Anda di halaman 1dari 4

Resensi Novel

Judul Buku : Sekayu


Penulis : Nh. Dini
Penerjemah :-
Penerbit : PT Gramedia
Tahun Terbit : 1979/1988
Jumlah Halaman : 184
Ukuran Buku : 21 cm
Harga Buku :
ISBN : 979-403-411-8
Cetakan :

Tema
Novel Sekayu menceritakan tentang kenangan masa kecil Dini mulai dari sekolah dasar hingga
ia menginjak bangku sekolah menengah pertama di tahun terakhirnya. Di dalam masa-masa itu
banyak hal terjadi dalam hidup Dini, baik dalam masalah keluarga, pertemanan, juga percintaan.
Novel Sekayu juga menggambarkan sosok Dini yang menonjolkan keberanian, optimis dalam
banyak hal, juga sosok yang berpendirian.

Pembukaan
Novel ini ditulis langsung oleh tokoh utama dalam Novel Sekayu yaitu Nh. Dini dengan nama
asli Nurhayati Srihardini yang lahir pada 29 Februari 1936 di Semarang. Beliau menyelesaikan
SMA bagian Sastra tahun 1956, mengikuti Kursus Pramugari Darat GIA Jakarta pada 1956, dan
mengikuti Kursus B-1 Jurusan Sejarah pada 1957. Pada 1957-1960 Nurhayati Srihardini bekerja
di GIA Kemayoran Jakarta.

Isi
Keluarga Dini yang beranggotakan Ayah, Ibu, Nugroho, Heratih, Maryam, Teguh, dan
Dini sendiri adalah keluarga yang sederhana dengan didikan orang tua yang mengajarkan anak-
anaknya untuk berbudi pekerti baik. Pada usia Dini yang masih terbilang muda, Ayah mengidap
penyakit yang sudah lumayan parah, sehingga tidak lama kemudian ia meninggal dunia. Dengan
anak yang banyak juga ada yang masih kecil, Ibu merasa takut bahwa tidak akan sanggup untuk
mencukupi keluarga nya sehari-hari tanpa adanya Ayah. Dengan keadaan yang mengharuskan
Ibu untuk bekerja, karena Utono suami dari Heratih sudah bekerja dan mereka memiliki anak,
mereka sudah tidak tinggal di rumah Dini dan yang lainnya. Maryam yang juga sudah kuliah di
Gadjah Mada, tinggal di pendopo dekat Gadjah Mada. Karena banyak kamar kosong, ibu
membuka pendopo untuk orang-orang yang ingin tinggal di rumahnya dan ibu juga membuka
warung sebagai sumber penghasilan.
Memasuki kelas 6, ada pergantian sekolah karena gedung yang lama terlalu berdesak,
Dini bertemu dengan teman baru. Di kelas 6 ini, Dini juga ikut serta dalam membantu mengajar
masyarakat bersama Pak Puspo yang merupakan teman Ayah dan Pung teman Dini. Namun dari
kegiatan tersebut, Dini merasa hanya laki-laki yang diizinkan untuk belajar, berbeda dengan
perempuan yang hanya diizinkan untuk bekerja di rumah dan tidak memerlukan pelajaran. Dini
merasa hak itu tidak benar dan mengajak para istri-istri dan perempuan lainnya untuk ikut
belajar. Saat liburan tiba, Dini diajak berlibur oleh Susi dan keluarganya ke Ungaran. Susi adalah
teman baru bagi Dini, ia hidup dari keluarga yang berkecukupan. Mereka memiliki waktu yang
senang saat liburan ke Ungaran. Liburan usai dan mereka kembali ke sekolah. Ada guru baru
bernama Pak Purnomo, beliau mengajar Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas Dini, mereka
sempat berdebat mengenai bahasa. Heratih melahirkan anak keduanya, perekonomian keluarga
membaik, Dini mengirim prosa dan diterima oleh Radio RRI yang sering ia dengarkan. Dari situ
Dini mendapat honorarium pertamanya bersamaan dengan Teguh yang mengikuti jejaknya. Dini
semakin menekuni bakatnya dalam penulisan, ia mengikuti lomba yang diadakan Palang Merah
Indonesia dan memenangkan juara 2, Ibu sangat bangga. Libur telah tiba lagi dan Dini pergi ke
berbagai kota di Jawa bersama saudara dari pihak Ibu. Selama berlibur bersama, Dini merasa
bahwa pernikahan tidak begitu berarti apabila di dalam pernikahan itu selalu ada pertengkaran,
karena hal itulah yang dilihat Dini selama liburan bersama keluarganya.
Akhir tahun ajaran tiba dan sekolah Dini mengadakan tamasya ke Parangtritis. Selama di
perjalanan ia mencoba mengobrol dan berkenalan dengan Marso, namun tidak ada perasaan
tertarik di hati Dini, melainkan ia tertarik dengan Dirga, kakak Marso. Tibalah di Parangtritis dan
malam harinya mereka mengadakan api unggun, semua murid beserta guru sangat bahagia
karena kebersamaan yang mereka miliki. Acara api unggun selesai dan seluruh siswa beserta
guru pergi untuk tidur. Dini terbangun dan ia memilih untuk berjalan ke tanggul, namun Marso
mengikutinya. Mereka akhirnya berbincang dan Dini senang dengan kehadiran Marso, seperti
memiliki adik. Karyawisata selesai dan Dini naik ke kelas 2 SMP, hubungannya dengan Marso
juga semakin dekat. Pada kelas 2 SMP ini, Dini bertemu guru yang memanggilnya dengan
“Dini” yaitu Pak Ramuno. Mulai dari saat itu, Dini menggunakan “Nh. Dini” di setiap akhir
karangannya. Waktu berlalu dan Dini merindukan Dirga, ternyata Dirga menyukai perempuan
lain. Dini marah dan kecewa namun tidak bisa melakukan apapun. Sampai pada saatnya kota
Semarang menjadi tempat pertandingan olahraga seluruh Sekolah Menengah di Indonesia. Setiap
sekolah harus mengirimkan seratus gadis untuk pertunjukkan saat ajang olahraga itu
dilaksanakan. Dini beserta teman-temannya mulai berlatih, tanpa Dini ketahui Dirga datang
untuk menjemput Marso yang berlatih atletik. Mereka berbincang, Dirga menceritakan
perempuan yang ia sukai meminta tolong kepada Dini untuk membuatkannya sajak-sajak cinta
untuk perempuan yang Dirga sukai, Dini pun mengabulkan permintaannya. Sajak-sajak itu Dini
kirimkan melalui Marso, Dini merasa puas dengan keadaannya saat ini, walaupun masih ada rasa
yang ia pendam untuk Dirga.
Maryam menerima tawaran untuk bekerja di Salatiga sebagai guru sehingga
perekonomian keluarga terbantu olehnya dan Nugroho akhirnya kuliah Hukum di Gadjah Mada,
ia memang didahului oleh Maryam. Eka Kapti yang merupakan sanggar Dini akan merayakan
ulang tahun, maka dari itu akan diadakan pentas besar. Tibalah saat lomba Sekolah Menengah
Pertama seluruh Indonesia, acara berjalan lancar. Di acara itu Presiden Soekarno hadir, ia
memberikan pidato yang membuat Dini kagum mendengarnya. Nugroho adalah anak pertama
dan bagi Ibu anak pertama laki-laki punya peranan yang sangat penting dan dibebani dengan
harapan yang tinggi. Dini pergi ke Yogya untuk mengunjungi Nugroho dan memberikan titipan
dari Ibu, namun saat tiba di pondok bukan Nugroho melainkan perempuan yang menyambutnya.
Dini merasa aneh terlebih ketika ada seorang ibu yang menurutnya adalah ibu dari si perempuan
memandang Dini dengan aneh. Ternyata mereka adalah haji dan keluarga kaya di sana, mereka
berbincang dan pulang setelah menitipkan salam dan titipan untuk Nugroho.
Dini naik ke kelas 3 SMP dan pindah ke SMP Tiga berbeda dengan Marso. Maryam
mempersiapkan pernikahannya bersama pasangannya yang kurang disukai Dini. Eka Kapti
kembali mengadakan pentas besar dari sebelumnya. Dini beserta teman-temannya mulai
mempersiapkannya. Dini kembali merasakan perasaan suka, orangnya berasal dari Eka Kapti dan
tampil di lakon yang sama. Namun sekali lagi cintanya tidak terbalas. Pada suatu hari keluarga
haji beserta anaknya yang pondoknya ditinggali Nugroho datang, ternyata mereka datang untuk
melamar Nugroho. Ibu dan Nugroho berbincang Ibu kecewa dengan sikap Nugroho bahwa ia
tidak menyukai perempuan itu dan menurutnya perempuan itu tidak modern. Saat itu ada malam
kesenian, Marso meminta tolong untuk membuatkan lirik lagu, Dini membantunya dan secara
tidak sadar mencoretkan coretan seperti huruf M dan H. Marso awalnya tidak sadar hingga
waktunya tiba di malam kesenian Yul menarik perhatian Dini. Keesokan harinya Marso
menghampiri Dini namun suasananya beda dari biasanya. Marso langsung menanyakan kepada
Dini maksud coretan di akhir lirik lagunya, ternyata Yul cemburu dengan Dini. Sejujurnya Dini
kesal dan tidak percaya bahwa Marso akan menyudutkan dirinya dengan pertanyaan konyol yang
muncul dari Yul. Ia kecewa dan merasa akan berjaga jarak dengan Marso.
Tibalah hari pernikahan Maryam, semua berjalan dengan semestinya. Namun Dini pergi
karena rumahnya terlalu ramai dipenuhi tamu undangan. Hingga acara selesai, Ibu menghampiri
Dini untuk makan, karena dirinya belum makan dari pagi. Tetapi Dini menolaknya karena ia
merasa kehilangan. Kehilangan sosok kakak yang selalu bersamanya dan menemaninya di masa
remajanya. Akhir-akhir itu Dini merasakan banyak kehilangan.

