Anda di halaman 1dari 12

ROBOHNYA SURAU KAMI

1. Nilai Kehidupan (FRISKA HUTABARAT)


a. Moral
 Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan
temui seorang tua yang biasanya duduk di
sana dengan segala tingkah ketuaannya dan
ketaatannya beribadat.
 Takut kalau imanku rusak karenanya,
ibadatku rusak karenanya.
 Segala kehidupanku lahir batin, kuserahkan
kepada Allah Subhanahu Wataala.
 Tuhan itu ada dan pengasih dan penyayang
kepada umat-Nya yang tawakal.
 Aku puji-puji Dia. Aku baca kitab-Nya.
‘Alhamdulilah’ kataku bila aku menerima
karunia-Nya. ‘Astagfirullah’ kataku bila aku
terkejut. ‘Masya Allah’, kataku bila aku
kagum.
b. Etika
 Orang-orang memanggilnya “Kakek”.
 Tapi, yang paling sering diterimanya ialah
ucapan terima kasih dan sedikit senyum.
 Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh
manusia sekarang, yang tak hendak
memelihara apa yang tidak dijaga lagi.
 Tidak pernah aku melihat Kakek begitu
durja dan belum pernah salamku tak
disahutinya seperti saat itu.

1
 “Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang
kuasah tajam-tajam ini menggorok
tenggorokannya.”
 “Dan sekarang,” tanyaku kehilangan akal
sungguh mendengar segala peristiwa oleh
perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun
bertanggung jawab.
c. Sosial
 Dan sekali setahun orang-orang
mengantarkan fitrah Id kepadanya.
 Orang-orang suka minta tolong kepadanya,
sedang ia tak pernah meminta imbalan apa-
apa.
 Sekali hari aku datang pula mengupah
kepada Kakek.
 Tak pernah aku menyusahkan orang lain.
 Dan besoknya,ketika aku mau turun rumah
pagi-pagi, istriku berkata apa aku tak pergi
menjenguk.
d. Estetika
 Di depannya ada kolam ikan yang airnya
mengalir melalui empat buah pancuran
mandi.
2. Latar (DANIEL ISWANTO)
a. Latar tempat
 Di kota. Bukti: Kalau beberapa tahun yang
lalu Tuan datang ke kota kelahiranku......
barat.
 Dekat pasar. Bukti: ......Tuan akan berhenti
di dekat pasar.

2
 Surau. Bukti: Dan di ujung jalan nanti akan
Tuan temui sebuah surau tua.
 Di rumah Kakek. Bukti: Sekali hari aku
datang pula mengupah kepada Kakek. Di
sudut benar ia duduk dengan lututnya
menegak menopang tangan dan dagunya.
 Di neraka (dalam cerita Ajo Sidi). Bukti:
Alangkah tercengangnya Haji Saleh karena
di neraka itu banyak teman.... kesakitan.
 Di rumah aku. Bukti: Dan besoknya, ketika
aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku
berkata apa aku tak pergi menjenguk.
 Di rumah Ajo Sidi. Bukti: Aku cari Ajo Sidi ke
rumahnya.
b. Latar waktu
 Kalau beberapa tahun yang lalu........
 Sekali hari aku datang pula mengupah kepada
Kakek.
 Sedari mudaku aku di sini, bukan?
 “Pada suatu waktu,’ kata Ajo Sidi memulai.....
 Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah
pagi-pagi........
c. Latar suasana
i. Berdasarkan usia, pekerjaan, dan
kebiasaannya
BuktiDan di pelataran kiri surau itu akan Tuan
temui seorang tua yang biasanya duduk di sana
dengan segala tingkah ketuaannya dan
ketaatannya beribadat.
ii. Berdasarkan sikap kritis, vokal, dan berani

