Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN

“ROBOHNYA SURAU KAMI” Karya A. A. Navis

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Haris Supratno

Disusun oleh:

Qurrota A’yuni

21020074061/30/PBSI-B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Robohnya Surau Kami ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Prof.
Dr. Haris Supratno pada mata kuliah Teori Sastra. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang unsur intrinsik pada novel maupun
cerpen bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Haris Supratno selaku
dosen mata kuliah Teori Sastra yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidag studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bojonegoro, 23 September 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerpen merupakan suatu karya sastra dalam bentuk tulisan yang mengisahkan
tentang sebuah cerita fiksi lalu dikemas secara pendek, jelas dan ringkas.
Cerpen biasanya hanya mengisahkan cerita pendek tentang permasalahan
yang dialami satu tokoh saja. Cerpen dibangun dari dua unsur, yakni unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik pada cerpen meliputi tema, plot
atau alur, setting, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan
amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik cerpen meliputi nilai sosial, politik,
biografi pengarang dsb.
Dengan mengapresiasi cerpen, kita akan mendapatkan banyak sekali
gambaran kehidupan termasuk nilai positif watak di dalamnya.
Dari permasalahan di atas, penulis mencoba mengangkat sebuah cerpen yang
cukup fenomenal berjudul “Robohnya Surau Kami” karya A.A Nafis. Dengan
maksud supaya saya dapat mengapresiasi cerpen tersebut melalui analisis
unsur yang terkandung di dalamnya.
B. Rumusan Masalah
Apa saja unsur intrinsik dalam cerita pendek Robohnya Surau Kami?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan saya menulis makalah ini dalah untuk memaparkan. Menjelaskan, dan
mengetahui apa saja yang menjadi unsur intrinsik dalam cerita pendek
Robohnya Surau Kami.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tema
Tema atau pokok persoalan cerpen Robohnya Surau Kami terletak pada
persoalan batin tokoh kakek setelah mendengar bualan Ajo Sidi. Dibuktikan
pada kutipan
“Tidak, kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan diri mu
sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi
engkau melupakan kaum mu sendiri, melupakan kehidupan anak istimu
sendiri, sehingga mereka itu kucar kacir selamanya. Inilah kesalahan mu
yang terbesar, terlalu egoistis, padahal engkau di dunia berkaum,
bersaudara semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikitpun.”
Dengan demikian, jika kita buat kesimpulan atas fakta-fakta di atas maka
tema cerpen ini adalah seorang kepala keluarga yang lalai menghidupi
keluarganya.
B. Plot (Alur)
Alur yang digunakan penulis pada cerpen ini ialah alur mundur atau
flashback. Karena penulis kembali menceritakan sebab-sebab kematian
Kakek, dimulai pada awal cerita penulis mengenalkan keadaan surau dan
Kakek, kemudian konflik mulai muncul saat Kakek bercerita pada tokoh
‘Aku’ tentang perasaannya yang tersindir akibat cerita Ajo Sidi. Karena
penasaran akan cerita Ajo Sidi, tokoh ‘Aku’ terus bertanya pada kakek apa
yang telah diceritakan Ajo Sidi hingga ia sedih dan Kakek pun menceritakan
semuanya. Konflik yang memuncak dapat dibaca pada cerita Ajo Sidi sendiri
saat Haji Saleh protes kepada Tuhan mengapa dikirimkan ke neraka padahal
selama hidupnya di dunia selalu mengagungkan-Nya. Dan akhirnya Haji
Saleh mengetahui jawabannya dari Tuhan dan malaikat, dapat dibayangkan
perasaan Kakek yang mendengar cerita tersebut pastilah merasa tersindir.
C. Setting (Latar)
Ada beberapa setting dalam cerpen Robohnya Surau Kami. Yaitu setting
tempat, setting waktu, dan setting suasana.
A. Setting tempat
 Kota kelahiran tokoh Aku
Dapat dilihat dari kutipan “Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan
datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan
berhenti di dekat pasar.”
 Dekat pasar
Dapat dilihat dari kutipan “Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan
datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan
berhenti di dekat pasar.”
 Surau
Dapat dilihat dari kutipan “Dan di pelataran kiri surau itu akan
Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk..”
 Akhirat
Dapat dilihat dari kutipan “..di akhirat Tuhan Allah memeriksa
orang-orang yang sudah berpulang.”
 Neraka
Dapat dilihat dari kutipan “Alangkah tercengang Haji Saleh,
karena di neraka itu banyak teman-temannya..”
 Rumah tokoh Aku
Dapat dilihat dari kutipan “Dan besoknya, ketika aku mau turun
rumah pagi-pagi..”
 Rumah Ajo Sidi
Dapat dilihat dari kutipan “Aku cari Ajo Sidi ke rumahnya.”
B. Setting waktu
 Beberapa tahun lalu
Dapat dilihat dari kutipan “Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan
datang ke kota kelahiranku..”

