NIM/Kelas: 201610080311164/PBSI 5C Sipnosis Novel: Lengking Burung Kasuari karya Nunuk Y. Kusmiana
Novel Lengking Burung Kasuari karya Nunuk Y. Kusmiana ini menceritakan
kehidupan seorang anak kecil yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Sehingga sang anak sering diperlakukan kurang pantas oleh tetangganya sendiri. Kinasih Andarwati bocah berumur tujuh tahun yang memiliki seorang adik bernama Tutik yang berusia lima tahun, mereka merupakan sebuah keluarga kecil berasal dari Jawa Timur yang menjalani kehidupan di Kota Jayapura Papua. Mengikuti sang ayah yang memiliki profesi sebagai tentara dan mendapatkan tugas militer di Jayapura. Di Jayapura keluarga Kinasih tinggal di komplek tentara yang disedikan untuk istri maupun keluarga para tentara. Rumah Kinasih berdekatan dengan keluarga Bahar, keluarga Tamb, dan di sebrang ada keluarga Karake. Suatu hari ibunya mengeluh, karena gaji ayah sangat kecil meskipun dia seorang tentara. Ibu ingin memiliki kios untuk berjualan dan menambah penghasilannya. Keinginan ibu akhirnya tercapai setelah koperasi militer meminjamkan uang untuk modal usaha. Kios ibu terletak dua km dari rumah Kinasih, lumayan jauh jika berjalan kaki. Setiap hari ibu diantar oleh ayah ketika pulang dan pergi ke kios menggunakan skuter butut, setiap pulang sekolah Kinasih dan Tutik merasa kesepian karena ayah dan ibu tidak ada di rumah. Ayah pulang dari kantor jam dua siang sementara ibu pulang dari kios sudah malam hari. Suatu hari sepulang sekolah Kinasih dipanggil oleh tante Tamb (tetangga yang suka marah-marah), Kinasih disuruh mengambilkan minyak tanah untuknya. Tante Tamb tidak memberikan uang dan Kinasih tidak berani untuk menanyakannya. Keesokan harinya Kinasih kembali dipanggil oleh tante Tamb, kali ini bukan minyak tanah melainkan disuruh menunjukkan dimana ibu menyimpan bawang merahnya. Tante Tamb kembali tidak memberikan uang padahal itu adalah barang dagangan ibunya, Kejadian itu terus berulang hampir setiap hari. Beberapa hari kemudian Kinasih sedang mencari buah kresen di depan rumah, kemudian Sendy datang dan mengajak untuk mencari buah kresen di rumahnya. Tanpa pikir panjang Kinasih langsung mengikuti Sendy kesamping rumahnya. Pohon itu berada di atas kandang babi yang baunya sangat tidak sedap. Kalau mau naik harus melewati pagar kayu kemudian loncat ke atas genteng esbes rumahnya. Ketika hendak memanjat, terdengar suara keras seperti kicauan burung dan ternyata itu adalah burung kasuari. Hari-hari selanjutnya Kinasih selalu diganggu oleh tante Tamb. Terkadang disuruh mengambilkan minyak tanah, bawang merah, dan perlengkapan yang dijual ibu lainnya. Suatu hari Kinasih disuruh menjaga Butet yang merupakan anak tante Tamb berusia satu tahun. Tante Tamb berani mengganggu karena ayah dan ibu tidak ada di rumah, selain itu pangkat suaminya lebih tinggi dari pangkat ayah. Suatu hari tante Bahar memergoki tante Tamb yang sedang menyuruhku mengambilkan minyak. Melihat kejadian itu, tante Bahar kasihan dan melaporkannya ke ayah dan ibu. Ayah dan ibu memikirkan solusi agar tante Tamb tidak menggangguku lagi. Kehidupan mulai berubah, ketika kios ibu sudah mulai ramai dan ayah naik pangkat menjadi kolonel. Ibu sudah bisa mengembalikan pinjaman modal dari koperasi militer. Suatu hari Kinasih kembali disuruh tante Tamb untuk menjaga Butet, tidak lama kemudian Butet menangis karena berak di celana. Kinasih menyusul tante Tamb ke arah ia pergi, ternyata ia berada di rumah seseorang laki-laki dan sedang asyik berselingkuh. Kinasih bilang kalau Butet berak di celana, tetapi Kinasih justru dimaki-maki oleh tante Tamb dituduh memata-matainya. Pada malam harinya ayah datang ke rumah om Tamb, ia menceritakan semua kekerasan dan perlakuan istrinya kepada Kinasih (tanpa bercerita tentang perselingkuhan). Kemudian mereka sepakat untuk tidak mengganggu Kinasih lagi. Ayah kembali naik jabatan menjadi wagub yang tugasnya mendampingi pimpinan untuk ke luar kota. Ayah terkadang pergi lama sampai tujuh hari. Ibu semakin sibuk dengan kiosnya yang ramai pembeli. Kinasih dan Tutik sangat kesepian setiap pulang sekolah. Kinasih dan keluarganya harus berpindah ke rumah baru karena mengikuti sang ayah. Kinasih menuju ke samping rumah Sendy, dimana Kinasih sering memanjat pohon mengambil buah kresen bersama Sendy. Kinasih melihat dari kejauhan burung kasuari itu yang biasanya hampir mematok kakinya. Kinasih menatap ke arahnya, kasuari itu juga melihat ke arahnya seolah ia mengerti kalau Kinasih akan pergi dan tak bisa melihanya lagi. Biografi Pengarang Pengarang dalam membuat karya-karya sastranya seperti novel Lengking Burung Kasuari, beliau bercerita tentang masa kecilnya saat mengikuti atau tinggal bersama kedua orangtunya yang saat itu dinas di luar kota. Pengarang lebih sering menuangkan pengalaman pribadinya sebagai dasar dari pembuatan cerita novel. Nunuk Y. Kusmiana lahir di Ponorogo, namun ia lebih mengganggap kota Jayapura-Papua sebagai kota masa kecilnya. Sebab setahun setelah pulau tersebut secara resmi bergabung dengan NKRI (1970). Pengarang tinggal di Jayapura saat kanak-kanak tepatnya berusia lima tahun dan telah berhasil menyelesaikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di kota tersebut. Selanjutnya pengarang melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta, ia mulai aktif di media cetak tepatnya Koran Ekonomi Bisnis Indonesia serta menjadi wartawati di kelompok Gramedia Majalah. Pengarang beberapa kali telah mengikuti kejuaraan di bidang penulisan seperti, Juara Harapan Lomba Menulis Cerber Femina (2007) dan Juara I untuk lomba yang sama dua tahun berutu-turut di tahun berikutnya. Tahun 2011 pengarang menjadi juara II untuk lomba Menulis Skenario Film yang diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Novel Lengking Burung Kasuari adalah buku pertamanya yang merupakan Juara Unggulan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DJK) 2016.