Anda di halaman 1dari 2

IDENTITAS BUKU:

Judul Buku : Robohnya Surau Kami


Pengarang : A.A. Navis
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : November 2010
Dimensi : 142 halaman
Harga Buku : Rp 18.500,00

KEPENGARANGAN:
Robohnya Surau Kami adalah sebuah kumpulan cerpen sosio-religi karya A.A. Navis. Cerpen ini pertama
kali terbit pada tahun 1956, yang menceritakan dialog Tuhan dengan Haji Saleh, seorang warga Negara
Indonesia yang selama hidupnya hanya beribadah dan beribadah.

SINOPSIS:
Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang datang ke sana
dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini masih tegak berdiri.
Orang itulah yang merawat dan menjaganya. Kelak orang ini disebut sebagai Garin. Meskipun orang ini
dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada yang paling pokok yang membuatnya bisa bertahan,
yaitu dia masih mau bekerja sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki,
apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue atau rokok. Kehidupan orang ini agaknya monoton. Dia
hanya mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan
bekerja hanya untuk keperluannya sendiri. Dia tidak ngotot bekerja karena dia hidup sendiri. Hasil
kerjanya tidak untuk orang lain, apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan.Suatu
ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Lalu, keduanya terlibat
perbincangan yang mengasyikan. Akan tetapi, sepulangnya Ajo Sidi, penjaga surau itu murung, sedih,
dan kesal. Karena dia merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk
dirinya. Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi dia pun tak memikirkan hidupnya
sendiri sebab dia memang tak ingin kaya atau bikin rumah. Segala kehidupannya lahir batin
diserahkannya kepada Tuhannya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain atau membunuh seekor
lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada Tuhannya. Apakah semua ini
yang dikerjakannya semuanya salah dan dibenci Tuhan? Atau dia ini sama seperti Haji Saleh yang di
mata manusia tampak taat tetapi dimata Tuhan dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke dalam
neraka. Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala perasaannya. Akhirnya, dia tak kuat
memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara
menggorok lehernya dengan pisau cukur. Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di sana.
Semua orang berusaha mengurus mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu orang saja yang tidak begitu
peduli atas kematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau
dia tetap pergi bekerja.

KEUNGGULAN:
Keunggulan dari cerita robohnya surau kami terletak pada bagaimana A.A. Navis mengakhiri cerita
dengan kejadian yang tak terduga, lalu pada teknik penceritaan A.A.Navis yang tidak biasa pada saat itu.
Tidak biasanya karena Navis menceritakan suatu peristiwa yang terjadi di alam lain. Bahkan di sana
terjadi dialog antara tokoh manusia dengan Sang Maha Pencipta.

KEKURANGAN/KELEMAHAN:
Kelemahannya terletak pada gaya bahasa yang terlalu tinggi, sehingga sulit untuk dibaca dan dipahami.

NILAI BUKU:
Terlepas dari kekurangannya, buku ini sangat menarik untuk dibaca oleh semua kalangan baik remaja
maupun orang dewasa. Sebab cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis ini memang sebuah
sastra (cerpen) yang menarik dan baik. Hal ini dapat dilihat dari unsur-unsur intrinsik dan kesesuaiannya
sebagai bahan pembelajaran. Cerpen “Robohnya Surau Kami” juga sangat cocok dan layak jika dijadikan
bahan ajar dalam pembelajaran karena bahasa yang digunakannya bisa dipahami. Tokoh-tokohnya pun
tidak terlalu sulit untuk dipelajari, selain itu konflik-konflik psikologis yang dimunculkan masih sesuai
dengan perkembangan psikologis dan latar budaya yang ditampilkannya pun masih tampak umum
sehingga yang berlatar belakang budaya Islam, Kristen, Hindu, dan Budha pun dapat menerimanya.

Anda mungkin juga menyukai