 Sekarang
Dapat dilihat dari kutipan “Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi
sekarang.”
 Sekali hari
Dapat dilihat dari kutipan “Sekali hari aku datang pula mengupah
Kakek.”
 Pada suatu waktu
Dapat dilihat dari kutipan “Pada suatu waktu, kata Ajo Sidi
memulai, di akhirat..”
 Besoknya
Dapat dilihat dari kutipan “Dan besoknya, ketika aku mau turun
rumah..”
 Pagi-pagi
Dapat dilihat dari kutipan “..ketika aku mau turun rumah pagi-
pagi, istriku berkata apa aku tak pergi menjenguk.”
 Shubuh
Dapat dilihat dari kutipan “Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati
di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggorok
lehernya dengan pisau cukur.”
C. Setting suasana
 Muram
Dapat dilihat dari kutipan “Tapi sekali ini Kakek begitu muram.”
 Penasaran
Dapat dilihat dari kutipan “Aku ingin tahu. Lalu aku tanya Kakek
lagi.”
 Marah
Dapat dilihat dari kutipan “Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang
kuasah tajam-tajam ini, menggorok tenggorokannya.”
 Sedih dan belas
Dapat dilihat dari kutipan “Dan aku melihat mata Kakek berlinang.
Aku jadi belas kepadanya.”
 Bingung
Dapat dilihat dari kutipan “Haji Saleh tidak mengerti kenapa ia
dibawa ke neraka. Ia tak mengerti apa yang dikehendaki Tuhan..”
 Panas
Dapat dilihat dari kutipan “Tapi setiap air matanya mengalir,
diisap kering oleh hawa panas neraka itu.”
 Ramai
Dapat dilihat dari kutipan “Setuju. Setuju. Setuju.” Mereka
bersorak beramai-ramai.
Lalu mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan.
 Terkejut
Dapat dilihat dari kutipan “Siapa yang meninggal?” tanyaku kaget.
 Tegang dan kesal
Dapat dilihat dari kutipan “Dan sekarang,” tanyaku kehilangan
akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi
yang tidak sedikit pun bertanggung jawab, “dan sekarang ke mana
dia?”
D. Penokohan
Ada beberapa tokoh yang disebutkan dalam cerpen Robohnya Surau Kami
dan setiap tokoh memiliki sifat atau watak yang berbeda-beda.
1) Aku
 Dermawan dan peduli
Dapat dibuktikan dalam kutipan “Sekali hari aku datang pula
mengupah Kakek. Biasanya Kakek gembira menerimaku, karena
aku suka memberinya uang.”
 Ingin tahu urusan orang lain.
Dapat dibuktikan dalam kutipan “Ingin tahuku dengan cerita Ajo
Sidi yang memurungkan Kakek jadi memuncak.”
 Status sosial : Menengah keatas

