Anda di halaman 1dari 12

RUMAH DO RE MI

KARYA : MAYANG SARI

ADEGAN 1
Suatu malam yang dingin dan mencekam, di dalam sebuah kamar terdapat anak-anak
panti asuhan yang sedang tertidur, semuanya seakan sepakat untuk mengalami mimpi buruk yang
sama dalam tidur mereka itu. Dalam mimpi mereka, terdengar suara lantang dan menyeramkan
dari pengurus panti, pengurus mereka. Terdengar pula suara cambukan dan rintihan kesakitan
anak – anak.
Renata : Dengarkan kata-kata ibu, jangan berani-beraninya kalian mengulangi kesalahan
yang sama! Karena ibu tidak akan segan-segan untuk menghukum kalian lebih
keras lagi! Kalian harus mengikuti semua aturan yang telah ibu buat! Semuanya!
Tanpa terkecuali! Taati semua perkataan ibu! Ingat, bagaimanapun juga panti
asuhan ini harus berjalan sesuai dengan yang ibu inginkan! (berkata dengan keras
sambil memukuli anak-anak dengan kayu ringan, sementara anak-anak merintih
dan menangis ketakutan)

ADEGAN 2
Di ruang tamu, Renata sedang berbicara dengan pimpinan Panti Asuhan yang bernama
Julia. Julia membawa seorang mahasiswa magang untuk membantu Renata mengurus anak –
anak, mahasiswa itu bernama Fauzi, wajahnya ramah dan menyenangkan. Akan tetapi Renata
tidak menyukai kedatangan pria itu.
Julia : Saya mengerti Ibu Rena, tapi bagaimanapun juga panti asuhan ini dibangun
dengan uang saya, dan saya ingin anak-anak yang berada disini memiliki masa
depan yang cerah.
Renata : Iya bu, maafkan saya. Akan tetapi saya ingin Ibu memahami bahwa selama ini
saya lah yang merawat mereka dan mengurus keseharian mereka, jujur saya agak
kewalahan. Saya yang harus menyiapkan sarapan pagi, makan siang hingga makan
malam. Saya juga yang membersihkan rumah, mencucikan seluruh pakaian
mereka, merawat mereka, mengurus mereka apabila mereka sakit. Belum lagi
tugas sekolah mereka, dengan mereka yang memiliki perbedaan umur, tugas yang
berbeda pula dan kenakalan yang tak ada habisnya. Setiap hari saya harus
mengingatkan mereka untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh
sekolah, bila mereka tidak dapat mengerjakan sendiri, saya yang harus
mengajarnya sendirian. Sedangkan jumlah mereka bukanlah satu ataupun dua.
Saya sangat menginginkan pengertian dari Ibu Julia selaku pimpinan Panti ini.
Julia : Justru itulah maksud kedatangan Saya kesini. Saya sudah mempersiapkan sebuah
rencana untuk mengurangi permasalahan tersebut. Perkenalkan, ini Mas Fauzi, Dia
adalah mahasiswa jurusan psikologi tingkat akhir, Dia datang kesini untuk praktik
kerja lapangan yang ditugaskan oleh kampusnya, sekaligus membantu anda
mengurus anak-anak. (Renata kelihatan tidak begitu senang) Anda tidak keberatan
kan? Saya melakukan ini tentunya untuk kebaikan Anda juga.
Renata : (gelagapan) Oh tentu saja tidak, apapun yang terbaik untuk panti asuhan ini.
Julia : Baguslah kalau begitu. Mas Fauzi, Anda bisa langsung berkenalan dengan anak-
anak. (berbicara pada Fauzi, tersenyum).
Fauzi : Baiklah bu, permisi. (Fauzi masuk ke kamar anak-anak)
Julia : Ibu Rena, ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan. (kembali berbicara kepada
Renata dengan serius).
Renata : Tentang apa itu Bu? (Terlihat cemas)
Julia : Ini tentang donatur, ada beberapa hal yang perlu Ibu ketahui. Mari Bu. (Keduanya
beranjak ke ruang kantor Renata)
1

