Anda di halaman 1dari 17

Disusun oleh:

Esti Janatun Bardiati


Fahrunnisa Rizki Ananda
Fatimah Khoirun Nisa
Hanna Febrina Raniarsita
“DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN”

Pengarang : Tere Liye


Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : Oktober, 2013 - cetakan kesembilan
Jumlah halaman : 256 halaman
Sinopsis
Novel ini mengisahkan kehidupan kakak beradik Tania dan Dede yang
harus putus sekolah dan menjadi pengamen karena keterbatasan ekonomi
keluarga sepeninggal ayah mereka. Mereka berdua tinggal di rumah kardus
dengan ibu mereka yang sakit-sakitan.
Kehidupan mereka berubah setelah bertemu dengan seorang pria
bernama Danar. Danar adalah seorang karyawan yang juga penulis buku anak-
anak. Danar begitu baik sehingga keluarga ini menganggapnya seperti
malaikat. Tania sangat mengagumi Danar karena selain baik, dia juga punya
wajah yang menawan.
Suatu ketika Danar memberikan mereka rumah kontrakan sehingga
Tania, Dede dan ibunya tidak perlu lagi tinggal di rumah kardus. Tania dan
Dede bisa kembali sekolah dan ibunya berjualan kue. Mereka pun semakin
dekat seperti keluarga. Suasana agak berubah ketika Danar membawa teman
dekatnya yang bernama Ratna. Tania merasa cemburu, ia tidak suka melihat
kedekatan Danar dengan Ratna. Rasa tidak suka itu bukan sekedar perasaan iri
seorang adik tapi Tania kecil belum bisa menerjemahkan apa arti perasaan itu.
Kebahagiaan mereka berkurang saat ibu Tania meninggal. Berat
sekali bagi Tania menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya telah
tiada dan sekarang ia yang harus bertanggung jawab menjaga adiknya.
Untung saja ada Danar yang selalu berada di samping mereka. Tania
tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar. Ia berhasil mendapatkan
beasiswa ke Singapura. Sederet prestasi berhasil ia raih dalam studinya.
Semua pengalaman hidup yang telah Tania alami menjadikannya lebih
dewasa dari gadis-gadis lain seumurannya. Perasaannya terhadap Danar
juga semakin jelas. Lambat laun Tania tahu, perasaan itu bernama cinta.
Tapi cinta Tania terhadap Danar tidaklah mudah. Bertahun-tahun
mereka bersama dalam status kakak adik, terlebih lagi mereka terpaut
usia 14 tahun. Bagi ABG seperti Tania, jatuh cinta kepada pria yang
jauh lebih tua darinya cukup membuatnya pusing. Sisi remajanya
membuatnya ingin mengekspresikan perasaannya meskipun ia tidak
tahu apakah Danar memiliki perasaan yang sama dengannya atau tidak.
Keadaan semakin sulit saat Danar memutuskan untuk menikah dengan
Ratna. Tania patah hati. Ia memutuskan untuk tidak hadir dalam
pernikahan mereka meskipun Danar dan Ratna telah membujuknya.
Beberapa waktu berselang, Tania tahu bahwa kehidupan rumah tangga
Danar dan Ratna tidak bahagia. Ratna bercerita kepada Tania bahwa Danar
telah banyak berubah. Danar menjadi pendiam dan seringkali tidak berada di
rumah. Ratna tahu ada sesuatu yang menghalangi mereka, ada seseorang di
antara ia dan Danar tapi ia tidak pernah tahu siapakah bayangan itu. Dari cerita
Dede akhirnya Tania tahu bahwa Danar juga mencintai Tania. Danar
menuliskan perasaannya dalam novel “Cinta Pohon Linden” yang tidak pernah
selesai ia tulis. Perbedaan usia yang cukup jauh membuat Danar merasa tidak
pantas mencintai Tania. Tidak seharusnya ia mencintai gadis kecil seperti
Tania.
Ketika Tania dan Danar sama-sama tahu perasaan mereka masing-
masing, semua sudah terlambat. Biar bagaimanapun Danar telah menikah
dengan Ratna. Akhirnya Tania kembali ke Singapura dan memutuskan untuk
meninggalkan semua cerita cintanya.
Dia bagai malaikat bagi keluarga Tania. Merengkuh Tania, Dede, dan
Ibunya dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan,
tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik. Dia sungguh
bagai malaikat bagi keluarga Tania. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan
teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan Tania membalas itu semua
dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibunya memang benar, tak layak Tania mencintai malaikat keluarganya.
Tak pantas. Perasaan kagum, terpesona, pada sosok Danar itu muncul tak
tertahankan bahkan sejak rambutnya masih dikepang dua. Sekarang, ketika
Tania tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggap dirinya lebih dari seorang
adik yang tidak tahu diri. Biarlah Tania luruh ke bumi seperti sehelai daun.
Daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari
tangkai pohonnya.
Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Indah. Kalimat sejuta
makna. Sang daun dengan ikhlas menjatuhkan dirinya, ikhlas menerima takdir
