Anda di halaman 1dari 3

Judul Karya Resensi : Arif Usman. Judul Buku : Namaku Hiroko. Penulis: NH Dini. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama-Jakarta.

Tebal Buku: 247 halaman. Tahun Penerbit: 2000. Harga: Rp 30.000


Namaku Hiroko
Hiroko, yang seharusnya menjadi nama belakang seorang gadis, dijadikan nama depan oleh si empunya. Ayah Hiroko
menanggung beban pekerjaan di ladang sendirian. Ibu tirinya bahkan jauh lebih baik dan perhatian daripada ibu kandungnya yang
telah tiada, sedangkan kedua adik lelakinya cerewet dan hanya memikirkan diri sendiri. Hiroko tidak melanjutkan sekolah setelah
SMA karena malas dan merasa otaknya kurang encer untuk kuliah.
Hiroko menjalani kehidupan di desa dan mematuhi segala adat karena merasa itulah yang harus dilakukannya. Suatu
ketika seorang tengkulak menawari sang ayah mempekerjakan Hiroko sebagai pembantu rumah tangga di kota. Sejak itu hidupnya
berubah. Ia melihat kebiasaan wanita-wanita di kota, perbincangan para pembantu, sampai kemudian harus kembali membantu
ayahnya di desa. Adik Hiroko sakit dan ibu tirinya hamil lagi.
Tomiko, teman Hiroko yang pandai bergaul dan tampil mempesona, berhasil meyakinkan ayahnya untuk mengizinkan
Hiroko ke kota dan bekerja lagi. Selain berganti pekerjaan mulai dari pembantu, pegawai toko, sampai menjadi model sekaligus
penari telanjang di kabaret, Hiroko mengenal pria dan hubungan intim orang dewasa. Bahkan gadis desa yang semula polos ini
berubah menjadi wanita ambisius dan mementingkan penampilan.
Melalui novel ke-4nya ini, NH Dini menggambarkan ganasnya kota di Jepang tahun 70-an, tempat para lelaki
berhubungan dengan orang lain sesuka hati. Kehidupan malam membawa pengaruh kurang baik terhadap pendatang baru seperti
Hiroko.
Bahasa yang digunakan ringan dan mudah dicerna oleh pelajar SMA tetapi gaya tuturnya serius sehingga kurang nikmat.
Penokohan pria pun kurang bervariasi. Semua dikisahkan sebagai lelaki hidung belang. Membaca buku ini memerlukan
penghayatan agar nilai-nilai di dalamnya tersampaikan. Secara keseluruhan, novel Namaku Hiroko adalah karya sastra yang baik
untuk dibaca kalangan remaja dan dewasa di Indonesia.