ADEGAN 3
Kamar anak-anak, Mereka sedang bermain di dalam kamar dengan ceria. Fauzi masuk ke
dalam kamar, memperhatikan anak-anak dengan senang.
Fauzi : (Tersenyum, hangat) Halo, anak-anak!
Anak-anak : (Anak-anak berhenti berbicara dan memperhatikan Fauzi dengan berbagai
ekspresi. Ada yang senang, ada yang heran, ada juga yang merasa terganggu
karena permainan dihentikan. Akan tetapi semuanya membalas sapaan Fauzi
dengan sopan). Halo.
Fauzi : Hai, nama Kakak, Fauzi. Salam kenal. Kakak berada disini untuk membantu Ibu
Rena merawat Kalian untuk sementara waktu, bolehkah kakak berkenalan dengan
Kalian?
Chika : (berkata dengan centil, anak perempuan satu ini sangat manis. Rambutnya
dikuncir dua dan sangat feminin) Namaku Chika. Nama Kakak siapa?
Anak-anak : Kakak? Bapak kali.
Fauzi : Nggak papa (berkata sambil tersenyum ramah). Panggil Kakak aja. Kakak kan
masih kuliah. Tadi Kakak juga sudah memberi tahu nama Kakak. Tapi tidak apa-
apa, sekali lagi Kakak beritahu, nama Kakak Fauzi. Lengkapnya Ahmad Fauzi.
Nah, yang lain namanya siapa?
Karin : Saya Karin! (anak perempuan ini berpenampilan seperti anak lelaki, rambutnya
pendek dan memakai topi, pakaiannya adalah kaos lelaki, dan dia sedang
memainkan bola kaki ditangannya)
Anita : Saya Anita Kak! (Anak wanita satu ini, mengikat rambut panjang hitamnya tinggi-
tinggi, kulitnya hitam manis dan memakai kacamata, wajahnya adalah wajah
paling ramah diantara yang lainnya)
Acong : Saya Putra Kak! (Seorang anak lelaki berdiri, penampilannya agak aneh, karena
dia melilitkan sarung dikakinya hingga nyaris seperti rok tiga perempat, tapi
wajahnya tak kalah ramah dengan Anita). Bisa dipanggi Acong (berkata dengan
penuh semangat).
Dede : Anak Mencong! (berkata meledek Acong, dan anak-anak lain tertawa sedangkan
Acong cemberut dan berpikir untuk membalas didi).
Septi : Nama saya Septiana kak, bisa dipanggil Septi. (sambil mengacungkan tangannya
septi memperkenalkan diri dengan penuh percaya diri, pebawaannya lebih dewasa
dari anak-anak yang lain)
Apin : Saya Apin! (Badanya tak sebesar badan Setyo, tapi kelihatannya Dia tak bisa
menahan lapar lebih lama dari yang lain. Tubuhnya gemuk, berkulit kecoklatan.
Terdapat sebuah tompel kecil di dekat hidungnya. Dia berbicara dengan mulut
penuh makanan).
Dede : Si Tompel! (semua kembali tertawa mendengar ledekan Dede). Saya Dede Kak!
(anak yang paling bertingkah dibanding yang lain, tapi semua menyukainya).
Acong : Dede Kempot! (berkata meledek Didi sambil mengempotkan pipinya, tawa anak-
anak kembali meledak).
Anita : Apin, Dede dan Acong suka bermain bersama, mereka seperti saudara kembar tiga
kak.
Karin : Dan mereka pun dipanggil kumpulan para idiot. Karena mereka suka berbuat hal-
hal diluar kata normal. (mendengar itu Apin, Didi, dan Acong tidak merasa kesal,
melainkan cekikikan menyetujui pernyataan Karin).
Fauzi : Wah, Kakak sangat senang bisa berkenalan dengan kalian, kalian memiliki
beraneka macam sifat dan pola pikir. Pasti kita bisa bersahabat dengan baik.
(wajah anak-anak meragukan hal tersebut. Namun, Fauzi tetap bersemangat
menghadapi mereka). Oh iya, Kakak memiliki sesuatu untuk Kalian!
Chika : Apa itu Kak? (semua langsung tertarik mendengarkan dengan serius).

1
2

Fauzi : Ada syaratnya kalau kalian ingin tahu. (wajah anak-anak agak kecewa karena
dibuat penasaran olehnya).
Acong : Apa Kak syaratnya?
Fauzi : Hmm, Kalian harus belajar bernyanyi!
Chika : Menari juga dong pak!
Fauzi : Iya menari juga.
Anak-anak : HORE!

ADEGAN 4
Suatu Malam, Rena sedang berbicara sendiri di Kantornya dengan sangat kesal.
Renata : Ini tidak boleh terjadi! Enak saja orang baru itu. Belum ada dua minggu dia berada
di panti asuhan ini, laganya sudah seperti bertahun-tahun. Baru menjadi
mahasiswa tingkat akhir saja sudah belagu. Dan Julia, Kenapa Dia selalu
membanggakan Fauzi? Kenapa Dia selalu menanyakan anak-anak kepada Fauzi?
Bukan kepadaku! Selama bertahun-tahun ini kan Aku yang mengurus dan menjaga
anak-anak, Aku yang lebih mengerti Mereka. Ditambah lagi anak- anak yang
sekarang sudah mulai berani melawan dan mengabaikan semua aturanku. Tidak!
Panti ini tidak boleh terus-menerus seperti ini. (berpikir keras) Aku harus mencari
cara untuk menyingkirkannya dari sini!

ADEGAN 5
Di lain malam, anak-anak sedang bersenda gurau dikamar mereka, lalu masuk Fauzi
membawa sebuah keranjang yang membuat anak-anak penasaran.
Septi : Jadi nih, (bercerita dengan penuh semangat kepada anak-anak lainnya, semua
serius memperhatikan Septi, menantikan sebuah cerita yang luar biasa). Pada
suatu hari, ada seorang tukang roti dengan senangnya menjual rotinya dengan
mengendarai sepeda. Dia bersenandung dengan ceria dan penuh semangat. Akan
tetapi, ketika dia berbelok ke kanan, dia tidak melihat bahwa di kiri jalan ada
lubang besar! Dan BUG! Terjatuhlah dia bersama barang dagangannya. Lalu
dengan sigap datang seorang Polisi bersiap untuk membantunya. Berkatalah Polisi
itu ‘Ada apa pak?’ dan apakah kalian semua tau apa yang dijawab oleh tukang roti
itu? (Setyo menghentikan sejenak untuk memperhatikan wajah teman-temannya
yang sangat serius, dan bersiap memberikan klimaks dari ceritanya) Tukang roti
itu berkata dengan kesakitan ‘ada roti coklat pak, ada rasa stroberi, srikaya’.
Hahaha, dia malah jualan Teman-teman (tawa anak-anak pun meledak).
Fauzi : (Memperhatikan anak-anak dari pintu kamar dengan penuh rasa sayang, ditangan
Fauzi terdapat sebuah keranjang yang berisi dengan beraneka ragam barang.
Begitu tawa anak-anak mereda, Fauzi masuk dan menyapa anak-anak). Malam
anak-anak!
Anak-anak : Malam Kak Fauzi! Wah, apa itu Kak? (bertanya dengan penuh antusias
memperhatikan barang bawaan Fauzi)
Fauzi : Ini? (berkata sambil mengangkat barang bawaannya tinggi-tinggi). Kalian mau
tau ini apa?
Anak-anak : Iya Kak, Apa itu kak?
Fauzi : Kalau Kalian ingin tahu apa ini, Kalian harus menyanyikan dan menarikan lagu
yang Kakak sudah ajarkan! Gimana?
Anak-anak : Siap Kakak! (bersiap-siap dengan semangat, lalu mengambil posisi untuk
menyanyi dan menari)
Hai kawan kawan semua, jangan pandang kami sebelah mata
Walau kami tak punya orang tua, walau lahir tanpa cinta
Kami bisa bahagia
Hai kawan kawan semua, lihat lah apa yang kami punya

2
3

Rumah kami yang penuh dengan warna warna,


Yang bisa kami buat selalu bernada
Ada bos besar bersama anak buahnya yang oon
Ada para idiot yang bisa bikin tertawa
Ada cewek-cewek yang gemar menceritakan harinya
Ada juga canda dan tawa
Ada juga canda dan tawa
Fauzi : Bagus! Kakak sangat suka, nah kalian siap anak anak? (Anak-anak mengangguk
antusias, lalu dengan sigap mereka duduk dengan rapi). Keranjang ini berisi
dengan Cita-cita! (anak-anak kaget lalu semakin senang, sekejap ruangan penuh
dengan pertanyaan apa yang akan mereka lakukan dengan cita-cita itu. Namun,
mereka mengerti untuk kembali memperhatikan Fauzi). Cita-cita ini, Kakak
siapkan untuk Kalian semua, untuk Kalian gapai di masa depan Kalian! Siapkah
Kalian semua untuk menangkap cita-cita yang Kakak berikan?

Anak-anak : Siap Kak! (Teriak anak-anak penuh semangat).


Fauzi : Baik, Kita mulai cita-cita yang pertama. Cita-cita ini dapat membuat yang
memilikinya berlari dengan cepat, gesit, lincah, dan dia yang memilikinya, dapat
mencetak gol dengan spektakuler! Cita-cita ini adalah ATLET SEPAK BOLA!
( Mengeluarkan baju sepak bola bewarna merah dari dalam keranjang). Siapa
yang menginginkannya? (Bertanya dengan penuh semangat ke arah anak-anak)
Karin : Karin mau Kak! Karin mau cita-cita itu! Karin mau menjadi pemain sepak bola
yang handal dan terkenal Kak! (Karin menghampiri Fauzi penuh semangat, lalu
mengambil baju yang ada ditangan Fauzi. Karin memakai baju bola yang
diberikan Fauzi, dan ruangan sekejap menjadi lapangan sepakbola yang sangat
besar, di lapangan itu sedang terjadi pertandingan sepak bola tingkat nasional,
penonton bersorak menyemangati Karin yang sedang bertanding, dan pada
akhirnya Karin mencetak GOL! Gemuruh penonton menyelimuti stadion).
Fauzi : Selamat Karin! (semua tersadar dari imajinasi mereka dan lembali memerhatikan
Fauzi dengan semangat yang bertambah). Kamu telah memiliki sebuah cita-cita!
Kakak sudah siap memberikan yang lain cita-cita juga! Berikutnya, cita-cita ini
dapat membuat orang itu memiliki akting yang hebat, sering masuk televisi,
fotonya sering dipajang dimana-mana, Dia akan disukai banyak orang dan Dia
akan menjadi sangat terkenal. Cita-cita ini bernama ARTIS! (Mengeluarkan
sebuah piala berwarna kuning keemasan).
Chika : Saya mau Kak Fauzi yang ganteng! Saya mau jadi aktris yang terkenal dan disukai
banyak orang. (Lalu Kamar kembali berubah menjadi podium penerimaan piala,
dan terdengar pembawa acara membacakan nominasi aktris terbaik)
Seseorang : Dan pemenang aktris terbaik jatuh kepada, CHIKA! (chika menaiki podium)
Chika : Terima kasih kepada Allah, Dewan Juri, Kak Fauzi dan Ibu Rena, serta semua
teman-teman Chika yang sudah mendukung Chika, piala ini aku persembahkan
untuk kalian teman-teman! (semua penonton bersorak-sorai dan menghampiri
Chika untuk memberikan ucapan selamat),
Fauzi : Anak-anak! Disini ada cita-cita selanjutnya loh! (kembali menyadarkan anak-anak
dari imajinasi mereka yang luar biasa) Cita-cita ini, dapat mengubah segala
bentuk makanan menjadi suatu hidangan yang diinginkannya, Dia dapat
membuatnya menjadi rasa yang Ia mau, dan Dia tidak akan pernah kehabisan
makanan. Cita-cita ini dinamakan KOKI! Siapa yang menginginkan cita-cita ini?
(lalu Fauzi mengeluarkan topi koki)
Apin : APIN KAKAK! APIN! APIN! Apin ingin cita-cita itu! Apin ingin makanan Apin
tidak akan habis Kak! Pokoknmya cita-cita itu Cuma buat Apin!

