaya yang ditampilkannya pun

masih tampak umum sehingga yang berlatar belakang budaya Islam,

Kristen, Hindu, dan Budha pun dapat menerimanya.


Saran

Cerita ini sangat cocok untuk dibaca, karena memberikan hal-hal yang

menarik bagi kehidupan sang pembaca. Tetapi, sebaiknya harus dibaca

cerpennya secara utuh berkali-kali agar memahami isinya.

Anda mungkin juga menyukai