Anda di halaman 1dari 38

ANALISIS MAKNA DAN GAYA BAHASA LAGU SURAT CINTA UNTUK STARLA

KARYA VIRGOUN

DISUSUN OLEH :
Nama Kelompok :
1. Ridho Rambu Bassae
2. Farid Asyaraaf R
3. Caeisar Zahwa
4. Iqbal Saputra
5. Hadi Purwanto
6. Tri Prasetyo

SMAN 76 JAKARTA

Pendidikan Provinsi Jakarta Timur. Alamat : Jl. Cakung Cilincing No.7,


RT.11/RW.7, Cakung Bar., Kec. Cakung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 13910. Telp : (021) 460 2500. NP SN: 20103302 - kemdikbud.go.id

1
ABSTRAK
Penelitian ini, meneliti mengenai makna dan gaya bahasa lagu Surat Cinta Untuk
Starla Karya Virgoun. Hal ini dikarenakan peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut
mengenai lagu Surat Cinta Untuk Starla Karya Virgoun. Penelitian ini memiliki manfaat
untuk meningkatkan wawasan kami terhadap lagu-lagu modern yang ada di Indonesia.
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat, karena dapat mengetahui gaya Bahasa serta
makna yang terkandung dalam lagu yang akan kami teliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memahami makna yang terkandung dalam lagu Surat Cinta Untuk Starla Karya Virgoun dan
gaya bahasa yang terdapat dalam lagu Surat Cinta Untuk Starla Karya Virgoun. Metode
penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna yang terkandung dalam lagu Surat Cinta
Untuk Starla adalah makna konotatif. Pada makna dalam lagu Surat Cinta Untuk Starla ini
menceritakan sang penulis yang memiliki perasaan yang mendalam kepada Starla. Gaya
bahasa yang terdapat dalam lagu Surat Cinta Untuk Starla ada 2 macam gaya bahasa yakni,
gaya bahasa perbandingan dan gaya bahasa pengulangan. Jenis-jenis gaya bahasa yang
terdapat di gaya bahasa yang sudah ditelaah dan dianalisis oleh peneliti yakni gaya bahasa
personifikasi,hiperbola,antitesis,retoris,dan paradoks.

Kata kunci : Lagu, Makna, Gaya Bahasa, Lagu Surat Cinta Untuk Starla, Virgoun

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari Penelitian ini
adalah " Analisis Makna dan Gaya Bahasa Lagu Surat Cinta Untuk Starla Karya Virgoun".
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bu Tia
yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan
langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga
penelitian ini dapat berguna bagi kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan
pada umumnya.

3
DAFTAR ISI

ABSTRAK..........................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.......................................................................................................3
DAFTAR ISI......................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................5
1.1 Latar belakang.......................................................................................................5
1.2 Rumusan masalah .................................................................................................5
1.3 Tujuan penelitian...................................................................................................5
1.4 Manfaat penelitian ................................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI...................................................................................................7
2.1 Lagu........................................................................................................................7
2.2 Makna.....................................................................................................................7
2.3 Gaya bahasa...........................................................................................................9
2.4 Lagu Surat Cinta Untuk Starla............................................................................25
2.5 Virgoun...................................................................................................................25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................................26
3.1 Jenis penelitian.......................................................................................................26
3.2 Tempat dan waktu.................................................................................................26
3.3 Subjek dan objek...................................................................................................26
3.4 Teknik pengumpulan data....................................................................................26
3.5 Teknik analisa data...............................................................................................27
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................................28
4.1 Lirik lagu Surat Cinta Untuk Starla Karya Virgoun........................................28
4.2 Makna lagu Surat Cinta Untuk Starla Karya Virgoun.....................................30
4.3 Gaya bahasa lagu Surat Cinta Untuk Starla Karya Virgoun...........................31
BAB V PENUTUP.............................................................................................................36
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................36
5.2 Saran.......................................................................................................................36
5.3 Daftar Pustaka.......................................................................................................37

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia terdapat banyak lagu yang diproduksi dan beredar di masyarakat luas.
Seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan membuat lagu di Indonesia semakin
berkembang. Dengan teknologi yang semakin canggih, lagu-lagu yang ada di Indonesia hadir
dengan lebih menarik, dimana dulu hanya berbentuk rekaman suara atau biasanya pada
piringan hitam atau kaset, hingga dalam bentuk rekaman yang lebih lengkap yaitu VCD
sampai dalam bentuk aplikasi musik yang bernama Spotify. Dapat disimpulkan bahwa
perkembangan lagu di Indonesia saat ini sangat pesat sekali.

Salah satu lagu modern yang popular yakni lagu Surat Cinta Untuk Starla Karya
Virgoun. lagu Surat Cinta untuk Starla Karya Virgoun ini menceritakan tentang kenangan si
pembuat lagu dengan kekasihnya di masa lalu. Lagu tersebut, memuat gaya bahasa yang
bersifat romansa yakni berbau romantis serta sedih akan kenangannya di masa lalu. Lagu
tersebut, mengandung makna yang mendalam bagi sang penulis lagu di masa lalu.

Berdasarkan data di atas, peneliti ingin lebih lanjut meneliti mengenai makna dan
gaya bahasa lagu Surat Cinta untuk Starla Karya Virgoun. Hal ini dikarenakan peneliti
tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai lagu Surat Cinta untuk Starla Karya Virgoun.
Penelitian ini memiliki manfaat untuk meningkatkan wawasan kami terhadap lagu-lagu
modern yang ada di Indonesia. Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat, karena dapat
mengetahui gaya Bahasa serta makna yang terkandung dalam lagu yang akan kami teliti.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa gaya bahasa yang digunakan pada lagu Surat Cinta Untuk Starla Karya Virgoun.
2) Apa makna yang terkandung dalam lagu Surat Cinta Untuk Starla Karya Virgoun.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk memahami gaya bahasa yang digunakan pada lagu Surat Cinta Untuk Starla
Karya Virgoun.

5
2. Untuk memahami makna yang terkandung dalam lagu Surat Cinta Untuk Starla
Karya Virgoun.

1.4 Manfaat Penelitian


a) Untuk menambah wawasan tentang lagu
b) Untuk memperluas ilmu akan gaya bahasa serta makna yang terkandung dalam
sebuah lagu

6
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Lagu

Lagu adalah sebuah karya seni gabungan antara seni suara dan seni bahasa yang
puitis, bahasanya singkat dan ada irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata
kias (imajinatif) dan melibatkan melodi dan suara penyanyinya (Kristiyanti,2012:6). Lagu
adalah salah satu media yang efektif untuk menyampaikan suatu pesan. Lagu juga bisa
menangkap dan membangkitkan pola perasaan seperti pengharapan, keinginan, kegembiraan
bahkan kegilaan. Lagu adalah suatu rangkaian dari nada yang dipadukan dengan irama yang
harmonis dan dilengkapi oleh syair yang membentuk sebuah harmonisasi indah. Lagu
seringkali dijadikan sebagai alat untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain. Pesan
yang disampaikan melalui lirik lagu atau syair ini merupakan contoh komunikasi verbal dan
non verbal. Lagu merupakan komunikasi verbal jika dilihat dari sisi lirik. Lirik biasanya
berisi pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. (Nursyifa,2020:1)

Lagu menyampaikan isi pesannya dengan lirik. Lirik lagu umumnya dikemas dengan
ringan dan mudah diingat. Setiap lagu pasti memiliki arti dan maksud nya tersendiri. Cerita
dari lagu inilah pesan yang akan disampaikan kepada orang lain. Oleh karena itu, banyak
orang menggunakan lagu sebagai media mengungkapkan perasaan kepada orang lain. Lagu
juga merupakan salah satu contoh bentuk dari komunikasi non-verbal jika dilihat dari sisi
nada dan melodi. Dengan lagu, pencipta dan penyanyi lagu menyampaikan pesan yang
merupakan pengekspresian dirinya terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya.
(Nursyifa,2020:1)

2.2 Makna

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari
apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sangatlah beragam dan Ferdinan De
Saussure mengungkapkan sebagai yang dikutip oleh Abdul Chaer, makna sebagai pengertian
atau konsep dimiliki atau pendapat pada satu tanda linguistic (Chaer,1994:8). Makna sebagai

7
penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga
dapat saling dimengerti (Aminuddin,1998:8). Makna mempunyai tiga tingkat keberadaan,
yaitu:

a. Pada tingkat pertama, makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan.

b. Pada tingkat kedua, makna menjadi isi dari suatu kebahasaan.

c. Pada tingkat ketiga, makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi
tertentu.