3
4

Fauzi : Sudah Kakak duga! Ini Apin, cita-cita ini sekarang milikmu. Kamu akan menjadi
seorang koki! (lalu kamar menjadi sebuah ruangan acara demo masak kelas
dunia)
Seseorang : Baiklah, selamat datang chef terkenal dunia, APIN….! Chef Apin, masakan apa
yang akan anda buat hari ini?
Apin : Apin mau buat istana coklat! Cara pertama masukan terigu, kedua telur, ketiga
chiki, lalu roti, permen, cilok, bakso goreng, es doger dan akhirnya kita aduk aduk!
(satu-persatu berdatangan orang-orang mewakili bumbu yang Apin masukan) Dan
jadilah ISTANA COKLAT! Karena istana coklatnya sudah jadi, sekarang
waktunya makan! (Istana coklat sekejap buyar dihentikan oleh Fauzi begitu
melihat anak-anak bersiap melompat-lompat mengejar imajinasi Apin).
Anak anak : Wah Hebat!
Acong : Kakak! Mana cita-cita untuk saya Kak?
Fauzi : Putra, dengarkan Kakak baik-baik. Inilah cita-cita kamu, kamu akan bisa membuat
sebuah cerita yang sangat spektakuler dan dapat dinikmati banyak orang. Dalam
cerita itu, kamu bisa membuatnya sesukamu, cerita itu merupakan tampilan dari
imajinasi kamu dan akan ada di bioskop-bioskop di seluruh negara. Kamu akan
menjadi sutradara hebat dan terkenal! (Mengeluarkan topi sutradara).
Acong : Wah, sutradara Kak? Cerita Acong akan ada di bioskop-bioskop Kak? Wah, hebat!
Acong mau Kak jadi sutradara!
Dede : Kak, Dede juga mau dong jadi sutradara hebat dan cerita Dede itu dinikmati
banyak orang Kak. Boleh kan Kak?
Acong : Dede, Masa cita-cita kita sama? Kamu yang lain dong. Sutradara itu cita-cita aku.
Dede : Kata Kak Fauzi boleh kok, iya kan Kak?
Fauzi : Iya, boleh. Dan tenang saja, Kakak sudah menduga bahwa Kamu juga
menginginkannya Dede. Jadi, kakak sudah menyiapkan dua buah topi!
(mengeluarkan topi yang lain, Acong dan Dede semakin senang)
Acong &
Dede : Kami berdua adalah Sutradara terkenal! (mengucapkan kalimat tersebut dengan
melakukan gerakan yang kompak).
Fauzi : Dede, Cerita seperti apa yang akan kamu buat?
Dede : Aku akan membuat sebuah film yang sangat spektakuler! Pemainnya berasal dari
bintang-bintang terkenal dari Holywood! Memakan biaya yang sangat besar!
Berupa film Kolosal, pemainya ribuan orang. Film yang akan Didi buat adalah
Film PERANG, serbu! Serbu! Teman-teman ayo segera kita buat filmnya! (lalu
kamar berubah menjadi studio film yang mewah, Didi dan kawan-kawan pun telah
berubah menjadi sosok sutradara dan para crew film besar. Mereka sedang
menyiapkan peralatan untuk shooting, lalu Didi mulai mengarahkan semuanya
untuk memulai adegan. Ketika adegan dimulai muncullah sekumpulan tentara
berlarian dari sisi kiri dan kanan, perang! Adegan berlanjut dengan begitu luar
biasa. Namun Didi merasa kurang puas dengan itu semua) CUT! CUT! Berhenti
semuanya! Kalian semua sebenarnya bisa main tidak? Ah sudahlah! Istirahat
semuanya!
Anak-anak : (Studio kembali menjadi kamar anak-anak, semua terpesona dengan sosok Dede
yang sudah persis seperti Sutradara, dan semuaya mengucapkan selamat).
Acong : Teman-teman! Sekarang giliran Acong! Dede payah jadi sutradara! Kalian semua
mesti lihat jika aku yang menjadi sutradara. (Kamar berganti kembali menjadi
studio film yang megah) Kalau Acong, mau buat cerita romantis! Ada peran
gantengmya, ada peran cantiknya, mereka berdua bermesraan diatas kapal. Sang
lelaki memegang kedua tangan sang wanita dari belakang, dan merentangkan
kedua tangannya. Keduanya melihat lautan yang ditiup angin kencang dan
burung-burung berterbangan menemani mereka. Oh, sungguh romantis! (lalu

