1
“Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang
kuasah tajam-tajam ini menggorok
tenggorokannya.”
“Dan sekarang,” tanyaku kehilangan akal
sungguh mendengar segala peristiwa oleh
perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun
bertanggung jawab.
c. Sosial
Dan sekali setahun orang-orang
mengantarkan fitrah Id kepadanya.
Orang-orang suka minta tolong kepadanya,
sedang ia tak pernah meminta imbalan apa-
apa.
Sekali hari aku datang pula mengupah
kepada Kakek.
Tak pernah aku menyusahkan orang lain.
Dan besoknya,ketika aku mau turun rumah
pagi-pagi, istriku berkata apa aku tak pergi
menjenguk.
d. Estetika
Di depannya ada kolam ikan yang airnya
mengalir melalui empat buah pancuran
mandi.
2. Latar (DANIEL ISWANTO)
a. Latar tempat
Di kota. Bukti: Kalau beberapa tahun yang
lalu Tuan datang ke kota kelahiranku......
barat.
Dekat pasar. Bukti: ......Tuan akan berhenti
di dekat pasar.
2
Surau. Bukti: Dan di ujung jalan nanti akan
Tuan temui sebuah surau tua.
Di rumah Kakek. Bukti: Sekali hari aku
datang pula mengupah kepada Kakek. Di
sudut benar ia duduk dengan lututnya
menegak menopang tangan dan dagunya.
Di neraka (dalam cerita Ajo Sidi). Bukti:
Alangkah tercengangnya Haji Saleh karena
di neraka itu banyak teman.... kesakitan.
Di rumah aku. Bukti: Dan besoknya, ketika
aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku
berkata apa aku tak pergi menjenguk.
Di rumah Ajo Sidi. Bukti: Aku cari Ajo Sidi ke
rumahnya.
b. Latar waktu
Kalau beberapa tahun yang lalu........
Sekali hari aku datang pula mengupah kepada
Kakek.
Sedari mudaku aku di sini, bukan?
“Pada suatu waktu,’ kata Ajo Sidi memulai.....
Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah
pagi-pagi........
c. Latar suasana
i. Berdasarkan usia, pekerjaan, dan
kebiasaannya
BuktiDan di pelataran kiri surau itu akan Tuan
temui seorang tua yang biasanya duduk di sana
dengan segala tingkah ketuaannya dan
ketaatannya beribadat.
ii. Berdasarkan sikap kritis, vokal, dan berani
3
Bukti‘Kalau Tuhan tak mau mengakui
kesilapannya, bagaimana?’ suatu suara
melengking di dalam kelompok orang banyak itu.
‘Kita protes. Kita resolusikan,’ kata Haji Saleh.’
iii. Berdasarkan kelompok sosial pekerja
Bukti”Dan sekarang,” tanyaku kehilangan akal
sungguh mendengar segala peristiwa oleh
perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun
bertanggung jawab, “dan sekarang ke mana dia?”
“Kerja.”
Sudut pandang (FRISKA HUTABARAT)
Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen
“Robohnya Surau Kami” adalah sudut pandang orang
pertama sentral, karena pengarang memposisikan
dirinya dalam cerita sebagai tokoh utama. Bukti:
“Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota
kelahiranku.....
3. Penokohan (YEFTA PANGGABEAN)
a. Jenis-jenis tokoh
Protagonis:
Kakek
Sentral:
Kakek Antagonis
Berdasarkan Kakek
Cerita
Protagonis:
Pembantu Aku, istri aku,
Istri Ajo Sidi
Antagonis:
Ajo Sidi, Haji Saleh
4
Protagonis:
Kakek
Berdasarkan
Konflik
Antagonis:
Kakek
5
ragam. Sudah lama aku tak marah-marah
lagi....”
Jangan menyia-nyiakan apa yang kita miliki.
Bukti ‘......Sedang harta bendamu kau
biarkan orang lain mengambilnya untuk anak
cucu mereka.’
Jangan terlalu mementingkan diri sendiri
(egois).
Bukti “...... Kesalahan engkau karena engkau
terlalu mementingkan dirimu sendiri.
Jangan terlalu bangga akan gelar yang kita
punya
Bukti ‘Aku Saleh. Tapi karena aku sudah
Mekah,Haji Saleh namaku.’
Jangan melakukan tindakan yang dilarang oleh
Tuhan.
Bukti “..... Ia menggorok lehernya dengan
pisau cukur.”
b. Tersirat
Kita harus menyeimbangkan kebutuhan, baik di
dunia maupun di akhirat. Intinya “bekerjalah
seolah-olah engkau akan hidup selama-lamanya,
dan berdoalah seolah-olah engkau akan mati esok.”