Pada tingkat pertama dan kedua makna dilihat dari segi hubungannya dengan penutur,
sedangkan pada tingkat ketiga makna lebih ditekankan pada makna dalam komunikasi.
(Djajasudarma,2009:8)

2. Macam-Macam Makna

a. Makna Emotif

Makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap
pembicara mengenai sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan.

b. Makna Denotatif

Makna denotatif suatu kata adalah makna yang biasa kita temukan dalam kamus. Makna
denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda, dan pada
intinya dapat disebut sebagai gambaran suatu petanda.

c. Makna Konotatif

Makna konotatif adalah makna denotatif ditambah dengan segala gambaran, ingatan, dan
perasaan yang ditimbulkan oleh suatu kata. Kata konotasi sendiri berasal dari bahasa Latin
connotare, “menjadi tanda” dan mengarah kepada makna-makna cultural yang
terpisah/berbeda dengan kata (dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi).

d. Makna Kognitif

Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang
sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat
dijelaskan berdasarkan analisis komponennya.

e. Makna Referensial

8
Referen merupakan hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat dan
dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa,
proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yang ditunjuk oleh suatu lambing
(Maulidiyah,2017:8)

2.3 Gaya bahasa

Gaya bahasa itu merupakan penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan
efek tertentu, baik efek praktis maupun menarik perhatian dalam percakapan sehari-hari
maupun efek estetis dalam karya sastra. Hartoko dan Rahmanto mengemukakan bahwa gaya
bahasa itu adalah cara yang khas dipakai seseorang untuk mengugkapkan diri. Gaya bahasa
itu adalah bagaimana seorang penulis berkata mengenai apapun yang dikatakannya. Menurut
Tarigan (2013: 4), gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untk meningkatkan efek
dengan jalan memperkenalkan dan membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan
benda atau dengan hal yang lain yang lebih umum. Sedangkan Siswantoro (2014: 115)
menambahkan gaya bahasa merupakan suatu gerak membelok dari bentuk ekspresiif sehari-
hari atau aliran ide-ide yang biasa untuk menghasilkan suatu efek yang luar biasa. Gaya
bahasa dapat memperkaya makna sehingga dapat menggapai pesan yang diinginkan secara
lebih intensif hanya dengan sedikit kata.

Keraf (2004: 136) berpendapat bahwa gaya bahasa kiasan ini pertama-tama dibentuk
berdasarkan perbandingan atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang
lain. Berarti menemukan ciri-ciri yang menunjukan kesamaan anatar kedua hal tersebut.
Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian, yaitu: perbandingan yang termasuk
gaya bahasa yang polos atau langsung dan perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa
kiasan. Adapun jenis-jenis gaya bahasa sekitar 60 buah gaya bahasa yang termasuk ke dalam
empat kelompok berikut:

a) Gaya bahasa perbandingan

Pradopo berpendapat bahwa gaya bahasa perbandingan adalah bahasa yang


menyamakan satu hal dengan yang lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding,
seperti; bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana dan kata-kata pembanding
yang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa perbandingan adalah gaya bahsa yang
mengandung maksut membandingkan dua hal yang dianggap mirip atau mempunyai
persamaan sifat (bentuk) dari dua hal yang dianggap sama. Contoh: bibirnya seperti delima
merekah, adapun gaya bahasa perbandingan ini meliputi: Hiperbola, metonimia, personfikasi,

9
metafora, sinekdoke, alusi, simile, asosiasi, eufemisme, pars pro toto, epitet, eponym dan
hipalase.

1. Perumpamaan atau Simile

Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit atau menyatakan sesuatu sama
dengan hal lain (Keraf, 2004: 138). Similie atau perumpamaan dapat diartikan suatu majas
membandingkan dua hal atau benda yang menggunakan kata penghubung, contoh: caranya
bercinta selalu mengagetkan, seperti petasan. Kata seperti petasan digunakan sebagai
persamaan bahwa petasan itu sebuah benda yang bunyinya sangat keras sekali.

2. Metafora

Metafora juga dapat diartikan dengan majas yang memperbandingkan suatu benda
lain. Sementara itu menurut Keraf, metafora merupakan semacam analogi yang
membandingkan dua hal yang secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat (Keraf,
2004: 139). Demikian dengan kesimpulan bahwa metafora adalah gaya bahasa yang
membandingkan secara implisit yang tersusun singkat, pada dan rapi; contoh: generasi muda
adalah tulang punggung negara. Kata tulang punggung bermakna bahwasanya sebagai
penerus atau keturunan selanjutnya yang terus berjuang untuk mengharumkan bangsa dan
negara.

3. Alegori, Parebel dan Fabel

Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu dengan yang lainnya
dalam satuan yang utuh (Keraf, 2004: 140). Gaya bahasa alegori dapat disimpulkan kata yang
digunakan sebagai lambang yang untuk pendidikan serta mempunyai kesatuan yang utuh,
contoh: hati-hatilah kamu dalam mendayung dalam bahtera rumah tangga, mengarungi lautan
kehidupan yang penuh dengan badai dan gelombang. Apabila suami istri, antara nahkoda dan
jurumudin yaitu seiyasekata dalam melayarkan bahteranya, niscaya ia akan sampai ke pulau
tujuan. Kata mendayu bermakna menikah dan membangun sebuah keluarga dan kata
mengarungi lautan adalah mengurus keluarga akan menghadapi yang namanya yang mana
akan kompleks. Sepasang suami istriharus pandai-pandai untuk bekerja sama dalam
mnegurusi keluarganya sehingga pada akhirnya akan mencapai kebahagiaan.

Parabel (parabola) adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh biasanya manusia,
yang selalu mengandung tema moral. Istilah parabel dipakai untuk menyebut cerita-cerita

10
fiktif di dalam Kitab suci yang bersifat alegoris, unuk menyampaikan suatu kebenaran moral
atau kebenaran spiritual.

Fabel adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang, di mana
binatang-binatang bahkan makhluk-makhluk yang tidak bernyawa bertindak seolah-olah
sebagai manusia. Tujuan fabel seperti parabel ialah menyampaikan ajaran moral atau budi
pekerti. Fabel menyampaikan suatu prinsip tingkah laku melalui analogi yang transparan dari
tindak-tanduk binatang, tumbuh-tumbuhan, atau makhluk yang tak bernyawa.

4. Personifikasi

Personifikasi adalah semacam gaya bahsa kiasan yang mengambarkan bendabenda


mati atau barang-barang yang tidk bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan (Keraf,
2004: 140). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa personifikasi adalah gaya
bahasa yang memperamalkan benda-benda mati seolah-olah hidup atau mempunyai sifat
kemanusiaan. Brdasarkan pendapat tersebut gaya bahasa personifikasi mempunyai contoh:
pohon melambai-lambai diterpa angin. Kata melambai-lambai bermakna bergerak-gerak ke
kanan ke kiri bahkah sampai seperti mau roboh.

5. Depersonifikasi

Gaya bahasa depersonifikasi atau pembendaan adalah kebalikan dari gaya bahasa
personifikasi. Apabila personifikasi menginsankan memanusiakan bendabenda, maka
depersonifikasi justru membedakan manusia atau insan. Biasanya gaya bahasa
depersonifikasi ini terdapat dalam kalimat pengadaian yang secara eksplisit memanfaatkan
kata dan jenisnya (Tarigan, 2013: 22). Contoh: Bila kakanda menjadi darah, maka adinda
menjadi daging

6. Antitesis

Secara ilmiah antitesis berarti „lawan yang tepat‟ atau pertentangan yang benarbenar
(Poerwadarminta, 1976: 52). Antitesis adalah jenis gaya bahasa yang mengadakan komparasi
atau perbandingan antara dua antonim yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik
yang bertentangan (Ducrot & Todorov, 1981: 277). Antitesis merupakan suatu pengungkapan
bergaya bahasa dalam wacana yang menyatakan dua hal yang berlawanan. Kedua hal tersebut
tidak hanya saling berlawanan, melainkan sangat bertolak belakang dari sisi maknanya.
Contoh: Pak guru bahasa indonesia itu sangat di siplin, ia memperlakukan murid laki-laki dan

11
perempuan sama rata tanpa adanya pilih kasih. Pada kalimat di atas, gaya bahasa antitesis
ditunjukan dengan adanya dua kata bergaris miring yang berlawanan

yakni laki-laki dan perempuan.

7. Pleonasme dan Tautologi

Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak
perlu (seperti menurut sepanjang adat; saling tolong-menolong) (Poerwadarminta, 1976:
761). Suatu acuan disebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu dihilangkan artinya tetap
utuh. Prinsip pleonasme dan tautologi ialah acuan yang menggunakan kata-kata lebih banyak
daripada yang dibutuhkan untuk menyatakan suatu gagasan atau pikiran. Contoh: mulai dari
kecil ia nakal. Kata mulai mempunyai arti yang sama dari. Dengan demikian mestinya cukup
dikatakan: mulai kecil ia memang nakal atau dari kecil ia memang nakal.

8. Perifrasis

Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme. Keduaduanya
menggunakan kata-kata lebih banyak yang dibutuhkan. Walaupun begitu terdapat perbedaa
yang penting antara keduannya. Pada gaya bahasa perifrasis, kata-kata yang berlebihan itu
pada prinsipnya dapat diganti dengan sebuah kata saja. Contoh: Aku merasa senang dapat
belajar di kota pelajar. (Yogyakarta).

9. Antisipasi atau prolepesis

Kata antisipasi berasl dari bahas latin anticipatio yang berarti „mendahului‟ atau
penempatan yang mendahului tentang sesuatu yang masih akan dikerjakan atau akan terjadi‟.
Misalnya mengadakan peminjaman unag berdasrakan perhitungan uang pajak yang masih
akan dipungut (Shadily, 1980: 234). Antisipasi merupakan gaya bahasa yang selalu
mendahulukan keterangan atau penjelasan tentang kejadian yang sebenarnya belum terjadi.
Contoh: Yang Dibertuang Agung Malaysia tidak dapat menghadiri pertemuan ASEAN
kemarin di bali.

10. Koreksi atau Epanortosis

Dalam berbicara atau menulis, ada kalanya kita ingin menegaskan sesuatu, tetapi
kemudian kita memperbaikinya atau mengkoreksinya kembali. Gaya bahasa yang seperti ini
biasa disebut koreksi atau epanortosis. Dengan kata lain, koreksio atau epanortosis adalah
gaya bahasa yang berwujud mela-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudia memeriksa

12
dan memperbaiki mana-mana yang salah, namun karena suatu hal diperbaiki lagi pada waktu
itu juga. Contoh: Kalau tidak salah sudah tiga kali, bukan tapi sudah empat kali dia masuk
penjara.

b) Gaya bahasa pertentangan

Gaya bahasa pertentangan ialah kata-kata berkias yang menyatakan pertentangan


dengan yang dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau penulis dengan maksud untuk
memperhebat atau meningkatkan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca dan pendengar. Di
dalam kelompok gaya bahasa pertentangan ada dua puluh tujuh jenis gaya bahasa sebagai
berikut:

1. Hiperbola

Hiperbola adalah sejenis dengan gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang
berlebiha-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya denga maksud memberi penekanan
pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat kata frase, atau kalimat (Tarigan,
1984: 143). Kata hiperbola nerasal dari bahasa yunani yang berarti ;pemborosan; berlebih-
lebihan‟ dan diturunkan dari hyper „melebihi + ballien „melemparkan‟. Hiperbola
merupakan suatu cara yang berlebih-lebihan mencapai efek‟ suatu gaya yang di dalamnya
berisi kebenaran yang direntang panjangkan (Dale, 1971: 233). Dengan kata lain hiperbola
ialah ungakapan yang melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dimaksudkan; jumlahnya,
ukurannya atau sifatnya (moeliono, 1984:3). Contoh: Anton telah mengelilingi dunia umtuk
menemukan kucingnya.

2. Litotes

Litotes berasal dari kata yunani litos yang berarti „sederhana‟/ Litotes, lawan dari
hiperbola, merupakan sejenis gaya bahasa yang membuat pernyataan mengenai sesuat dengan
cara menyangkl atau mengingkari kebalikannya (Dale,1971: 237). Litotes adalah gaya bahasa
yang di dalam perungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif
atau bentuk yang bertentangan. Litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan
yang sebenarnya (Moeliono, 1984: 3). Litotes kebalikan dari hiperbola, ialah sejenis gaya
bahasa yang mengandung pernyataan yang dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya,
misalnya untuk merendahkan diri (Tarigan, 1984: 144). Contoh: Kami sangat tersanjung
apabila bapak presiden mau mampir ke gubuk kami.

3. Ironi

13
Menurut Keraf (2004: 143) sebagai bahasa kiasan, ironi atau kiasan, ironi atau
sindiran adalah suatu acuan yang ingin mnegatakan sesuatu dengan makna atau maksud
berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Ironi menyampaikan
impresi yang mengandung pengekangan yang besar. Entah dengan sengaja atau tidak,
rangkaian kata-kata yang dipergunakan untuk mengingkari maksud yang sebenarnya. Sebab
itu, ironi akan berhasil kalau pendengar juga sadar akan maksud yang disembunyikan dibalik
rangkaian kata-katanya, contoh: Tidak diragukan lagi bahwa andalah orangnya, sehingga
semua kabijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya.

Menurut Tarigan (2013: 61), menggungkapkan ironi merupakan sejenis gaya bahasa
yang mengaplikasikan sesuatu yang nyata berbeda bahkan sering kali bertentangan dengan
yang sebenarnya dikatakan. Jadi kesimpulannya ironi adalah gaya bahasa yang betujuan
untuk menyindir seseorang secara halus dan tersirat.

4. Sinisme

Menurut Keraf (2004: 143), sinisme merupakan suatu sindiran yang berbentuk
kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Walaupun
sinisme dianggap lebih keras dari ironi namun kadang-kadang masih sukar diadakan
perbedaan antara keduanya. Bila mengenai contoh ironi di atas diubah, maka akan dijumpai
gaya yang lebih bersifat sinis. Contoh: tidak diragukan lagi, bahwa andalah orangnya,
sehingga semua kebijaksanaan akan lenyap bersamamu!. Jadi kesimpulannya sinisme
merupakan gaya bahasa yang berupa sindiran dab biasanya juga ejekan. Keraf (2004: 143-
144), merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme.

Sarkasme mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Sarkasme dapat saja bersifat
ironi, dapat juga tidak, tetapi yang jelas adalah bahwa gaya ini selalu akan menyakiti hati dan
kurang enak didengar. Contoh: kelakuanmu memuakkan saya. Sedangkan Poerwadarminta
(dalam Taringan, 2013: 92), sarkasme merupakan sejenis gaya bahasa yang mengandung
olok-olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati. Jadi kesimpulanya sarkasme merupakan
gaya bahasa yang lebih kasr dari ironi dan sinisme sehingga dirasa sangat menyakiti hati dan
kurang enak di dengar.

5. Oksimoron

Oksimoron adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung penegasan atau pendirian
suatu hubungan sintaksis- - baik koodonasi maupun determinasi antara dua antonim (Ducrot

14
and Tororov, 1981: 278). Atau dengan kata lain: oksimoron adalah gaya bahasa yang
mengandung pertentangan dengan menggunakan katakata yang berlawanan dalam frase yang
sama (Keraf, 1985: 136). Contoh: Olahraga mendaki gunung memang untuk menarik hati
walaupun sangat berbahaya.

6. Paronomasia

Paronomasia ialah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata yang berbunyi sama
tetapi bermakna lain; kata-kata yang sama bunyinya tetapi artinya berbeda (Ducrot &
Todorov, 1981: 278). Istilah paronomasia ini sering juga disamakan dengan yang
mengandung makna yang sama (Keraf, 1985: 145). Contoh: Oh adinda sayang, akan kutanam
bunga tanjung di pantai tanjong hatimu.

7. Paralipsis

Paralipsis adalah gaya bahasa yang merupakan suatu formula yang digunakan sebagai
untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu
sendiri (Ducrot & Todorov,1981: 278). Contoh: Semoga tuhan yang mahakuasa menolak doa
kita ini, (maaf) bukan maksud saya mengabulkannya.

8. Zeugma dan Silepsis

Zeugma dan silepsis adalah gaya bahasa di mana orang mempergunakan dua
kontruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya
hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan pertama. Dalam silepsis, kontruksi yang
dipergunakan itu secara grmatikal benar, tetapi secara semantik tidak benar (Keraf, 1985:
135). Dalam zeugma terdapat gabungan gramatikal dua buah kata yang mengandung ciri-ciri
semantik yang bertentangan (Ducrot & Todorov, 1981:279). Dengan kata lain dapat
dirumuskan bahwa “dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahi kedua kata
berikutnya, sebenarnya hanya cocok untuk salah satu daripadanya, baik secara logis maupun
secara gramatikal. Contoh: Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya. Kontruksi yang
lengkap adalah kehilangan topi dan kehilangan semnagt, yang satu memiliki makna
denotasional,yang lain memiliki makna klasa‟ demikian juga dengan kontruksi fungsi bahasa
dan sikap bahasa namun makna gramatikalnya berbeda.

9. Satire

15
Keraf (2004: 144) berpendapat bahwa satire adalah ungkapan yang menertawakan
atau menolak sesuatu. Bentuk ini tidak perlu harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik
tentang kelemahan manusia. Tujuan utamannya adalah agar diadakan perbaikan secara etis
maupun estetis. Satire berisi kritik sosial baik secara terang-terangan maupun terselebung.
Contoh: Maling-maling kecil kau diadili Maling-maling besar kau lindungi Dimana letak
keadilan Bila masih memandang golongan Sedangkan Tarigan (2013: 70), menambahkan
bahwa satire merupakan sejenis bentuk argumen yang bereaksi secara tidak langsung,
terkadang secara aneh bahkan ada kalanya dengan cara yang cukup lucu yang menimbulkan
ketawa. Jadi kesimpulannya satire merupakan gaya bahasa yang mengandung unngkpan ironi
untuk menertawakan suatu masalah dan biasanya berupa kritik moral dan politik

10. Inuendo

Inuendo merupakan semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang


sebenarnya. Contoh: setiap ada pesta, pasti ia akan sedikit mabuk karena terlalu kebanyakan
minum (Keraf, 2004: 144). Sedangkan Tarigan (2013: 74), Mengemukakan inuendo
merupakan gaya bahasa yang menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung dan
tampaknya tidak menyakiti hati kalau ditinjau sekilas. Jadi kesimpulannya inuendo
merupakan gaya bahasa ironi yang mengecilkan kenyataan yang sebenarnya dan tampak
tidak menyakitkan sekilas.

11. Antifrasis

Menurut Keraf (2004: 144-145), antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud
penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikanya. Antifrasis yang bisa saja dianggap
sebagai ironi sendiri, contoh: Engkau memang orang yang mulia dan terhormat. Antifrasis
merupakan gaya bahasa yang berupa penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya
(Taringan, 2013: 76). Jadi kesimpulannya antifrasis adalah gaya bahasa yang menggunakan
kata dengan makna sebaliknya.

12. Paradoks

Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandungpertentangan yang nyata dengan


fakta-fakta. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena
kebenarannya (Keraf, 1985: 136). Paradoks merupakan suatu pernyataan yang bagaimanapun
diartikan selalu berakhir dengan pertentangan. Sebuah contoh disusun oleh Jourdin (1913)
sebagai berikut: pada permukaan sehelai kartu tertulis kalimat ‘pada permukaan seelah ada

16
kalimat yang benar‟. Dan sebaliknya, pada permukaan yang lain tertulis kalimat „Pada
permukaan sebelah ada kalimat yang salahh‟. Apabila kalimat petama benar, jadi kalimat
jedua salah. Tentu kalau kalimat kedua menjadi benar maka dengan sendirinya kalaimat
pertama menjadi salah. Dengan demikian, terjadi pertentangan atau paradoks. Contoh: Musuh
sering merupakan kawan yang akrab.

13. Klimaks

Kata klimaks berasal dari bahasa Yunani klimax yang berarti “tangga”. Klimaks
adalah sejenis gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang semakin lama semakin
mengandung penekaan; kebalikannya adalah antiklimaks. Gaya bahasa klimaks diturunkan
dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung
urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-
gagasan sebelumnya. Klimaks disebut juga gradasi. Istilah ini dipakai sebagai istilah umum
yang sebenarnya merujuk kepada tingkat atau gagasan tertinggu. Bila klimaks itu terbentuk
dari beberapa gagasan yang berturut-turut semakin tingg kepentingannya, maka ia di sebut
anabasis (Keraf, 1985: 124). Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur
mengendur.

Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasangagasannya


diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan-gagasan yang kurang penting.
Antiklimaks sering kurang efektif karena gagasan yang penting ditempatkan pada awal
kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak lagi memberi perhatian pada bagian-bagian
berikutnya dalam kalimat itu (Keraf,1985: 124). Anti klimaks sebagai dinyatakan dalam
kalimat terakhir masih efektif karena hanya mencakup soal tata tingkat. Tata tingkat ini biasa
terjadi karena hubungan organisatoris, hubungan usia atau besar kecilnya esuatu barang.
Tetapi bila yang dikemukakan adalah persoalan atau gagasan yang abstrak, sebaiknya jangan
mempergunakan gaya antiklimaks. Seperti halnya dengan gaya klimaks, antiklimaks dapat
dioakai sebagai suatu istilah umum yang masih mengenal spesifikasi lebih. Contoh: Ketua
pengadilan negeri itu adalah seorang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya.

14. Apostrof

Secara alamiah apostrof berarti “penghilangan”. Apostrof adalah sejenis gaya bahasa
yang berupa penghilangan amanat dari yang hadir kepadayang tidak hadir. Cara ini lazimnya
dipakai oleh orator klasik atau para dukun tradisional. Dalam pidato yang disampaikan
kepada suatu massa, para orator tiba-tiba mengarahkan pembicaraannya langsung kepada

17
sesuatu yang tidak hadir ataukepada yang gaib, misalnya kepada orang yang sudah meninggal
dunia, kepada roh-roh, atau kepada barang atau objek, yang abstrak yang membuat diri
seolah-olah tidak berbicara kepada yang hadir (Tarigan, 2013: 74). Contoh: Hai kamu dewa-
dewa yang beradad di surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari belenggu penindasan ini.

15. Anastrof atau inversi

Anastrof atau inversi adalah semacam gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan
pembalikan susuan kata yang lain biasa dalam kalimat (Keraf, 1985: 130). Inversi adalah
gaya bahasa yang merupakan permutasi atau perubahan urutan unsur-unsur kontruksi
sintaksis (Ducrot and Todorov, 1981: 277). Dengan kata lain perubahan urutan SP (subjek-
predikat) menjadi PS (predikat-subjek). Contoh: Merantaulah dia ke negeri seberang tanpa
meninggalkan apa-apa.

16. Apofasis Preterisio

Apofasis adalah gaya bahasa yang berupa penegasan sesuatu tetapi justu tampaknya
menyangkalnya. Ada saatnya kita berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu, tetapi
sebenarnya kita menaruh perhatian atau menekankan hal tersebut. Berpura-pura
menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu, tetapi sebetulnya justru memamerkannya.
Contoh: Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah
menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara.

17. Histeron proteron

Dalam tulisan ataupun percakaan, dalam menulis ataupunn berbicara, ada kalanya kita
membalikkan sesuatu yang logis, membalikkan sesuatu yang wajar, misalnya menempatkan
pada awal peristiwa sesuatu yang sebenarnya terjadi kemuadian. Gaya bahasa seperti ini
disebut histeron proteron. Dengan kata lain histeron adalah semacam gaya bahasa yang
merupakan kebailkan dari sesuatuyang logis atau kebalikan dari yang wajar (Keraf,
1985:133). Contoh: Kereta melaju dengan cepat di depan kuda yang menariknya.

18. Hipalase

Hipalase adalah gaya bahasa yang memepergunakan sebuah kata yang tertentu untuk
menerangkan sebuah kata yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain (Keraf,
2004: 142). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hipalase adalah gaya bahsa
yang menerangkan sebuah kata tetapi sebenarnya kata tersebut untuk menjelaskan kata yang

18
lain, contoh: dia berenang di atas ombak yang gelisah. (bukan ombak yang gelisah tapi
manusianya).

19. Sarkasme

Sarkasme mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Sarkasme dapat saja bersifat
ironi, dapat juga tidak, tetapi yang jelas adalah bahwa gaya ini selalu akan menyakiti hati dan
kurang enak didengar. Contoh: kelakuanmu memuakkan saya. Sedangkan Poerwadarminta
(dalam taringan, 2013: 92), sarkasme merupakan sejenis gaya bahasa yang mengandung
olok-olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati. Jadi kesimpulanya sarkasme merupakan
gaya bahasa yang lebih kasr dari ironi dan sinisme sehingga dirasa sangat menyakiti hati dan
kurang enak di dengar. Ciri utama gaya bahasa sarkasme ialah selalu mengandung kepahitan
dan celaan yang getir, menyakiti hati, dan kurang enak di dengar.

c) Gaya bahasa pertautan

Gaya bahasa pertautan adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kiasan yang
berhubungan atau bertautab terhadap sesuatu hal yang ingin disampaikan. Gaya bahasa
pertautan dibagi menjadi tiga belas, berikut penjelasannya:

1. Metonimia

Metonomia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk
menyatakan suatu hal lain karena mempunyai pertalian yang sangat dekat (Keraf, 2004:142),
Metonomia merupakan penggunaan bahasa sebagai sebuah atribut sebuah objek atau
penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan denganya untuk mengantikan objek
tersebut. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metonomia adalah penamaan
terhadap suatu benda dengan menggunakan nama yang sudah terkenal atau melekat pada
suatu benda tersebut, contoh: ayah membeli kijang. kijang bermakna sebuah mobil yang kita
kenal dengan nama kijang .

2. Sinekdok

Sinekdok adalah gaya bahasa figuratif yang mempergunakan sebagaian dari suatu hal
untuk menyatakan keseluruhan atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan
sebagian (Keraf, 2004: 142). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sinekdok adalah

19
gaya bahasa yang menggunakan sebagian nama untuk seluruhnya atau sebaliknya, contoh:
akhirnya Devi menampakan batang hidungnya. kata batang hidungnya bermakna wujud diri.

3. Alusi

Alusi adalah acuan yang berusaha mensuges tikan kesamaan antarorang, tempat atau
peristiwa (Keraf, 2004: 141). Dari kesimpulakan di atas bahsananya alusi adalah gaya bahasa
yang menunjukkan sesuatu yang tidak langsung kesamaan antara orang, peristiwa atau
tempat, contoh: memberikan barang atau nasehatseperti itu kepadanya, engkau seperti
memberikan bunga kepada seekor kera. Kata yang bercetak miring bermakna kera tidak akan
mau mengambil bunga dan akan membiarkan walaupun bunga yang kita kasihkan bagus dan
indah, akan tetapi apabila kita memberikan pisang pada kera maka akan dimakan dan kita
akan dikejar.

4. Eufemisme

Kata eufemisme berasal dari bahasa Yunani euphemizein yang berarti berbicara
dengan kat-kata yang jelas dan wajar‟ dan diturunkan dari eu „baik + phanai ‘berbicara‟. Jadi
secara singkat eufemisme berarti „pandai berbicara; berbicara baik‟. (Tarigan, 1985: 194).
Eufemisme ialah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan
kasar yang dianggap merugikan atau yang tidak menyenangkan. Misalnya: meninggal,
bersenggama, tinja,tunakary. Namun eufemisme dapat juga dengan mudah melemahkan
kekuatan diksi karangan. Misalnya: Penyesuaian harga, kemungkinan kekurangan
makan,membebastugaskan (Moeliono, 1984: 3-4). Contoh: Tunakarya pengganti tidak
mempunyai pekerjaan.

5. Eponim

Eponim adalah gaya bahasa di mana seseorang yang namanya begitu sering
dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyampaikan sifat
(Keraf, 2004: 141). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa eponim adalah
pemakaian nama seseorang ynag dihubungkan berdasarkan sifat yang sudah melekat
padanya, contoh: kecantikan bagai cleopatra.

6. Epitet

Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari
seseorang atau dari suatu hal (Keraf, 2004: 141). Keterangan itu adalah suatu frase deskriptif

20
yang menjelaskanatau mengantikan nama seseorang atau nama barang. Dari pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa epitet adalah gaya bahasa berwujud seseorang atau seuatu
benda terlalu sehingga namanya dipakai untuk menyatakan sifatnya, contoh: raja siang sudah
muncul, dia belum bangun juga (matahari).

7. Antonomasia

Merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdok yang berwujud penggunaan sebuah
epiteta untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan
nama diri, contoh: yang mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini. Sedangkan Tarigan (2013:
129), antonomasia merupakan gaya bahasa yang merupakan penggunaan gelar resmi atau
jabatan sebagai penganti nama diri. Jadi kesimpulannya antonomasia merupakan gaya bahasa
yang menggambarkan suatu benda dengan simbol dan gelar sebagai pengganti nama yang
sebenarnya.

8. Erotesis

Erotesis adalah sejenis gaya bahasa yang beruoa pertanyaan yang digunakan dalam
tulisan dalam tulisan atau pidato yang untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan
penekanan yang wajar, dan sama sekali tidakk menuntut suatu jawaban. Para orator biasa
memanfaatkan gaya bahasa ini sebagai salah satu sarana efektif dalam pidatonya. Gaya
bahasa erotesis ini biasa juga disebut sebagai pertanyaan retoris; dan di dalamnya terdapat
suatu asumsi bahwa hanya ada satu jawaban yang mungkin (Keraf, 1985: 134). Contoh:
Rakyatkah yang harus menanggung akibat korupsi dan menaipulasi di negara ini?.

9. Paralelism

Paralelism adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam
bentuk pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk
gramatikal yang sama. Kesejajaran tersebut dapat pula terbentuk anak kalimat yang
tergantung pada sebuah induk kalimat yang sama. Gaya bahasa ini lahur dari struktur kalimat
yang berimbang (Keraf,1985: 126). Perlu diingatkan bahwa bentuk paralisme adalah sebuah
bentuk yang baik untuk menonjolkan kata atau kelompok kata yang sama fungsinya. Namun
bila terlalu banyak digunakan, maka kalimat-kalimat akan menjadi kaku dan mati. Contoh:
Baik di Perguruan Tinggi Maupun di SMA, penataran P4 harus dilaksanakan mulai tahun
pengajaran baru tahun 1985.

10. Elipsis

21
Elipsis adalah gaya bahasa yang di dalamnyanya dilaksanakan penangalan atau
penghilangan kata atau kata-kata yang memenuhi bentuk kalimat berdasarkan tata bahasa.
Atau dengan kata lain: elipsis adalah penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting
dala kontruksi sintaksis yang lengkap (Tarigan, 1985: 195). Elipsis merupakan suatu gaya
yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau
ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau
kalimatnya memenuhi pola yang berlaku. Contoh: Masihkah kau tidak percaya bahwa dari
segi fisik engkau tak

apa-apa badanmu sehat; tetapi psikis...

11. Gradasi

Gradasi adalah gaya bahasa yang mengandung suatu rangkaian atau urutan paling
sedikit tiga kata atau istilah yang secara sintaksis bersamaan yang antaranya paling sedikit
suatu ciri diulang-ulang dengan perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif (Tarigan,
1985: 197). Contoh: “Kita malah bermegah juga alam kesengsaraan kita, karena kita tahu
bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji, dan
tahan uji menimbulkan harapan. Dan pengaharapan tidak mengecewakan.

12. Asindeton

Asindeton adalah semacam gaya bahasa yang berpa acuan padat dan mampat dimana
beberapa kata, frase atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung.
Bentuk-bentuk tersebut biasanya dipisahkan saja oleh tanda koma seperti ucapan terkenal
dari Julius Caesar: Veni, vidi, vici, “saya datang, saya lihat, saya menang” (Keraf, 1985:
131). Contoh: Ayah, ibu, anak merupakan inti dari sebuah keluarga.

13. Polisindeton

Polisindeton adalah suatu gayabahasa yang merupakan kebaikan dari asindeton.


Dalam polisindeton, beberapa kata, frase, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu lain
dengan kata-kata sambung (Keraf, 1985: 131). Polisindeton merupakan gaya bahasa yang
berupa sebuah kalimat atau sebuah kontruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar, tetapo
tidak dihubungkan dengan kata-kata penghubung. Contoh: Dan ke manakah burung-burung
yang gelisah dan tak berumah dan tak meyerah pada gelap dan dingin yang bakal
merontokkan bulu-bulunya?

22
d) Gaya bahasa perulangan

Perulangan atau repetisi adalah gaya bahasa yang mengandung perulangan bunyi,
suku kata, kata atau frase, ataupun bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi
tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Kedua belas jenis gaya bahasa yang termasuk ke
dalam kelompok gaya bahasa perulangan atau repetisi itu akan kita bahas satu persatu secara
terinci sebagai berikut:

1. Aliterasi

Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa yang memanfaatkan purwanti atau pemakaian
kata-kata permulaan yang sama bunyinya (Tarigan, 1985: 197). Aleterasi merupakan
semacam jenis gaya bahsa yangberwujud perulangan konsonan yang sama. biasanya
digunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam pprosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan
(Keraf, 1985: 130). Contoh: Takut titik lalu tumpah.

2. Asonansi

Asonansi adalah sejenis gaya bahasa sepetiri yang berwujud perulangan vocal yang
sama. biasanya dipakai dalam karya puisi ataupun dalam prosa untuk memperoleh efek
penekanan atau menyelamatkan keindahan (Keraf, 1985: 130). Contoh: Kura-kura dala
perahu, pura-pura tidak tahu.

3. Antanaklasis

Antanaklasis adalah gaya bahasa yang mengandung ulangan kata yang sama dengan
makna yang berbeda. (Ducrot and Todorov, 1981: 277; Tarigan, 1985: 198). Contoh: Karena
buah penanya itu dia pun menjadi buah bibir masyarakat.

4. Kiamus

Kiamus adalah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus pula merupakan
inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat (Ducrot and Todorov, 1981: 277).
Kiamus (chiamus) merupaka semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian,
baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang dan dipertentangan satu sama lain, tetapi
susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya
(Keraf, 1985:132). Contoh: Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan
kami untuk melanjutkan usaha itu.

5. Epizeukis

23
Epizeukis adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung, yaitu kata yang
ditekankan atau yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut. Contoh: Engkaulah
anakku, engkaulah anakku, memang engkaulah anakku yang menjadi harapan dan tumpuan
ibunda di hari tuaku kelak.

6. Tautotes

Tautotes adalah gaya bahasa perulangan atau repetisi atas sebuah kata berulang-ulang
dalam sebuah kontruksi (Keraf, 1985: 127). Contoh: Kau adalah aku, aku adalah kau, kau dan
aku menjadi padu.

7. Anafora

Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap
baris atau setiap kalimat. Contoh: Lupakah engkau bahwa merekalah yang membesarkan dan
mengasuhmu?, Lupakah engkau bahwa keluarga itulah yang menyekolahkanmu sampai ke
perguruan tinggi?, Lupakah engkau bahwa mereka pula yang mengawainkanmu dengan
istrimu?, Lupakah engkau akan segala budi baik mereka itu kepadamu?.

8. Epistrofa

Epistrofa adalah semacam gaya bahasa sepetiri yang berupa perulangan kata atau
frase pada akhir baris ata kalmat berurutan. Contoh:

Bahasa resmi adalah bahasa indonesia

Bahasa adalah bahasa indonesia

Bahasa nasional adalah bahasa indonesia

Bahasa kebanggan adalah bahasa indoneia

9. Simploke

Simploke adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan pada awal dan
akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut (Keraf, 1985: 128). Contoh: Dia minta kami
tolak saja. Saya tegaskan saya setuju sekali. Dia minta kami bercerai. Saya tegaskan saya
setuju sekali. Dia minta kami putus ubungan. Saya tegaskan saya setuju sekali.

10. Mesodilopsis

24
Mesodilopsis adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan kata atau
frase di tengh-tengah baris atau beberapa kalimat berurutan.

Contoh:

Para pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa

Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat

Para petani harus meningkatkan hasil sawah-ladang

Para pengusaha harus meninggalkan hasil usahanya

11. Epanalepsis

Epanalepsisadalah semacam gaya bahasa sepetisi berupa perulangan kata pertama dari
baris, kalusa atau kalimat menjadi terakhir. Contoh: Kita gunakan pikiran dan perasaan kita

12. Anadiplosis

Anadiplosis adalah sejenis gaya bahasa reptisi di mana kata atau frase terakhir dari
suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frase pertama dari klausa atau kalimat berikutnya.

Contoh:

dalam raga ada darah

dalam darah ada tenaga

dalam tenaga ada daya

dalam daya ada segala

2.4 Lagu Surat Cinta Untuk Starla

Lagu Surat Cinta Untuk Starla adalah sebuah kisah tentang si penulis yang memiliki
perasaan yang mendalam terhadap anaknya yang tercinta yakni Starla. Lagu ini juga
merupakan persembahan sang penulis lagu terhadap putrinya.Ia membuat lagu ini dengan
penuh rasa cinta terhadap putrinya.Lagu ini juga dapat digunakan kepada sang kekasih atau
kepada Tuhan karena lagu ini juga merupakan lagu yang berceritakan tentang seseorang yang
mencintai pasangan atau sang anak ataupun kepada Tuhan. (Sakinah,2019:7)

25
2.5 Virgoun

Salah satu pencipta lagu terkenal di indonesia yaitu Virgoun yang mungkin sudah
banyak dikenal oleh masyarakat indonesia terutama dikalangan remaja. Mulai dari anak SMP
sampai usia dewasa dapat menikmati lagu-lagu karya musisi terkenal tersebut. Tak hanya di
televisi saja, di youtube band ini juga menjadi trending topik karena lagu-lagunya enak
didengar, jutaan orang di youtube menyukai lagu-lagu yang mereka bawakan. Hal ini bisa
dilihat dari jumlah like dan komentar dalam setiap lagunya. Virgoun adalah vokalis dari grup
band last child yang lagu-lagunya berhasil disukai oleh banyak kalangan. Baru-baru ini
penyanyi yang dikenal dengan nama Virgoun tersebut menerbitkan sebuah Album yang
berjudul “Surat Cinta Untuk Starla”. Dalam album tersebut terdapat sepuluh lagu yang
dikemas dengan indah.(Aisah,2019:3)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yakni Kualitatif. Penelitian secara
kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Jadi
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

3.2 Tempat dan Waktu

Pada penelitian ini berlokasi di SMAN 76 Jakarta pada tanggal 10 Oktober 2022
sampai tanggal 7 November 2022

3.3 Subjek dan Objek

26
Subjek adalah batasan penelitian di mana peneliti bisa menentukannya dengan benda,
hal atau orang untuk melekatnya variabel penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah lagu
Surat Cinta Untuk Starla Karya Virgoun. Objek adalah sesuatu perihal atau masalah yang
akan dilakukan penelitian guna tujuan tertentu. Objek dalam penelitian ini adalah Makna dan
Gaya Bahasa

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Kami melakukan penelitian dengan metode studi dokumentasi. Studi dokumentasi


adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat dan menganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.
Dengan teknik pengumpulan data dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh informasi
bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi mereka memperoleh informasi dari macam-
macam sumber yang tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan. Teknik dokumentasi
dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara.

3.5 Teknik analisa data

Peneliti menganalisa data pada penelitian dengan mendengarkan lagu Surat Cinta
Untuk Starla Karya Virgoun di sebuah aplikasi yang bernama Spotify. Peneliti menelaah lirik
lagu Surat Cinta Untuk Starla Karya Virgoun dengan satu per satu lirik. Peneliti
menyandingkan dengan makna dan gaya bahasa yang ada di kajian teori dengan lirik pada
lagu Surat Cinta Untuk Starla Karya Virgoun satu per satu. Setelah itu kami menyatukannya
dalam sebuah tulisan dan dimasukan kedalam penelitian ini. Untuk makna peneliti
mengimplementasikannya dalam satu-kesatuan, sedangkan gaya bahasa kami telaah satu per
satu

27
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Lirik Lagu Surat Cinta Untuk Starla Karya Virgoun

Lagu Surat Cinta Untuk Starla adalah sebuah kisah tentang si penulis yang
memiliki perasaan yang mendalam terhadap anaknya yang tercinta yakni Starla. Lagu ini juga
merupakan persembahan sang penulis lagu terhadap putrinya.Ia membuat lagu ini dengan
penuh rasa cinta terhadap putrinya. Adapun Lirik lagu Surat Cinta Untuk Starla Karya
Virgoun :

Kutuliskan kenangan tentang

Caraku menemukan dirimu

Tentang apa yang membuatku mudah

Berikan hatiku padamu

28
Takkan habis sejuta lagu

Untuk menceritakan cantikmu

Kan teramat panjang puisi

Tuk menyuratkan cinta ini

Telah habis sudah cinta ini

Tak lagi tersisa untuk dunia

Karena tlah kuhabiskan

Sisa cintaku hanya untukmu

Aku pernah berpikir tentang

Hidupku tanpa ada dirimu

Dapatkah lebih indah dari

Yang kujalani sampai kini?

Aku slalu bermimpi tentang

Indah hari tua bersamamu

Tetap cantik rambut panjangmu

Meskipun nanti tak hitam lagi

Bila habis sudah waktu ini

Tak lagi berpijak pada dunia

Telah aku habiskan

29
Sisa hidupku hanya untukmu

Dan tlah habis sudah cinta ini

Tak lagi tersisa untuk dunia

Karena tlah kuhabiskan

Sisa cintaku hanya untukmu

Untukmu

Hidup dan matiku

Bila musim berganti

Sampai waktu terhenti

Walau dunia membenci

Ku kan tetap disini

Bila habis sudah waktu ini

Tak lagi berpijak pada dunia

Telah aku habiskan

Sisa hidupku hanya untukmu

Tlah habis sudah cinta ini

Tak lagi tersisa untuk dunia

Karena tlah kuhabiskan

Sisa cintaku hanya untukmu

30
Karena tlah kuhabiskan

Sisa cintaku hanya untukmu

4.2 Makna lagu Surat Cinta untuk Starla Karya Virgoun

Makna yang terkandung dalam lagu Surat Cinta untuk Starla Karya Virgoun ini
Menceritakan tentang si penulis yang rindu akan kenangannya dengan Starla yang membekas
dalam hati si penulis. Ia memiliki rasa cinta yang mendalam kepada Starla ketika
bersamanya. Starla merupakan anak pertama dari sang penulis. Ia rela mendampingi sang
putri hingga seumur hidup sampai ia berjanji kepada putrinya. Cintanya kepada putrinya
tidak akan pudar sampai ia pun menutup usia.

Semua hal yang ada di dunia dia dapat relakan hanya untuk bersama dengan sang
putri. Dengan semua kenangan dan peristiwa yang terjadi bersamanya, ia sudah tidak peduli
dengan apapun yang ada di dunia selain dirinya. Ia hanya akan nyaman ketika bersama
dengan sang putri. Meskipun dunia membencinya, ia akan tetap setia bersama sang putri.

Sehingga dapat diketahui bahwa makna yang terkandung dalam lagu Surat Cinta
Untuk Starla Karya Virgoun ini merupakan jenis makna konotatif. Dimana pada makna ini
merupakan makna denotatif ditambah dengan segala gambaran, ingatan, dan perasaan yang
ditimbulkan oleh suatu kata. Hal tersebut terbuktikan pada lagu Surat Cinta Untuk Starla
yang rata-rata isi makna yang terkandung adalah perasaan yang ada dalam sang penulis
kepada Starla yang diimpelementasikan dalam sebuah rangkaian kata. Sehingga membentuk
sebuah lagu yang berjudul Surat Cinta Untuk Starla

4.3 Gaya Bahasa lagu Surat Cinta untuk Starla Karya Virgoun

Gaya bahasa yang terkandung dalam lagu Surat Cinta Untuk Starla Karya
Virgoun yang telah kami analisis,

Kutuliskan kenangan tentang

Caraku menemukan dirimu

Tentang apa yang membuatku mudah


31
Berikan hatiku padamu

Pada lirik bait pertama baris keempat ini terdapat gaya bahasa hiperbola dimana pada
lirik ini mengandung kata-kata yang dilebih-lebihkan dikarenakan pada lirik tersebut
bermaksud untuk memberikan hati sang penulis terhadap Starla agar terlihat lebih mendalam
dan menunjukkan ketulusannya kepada Starla.

Takkan habis sejuta lagu

Untuk menceritakan cantikmu

Kan teramat panjang puisi

Tuk menyuratkan cinta ini

Pada lirik bait kedua pada baris pertama ini terdapat gaya bahasa hiperbola dimana
pada lirik ini mengandung hal yang terlalu dilebihkan dikarenakan pada lirik tersebut
bermaksud untuk menceritakan kecantikan si Starla agar terkesan lebih mendalam dan di
perhatikan. Serta pada baris ketiga juga terdapat gaya bahasa hiperbola dimana pada lirik ini
mengandung hal yang terlalu dilebihkan dikarenakan pada lirik tersebut bermaksud untuk
menyurahkan cinta sang penulis yang tulus kepada si Starla agar terkesan lebih mendalam.

Telah habis sudah cinta ini

Tak lagi tersisa untuk dunia

Karena tlah kuhabiskan

Sisa cintaku hanya untukmu

Pada lirik bait ketiga baris kedua dan keempat ini terdapat gaya bahasa hiperbola
dimana pada lirik ini mengandung hal yang dilebih-lebihkan dikarenakan pada lirik tersebut
bermaksud untuk menggambarkan bahwa cinta sang penulis tidak ada lagi untuk dunia agar
terkesan mendalam. Serta pada lirik ini bermaksud untuk membuktikan bahwa cinta sang
penulis hanya untuk Starla agar terkesan lebih mendalam

Aku pernah berpikir tentang

Hidupku tanpa ada dirimu

Dapatkah lebih indah dari

32
Yang kujalani sampai kini?

Pada lirik bait keempat baris keempat ini terdapat gaya bahasa retoris dimana pada
lirik ini mengandung lirik pertanyaan yang jawabannya sudah dijawab pada pertanyaan dan
tidak perlu dijawab lagi. Pada pertanyaan itu sudah dijawab pada lirik sebelumnya untuk
menegaskan bahwa kehidupan yang dijalani sang penulis lebih indah ketika bersama Starla
dan hidupnya hanya ada untuknya. Pada lirik baris kedua terdapat gaya bahasa hiperbola
dimana lirik tersebut mengandung hal yang dilebih-lebihkan dikarenakan hidup seseorang
akan terus berjalan meskipun orang yang dicintai akan mati dan lirik ini bermaksud untuk
menggambarkan betapa pentingnya Starla didalam kehidupan sang penulis agar terkesan
lebih mendalam.

Aku slalu bermimpi tentang

Indah hari tua bersamamu

Tetap cantik rambut panjangmu

Meskipun nanti tak hitam lagi

Pada lirik bait kelima baris ketiga dan keempat ini terdapat gaya bahasa paradoks
dimana pada lirik ini mengandung pernyataan dan fakta yang bertentangan yang
membandingkan situasi sebenarnya dengan situasi kebalikannya dikarenakan pada lirik ini
membandingkan antara cantiknya rambut si Starla yang panjang yang nantinya akan tak
hitam kelak nanti, dimana hal tersebut merupakan hal yang bertentangan.

Bila habis sudah waktu ini

Tak lagi berpijak pada dunia

Telah aku habiskan

Sisa hidupku hanya untukmu

Pada lirik bait keenam baris pertama dan kedua ini terdapat gaya bahasa personifikasi
dimana pada lirik ini mengandung gambaran benda mati yang seolah-olah memiliki sifat dan
gerak-gerik seperti manusia yakni pada waktu yang tak berpijak lagi pada dunia, dimana
waktu tidak mungkin berpijak pada dunia. Serta pada baris keempat ini terdapat gaya bahasa
hiperbola dimana pada lirik ini mengandung hal yang dilebih-lebihkan dari kenyataannya

33
dikarenakan bermaksud untuk membuktikan bahwa cinta sang penulis hanya untuk Starla
agar terkesan lebih mendalam.

Dan tlah habis sudah cinta ini

Tak lagi tersisa untuk dunia

Karena tlah kuhabiskan

Sisa cintaku hanya untukmu

Pada lirik bait ketujuh baris kedua dan keempat ini terdapat gaya bahasa hiperbola
dimana pada lirik ini mengandung hal yang dilebih-lebihkan dikarenakan pada lirik tersebut
bermaksud untuk menggambarkan bahwa cinta sang penulis tidak ada lagi untuk dunia agar
terkesan mendalam. Serta pada lirik ini bermaksud untuk membuktikan bahwa cinta sang
penulis hanya untuk Starla agar terkesan lebih mendalam. Pada lirik ini mengandung gaya
bahasa yang sama dengan bait ketiga dan kesebelas

Untukmu

Hidup dan matiku

Pada lirik sepenggal bait kedelapan ini terdapat gaya bahasa antitesis dimana pada
lirik ini mengandung pernyataan yang memiliki arti yang saling bertentangan yakni pada kata
hidup dan mati.

Bila musim berganti

Sampai waktu terhenti

Walau dunia membenci

Ku kan tetap disini

Pada lirik bait kesembilan baris pertama dan kedua ini terdapat gaya bahasa hiperbola
dimana pada lirik ini mengandung hal yang dilebih-lebihkan dari kenyataannya yakni pada
sampai waktu terhenti, dimana waktu itu tidak mungkin berhenti. Serta pada baris ketiga
terdapat gaya bahasa personifikasi dimana pada lirik ini mengandung gambaran benda mati
yang seolah-olah dapat bersikap seperti manusia yakni pada kata dunia yang tidak mungkin
membenci karena dunia adalah benda mati.

Bila habis sudah waktu ini

34
Tak lagi berpijak pada dunia

Telah aku habiskan

Sisa hidupku hanya untukmu

Pada lirik bait kesepuluh baris pertama dan kedua ini terdapat gaya bahasa
personifikasi dimana pada lirik ini mengandung gambaran benda mati yang seolah-olah
memiliki sifat dan gerak-gerik seperti manusia yakni pada waktu yang tak berpijak lagi pada
dunia. Serta pada baris ketiga dan keempat ini terdapat gaya bahasa hiperbola dimana pada
lirik ini mengandung hal yang dilebih-lebihkan dari kenyataannya agar terkesan lebih
mendalam. Pada bait ini gaya bahasa yang terkandung sama seperti bait keenam.

Tlah habis sudah cinta ini

Tak lagi tersisa untuk dunia

Karena tlah kuhabiskan

Sisa cintaku hanya untukmu

Pada lirik bait kesebelas ini terdapat gaya bahasa hiperbola dimana pada lirik ini
mengandung hal yang dilebih-lebihkan dikarenakan pada lirik tersebut bermaksud untuk
menggambarkan bahwa cinta sang penulis tidak ada lagi untuk dunia agar terkesan
mendalam. Serta pada lirik ini bermaksud untuk membuktikan bahwa cinta sang penulis
hanya untuk Starla agar terkesan lebih mendalam. Pada bait ini mengandung gaya bahasa
yang sama dengan bait ketiga dan bait ketujuh.

Karena tlah kuhabiskan

Sisa cintaku hanya untukmu

Pada lirik sepenggal bait keduabelas ini terdapat gaya bahasa hiperbola dimana pada
lirik ini mengandung hal yang dilebih-lebihkan dari kenyataannya dikarenakan lirik ini ini
bermaksud untuk membuktikan bahwa cinta sang penulis hanya untuk Starla agar terkesan
lebih mendalam.

35
BAB V

PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Dari penelitian yang telah kami lakukan dapat kami simpulkan bahwa makna yang
terkandung dalam lagu Surat Cinta Untuk Starla yakni makna konotatif. Dimana pada lagu ini
menceritakan tentang seorang penulis Serta gaya bahasa yang terdapat dalam lagu Surat Cinta
Untuk Starla yakni, gaya bahasa hiperbola,personifikasi,paradoks,antitesis,dan retoris.

5.2 SARAN

Saran yang dapat kami berikan kepada pembaca penelitian kami yakni :

a. Membaca penelitian kami dengan detail agar memahami apa yang kami teliti
b. Tidak membaca penelitian kami dengan tergesa-gesa agar mengetahui maksud
penelitian kami

36
Saran yang dapat kami berikan kepada peneliti selanjutnya ketika meneliti hal yang
sama dengan kami yakni :

a. Untuk memperdalami materi dari hal yang ingin diteliti agar dapat dengan mudah
memahami apa yang sedang diteliti
b. Untuk lebih teliti dalam membuat sebuah penelitian agar tidak ada kesalahan dalam
pembuatan karya ilmiah

Daftar Pustaka

Aisah, Siti. 2019. Analisis Gaya Bahasa Pada LaguVirgoun dalam Album

Surat Cinta untuk Starla:3

Arafat,AR.2015.Analisis Gaya Bahasa Calon Presiden:10

Chikmatul Maulidiyah,Binti.2017.Makna Penanggalan Aboge bagi

Masyarakat Islam:8

Jelita Sandewi,Chelsa. 2018. Strategi Kampanye Politik Tim Pemenangan

Pasangan Calon Hasanuddin-Anton Amanah (Hasanah):66

Junia Kristiyanti,Tri. 2012. Analisis Gaya Bahasa dan Pesan Moral pada Lirik

Lagu Grup Band Nidji Dalam Album Breakthru’ dan Lets’s Play:6

Karim,Ridwan. 2021. Pengertian Objek Penelitian: Jenis, Prinsip dan Cara

37
Menentukan.https://deepublishstore.com/pengertian-objek-
penelitian/. Hari Rabu Tanggal 26 Oktober 2022, 09.58 WIB.

Khairunnisa Nursyifa,Wina. 2020. Analisis Semiotika Ferdinand de


Saussure

Terhadap Lagu “The Man” Karya Taylor Swift:1

Lolita,Lola.2018.Lirik lagu Surat Cinta Untuk Starla, Ini Arti Dibaliknya.

https://www.brilio.net/musik/lirik-lagu-surat-cinta-untuk- starla-
ini-arti-di-baliknya-181109y.html.Hari Rabu Tanggal 26 Oktober 2022,

12.24 WIB

Sakie, Sakinah. 2019. Cinta Dalam Doa:7

Salma.2019. Pengertian Subjek Penelitian: Ciri, Fungsi dan Contohnya.

https://penerbitdeepublish.com/subjek-penelitian/. Hari Rabu

Tanggal 26 Oktober 2022, 09.57 WIB.

Sukma Pratama,Ade. 2017. Lirik Lagu Karya Ody Malik Dalam Album

“Tangih Di Baliah Tarali” (Tinjauan Struktural):1

38

Anda mungkin juga menyukai