4
5

Acong menggantikan Dede menjadi sosok sutradara, dengan gaya yang berbeda
Acong mengarahkan mereka untuk menyiapkan perlatan. Lalu hadir seorang
lelaki dan wanita mewakili imajinasi Acong, mereka bermesraan diatas kapal
dengan sangat romantis. Semua temannya terpesona, dan mengucapkan selamat
dengan penuh rasa kagum di wajah mereka).
Anak-anak : (Kamar pun kembali, dan anak-anak tersadar dari imajinasi mereka) Kakak! Lagi
dong lagi! (berteriak memohon dengan semangat kepada Fauzi).
Fauzi : Iya, Kakak mengerti. Berikutnya! Cita-cita berikut ini dapat membuat pemiliknya
tampil sangat cantik! Dia digemari banyak orang, Dia akan dapat menggunakan
pakaian-pakaian bagus dan mahal, wajahnya akan dipoles menjadi sangat cantik.
Cita-cita ini bernama, MODEL! (Mengeluarkan mahkota dan selendang)
Anita : (Anita mengelus pipinya sendiri dan membayangkan cita-cita itu sambil tersenyum
manis karena yakin itu adalah cita-cita untuknya)
Fauzi : Nih, cita-cita ini untuk kamu ya Anita. Kamu akan menjadi seorang model terkenal.
Anita : Terima kasih Kakak. (tersenyum dengan sangat ramah, lalu ruangan berganti
menjadi pameran model yang sangat mewah. Anita berjalan laksana seorang
model dan dikerumuni wartawan yang tak hentinya mengambil gambar Anita)
Seseorang : Inilah model tercantik dunia..
Anak anak : (Kamar pun kembali) Hore!
Fauzi : Semua sudah dapat cita-citanya kan?
Septi : Kakak! Saya belum! Kok Septi dilupakan! (berkata dengan kesal).
Fauzi : Tidak Septi, Kakak sama sekali tidak lupa (Tersenyum geli melihat amarah Septi).
Cita-cita ini hanya untuk kamu, Cita-cita ini dapat membuat Kamu menciptakan
banyak lagu, suaramu yang merdu akan disukai oleh banyak orang, dan Kamu
akan bernyanyi mengelilingi dunia. Cita-cita ini bernama, (mengeluarkan sebuah
Microphone, membuat Septi yang awalnya terpesona kembali merengut).
Septi : Tukang elektronik?! Nggak mau! Kakak jahat! Yang lainnya ada yang jadi artis,
koki, model, . Kenapa kakak malah menjadikan Septi tukang elektronik! Pokoknya
Septi nggak mau, biar kakak aja yang jualan microphone. Nih, Septi bantuin. Cita-
cita ini adalah TUKANG ELEKTRONIK! (meraih mic tersebut sebentar dan
mengembalikannya ke Fauzi dengan wajah masam).
Fauzi : Septi, Kamu jangan marah dulu. Kamu belum mendengarkan kalimat kakak hingga
selesai. (berkata dengan penuh kesabaran) cita-cita yang Kakak maksud bukan
jualan mic, melainkan PENYANYI!
Septi : PENYANYI? (wajahnya terkaget-kaget dan langsung melompat kegirangan
merebut mic yang ada ditangan Fauzi, kamar pun menjadi imajinasi Septi,
berubah menjadi panggung mewah yang dipenuhi ribuan penonton didalamnya)
Semuanya SIAP? (Septi berteriak dengan penuh semangat kearah penonton)
Nyanyi sama-sama yoo (lalu Septi pun bernyanyi)
Anak anak : Wah, terima kasih Kakak! (semua memeluk erat-erat barang yang diberikan Fauzi
kepada mereka, semua wajah terlihat berbinar-binar).
Fauzi : Iya, sama-sama nak. Nah, Kakak masih memiliki sesuatu di dalam keranjang ini
(Anak-anak kembali penasaran dan mendengarkan Fauzi dengan serius,
sedangkan Fauzi mengeluarkan sebuah origami berbentuk burung dari dalam
keranjang). Ini adalah burung cita-cita, tuliskan cita cita kalian disini dan simpan
dan selalu ingat akan mimpi kalian, burung ini akan membawa kalian terbang
hingga kalian dapat meraih cita-cita kalian. Tapi ingat. untuk menggapai cita-cita
kalian ini, kalian harus belajar giat dan pantang menyerah. Kalian juga harus
melakukannya dengan senang hati. Kakak yakin, kalian pasti akan dapat
mencapainya suatu saat nanti.

Hari ini kami berbicara tentang mimpi

5
6

Esok hari kami akan mengejar mimpi


Suatu saat nanti, semua akan lihat kami
Menjadi sesuatu yang berarti

Rumah ini adalah saksi


Bahwa kami bisa bermimpi
Mimpi yang berwarna-warni seperti pelangi
Yang akan terlihat setelah hujan berhenti
Rumah ini adalah saksi
Bahwa kami bisa bermimpi
Mimpi yang berwarna-warni seperti pelangi
Yang akan terlihat setelah hujan berhenti

Renata : Selamat malam anak-anak! (masuk ke dalam kamar, wajahnya serius dan tegas).
Anak-anak : Selamat malam bu! (membalas sapaan Renata dengan senang dan ceria).
Chika : Bu, lihat deh. Ini burung Cita-cita bu dari Kak Fauzi! (berkata dengan polos).
Renata : Ya ya ya, bagus, bagus! Tapi ini sudah malam! (berkata dengan amarah yang
meluap-luap) Kalian kenapa sih? Kok jadi begajulan seperti ini? Kalian lupa
dengan semua aturan Ibu? Kalian mulai berani melawan Ibu!

