Identitas Buku
B. Ringkasan Cerita
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini berisikan konflik-konflik yang
dialami para tokoh seperti Danar, Tania, dan yang lainnya. Menceritakan kehidupan seorang
gadis, Tania, yang jatuh cinta kepada malaikat hidupnya. Cerita bermula ketika tokoh Tania dan
Adiknya, Dede kehilangan sang ayah. Mereka menghabiskan seluruh tabungan keluarga hingga
menjual rumah untuk biaya pengobatan sang ibu yang juga sedang sakit keras.
Hidup dalam jeratan kemiskinan membuat Tania, Dede dan sang ibu harus terus berjuang
untuk menghidupi keluarga mereka yang hanya tinggal di rumah kardus di sebuah pemukiman
kumuh.Tania dan Dede pun terpaksa putus sekolah dan membantu sang ibu mencari uang
dengan mengamen di bus kota. Di sanalah mereka bertemu dengan Danar, seorang pemuda baik
hati yang datang bagaikan malaikat bagi keluarga Tania. Seorang pemuda yang kemudian
membiayai seluruh kebutuhan hidup keluarga Tania hingga keluarga mereka dapat hidup layak.
Mulai saat pertemuan di bus kota itu Danar selalu membantu keluarga Tania, mulai dari
membiayai Tania dan Dede sekolah sampai memberi modal untuk sang ibu berjualan. Sehari-
hari kegiatan Tania dan Dede pun bertambah. Pagi hari pergi ke sekolah dan saat pulang mereka
pergi ke jalan untuk mengamen lagi. Hingga beberapa bulan kemudian, sang ibu meninggal
dunia karena penyakitnya. Setelah kepergian sang ibu, Danar mengambil tanggung jawab atas
Tania dan Dede dengan membawa mereka hidup bersamanya. Seiring berjalannya waktu,
hubungan Danar dan Tania semakin dekat. Danar selalu berada di sisi Tania disaat terlemahnya
dan juga memberikan semangat agar Tania menjadi pribadi yang kuat.
Konflik muncul ketika Tania mulai menyadari perasaannya terhadap Danar. Ia mulai
merasakan cemburu ketika Danar selalu memberikan perhatiannya kepada Ratna, pacarnya.
Perbedaan usia antara Danar dan Tania yang cukup jauh menjadi salah satu masalah yang harus
dihadapi oleh tokoh Tania dan Danar yang juga membuat cerita dalam novel ini menjadi
semakin unik. Tania pun memfokuskan diri untuk belajar agar sukses dan berhasil mendapatkan
beasiswa untuk melanjutkan sekolah di Singapura.
1
Konflik lain muncul ketika Danar dan Ratna memutuskan untuk menikah yang Tania
sangat sedih dan memutuskan untuk tidak datang ke acara pernikahan mereka. Setelah
pernikahan Danar dan Ratna, Tania maupun Danar tidak pernah saling berhubungan satu sama
lain. Tania mengalihkan kesedihannya dengan aktif bekerja, mengikuti organisasi, hingga
membuka sebuah toko kue di Singapura.
Puncak konflik dalam novel ini terjadi ketika setelah menikah Ratna mulai menyadari
perubahan sikap Danar. Danar yang pada awalnya sangat perhatian menjadi terasa kaku dan
dingin terhadapnya. Singkat cerita, tokoh Danar mulai menyadari perasaannya. Ia mulai
menyadari akan perasaan cinta yang dimilikinya untuk Tania. Namun, semuanya sudah
terlambat. Danar sudah menikah dan Ratna sedang mengandung anak mereka. Tania yang
kemudian mengetahui perasaan Danar pun meminta Danar untuk melupakannya dan kembali
menjalani hari-harinya bersama Ratna. Sedangkan dirinya memutuskan untuk melupakan
seluruh cerita cintanya dan kembali ke Singapura untuk memulai lembaran kehidupan barunya.
1. Tema dalam novel ini adalah cinta yang tidak harus saling memiliki, seperti kutipan
dalam buku sebagai berikut:
"Cinta tak harus memiliki. Tak ada yang sempurna dalam kehidupan ini." (Hal
256)
Tema dalam novel ini juga mengenai keikhlasan dalam menerima takdir tuhan, seperti
dalam kutipan berikut:
"Ketahuilah, Tania dan Dede... Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin...
Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan
semuanya..." (Hal. 63)
"Bahwa hidup harus menerima... penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus
mengerti... pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami... pemahaman
yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu
datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan." (Hal.
196)
2. Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran atau alur maju mundur.
Hal ini dibuktikan oleh tahapan cerita berikut ini:
Pengenalan/Awal cerita
Awal cerita dalam novel ini dimulai dengan narasi Tania yang berlokasi di
sebuah toko buku. Toko buku inilah yang mengaitkan segala cerita yang kelak akan
mengalir. Narasi yang dipaparkan adalah narasi mengenai perasaan Tania, sang tokoh
utama, yang kemudia berlanjut dengan pengenalan berbagai tokoh dalam cerita ini.
2
Konflik/Awal permasalahan
Klimaks/Puncak permasalahan
Klimaks dari novel ini adalah terletak pada bagian ketika menjelang akhir, yakni
ketika Tania bertemu dengan Om Danar di bawah pohon Linden dan membicarakan
mengenai kejujuran yang sebenarnya dari selururh perasaan yang mereka pendam selama
ini.
Anti Klimaks
Anti klimaks dari novel ini adalah ketika Tania memutuskan untuk berdamai
dengan perasaanyanya sendiri dan ingin berudaha melepaskan bayang-bayang Danar di
benaknya.
Resolusi/Penyelesaian
Resolusi dari cerita ini adalah ketika Tania akhirnya memutuskan untuk
meninggalkan Danar dan kembali melanjutkan hidupnya dengan kembali ke Singapura.
3. Penokohan
Tania adalah seorang gadis yang cerdas, cantik, dewasa, bertanggung jawab,
menepati janji, tulus, setia, membanggakan, dan berlapang dada. Selain itu, Tania juga
seorang yang menyayangi keluarganya,terutama adik dan ibunya. Ia rela mengorbankan
sekolahnya demi membantu sang ibu mengumpulkan pundi uang untuk kelangsungan
hidup mereka.
Cantik: "Aku tahu aku cantik. Tubuhku proporsional. Rambut hitam legam nan panjang.
Menurut seseorang yang akan penting sekali dalam semua urusan malam ini: "mukamu
bercahaya oleh sesuatu, Tania." (Hal. 15)
3
Membanggakan: "Lihatlah... Tania yang dewasa dan cantik. Tania yang akan selalu
membanggakan ibu. Tania yang akan selalu membanggakan." (Hal. 192)
Danar
Danar adalah seorang pemuda yang tampan, dewasa, baik, murah hati,
penyayang, dan menyukai anak-anak. Ia juga pandai menulis, sehingga novel-novel
karyanya laku keras di pasaran hingga merambah ke mancanegara.
Dede
Cerdas: "Dede ranking empat di kelas, meski tidak ikut ulangan umum karena sakit."
(Hal. 44)
Ratna
Kak Ratna adalah seorang oerempuan yang berperawakan seperti artis. Ia baik,
menyenagkan, cantik, pengertian, mau mendengarkan, penyabar, dan tulus. Ia begitu
menyayangi Danar sehingga tidak begitu menyadari perasaan yang sebenarnya Danar
simpan diam-diam.
4. Latar
Latar tempat dalam novel ini adalah daerah di negara Indonesia dan Singapura. Seperti
ketika di Indonesia, novel ini mengambil latar tempat di:
a. Rumah kardus Tania: "Dan akhirnya sampailah kami kepada pilihan rumah
kardus." (Hal. 30)
4
b. Lingkungan rumah kardus Tania: "Aku, adikku, dan Ibu sering duduk dibawah
rumah kardus kami, menatap pohon yang mekar tersebut dibawah bulan purnama,
seperti malam ini." (Hal. 232)
c. Toko buku favorit Danar: "Lantai dua toko buku terbesar kota ini. Sudah
setengah jam lebih aku terpekur berdiam diri dissini. Mengenang semua kejadian
itu. Mengenangnya." (Hal. 104)
d. Rumah Sakit: "Menyuruh kami mandi di kamar mandi rumah sakit." (Hal. 57)
e. Pusara Ibu: "Aku tersenyum sambil bersibak, agar mereka berdua bisa merapat ke
pusara ibu." (Hal. 195)
f. Kontrakan Danar: "Sehari setelah ibu meninggal, aku dan adikku pindah ke
kontrakannya." (Hal. 67)
g. Bandara: "Ketika tiba di Bandara, Dia dan Dede sudah menjemputku di lobi
kedatangan luar negeri." (Hal. 78)
a. Bandara Changi: "Pukul 15.00 aku mengantar mereka ke Bandara Changi." (Hal.