3
Bukti‘Kalau Tuhan tak mau mengakui
kesilapannya, bagaimana?’ suatu suara
melengking di dalam kelompok orang banyak itu.
‘Kita protes. Kita resolusikan,’ kata Haji Saleh.’
iii. Berdasarkan kelompok sosial pekerja
Bukti”Dan sekarang,” tanyaku kehilangan akal
sungguh mendengar segala peristiwa oleh
perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun
bertanggung jawab, “dan sekarang ke mana dia?”
“Kerja.”
Sudut pandang (FRISKA HUTABARAT)
Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen
“Robohnya Surau Kami” adalah sudut pandang orang
pertama sentral, karena pengarang memposisikan
dirinya dalam cerita sebagai tokoh utama. Bukti:
“Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota
kelahiranku.....
3. Penokohan (YEFTA PANGGABEAN)
a. Jenis-jenis tokoh
Protagonis:
Kakek
Sentral:
Kakek Antagonis
Berdasarkan Kakek
Cerita
Protagonis:
Pembantu Aku, istri aku,
Istri Ajo Sidi

Antagonis:
Ajo Sidi, Haji Saleh
4
Protagonis:
Kakek
Berdasarkan
Konflik
Antagonis:
Kakek

b. Cara memperkenalkan tokoh


Cara memperkenalkan tokoh pada cerpen tersebut
adalah analitik, karena pengarang secara langsung
memaparkan watak atau karakter masing-masing tokoh.
Bukti:
 .....seorang tua yang biasanya duduk di sana dengan
segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya
beribadat.
 Maka aku ingat Ajo sidi si pembual itu.

4. Tema (FRISKA HUTABARAT)


Seorang kepala keluarga yang lalai mengurus
keluarganya.
Bukti “.... Tak kuingat punya istri, punya anak, punya
keluarga seperti orang-orang lain, tahu? Tak kupikirkan
hidupku sendiri.....”

5. Amanat (FRISKA HUTABARAT)


a. Tersurat
 Jangan cepat marah bila ada yang mengejek
kita.
Bukti “Marah? Ya, kalau aku masih muda,
tapi aku sudah tua. Orang tua menahan

5
ragam. Sudah lama aku tak marah-marah
lagi....”
 Jangan menyia-nyiakan apa yang kita miliki.
Bukti ‘......Sedang harta bendamu kau
biarkan orang lain mengambilnya untuk anak
cucu mereka.’
 Jangan terlalu mementingkan diri sendiri
(egois).
Bukti “...... Kesalahan engkau karena engkau
terlalu mementingkan dirimu sendiri.
 Jangan terlalu bangga akan gelar yang kita
punya
Bukti ‘Aku Saleh. Tapi karena aku sudah
Mekah,Haji Saleh namaku.’
 Jangan melakukan tindakan yang dilarang oleh
Tuhan.
Bukti “..... Ia menggorok lehernya dengan
pisau cukur.”

b. Tersirat
Kita harus menyeimbangkan kebutuhan, baik di
dunia maupun di akhirat. Intinya “bekerjalah
seolah-olah engkau akan hidup selama-lamanya,
dan berdoalah seolah-olah engkau akan mati esok.”

6
ANAK KEBANGGAAN
1. Nilai kehidupan (FRISKA HUTABARAT)
a. Moral
 Dan pada suatu hari yang sudah terpilih
menurut kepercayaan orang tua-tua. Yakni
ketika bulan sedang mengambang naik, Ompi
mengadakan kenduri.
 Tapi, rupanya Tuhan mengasihi ayah yang
sayang kepada anaknya.
 Dan berdoalah ia kepada Tuhan agar apa yang
terjadi itu adalah memang mimpi.
b. Etika
 Semua orang, tua-muda, besar-
kecil, memanggilnya Ompi.
 “......Cepat-cepatlah kau jadi
dokter, biar kita sumpal mulut
mereka yang jahat itu.”
 “Awaslah nanti! Kalau Indra
Budimanku sudah jadi dokter, akan
kuludahi mukamu semua.
Sombong!”
c. Sosial
 Dan akhirnya orang jadi kasihan
pada Ompi.
 Lama baru orang tahu dan
memapahnya ke ranjangnya di
kamar.
 Semenjak itu, aku menyediakan
diriku selalu di dekat Ompi.