Fauzi : Maaf bu, Saya tadi sedang mengajarkan anak-anak untuk mengenal cita-cita.
(berusaha menjelaskan dengan baik).
Renata : Tapi ini sudah malam Mas Ahmad Fauzi! Bagaimana jika mereka sakit nanti! Anda
seharusnya tahu besok mereka harus bangun pagi dan pergi ke sekolah. Lihat
kamar mereka, berantakan! Saya tidak ingin melihat pemandangan seperti ini lagi!
Fauzi : Iya Bu. saya mengerti. (Berusaha memberikan pengertian namun tahu itu akan sia-
sia. Lalu fauzi teringat akan suatu hal) Bu..
Renata : Ada apa lagi?
Fauzi : Maaf bu sebelumnya. Besok saya ingin ke kampus untuk mengurus laporan saya
selama bekerja di panti ini. Nanti saya akan memberitahu Ibu Julia dan
menyampaikan semuanya.
Renata : Oh begitu (sejenak kaget, namun sekelebat rencana muncul di dalam pikirannya)
Tidak usah, biarkan saya yang mengurus laporannya ke Ibu Julia.
Fauzi : Oh (agak heran, namun tidak memperlihatkannya). baiklah kalau begitu. Saya akan
siap-siap.
Renata : Silakan. (Fauzi pergi, Rena mulai mengancam anak-anak ketika mereka mulai
berisik kembali)
Renata : Diam! Apa yang kalian Kenakan?
Anak-anak : Cita-cita dari Kak Fauzi Bu. (berkata hati-hati, sangat ketakutan),
Renata : Cita-cita? Tidak penting itu cita-cita! Yang kalian harus lakukan hanyalah
mendengar semua perkataan Ibu! Keranjang apa itu? (semua menoleh ke arah
yang ditunjuk oleh Renata, wajah mereka memucat dan ingin menangis). Sekarang
kalian masukkan semua yang diberikan oleh Fauzi kedalam Keranjang itu! Cepat!
Sekarang Juga! Jangan Lambat! ( Anak-anak berlari dan menaruh barang-barang
yang diberikan fauzi, beberapa mulai mengeluarkan air mata karena ketakutan.
Akhirnya semua sudah memasukkan barang-barang yang diberikan Fauzi ke
dalam Keranjang) Dengar kata-kata Ibu ya! Mulai Hari ini tidak ada yang boleh
berbicara dengan Fauzi! Jika Ibu melihat salah satu dari kalian berbicara dengan
dia, Ibu tidak akan segan-segan menghukum kalian! Sekarang pergi ke tempat
tidur kalian masing-masing, kalian harus mendapatkan hukuman. (wajah anak-
anak memucat ingin berteriak meminta pertolongan Fauzi namun sadar Fauzi
telah jauh pergi ke rumah kosnya, akhirnya dengan sangat terpaksa dan ketakutan

6
7

mereka beranjak ke tempat tidur mereka untuk menerima hukuman. Rena kembali
mengancam dengan keras dengan mengambil penggaris besi dan memukuli kaki
mereka satu persatu, mulai terdengar isak tangis) Dengar kata-kata ibu, Jangan
berani kalian mengulangi kesalahan yang sama! Karena Ibu tidak akan segan-
segan menghukum kalian lebih keras lagi! Apa ini Baju bola, topi-topi tidak jelas!
Kalian harus melupakan cita-cita kalian itu! Kalian tidak perlu bermimpi! Yang
harus kalian lakukan hanyalah mendengar kata-kata Ibu! Ketertiban harus
dikembalikan ke Panti Asuhan ini! Ingat, panti asuhan ini harus berjalan sesuai
dengan yang Ibu inginkan.

ADEGAN 6
Beberapa hari kemudian, disaat Fauzi kembali ke Panti Asuhan. Julia dan Renata sudah
menunggu Fauzi untuk membicarakan sesuatu yang serius.
Julia : Begini Pak, Saya mendapat laporan bahwa metode yang anda gunakan terlalu keras, dan
tidak sesuai dengan anak-anak. (berkata penuh amarah dan tegas kepada Fauzi)
Fauzi : Tapi Bu (keheranan), Terakhir kali saya melihat anak-anak mereka baik-baik saja.
Julia : Iya memang, tapi sekarang kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang anda jelaskan
kepada saya. Mereka sekarang terlihat sangat ketakutan seperti orang trauma.
Fauzi ; Tapi Ibu sudah melihat laporan saya kan? (berusaha mendapatkan penjelasan atas
semua tuduhan itu).
Julia : Iya, Saya sudah membaca keseluruhan laporan anda dari Ibu Rena. Akan tetapi laporan
anda sangat parah. (menatap fauzi dengan kesal).
Fauzi : Bagaimana bisa? Ibu Rena? (Bertanya pada Renata memohon bantuan, namun dari
ekspresi Renata, Fauzi tahu dia tidak mendapatkan hal itu).

Rena : Loh itu pendapat Ibu Julia bukan pendapat saya, dan seharusnya anda
menghargai pendapat pimpinan Panti Asuhan ini!

Julia : Tepat sekali.


Fauzi : (merasa sangat kecewa, akan tetapi tahu Dia tidak dapat melakukan hal lain lagi) Bu.
Baiklah, Tapi izinkan saya untuk bertemu anak-anak untuk terakhir kalinya.
Julia : Silakan, Tapi jangan terlalu lama.
Rena : (ketika Fauzi sudah setengah jalan menuju kamar anak-anak, Renata memanggilnya)
Mas Fauzi, Selamat Jalan. (tersenyum dengan penuh kemenangan).