6
ANAK KEBANGGAAN
1. Nilai kehidupan (FRISKA HUTABARAT)
a. Moral
Dan pada suatu hari yang sudah terpilih
menurut kepercayaan orang tua-tua. Yakni
ketika bulan sedang mengambang naik, Ompi
mengadakan kenduri.
Tapi, rupanya Tuhan mengasihi ayah yang
sayang kepada anaknya.
Dan berdoalah ia kepada Tuhan agar apa yang
terjadi itu adalah memang mimpi.
b. Etika
Semua orang, tua-muda, besar-
kecil, memanggilnya Ompi.
“......Cepat-cepatlah kau jadi
dokter, biar kita sumpal mulut
mereka yang jahat itu.”
“Awaslah nanti! Kalau Indra
Budimanku sudah jadi dokter, akan
kuludahi mukamu semua.
Sombong!”
c. Sosial
Dan akhirnya orang jadi kasihan
pada Ompi.
Lama baru orang tahu dan
memapahnya ke ranjangnya di
kamar.
Semenjak itu, aku menyediakan
diriku selalu di dekat Ompi.
7
2. Latar (FRISKA HUTABARAT)
a. Latar waktu
Di waktu mudanya Ompi menjadi
klerk di kantor Residen.
Dan pada suatu hari yang sudah
terpilih.....
Akan tetapi, setiap sore di antara
jam empat dan jam lima Ompi
kelihatan....
Hari waktu itu jam sebelas siang.
b. Latar Tempat
Di kamar Ompi.
Bukti Dan ia telentang di
ranjangnya, enggan bergerak.
Di halaman rumah Ompi.
Bukti Kulihat Pak Pos memasuki
halaman rumah Ompi.
c. Latar suasana
i. Menyenangkan
Ketika Ompi membaca surat
anaknya yang memberitakan
kemajuannya itu, air mata Ompi
berlinang kegembiraan.
ii. Menyedihkan
Aku sobek sampul yang kuning
muda itu dengan tangan yang
menggigil. Sekilas saja tahulah aku
bahwa saat yang paling kritis sudah
sampai di puncaknya. Indra
8
Budiman dikabarkan sudah
meninggal.
Dan telegram itu dibawanya ke
bibirnya. Diciumnya dengan mesra.
Lama diciumnya seraya matanya
memicing. Selama tangannya
sampai terkulai dan matanya
terbuka setelah kehilangan cahaya.
Dan telegram itu jatuh dan
terkapar di pangkuannya.
iii.
9
3. Sudut pandang (ANDRE LAMHOT)
Sudut pandang yang digunakan dalam
cerpen “Anak Kebanggaan” adalah orang
pertama pembantu, karena pengarang
memposisikan dirinya dalam cerita untuk
menguatkan tokoh utama (Ompi).
Bukti:
Kulihat Pak Pos memasuki halaman
rumah Ompi, tergesa-gesa aku
menyongsong Pak Pos itu ke
ambang pintu.
Ompi terduduk di kursi. Matanya
cemerlang memandang. Tangannya
diulurkannya kepadaku meminta
telegram itu.
4. Penokohan (FRISKA HUTABARAT)
a. Jenis-jenis tokoh
Protagonis
Ompi
Sentral:
Ompi Antagonis
Berdasarkan Ompi
Cerita
Protagonis
*Aku
*Dokter
Pembantu *Pak Pos
Antagonis
*Indra
Budiman
10
Protagonis:
Ompi
Berdasarkan
Konflik
Antagonis:
Ompi
b. Cara memperkenalkan tokoh
Cara memperkenalkan tokoh pada
cerpen tersebut adalah analitik.
11
Jangan menjadi orang yang
sombong.
Bukti “....Coba kalau anakku,
Indra Budiman, sudah jadi dokter,
si mati ini akan pasti tertolong,”
katanya bila ada orang meninggal
setelah lama menderita sakit.
Jangan suka berbohong.
Bukti Tak teringat olehnya,
bahwa bohongnya kepada ayahnya
selama ini sudah diketahui oleh
orang kampungnya.
Jadilah orang baik dan suka
menolong.
Bukti Semenjak saat itu, aku
menyediakan diriku selalu di dekat
Ompi.
Jangan membuat orang tua kita
khawatir.
Bukti Antara rusuh dan lega,
Ompi gelisah juga menanti surat
dari anaknya.
12