2) Kakek
 Rajin beribadah
Dapat dibuktikan dalam kutipan “..seorang tua yang biasanya
duduk di sana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya
beribadat.”
 Suka menolong orang lain
Dapat dibuktikan dalam kutipan “Orang-orang suka minta tolong
kepadanya, sedang ia tak pernah minta imbalan apa-apa.”
 Mudah terpengaruh
Dapat dibuktikan dalam kutipan “Ia tak mengatakan aku terkutuk.
Tapi begitulah kira-kiranya.”
 Berpikiran pendek dan lemah iman
Dapat dibuktikan dalam kutipan “Tadi subuh Kakek kedapatan
mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia
menggorok lehernya dengan pisau cukur.”
 Status sosial : Bawah
3) Ajo Sidi
 Gemar membual
Dapat dibuktikan dalam kutipan “Ajo Sidi bisa mengikat orang-
orang dengan bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari.”
 Gila kerja
Dapat dibuktikan dalam kutipan “dan sekarang ke mana dia?”
“Kerja.”
“Kerja?” tanyaku mengulangi hampa.
“Ya, dia pergi kerja.”
 Tidak bertanggung jawab
Dalam cerpen Robohnya Surau Kami diceritakan bahwa Ajo Sidi
menitipkan pesan kepada istrinya untuk disampaikan kepada tokoh
Aku. Pesan tersebut berisi perintah untuk membelikan kain kafan
tujuh lapis. Terlihat bahwa Ajo Sidi pergi bekerja seakan tidak
merasa berduka dan prihatin atas kematian Kakek yang percaya
terhadap bualannya. Dapat dibuktikan dalam kutipan “dan
sekarang ke mana dia?”
“Kerja.”
“Kerja?” tanyaku mengulangi hampa.
“Ya, dia pergi kerja.”
 Status sosial : Menengah keatas
4) Haji Saleh
Tokoh ini merupakan tokoh yang diciptakan Ajo Sidi dalam
bualannya.
 Rajin beribadah namun tidak memikirkan duniawi
Dapat dibuktikan dalam kutipan “..kau taat sembahyang. Tapi
engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan
kehidupan anak istrimu sendiri..”
 Egois
Dapat dibuktikan dalam kutipan “Tidak. Kesalahan engkau, karena
engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri.”
 Sombong
Dapat dibuktikan dalam kutipan “Ketika dilihatnya orang- orang
yang masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyum ejekan.”
 Status sosial : Atas

E. Amanat
Amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca atau
pendengar yang terdapat dalam cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A.
Navis adalah:
1) Jangan cepat marah kalau ada orang yang mengejek atau menasehati
kita karena ada perbuatan kita yang kurang layak di hadapan orang
lain. Amanat ini dibuktikan pada kutipan:
“Marah ? Ya, kalau aku masih muda, tetapi aku sudah tua. Orang tua
menahan ragam. Sudah lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku
kalau imanku rusak karenanya, ibadahku rusak karenanya. Sudah
begitu lama aku berbuat baik, beribadah bertawakkal kepada
Tuhan..”
2) Jangan cepat bangga akan perbuatan baik yang kita lakukan karena hal
ini bisa saja baik di hadapan manusia tetapi tetap kurang baik di
hadapan Tuhan itu. Dibuktikan pada:
“Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di Neraka itu banyak
teman-temannya didunia terpanggang hangus, merintih kesakitan.
Dan tambah tak mengerti lagi dengan keadaan dirinya, karena semua
orang-orang yang dilihatnya di Neraka itu tak kurang ibadahnya dari
dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai 14 kali ke
Mekkah..”
3) Jangan menyia-nyiakan apa yang kamu miliki, dibuktikan pada
kutipan:
“…kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu
teraniaya semua, sedang harta bendamu kau biarkan orang lain
mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka
berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku
beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas, kau lebih suka
beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak
membanting tulang..”
4) Jangan mementingkan diri sendiri. Dibuktikan pada bagian:
“…Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu
sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang,
tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan
kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kucar kacir
selamanya.”

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis ini adalah sebuah sastra
(cerpen) yang sangat menarik. Hal ini dapat dilihat dari unsur-unsur intrinsik
dan kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran.
Tema atau pokok persoalan cerpen Robohnya Surau Kami terletak pada
persoalan batin tokoh kakek setelah mendengar bualan Ajo Sidi. Cerpen ini
menggunakan alur mundur atau flashback karena menceritakan tragedi
kematian Kakek beberapa tahun yang lalu. Latar pada cerpen ini meliputi
latar waktu, latar tempat, dan latar suasana. Tokoh dalam cerpen ini ada
empat orang, yaitu tokoh Aku, Ajo Sidi, Kakek, dan Haji Soleh. Tokoh Aku
berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain. Ajo Sidi adalah orang yang suka
membual. Kakek adalah orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan
mempercayai orang lain. Haji Soleh yaitu orang yang telah mementingkan
diri sendiri. Adapun amanat yang dapat kita ambil dari cerpen ini adalah
jangan cepat bangga akan perbuatan baik yang kita lakukan karena hal ini
bisa saja baik di hadapan manusia tetapi tetap kurang baik di hadapan Tuhan
itu.

B. Saran
1. Pembaca diharapkan mampu meningkatkan pemahaman tentang
apresiasi sastra
2. Pembaca diharapkan mampu memahami unsur instrinsik pada cerpen
Robohnya Surau Kami
3. Pembaca diharapkan mampu menyerap makna dan amanat dari cerpen
Robohnya Surau Kami

DAFTAR PUSTAKA

Navis, A.A. 1986, Robohya Surau kami. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai