Anda di halaman 1dari 5

OLEH KELOMPOK: 1)Diko Octavian S.

(12)
2)Eka Rizky R.(16)
3)M Dzaky Ahmes (26)

“DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN”

*IDENTITAS BUKU*

a) Judul : Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin


b) Pengarang : Tere Liye
c) Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
d) Tahun Terbit : Juni 2010
e) Jumlah halaman : 264 Halaman

*Sinopsis Novel*

Tania seorang pengamen jalanan ibukota, menyambung hidup dari satu bus ke bus lainnya bersama adiknya
"Dede", sejak ayahnya meninggal merekalah yang harus membantu ibunya mencari nafkah. Tak disangka
kehidupan malangnya dapat berakhir ketika bertemu malaikat di suatu bus saat Tania mengamen. Sejak
pertemuan itu kehidupan Tania, Dede, dan ibu menjadi lebih baik.

Malaikat yang bernama Om Danar itu menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Ia membiayai seluruh
kebutuhan Tania, Dede, dan ibu. Tania dan Dede kembali bersekolah, ibu membuka bakery. Hubungan keluarga
Tania dan Danar sangatlah dekat, Danar sangatlah senang dapat merasakan kehangatan keluarga.

Danar mempunyai kekasih yang bernama Ratna. Suatu hari Danar mengenalkan Ratna ke keluarga Tania. Tania
sangat tidak suka dengan kedekatan mereka. Tania iri melihat mereka. Sejak saat itu Tania menyadari bahwa
telah ada rasa cinta yang tumbuh.

Beberapa tahun kemudian ibu menyusul kepergian ayah, Tania dan Dede sangat terpukul dengan kejadian ini.
Sebelum ibu meninggal ibu menyampaikan pesan untuk tania "Berjanjilah ,Nak... kau tak akan pernah menangis
sesulit apa pun keadaan keadaan yang akan kau hadapi kecuali demi dia". Setelah ibu meningggal Tania dan
Dede tinggal bersam Om Danar.

Tania tumbuh menjadi gadis yang pintar dan cantik. Ia mendapat beasiswa ke ASEAN Scholarship di Singapura,
dan ia pun harus terpisah jauh dengan Danar tapi mereka tetap berkomunikasi. Ketika Danar mengunjungi Tania
ia memberikan Tania liontin dan liontin Tania lah yang memiliki arti spesial dianatara liontin lainnya.

Beberapa saat kemudian Tania mendapatkan kabar yang sangat menyakitkan hatinya sangat hancur ketika
Danar memintanya pulang untuk menghadiri pesta penikahan dirinya dengan Ratna. Tania tidak mau pulang
walaupun kehadirannya sangat dinanti. Sejak saat itu Tania tidak berkomunikasi dengan Danar.

Ratna selalu menceritakan kehidupan setelah pernikahannya dengan Danar yang tidaklah bahagia kepada
Tania, Ratna merasa ia sedang bersaing dengan bayangan yang tidak tau siapa orangnya. Akhirnya Tania
memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan menanyakan langsung ke Danar apa yang sebenarnya terjadi.

Hari itu terbongkalah semua perasaan yang tersimpan, Tania mengakui perasaannya ke Danar dan ternyata
Danar juga mencitainya, tetapi perbedaan usialah yang menghalangi cinta tersebut. Liontin yang selama ini
dimiliki Tania memiliki suatu arti karena dibelakang liontinnya terdapat potongan daun linden yang potongan
lainnya terdapat di liontin Danar. Sejak saat pertemuan tesebut Tania berjanji untuk tidak kembali lagi kedalam
kehidupan Danar dan meminta Danar untuk kembali kepada Ratna. Tania tau cinta tak harus memiliki.
● Unsur Intrinsik:

A. TEMA

Tema dalam novel ini adalah "Cinta tak harus memiliki", seperti dalam kutipan berikut "Cinta tak harus memiliki.
Tak ada yang sempurna dalam kehidupan ini." (hal.256)
Tema dalam novel ini adalah “Ikhlas dalam menerima takdir tuhan.” Seperti dalam kutipan berikut:

“Ketahuilah, Tania dan Dede.... Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin.... Dia membiarkan dirinya jatuh
begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semunya..” (hlm.63)

“Bahwa hidup harus menerima.. penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti...pengertian yang benar.
Bahwa hidup harus memahami...pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan
pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.” (hlm. 196)

B. PENOKOHAN

1)Tania (Tokoh Aku)

Tania adalah seorang gadis yang cerdas, cantik, dewasa, bertanggung jawab, menepati janji, tulus, setia,
membanggakan, dan berlapang dada. Selain itu, Tania juga seorang yang menyayangi keluarganya, terutama
adik dan ibunya. Ia rela mengorbankan sekolahnya demi membantu sang ibu mengumpulkan pundi uang untuk
kelangsungan hidup mereka.

● Cerdas
“Setelah berjuang habis-habisan di ujian terakhir, akhirnya aku berhasil melampaui 0,1 digit si nomor satu
selalu. Tipis sekali. Aku mendapatkan peringkat terbaik.” (hlm. 127)

● Cantik
“Aku tahu aku cantik. Tubuhku proporsional. Rambut hitam legam nan panjang. Menurut seseorang yang akan
penting sekali dalam semua urusan malam ini: “mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania..”” (hlm. 15)
Membanggakan

“Lihatlah....Tania yang dewasa dan cantik. Tania yang akan selalu membanggakan ibu. Tania yang akan selalu
membanggakan.” (hlm. 192)

2)Oom Danar.