102)
b. NUS (National University of Singapore): "Aku mengajaknya jalan-jalan di
Kampus National University of Singapore (NUS)." (Hal. 100)
c. Toko buku terbesar di Singapura: "Buktinya, saat Dede ingin membeli buku-buku
di salah satu toko buku terbesar di Singapura, ia hanya mengangguk,
mengiyakan." (Hal. 96)
Latar Waktu
a. Pagi hari: "Besok pagi-pagi, ibu mengganti perban itu dengan lap dapur,
saputangan itu dicuci." (Hal. 24)
b. Siang hari: "Kami makan siang di kantin mahasiswa." (Hal. 101)
c. Sore hari: "Aku ingat sekali, sore hari Minggu itu seperti biasa aku dan adikku
pulang lebih lama dibandingkan anak-anak lain." (Hal.38)
d. Malam hari: "Malam-malam duduk didepan kontrakan berlalu percuma." (Hal.
37)
Latar Suasana
5
c. Mengharukan: "Tahukah kau. Danar tadi sempat berkaca-kaca mendengar
pidatomu." (Hal. 130)
d. Mengagetkan: "Mukaku memang terlanjur memerah. Semua ini mengejutkan."
(Hal. 131)
5. Sudut Pandang
Sudut pandang dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama.
Cerita ini dikisahkan melalu sudut pandang Tania, sang tokoh utama dari novel ini.
Tercermin dalam kutipan berikut ini:
6. Gaya Bahasa
a. Simile
"Seseorang yang bagai malaikat adir dalam kehidupan keluarga kami..." (Hal.
128)
b. Asosiasi
"Mobil beringsut seperti keong." (Hal. 65)
c. Hiperbola
"Seseorang yang membuatku rela menukar semua kehidupan ini dengan dirinya."
(Hal. 129)
"Demi untuk membaca e-mail yang berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan
untuk pulang segera ke Jakarta." (Hal. 230)
d. Personofikasi
"Hujan deras turun telah membungkus kota ini." (Hal. 13)
"Daun yang jatuh tak pernah membenci angin." (Hal. 63)
"Angin malam memainkan anak rambutku." (Hal. 236)
e. Metafora
"Bagian tajamnya menghadap ke atas, kemudian tanpa ampun menghujam kakiku
yang sehelai pun aku tak beralas saat melewatinya." (Hal. 22)
7. Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah terkadang hal yang harus kita
lakukan adalah menerima. Menerima, bahwa segala hal yang kita inginkan tidak selalu
harus terjadi. Menerima, dan belajar untuk mengikhlaskan. Jika sesuatu itu memang
bukan hadir untuk kita, meski seberapapun besar usaha yang kita perbuat, meski
6
seberapa susahnya pun kita berjuang, meski seberapa sakitnya pun kita bertahan, dan
meski seberapapun indahnya memori yang ada bersama seseorang tersebut, kita tidak
akan bisa mendapatkannya. Karena yang terbaik menurut kita, belum tentu yang terbaik
menurut kehendak Tuhan.
Ketika kita menghadapi suatu musibah, suatu masalah, atau apapun yang negatif,
hendaknya kita tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Karena sedih dan senang itu
datangnya satu paket. Tuhan maha adil, dan tidak akan membiarkan hambanya bersedih
kecuali apabila hambanya memang sanggup untuk menanggungnya. Alih-alih bersedih,
sebaiknya kita semakin mengembangkan diri kita dan menjadi lebih baik lagi, seperti
yang dilakukan Tania. Meski Danar tidak jadi bersamanya, ia tetap melanjutkan hidup
dan menjadi seseorang yang sukses di Singapura.
D. Penutup
7
“Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” yang ditulis oleh Tere Liye mengenai
novel bertemakan cinta tak selamanya memiliki serta lika liku kehidupan seorang gadis
bernama Tania. Seperti yang dapat di lihat, terdapat berbagai poin-poin dari novel
“Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” dan juga kesimpulan dari alur cerita
kehidupan Tania yang penuh perjuangan juga kepahitan hidup, kehidupan yang penuh
dengan lika liku, perasaan serta cinta terpendam, cinta yang tak selamanya memiliki,
dan juga memberi kita pembacanya motivasi untuk terus berjuang dan tidak putus asa.