yang telah ditentukan olehNya. Ia sama sekali tak pernah menyalahkan
angin. Mungkin itulah sisi terkesan yang dapat dapat disimpulkan dari
novel karya Tere Liye ini. Disamping alurnya yang menceritakan kisah
perjuangan seorang gadis jalanan dan adiknya yang mendapat pertolongan
Allah untuk mengubah hidupnya dengan perantara seorang pria. Dari judulnya
dapat dilihat makna yang sangat mendalam yang ada dalam novel ini. Bahkan
jatuhnya daun itu sekalipun adalah ketentuan Allah, dan si daun menyadari
itu. Ia sadar jika ia membenci angin yang menjatuhkannya, berarti ia juga
membenci Sang Pencipta angin.
Unsur Instrinsik
a. Tema : Cinta yang dirahasiakan dan menyakitkan.
b. Gaya Bahasa:
 Hiperbola : Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku
memutuskan pulang segera ke Jakarta (Hal. 230, par. 1)
 Metafora : Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun
menghunjam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22, par.5)
 Allegori : Isinya jauh api dari panggang. (Hal. 162, par. 2),
Seperti bumi yang merekah. (Hal. 190, par. 6)
 Personifikasi :Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri kokoh dihajar hujan deras,
ditimpa terik matahari. (Hal. 231, par. 2), Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal. 13, par.
2)
c. Sudut Pandang : Orang pertama pelaku utama (“Mungkin nanti akan kuceritakan satu per satu
tingkah laku aneh cwok-cowok yang mendekatiku dengan berbagai cerita lainnya” (Hal. 16, par. 3)
d. Tokoh dan Penokohan:
1.Tania:
• Tekun dan pintar (Mendapat beasiswa sekolah di Singapura)
“lantas dengan penerangan lampu teplok yang kerlap-kerlip ditiup angin, aku belajar. Belajar
hingga larut malam” (Hal. 33, par. 5)
“saat kenaikan kelas, guru-guru di sekolah memutuskan untuk langsung menaikkanku ke
kelas enam. Loncat setahun. Kata mereka, aku “terlalu pintar” (Hal. 43, par. 5)
“Aku lulus urutan kedua dari seluruh siswa di sekolah. Nomor satu untuk dua puluh dua
penerima ASEAN Scholarship seluruh Negara. Hasil yang hampir sempurna. Janji yang selalu
kupegang. Aku akan belajar sebaik mungkin” (Hal. 77, par. 4)
“setelah berjuang habis-habisan di ujian terakhir, akhirnya aku berhasil melampui 0,1 digit si
nomor satu. Tipis sekali. Aku mendapatkan predikat terbaik. Kepala Sekolah SMA-ku
menyerahkan penghargaan Kristal pohon lime kepadaku” (Hal. 127, par. 2)
• Ramah (Disukai banyak orang)
• Pencemburu (Tania cemburu kepada Ratna yang selalu dekat-dekat dengan Danar)
“Aku menghela napas. Benci sekali dengan pembicaraan itu. Menatap Ibu sirik. Kenapa sih Ibu
akrab dengan Kak Ratna?” (Hal. 41, par. 1)
• Konsisten (Tania hanya akan mencintai Danar)
“Semakin sadis. Menambah semakin banyak daftar korban yang berhasil kuhina. Termasuk
cowok-cowok ganjen Singapura dengan tampang Indo-Melayu yang coba-coba naksir aku.
Rasialis? Peduli amat” (Hal. 182, par. 2)
• Egois (memikirkan perasaannya sendiri dan tidak mau menerima kenyataan yang pahit)
“dua minggu sebelum pernikahan, aku menabuh genderang perang: aku tidak akan pulang. Dia
dan Kak Ratna berkali-kali kirim e-mail atau chatting bertanya, aku hanya menjawab pendek.
Tania sibuk. Maaf tidak bisa pulang” (Hal. 140-141, par. 1)
• Tegar (tetap tegar menghadapinya meski hati berat sekali menerima kenyataan)
“bagian inilah yang tak pernah aku diskusikan di internet. Perasaanku. Maka selama tiga thaun
itu, aku memendam semuanya dalam-dalam” (Hal.78, par. 2)
• Konsisten (Hanya mencintai Danar, walaupun banyak lelaki yang mencintainya)
• Pantang menyerah (Menjalani hidupnya dengan sabar dan ikhlas)
“Aku dan Dede harus kembali “bekerja”, meskipun dengan kaki pincang” (Hal.24, par. 7)
2.Dede:
• Suka iseng
“Cantik apanya? Rambut panjang. Kuku panjang. Untung Kak Tania nggak punya lubang di
belakang” Dede tertawa senang” (Hal. 45, par. 4)
• Pandai menyimpan rahasia (Menyimpan rahasia Perasaan Tania dan Danar)
“Dari siapa?” aku bertanya penasaran kepada Dede. Menyelidik. Adikku pasti tahu
semuanya.” (Hal. 102, par. 3)
• Sifat polos yang kental
“Kak, kenapa angka nol itu harus seperti donat? Dede bisa saja menulisnya dengan bentuk
lain kan, seperti segi tiga? Memangnya ada yang melarang” (Hal. 43, par. 3)
3.Ibu
• Tekun dan tidak mengandalkan orang lain (Berjualan kue, demi membiayai anak-anaknya
sekolah, walaupun sudah dibantu oleh Danar)
“Seminggu kemudian Ibu mulai bekerja, menjadi tukang cuci di salah satu laundry
mahasiswa” (Hal 34-35, par. 1)
• Perhatian
“Ibu sibuk mengingatkanku untuk beranjak tidur. Aku menjawabnya singakat belum
mengantuk. Setengah jam sekali Ibu menyuruh tidur” (Hal. 34, par. 1)
• Sabar (Sabar menghadapi hidupnya dan keluarganya yang miskin)
“Nak Danar, rasanya Ibu sulit membayangkan Tania bisa bersekolah di sana. Di luar negeri.
Bersekolah lagi saja sudah syukur” (Hal. 66, par. 4)
4.Danar :
• Ringan tangan, suka menolong (Menolong Tania yang kakinya tertusuk paku, ketika di
bis)
• Pemendam rasa (Memendam perasaan cintanya kepada Tania, dan mengorbankan untuk
Ratna)
• Bertanggung jawab (Mengurusi Tania dan Dede, setelah Ibu meninggal)
“Dia rajin seminggu dua kali singgah sebentar di kontrakan baru. Membawakan makanan,
buku-buku untukku, dan permainan buat adikku” (Hal. 35, par. 4)
“Dia menggenggam jemariku. Mantap. Sebelah kiri memegang bahu Dede. Dia menatapku
dengan pandangan itu. Dia tersenyum hangat menenangkan” (Hal. 19, par. 1)
• Tidak jujur atas apa yang di rasakan dalam hatinya.
5. Ratna:
• Tidak suka berprasangka buruk (Ketika Danar jarang pulang, Ratna tidak berprasangka
buruk bahwa Danar selingkuh) dan (Tidak berprasangka buruk terhadap Tania dan Danar)
• Tidak cemburuan (Tidak cemburu terhadap Tania dan Dede, yang selalu dekat dengan
Danar)
• Perhatian
“Kak Ratna dua-tiga kali juga datang dengan membawa sekantong jeruk” (Hal. 53, par. 7)
• Ramah
”Kenapa kalian tidak mengajak Ibu, Kak Ratna, dan Kak Danar naik Bianglala?” Kak Ratna
bertanya sambil tersenyum” (Hal. 42, par. 1)
• Sabar (Sabar menunggu Danar yang jarang pulang ke rumah, setelah mereka menikah)
“Aku meneriaki Kak Ratna keras sekali. Kak Ratna tidak marah, bahkan berkaca-kaca
matanya” (Hal. 55-56, par.9 )
e. Alur: Pada awal cerita mundur dan pada akhir cerita campuran
Mundur : Saat Semuanya Berawal, teringat foto-foto dalam diafragma itu (Hal.16, par. 4)
Campuran: Liontin Seribu Pertanyaan, Izinkan Aku Menangis demi Dia Ibu!
f. Latar :
• Tempat : Rumah Kardus Tania (“Aku, adikku, dan Ibu sering duduk di bawah
rumah kardus kami, menatap pohon yang mekar tersebut di bawah bulan purnama, seperti
malam ini” (Hal. 232, par. 7), Toko Buku lantai 2 (“Aku menghela napas panjang. Lima menit
hanya berdiri terdiam di sini. Di lantai dua toko buku terbesar di kota kami” (Hal. 65, par. 1),
Asrama Tania di Singapura (“Hari-hariku penuh dengan hal-hal baru di Singapura” (Hal. 72,
par. 3)
• Waktu : Pagi (“Pagi itu, saat tiba di bandara…” (Hal. 187, par. 1), siang (“Siang itu kami
mengunjungi pusara Ibu” (Hal. 81, par. 7), sore (Latar waktu dalam novel ini ada pada waktu
sore hari) dan malam (“Aku melirik jamku. Pukul 21.10” (Hal. 198, par. 5)
• Suasana :
 Hening (“Naik lift lagi menuju lantai apartemenku. Berdenging. Sendirian melempar
sepatu sembarangan” (Hal. 204, par. 2)
 Sedih (“Dulu aku hanya berjalan di sepanjang jalan menatap iri anak-anak yang ada di
restoran tersebut…” (Hal. 29, par. 2)
 Duka (“Ibu tersenggal haru saat mengatakan itu. Bahkan menangis. Mendekap kami erat”
(Hal. 27, par. 2), tegang (“Apa maksudmu?” Suaranya bergetar.(Hal. 234, par. 1)
 Senang (“Esok pagi selepas subu, Ibu mengatakan beberapa hal kepadaku dan Dede.
Salah satunya yang paling kuingat dan seketika membuatku berlonjak gembira, aku akan
kembali sekolah. Dede juga akan disekolahkan…” (Hal. 27, par. 2)
 Rindu (Tania sangat merindukan Danar, malaikat keluarganya)
f. Amanat :
Ceritakanlah apa yang dirasakan hati kita walau susah dalam kenyataannya, berusahalah
meyakinkan diri bahwa dengan menceritakan apa yang kita rasakan melegakan dan
menentramkan hati kita sendiri dengan tidak memendam perasaan.
g. Plot :
1) Perkenalan:
Ketika Danar menolong Tania yang tertusuk paku. Lalu Danar mengenal Tania dan Dede, adik
Tania, lebih dalam, hingga Danar sering mengunjungi rumah Tania. Danar juga banyak membantu
perekonomian keluarga Tania, hingga akhirnya Tania dan Dede bisa bersekolah. Tania juga
mendapatkan beasiswa ke Singapura.
2) Pertikaian:
Ketika Danar hendak menikah dengan Ratna,pacarnya, Tania tidak mau datang ke pernikahan
Danar dan Ratna. Selama beberapa tahun Tania dan Danar tidak berkomunikasi.
3. Klimaks:
Ketika Danar dan Tania bertemu di daerah rumah kardus Tania, ketika Tania miskin. Di
situ, mereka mengutarakan perasaan mereka yang sebenarnya.
4) Antiklimaks:
Ketika Danar dan Tania mengetahui bahwa Ratna sudah hamil 4 bulan, dan pada
akhirnya Tania menerima keadaan tersebut, dan dia tidak akan kembali ke Indonesia
dan tetap berada di Singapura, agar perasaannya tidak kembali seperti kejadian ketika
di Indonesia.
h. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita: nilai religius, kejujuruan, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, menghargai
prestasi dan menghargai orang lain, bersahabat/ramah, gemar membaca, peduli
terhadap sesama, dan tanggung jawab.
Unsur Ekstrinsik

Nilai Sosial :
Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong
karena menolong dengan ikhlas seperti dalam novel tokoh Danar
yang menolong Tania dengan tidak memandang siapa Tania.

Nilai Moral :
Memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat
sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat jika kita ingin
bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam novel tokoh
Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak
rintangan yang menghalanginya , memegang janji ‘Aku
menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji
kepada Ibu untuk tidak pernah menangis. Apalagi menangis
hanya karena mengingat semua kenangan buruk itu.’
Resensi
Kekurangan
Sepertinya Tere Liye tidak memakai editor atau penyunting dalam penerbitan
novelnya, karena saya tidak melihat nama editor di halaman ISBNnya. Oleh
karena itu, terdapat beberapa kalimat rancu dan kurang efektif di dalamnya.
Apalagi tanda bacanya banyak sekali yang terlewatkan. Tapi, semua itu tidak
mengurangi makna ceritanya.

Kelebihan
Tere Liye berhasil mengajak pembaca untuk memiliki logika berpikir yang
lebih rasional dan berbeda. Mengambil kesimpulan tidak hanya dari satu sudut
pandang, tapi lihatlah sudut pandang lainnya. Dengan demikian, segalanya
akan terasa adil dan masuk akal. Dan kamu akan menerima segala sesuatunya
dengan lapang tanpa membantah, seperti daun yang tidak pernah membenci
angin yang menerbangkannya ke sana kemari. Kita harus menerima takdir dan
garis kehidupan yang ditentukan Tuhan. Karena apapun yang terjadi, hidup
harus terus berjalan.
Saran
Bagi yang suka membaca novel, kami sangat merekomendasikan novel ini.
Novel- novel karya Tere Liye selalu menginspirasi. Meskipun di awal cerita
penulis tidak fokus pada ceritanya dan hanya berbelit- belit pada satu bahasan,
tetapi itu yang membuat pembaca akan lebih penasaran dengan keseluruhan isi
novel. Dengan itu penulis berharap agar novelnya lebih menarik untuk dibaca
oleh pembaca.

Anda mungkin juga menyukai