ADEGAN 7
Fauzi masuk ke kamar anak-anak, tetapi anak-anak menjauh ketakutan. Fauzi kecewa melihat itu
semua dan berusaha membujuk anak-anak untuk menjelaskannya.
Fauzi : Apa kabar anak-anak? (tersenyum pahit melihat anak-anak tak ingin melihat wajahnya,
mereka hanya menunduk, menahan tangis). Kakak hanya mengembalikan ini semua, ini punya
kamu kan Septi?
Septi : (perlahan-lahan anak-anak memperhatikan apa yang ada ditangan Fauzi, ternyata
microphone milik Septi, dan di samping kaki Fauzi terlihat keranjang berisikan cita-cita mereka,
ternyata Fauzi nekat mengambil barang-barang tersebut di gudang. Anak-anak semakin ingin
menangis) Iya kak, Tadinya. Sekarang mic itu milik Ibu Rena.
Fauzi : (Wajah Fauzi semakin sedih, Fauzi ingin memeluk mereka namun mereka merapat
menegaskan bahwa Fauzi tidak boleh mendekati mereka. Tubuh Fauzi melemas, dia pun
menyerah tak ingin menyakiti anak-anak lebih jauh lagi) Ini adalah hari terakhir Kakak datang
kemari. Kakak sangat ingin memeluk kalian, ingin melihat kalian bernyanyi dan menari untuk
terakhir kali. Apakah bisa? (anak-anak terdiam, tetesan air mata mulai mengalir di pipi mereka).
Sepertinya tidak (tersenyum sedih). Anak-anak, dengarkan kakak untuk yang terakhir kalinya.

7
8

Ada atau tidaknya kakak di panti ini, kalian harus tetap memiliki cita-cita. Kalian harus tetap
menggapai cita-cita kalian, jangan pernah berhenti bermimpi, ingatlah pelangi kita, Kakak sayang
kalian anak-anak. (Fauzi pun pergi dengan sedih, menahan tangis yang jauh lebih perih dari
siapapun).
Anak-anak : (Ketika Fauzi tidak terlihat lagi anak-anak mulai menangis) Kami juga sayang
Kakak (menangis tersedu-sedu, Septi menghampiri keranjang yang ditinggalkan Fauzi. Dengan
penuh rasa takut dia mengambil microphonenya dan menggenggamnya erat-erat. Melihat
tindakan berani Septi, anak-anak lain mengikutinya. Mereka mengambil cita-cita mereka dan
burung cita-cita. Mereka terisak, dan akhirnya menangis penuh pilu lalu mereka menyanyikan
lagu cita-cita yang telah mereka buat bersama dengan Fauzi)

ADEGAN 8

MALAM TIBA DAN RENATA MENEMUI ANAK-ANAK KE KAMARNYA DENGAN


PENUH KESOMBONGANNYA

Renata: Hai anak-anak. Mulai saat ini tidak ada lagi yang namanya FAUZI. Yang ada hanyalah
IBU! Jadi, apapun yang sudah kalian dapatkan atau lakukan bersama Fauzi, tak perlu lagi kalian
hiraukan. Yang perlu kalian ingat hanya ikuti aturan Ibu, jika tidak Ibu akan menghukum kalian!
Karena Ibu lah yang selama ini mengasuh kalian, bukan Fauzi! Mengerti?!

(Suasana hening dan anak-anak ketakutan)

SAAT BERBICARA DENGAN SOMBONGNYA DI DEPAN ANAK-ANAK TERNYATA


JULIA SUDAH BERADA DI DEPAN PINTU KAMAR ANAK-ANAK DAN MELIHAT
APA YANG TERJADI

Julia: Bu Rena! Apa-apaan ini? Jelaskan pada saya apa yang sebenarnya terjadi? Baru saja saya
menerima laporan bahwa Fauzi mebuat anak-anak ketakutan, tapi mengapa yang saya lihat justru
Ibu yang membuat anak-anak ketakutan?

(Renata terkejut dan terdiam gugup)

Renata: Oh tidak bu, tidak, saya hanya….

8
9

Julia: Cukup, bu Rena. Akan lebih baik jika saya langsung menanyakan pada anak-anak (marah
dan kesal). Sekarang Ibu bertanya pada kalian, siapa sebenarnya selama ini yang membuat kalian
terikat dan ketakutan? Kak Fauzi atau Bu Renata?

(suasana hening dan tegang, anak-anak tidak ada yang berani melihat ke arah bu Julia dan
bu Rena, mereka hanya diam dan ketakutan)

Julia: Ayo jawab?! Mengapa kalian diam? Mengapa kalian takut? Ada Ibu disini, Ibu berhak tahu
apa yan terjadi sebenarnya. Jika kalian tak ada yang mau menjawab, Ibu akan hukum kalian tidak
bisa pergi ke sekolah selama 1 minggu!

Apin : (seketika anak-anak mulai panik dan memecah ketegangan suasana) jangan, bu. Jangan.
Kami ingin pergi ke sekolah bu, kami ingin mewujudkan cita-cita kami (dengan nada belas
kasihan dan sedih)

Julia : Nah, kalau begitu cepat jawab pertanyaan ibu.