2. Pendapat Terhadap Isi Novel
Kepada siapapun yang sedang mencari cerita menarik dengan teka-teki di dalam
alur cerita maupun tokohnya, novel ini sangat direkomendasikan untuk menjadi daftar
bacaan kalian selanjutnya. Ketika membaca novel ini rasanya seperti sedang membaca
kisah nyata seseorang, sangat realistis. Tere Liye benar-benar berhasil mengajak
pembaca untuk menggunakan logika dalam berpikir lebih rasional serta berbeda dalam
membaca cerita ini. Kalian juga akan mendapatkan berbagai pelajaran seperti pantang
menyerah dan ikhlas menerima keadaan yang ada. Sebagaimana kisah Tania dengan
Danar, keduanya memiliki perasaan yang sama pada waktu yang tidak tepat. Tidak
semua yang kita inginkan dapat tercapai, sehingga kita tidak boleh memaksa kehendak.
Namun, tetap harus bijak dalam memaknai maksud novel ini sehingga tidak
menghasilkan makna ganda, seperti Tania yang masih belasan tahun mencintai pemuda
dengan usia yang terpaut jauh.
E. Biografi Pengarang
Tere Liye merupakan nama pena seorang penulis tanah air yang produktif dan berbakat.
Nama pena Tere Liye sendiri diambil dari bahasa India dan memiliki arti untukmu. Sebelum
nama pena Tere Liye terkenal, ia menggunakan nama pena Darwis Darwis. Dan sampai
sekarang, masyarakat umum bisa berkomunikasi dengan Tere Liye melalui facebook dengan
nama „Darwis Tere Liye”. Banyak penulis biografi singkatnya yang menyimpulkan nama
aslinya adalah Darwis. Meskipun Tere Liye bisa di anggap salah satu penulis yang telah
banyak menelurkan karya-karya best seller. Tapi biodata atau biografi Tere Liye yang bisa
ditemukan sangat sedikit bahkan hampir tidak ada informasi mengenai kehidupan serta
keluarganya. Bahkan di halaman belakang novelnovelnya pun tidak ada biografi singkat
penulisnya. Berbeda dari penulis-penulis yang lain, Tere Liye memang sepertinya tidak ingin
dipublikasikan ke umum terkait kehidupan pribadinya. Mungkin itu cara yang ia pilih, hanya
berusaha memberikan karya terbaik dengan tulus dan sederhana. Namun jika kita mencari di
internet, biografi Tere Liye bisa kita temukan secara singkat seperti tertulis di bawah ini. Tere
Liye lahir dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera Selatan. Ia lahir pada tanggal 21 mei
1979. Tere Liye menikah dengan Riski Amelia dan dikarunia seorang putra bernama Abdullah
Pasai dan seorang puteri bernama Faizah Azkia. Ia berasal dari keluarga sederhana yang orang
8
tuanya berprofesi sebagai petani biasa. Anak ke enam dari tujuh bersaudara ini sampai saat ini
telah menghasilkan 14 karya. Bahkan beberapa di antaranya telah di angkat ke layar lebar.
Pendidikan Tere Liye meyelesaikan masa pendidikan dasar sampai SMP di SDN 2 dan
SMN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudianmelanjutkan ke SMUN 9 Bandar
Lampung. Setelah selesai di Bandar lampung, ia meneruskan ke Universitas Indonesia dengan
mengambil fakultas Ekonomi.
Karya-Karya Tere Liye berikut adalah karya Tere yang sudah diterbitkan:
4. The Gogons Series: James & Incridible Incodents (Gramedia Pustaka Umum, 2006)
11. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Umum,2010)
17. Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah, (Gramedia Pustaka Utama, 2012)
9
21. Bumi, (Gramedia Pustaka Utama, 2014)
Corak Isi Novel Karya Tere Liye biasanya mengetengahkan seputar pengetahuan, moral
dan Agama Islam. Penyampaiannya yang unik serta sederhana menjadi nilai tambah bagi tiap
novelnya. Justru karena kesederhanaannya, tiap kita membaca lembaran demi lembaran
novelnya, kita serasa melihat di depan mata apa yang Tere Liye sedang sampaikan. Uniknya
kita tidak akan merasa sedang di gurui meskipun dari tulisan-tulisannya itu tersimpan pesan
moral, sosial dan pendidikan agama Islam yang penting. Kesederhanaanlah yang mampu
membuka hati, dan kalau hati kita sudah terbuka maka akan sangat mudah setiap pesan-pesan
positif itu sampai.
10