Di novel ini penulis Nh Dini lahir yang lahir pada tanggal 29 Februari 1936 di Semarang. Menggambarkan betapa ganasnya kota di
Jepang pada tahun 1970-an, dimana pada saat itu para lelaki bebas berhubungan dengan wanita lain sesuka hati. Kehidupan
malam membawa pengaruh besarkepada kaum pendatang seperti Hiroko. Bisa di lihat dan di baca mulai dari kata pengantar
sampai biodata penulis saya dapat disimpulkan bahwa Novel Namaku Hiroko ini yang di jadikan inspirasi oleh penulis tentang
perubahan perilaku masyarakat dan juga penulis berusaha membandingkan antara budaya Jepang dengan budaya Indonesia lewat
hadirnya tokoh pemuda Indonesia yaitu Suprapto.
Didalam Novel Namaku Hiroko ini kita dapat mengambil hikmah dan manfaatnya. Hikmah dan manfaat yang diambil dari Novel
Namaku Hiroko ini menggambarkan betapa susahnya hidup di tengah sempitnya perekonomian keluarga Hiroko, tetapi Hiroko tidak
pantang menyerah dia terus berusaha, mengasah kemampuannya, kemauan keras, dan keluwesannya Hiroko sukses dan bisa
mengangkat perekonomian keluarganya tetapi disisi lain pembaca tidak pantas dan tidak boleh meniru kehidupan cinta Hiroko yang
mengambil suami orang demi mengejar suatu impian yaitu Kaya seumur hidupnya. Berusahalah sekuat tenaga untuk mencapai
cita-cita dengan cara yang sehat.
W: Sebulan menjelang lebaran, bagaimana suplai pengiriman bahan pokok, apakah lancara atau sering telat?
N: Sebagian besar lancar mas, terutama untuk sirup, gula, roti kaleng. Hanya beberapa yang telat, seperti beras dan cabai.
W: Bagaimana dengan minyak goreng pak?
N: Untuk beberapa merk tetap lancar. Hanya yang curah agak tersendat. Minggu kemarin barang kosong hingga 2 hari
W: sudah mulai terasa kenaikan harga barang - barang pokok?
N: Kenaikan harga barang pokok sudah mulai sejak bulan kemarin. Walaupun ada juga yang turun walaupun tidak banyak
W: Bagaimana reaksi konsumen saat mengetahui terjadi kenaikan harga?
N: Ya seperti biasa mas. Ada yang ngomel - ngomel, tapi ada juga yang diam saja
W: Apakah kenaikan harga dan tersendatnya suplai barang mempengaruhi jumlah penjualan bapak?
N: Tidak terlalu berpengaruh, selisihnya sedikit sekali
W: Biasanya menjelang Ramadhan, kapan puncak kenaikan harga terjadi?
N: Biasanya menjelang ramadhan harga mulai merangkak naik, dan akan terus naik sampai setelah lebaran
W: Setiap tahun selalu terjadi seperti itu?
N: Iya mas
W: Kan sering diadakan operasi pasar oleh pejabat pemerintah, apakah itu berpengaruh?
N: Tidak. Hanya turun saat ada kunjungan, setelah itu harga naik lagi seperti biasa.
W: Baiklah pak, terima kasih atas waktunya. Semoga dagangannya selalu laris ya pak
N: Sama - sama mas. terima kasih doanya.
1. Biografi.
Nama Nh. Dini merupakan singkatan dari Nurhayati Srihardini. Nh. Dini dilahirkan pada tanggal 29 Februari 1936 di Semarang,
Jawa Tengah. Ia adalah anak kelima (bungsu) dari empat bersaudara. Ayahnya, Salyowijoyo, seorang pegawai perusahaan kereta
api. Ibunya bernama Kusaminah. Bakat menulisnya tampak sejak berusia sembilan tahun. Pada usia itu ia telah menulis karangan
yang berjudul Merdeka dan Merah Putih. Tulisan itu dianggap membahayakan Belanda sehingga ayahnya harus berurusan
dengan Belanda. Namun, setelah mengetahui penulisnya anak-anak, Belanda mengalah.
Dini bercita-cita menjadi dokter hewan. Namun, ia tidak dapat mewujudkan cita-cita itu karena orang tuanya tidak mampu
membiayainya. Ia hanya dapat mencapai pendidikannya sampai sekolah menengah atas jurusan sastra. Ia mengikuti kursus B1
jurusan sejarah (1957). Di samping itu, ia menambah pengetahuan bidang lain, yaitu menari Jawa dan memainkan gamelan.
Meskipun demikian, ia lebih berkonsentrasi pada kegiatan menulis. Hasil karyanya yang berupa puisi dan cerpen dimuat dalam
majalah Budaya dan Gadjah Mada di Yogyakarta (1952), majalah Mimbar Indonesia, dan lembar kebudayaan Siasat. Pada tahun
1955 ia memenangkan sayembara penulisan naskah sandiwara radio dalam Festival Sandiwara Radio di seluruh Jawa Tengah.
Novel yang telah ditulisnya ialah Dua Dunia, (1956), Hati yang Damai (1961), Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975),
Namaku Hiroko (1977), Keberangkatan (1977), Sebuah Lorong di Kotaku (1978), Langit dan Bumi Sahabat Kami (1979), Padang
Ilalang di Belakang Rumah (1979), Sekayu (1981), Kuncup Berseri (1982), Orang-Orang Trans (1985), Pertemuan Dua hati (1986),
Jalan Bandungan (1989), Tirai Menurun (1993), dan Kemayoran (2000).
Karya lain yang ditulisnya ialah Pangeran dari Negeri Seberang (Biografi penyair Amir Hamzah) (1981), Dongeng dari Galia
Jilid I dan II (cerita rakyat Prancis) (1981), Peri Polybotte (cerita rakyat Prancis) (1983), dan Sampar (novel terjemahan dari La
Peste karya Albert Camus) (1985).
Penghargaan yang telah diperolehnya ialah hadia kedua untuk cerpennya Di Pondok Salju yang dimuat dalam majalah Sastra
(1963), hadiah lomba cerpen majalah Femina (1980), dan hadiah kesatu dalam lomba mengarang cerita pendek dalam bahasa
Prancis yang diselenggarakan oleh Le Monde dan Radio Frence Internasionale (1987)