7
2. Latar (FRISKA HUTABARAT)
a. Latar waktu
 Di waktu mudanya Ompi menjadi
klerk di kantor Residen.
 Dan pada suatu hari yang sudah
terpilih.....
 Akan tetapi, setiap sore di antara
jam empat dan jam lima Ompi
kelihatan....
 Hari waktu itu jam sebelas siang.
b. Latar Tempat
 Di kamar Ompi.
Bukti Dan ia telentang di
ranjangnya, enggan bergerak.
 Di halaman rumah Ompi.
Bukti Kulihat Pak Pos memasuki
halaman rumah Ompi.
c. Latar suasana
i. Menyenangkan
 Ketika Ompi membaca surat
anaknya yang memberitakan
kemajuannya itu, air mata Ompi
berlinang kegembiraan.
ii. Menyedihkan
 Aku sobek sampul yang kuning
muda itu dengan tangan yang
menggigil. Sekilas saja tahulah aku
bahwa saat yang paling kritis sudah
sampai di puncaknya. Indra

8
Budiman dikabarkan sudah
meninggal.
 Dan telegram itu dibawanya ke
bibirnya. Diciumnya dengan mesra.
Lama diciumnya seraya matanya
memicing. Selama tangannya
sampai terkulai dan matanya
terbuka setelah kehilangan cahaya.
Dan telegram itu jatuh dan
terkapar di pangkuannya.
iii.

9
3. Sudut pandang (ANDRE LAMHOT)
Sudut pandang yang digunakan dalam
cerpen “Anak Kebanggaan” adalah orang
pertama pembantu, karena pengarang
memposisikan dirinya dalam cerita untuk
menguatkan tokoh utama (Ompi).
Bukti:
 Kulihat Pak Pos memasuki halaman
rumah Ompi, tergesa-gesa aku
menyongsong Pak Pos itu ke
ambang pintu.
 Ompi terduduk di kursi. Matanya
cemerlang memandang. Tangannya
diulurkannya kepadaku meminta
telegram itu.
4. Penokohan (FRISKA HUTABARAT)
a. Jenis-jenis tokoh
Protagonis
Ompi
Sentral:
Ompi Antagonis
Berdasarkan Ompi
Cerita
Protagonis
*Aku
*Dokter
Pembantu *Pak Pos

Antagonis
*Indra
Budiman
10
Protagonis:
Ompi

Berdasarkan
Konflik

Antagonis:
Ompi
b. Cara memperkenalkan tokoh
Cara memperkenalkan tokoh pada
cerpen tersebut adalah analitik.

5. Tema (FRISKA HUTABARAT)


Harapan dan kepercayaan seorang ayah
terhadap anaknya, namun anaknya menyia-
nyiakan kepercayaan tersebut.
Bukti *Dia yakin itu, bahwa Indra
Budimannya akan mendapat nama
tambahan dokter di muka namanya
sekarang.
*Tak teringat olehnya, bahwa bohongnya
kepada ayahnya selama ini sudah diketahui
oleh orang kampungnya.

6. Amanat (FRISKA HUTABARAT)


a. Tersurat

11
 Jangan menjadi orang yang
sombong.
Bukti “....Coba kalau anakku,
Indra Budiman, sudah jadi dokter,
si mati ini akan pasti tertolong,”
katanya bila ada orang meninggal
setelah lama menderita sakit.
 Jangan suka berbohong.
Bukti Tak teringat olehnya,
bahwa bohongnya kepada ayahnya
selama ini sudah diketahui oleh
orang kampungnya.
 Jadilah orang baik dan suka
menolong.
Bukti Semenjak saat itu, aku
menyediakan diriku selalu di dekat
Ompi.
 Jangan membuat orang tua kita
khawatir.
Bukti Antara rusuh dan lega,
Ompi gelisah juga menanti surat
dari anaknya.

12

Anda mungkin juga menyukai