Anda di halaman 1dari 2

Analisis Dan Resensi

Teks Cerpen Robohnya Surau Kami

Nama: Azfa Zahra Arromadhoni (5)


Nisrina Bunga lefina (25)

A. IDENTITAS
• Judul : Robohnya Surau Kami
• Pengarang : Ali Akbar Navis
• Kota Terbit : Jakarta
• Tahun terbit : 1986
• Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
• Jumlah Halaman : 14 Halaman

B. SINOPSIS
Cerpen “Robohnya Surau Kami” ini bercerita mengenai di suatu tempat ada sebuah
surau tua yang nyaris ambruk, datanglah seseorang yang ke sana dengan keikhlasan hatinya
dan izin dari masyarakat setempat untuk menjadi garin atau penjaga surau tersebut, dan hingga
kini surau tersebut masih tegak berdiri. Meskipun kakek atau garin dapat hidup karena sedekah
orang lain, tetapi ada hal pokok yang membuatnya dapat bertahan, yaitu dia mau bekerja
sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa
uang, makanan, kue-kue, atau rokok. Kehidupan kakek ini sangat monoton. Ia hanya mengasah
pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau, dan bekerja
hanya untuk keperluannya sendiri. Hasil pekerjaannya itu tidak untuk orang lain, apalagi untuk
anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan. Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk
berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Lalu, keduanya terlibat dalam sebuah
perbincangan. Akan tetapi, sepulangnya Ajo Sidi, penjaga surau itu murung, sedih, dan kesal.
Karena dia merasakan apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk
dirinya. Dia memang tidak pernah mengingat anak dan istrinya, tetapi dia pun tidak pernah
memikirkan hidupnya sendiri sebab memang tak ingin kaya atau membuat rumah. Segala
kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhan. Ia tak berusaha menyusahkan orang
lain atau membunuh seekor lalatpun ia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa
kepada Tuhan. Kakek atau garin penjaga surau begitu memikirkan hal ini dengan segala
perasaannya. Akhirnya, ia tidak kuat memikirkan hal itu. Kemudian ia lebih memilih jalan
pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur.
Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat sekitar. Semua orang berusaha mengurus
mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli atas kematian
sang kakek. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau,
dia tetap pergi bekerja.
C. UNSUR PEMBANGUN
1) Tema : seorang kepala keluargan yang dimana tidak memiliki kemampuan
dalam menghidupi keluargnaya .

2) Amanat : a. jangan membanggakan diri sendiri apabila berbuat kebaikan


b. jangan mudah terlena dengan gelar yang besar
c. jangan menjagi orang egois
d. jangan mau direndahkan oleh orang lain

3) Penokohan : Aku : watak ingin tahu urusan orang lain


Ajo Sidi : seorang pembohong
Kakek : egois, mudah untuk dikendalikan orang lain
Haji Soleh : orang yang mementingkan diri sendiri
4) Alur : Mundur

Anda mungkin juga menyukai