2. Sinopsis.
Akhirnya ibu mendapatkan sebuah rumah yang menyenangkan. Kami hidup tentram dalam bimbingan ibu yang penuh kelembutan
dan ayah yang berwibawa serta bijaksana.
Aku kesepian dan kadang-kadang merasa bosan bermain sendirian, meninggu saudaraku pulang sekolah.
Suatu hari kami pergi ke rumah di desa, menumpang kereta api dan andong. Karili sangat gembira setelah sampai di rumah
kakek. Demikian juga kakek. Tak henti-hentinya kami berbincang-bincang dengan kakek. Ayah pun tak lupa menanyakan keadaan
dan kesehatan kakek.
Hari kedua aku diajak Paman Sarosa melihat isi kebun kakek, memetik kelapa, melihat kejernihan air sungai yang mengalir di
kebun. Terasa riyaman kehidupan di desa. Terdengar derit tali timba, bunyi hewan, kicau burung, dan udara segar.
Banyak yang kulakukan selama di rumah kakek. Turut menjaga ladang, menghalau burung, ikut memandikan kerbau anak gembala
bersama kakakku, Teguh Nugroho.
Dua hari telah berlalu aku harus pulang meninggalkan desa kakek, berpisah dengan paman. Aku merasa sangat sedih.
Di Madiun kami singgah di rumah Pak De dan Bu De. Di rumah ini kegiatan kami selalu diawasi. Bu De selalu hendak serba teratur.
Karena itu aku merasa tidak puas.
Karena keadaan perang ibu mempersiapkan banyak makanan. Makanan itu disimpan di atas loteng. Setiap malam banyak tetangga
datang ke rumah untuk mendengarkan siaran radio dan mendengar tentang berita perang.
Aku dijemput Paman Sarosa untuk berlibur selama bulan puasa di tempat kakek. Aku tinggal di rumah kakek bersama Maryam.
Aku senang beneman dengan Maryam karena kami mempunyai beberapa persamaan.
Aku mulai sekolah. Semua kakakku sekolah di HIS. Di HIS semua murid harus berbahasa Belaflda. Tapi ayah selalu mewajibkan
kami berbahasa Jawa.
Suatu hari ketika aku asyik bermain dengan teman-teman Maryam memaksa pulang karena kami akan mengungsi ke kampung
Batan. Kami mengungsi di sini bersama-sama pengungsi lain. Karena ibu tidak mau mengungsi, ayah membuat lubang
perlindungan di bawah pohon mangga. Untuk penutupnya digunakan ranting-ranting dan daun. Dindingnya dilapisi beberapa helai
kasur. Semua sekolah dan kantor tutup. Kendaraan umum tidak boleh
lagi hilir mudik. Kekurarigan bahan makanan mulai terasa. Indonesia tidak lagi diduduki Belanda, melainkan oleh Jepang.
Belanda menyerah kalah kepada Jepang dan seluruh daerah jajahan Belanda jatuh ke tangan Jepang.

5. Pengarang.
NH. DINI.

6. Jumlah Halaman.
107 Halaman.

8. Tebal Buku.
1,3 Cm.

9. Penerbit.
Gramedia.

10. Judul.
Sebuah Lorong Di Kotaku.

11. Ajaran Moral.
a. Sedang pekerjaan yang disangka tidak menggangu kesenangan orang lain itu pun boleh jadi akan melanggar kesopanan.(2)
b. Ditanah Arab perempuan menutup badan sampai ke muka-muka. (2).

12. Pesan Dan Kesan.
a. Pesan.
Hormati setiap keputusan yang dilakukan.
Hormati orangtua, adat istiadat yang ada pada daerah kita.

b. Kesan.
Novel ini sangat berkesan karena banyak pelajaran yang di beri tentang tata cara pada suatu adat-istiadat.
Mari kita menjaga adat-istiadat yang ada pada daerah kita, karena itu adalah peninggalan leluhur kita.

Anda mungkin juga menyukai