Septi : selama ini bu Rena lah yang terlalu keras mendidik kami, bu. Kami tidak berani
melawan karena beliau selalu mengatakan bahwa bu Rena lah yang mengurus kami selama ini,
jadi kami harus patuh terhadap bu Rena, apapun itu (nada sedih, memelas dan ketakutan)

Julia: Oke baiklah kalau begitu, kalian tidak akan ibu hukum. Sekarang cepatlah istirahat. Bu
Rena, ayo kita keluar, besok pagi saya tunggu diruangan saya. Selamat malam.

RENATA TERSENTAK DENGAN PERASAAN YANG CAMPUR ADUK, MARAH,


KESAL DAN KECEWA LALU PERGI.

ADEGAN 9

DI RUANGAN IBU JULIA TERLIHAT BU RENATA YANG SEDANG DUDUK


DENGAN WAJAH PENYESALAN BERSAMA BU JULIA

Julia: Bu, sebelumnya saya tanyakan lagi, apakah benar yang dibilang anak-anak tadi malam?

Renata: maafkan saya bu, saya terlalu menyayangi mereka sehingga saya lupa bahwa saya terlalu
keras mengurus mereka dan membuat mereka ketakutan, bukan semakin terbuka (sedih memelas)

Julia: Tapi ibu tidak seharusnya bersikap keras pada mereka, tempat kita ini bukan tempat
pelatihan seperti diluar sana bu, tempat ini ada untuk kita membantu dan menyayangi anak-anak
yang kurang mampu seperti mereka dengan cara yang baik, bukan cara yang keras. Ibu pun juga
berkali-kali sudah saya peringatkan namun ibu bersikeras, sehingga ibu merasa tergantikan saat
kedatangan Fauzi dan anak-anak lebih menyukai Fauzi disbanding ibu, lalu ibu membalikkan
kenyataan bahwa Fauzi yang bersikap keras kepada anak-anak. Iyakan bu?

Renata: Maafkan saya bu, maafkan saya, saya tidak akan mengulanginya lagi. Saya terlalu lupa
diri, maafkan saya bu (sedih)

Julia: Baiklah, ibu saya maafkan, tapi maaf, setelah ini ibu tidak bekerja disini lagi dan ibu bisa
pulang.

Renata: Apa bu? Jadi saya diberhentikan? Maafkan saya bu, saya tidak bermaksud jahat pada
anak-anak.

Julia: Ini demi kebaikan kita bersama, semoga ibu mengerti (kesian)
9
10

Renata: Baiklah kalau begitu yang ibu mau, saya hanya bisa mengikuti. Terimakasih banyak
selama ini ibu sudah mempercayakan saya pada anak-anak meskipun saya sudah membuat
kesalahan. Selamat pagi (langsung pergi dan menangis)

SEPULANG BU RENATA, BU JULIA PUN MENELPON FAUZI UNTUK DATANG KE


PANTI ASUHANNYA DAN TAK LAMA FAUZI TIBA DIRUANG TAMU BERSAMA BU
JULIA

Julia: Fauzi, maafkan saya atas kejadian kemarin, saya benar-benar tidak tahu yang sebenarnya,
namun sekarang saya sudah mengetahuinya, maafkan saya dan terimakasih sudah membuat anak-
anak bersemangat sekolah dan ingin mencapai cita-cita mereka, sekali lagi terimakasih.

Fauzi: Sudahlah bu, tak apa, saya senang ibu sudah mengetahuinya dan saya senang bisa
berkumpul dengan anak-anak walau hanya sebentar, saya yang berterimakasih bu.

Julia: Benar-benar anak yang baik kamu, Fauzi. Kamu tak perlu khawatir, mulai sekarang kamu
bisa berkumpul dengan anak-anak lagi kapanpun dan selama apapun kamu mau, karena kamu
anak-anak mendapatkan suasana baru.

Fauzi: Benarkah, bu? Terimakasih banyak bu, terimakasih banyak (suasana haru)

KEMBALI KE ADEGAN 1 (KAMAR MINIMALIS)


ANAK-ANAK MASIH DALAM SUASANA MIMPI. TAK LAMA KEMUDIAN
DATANGLAH FAUZI, IA MENCOBA MEMBANGUNKAN ANAK-ANAK DENGAN
LEMBUT, ANAK-ANAK TIBA-TIBA TERSENTAK, TERBANGUN DARI TIDURNYA.
MEREKA SEMUA KAGET MELIHAT KEDATANGAN FAUZI

Anak-anak : Kak Fauzi ? *semua kaget, tidak percaya bahwa kak fauzi kembali* *lalu semuanya
tersenyum bahagia*

*Fauzi mengambil burung cita-cita, meletakkannya di tengah-tengah mereka*

*Black out*

Fauzi : Anak-anak, Maukah kalian menyanyikan lagu yang sudah kaka ajarkan ?

*Lampu menyala*

Hari ini kami berbicara tentang mimpi


Esok hari kami akan mengejar mimpi
Suatu saat nanti, semua akan lihat kami
Menjadi sesuatu yang berarti

Rumah ini adalah saksi


Bahwa kami bisa bermimpi
Mimpi yang berwarna-warni seperti pelangi
Yang akan terlihat setelah hujan berhenti

Rumah ini adalah saksi


Bahwa kami bisa bermimpi
Mimpi yang berwarna-warni seperti pelangi

10
11

Yang akan terlihat setelah hujan berhenti

SELESAI

11

Anda mungkin juga menyukai