Tokoh dan Penokohan


1. Dini: Baik, kreatif, optimis, berpendirian, berani, dewasa, selalu menjunjung kebenaran
dan baik kepada banyak orang terutama yang baik kepadanya.
2. Ibu: Baik, tegas, penyayang, berpendirian, pantang menyerah ketika harus menghidupi
keluarganya tanpa seorang suami.
3. Maryam: Pintar, baik, penyayang selalu menjaga adik perempuannya dan menjadi
panutan bagi adiknya.
4. Nugroho: Baik, pengecut, memandang sebelah mata orang di sekitarnya.
5. Marso: Baik, pintar, teman yang baik bagi Dini.

Setting Latar
Latar yang paling sering digunakan adalah kota Semarang dan Kampung Sekayu, karena
tempat itu adalah tempat tinggal Dini juga sekolahnya. Latar waktunya adalah masa setelah
kemerdekaan.

Nilai-Nilai dalam Novel SEKAYU


1. Nilai Agama:
2. Nilai Pendidikan: Belajar untuk menggapai cita-cita, memfokuskan diri kepada bakat
sampai kita sukses.
3. Nilai Moral: Menghargai dan menghormati orang tua, guru, dan orang yang lebih tua dari
kita. Juga mengajarkan kita untuk bersikap baik di masyarakat dan pertemanan.
4. Nilai Budaya: Pada masanya budaya dimana anak laki-laki merupakan harapan terbesar
keluarga dibandingkan anak perempuan dan lebih ditinggikan.

Kelebihan dan Kekurangan Buku


Kelebihan
Novel ini menarik dan sebagai pembaca dapat merasa sedang ada di dalam kisahnya. Novel ini
juga memberikan nilai-nilai baik untuk dapat diterapkan seperti selalu mau berusaha dan
mengembangkan bakat dan bersikap baik kepada banyak orang.
Kekurangan
Pada bagian awal susah untuk dimengerti karena pemilihan kata baku dan jarang digunakan di
kehidupan sehari-hari. Namun setelah dibaca lebih jauh akan mudah dimengerti dan dapat
mengikuti alurnya.

Penutup
Novel ini menceritakan kisah Dini yang ditinggal ayahnya di masa kecilnya dan tetap harus
menjalankan hari-harinya. Juga menceritakan dirinya dalam menekuni bakatnya dan
mengajarkan kita untuk tetap berusaha di keadaan apapun, selalu bersikap baik, dan berani.

Nama : Clara Luxvita Hendini


Kelas/Nomor : XII AKL/03

Anda mungkin juga menyukai