Danar adalah seorang pemuda yang tampan, dewasa, baik, murah hati, penyayang, dan menyukai anak-anak. Ia
juga pandai menulis, sehingga novel-novel karyanya laku keras di pasaran hingga merambah ke mancanegara.
Tampan

“Dia berkeliling berkenalan dengan teman-temanku. Maggie yang orangtuanya tinggal di Selangor mendesis,
“wow, cute,” saat bersalaman dengannya. Teman-temannya ikut tertawa. Berbisik dengan genitnya. Lebih
ramai.” (hlm. 95)

● Baik

“Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana.
Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung
saputangan. Kemudian membungkusnya perlahan-lahan.” (hlm. 24)

“saat kami akan turun, ia memberikan selembar uang sepuluh ribuan,”untuk beli obat merah.” (hlm.24)

3)Dede.
Dede adalah seorang pemuda yang baik, menyanyangi keluarganya, cerdas, memilki nalar yang tinggi, tampan,
serta tidak bisa diam. Dede seringkali menyeletuk dan mengoceh ketika sedang berkumpul dengan Oom Danar,
Tania, dan Kak Ratna. Ia memiliki hobi bermain lego, sejak lego pertama yang ia dapatkan dari Oom Danar
sewaktu ia kecil dulu. Ia juga pandai bercerita, karena sering bercerita bersama Oom Danar di kelas
mendongeng.

● Cerdas

“Dede ranking empat dikelas, meski tidak ikut ulangan umum karena sakit.” (hlm.44)

4)Ratna

Kak Ratna adalah seorang perempuan yang berperawakan seperti artis. Ia baik, menyenangkan, cantik,
pengertian, mau mendengarkan, penyabar, dan tulus. Ia begitu menyayangi Danar sehingga tidak begitu
menyadari perasaan yang sebenarnya Danar simpan diam-diam.

C. ALUR

Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran atau alur maju mundur. Hal ini dibuktikan oleh
tahapan cerita berikut ini:

1)Pengenalan/Awal cerita.
Awal Cerita dalam novel ini dimulai dengan narasi Tania yang berlokasi di sebuah toko buku. Toko buku inilah
yang mengaitkan segala cerita yang kelak akan mengalir. Narasi yang dipaparkan adalah narasi mengenai
perasaan Tania, sang tokoh utama, yang kemudian berlanjut dengan pengenalan berbagai tokoh dalam cerita
ini.

2)Konflik/ awal permasalahan


Permasalahan/konflik dalam cerita ini berlangsung ketika Tania kecil mulai merasa perasaan yang mengganggu
ketika dirinya, Danar, Kak Ratna, Dede, dan Ibu berjalan bersama ke Dunia Fantasi. Ia mulai merasa cemburu.
Selain itu, konflik juga terjadi ketika Kak Ratna memberitahu dirinya bahwa ia dan Danar akan segera menikah.

3)Klimaks/Puncak permasalahan
Klimaks dari novel ini adalah terletak pada bagian ketika menjelang akhir, yakni ketika Tania bertemu dengan
Oom Danar di bawah pohon Linden dan membicarakan mengenai kejujuran yang sebenarnya dari seluruh
perasaan yang mereka pendam selama ini.

4)Anti Klimaks
Anti Klimaks dari novel ini adalah ketika Tania memutuskan untuk berdamai dengan perasaannya sendiri dan
ingin berusaha melepaskan bayang-bayang Danar di benaknya.

5)Resolusi/Penyelesaian
Resolusi dari cerita ini adalah ketika Tania akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Danar dan kembali
melanjutkan hidupnya dengan kembali ke Singapura.

D. LATAR

1) Latar Tempat

Yang menjadi latar tempat dalam novel ini adalah daerah di negara Indonesia dan Singapura. Seperti ketika di
Indonesia, novel ini mengambil latar tempat di :

a. rumah kardus Tania:


“dan akhirnya sampailah kami kepada pilihan rumah kardus.” (hlm.30)

b. lingkungan rumah kardus Tania:


“aku, adikku, dan Ibu sering duduk dibawah rumah kardus kami, menatap pohon yang mekar tersebut dibawah
bulan purnama, seperti malam ini.” (hlm. 232)

c. toko buku favorit Danar:


“Lantai dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah jam lebih aku terpekur berdiam diri disini. Mengenang
semua kejadian itu. Mengenangnya. “ (hlm. 104)

d. rumah sakit:
“menyuruh kami mandi di kamar mandi rumah sakit.” (hlm. 57)

e. pusara Ibu:
“Aku tersenyum sambil bersibak, agar mereka berdua bisa merapat ke pusara ibu.” (hlm. 195)

f. Kontrakan Danar
“Sehari setelah ibu meninggal, aku dan adikku pindah ke kontrakannya.” (hlm. 67)

g. Bandara:
“ketika tiba di bandara, dia dan Dede sudah menjemputku di lobbi kedatangan luar negeri.” (hlm. 78)

Novel ini juga mengambil latar tempat di Singapura yaitu di :


h. Bandara Changi:
“pukul 15.00 aku mengantar mereka ke Bandara Changi” (hlm. 102)

i. NUS (National University of Singapore):


“Aku mengajaknya jalan-jalan di Kampus National University of Singapore (NUS)” (hlm. 100)

j. Toko buku terbesar di Singapura:


“buktinya, saat Dede ingin membeli buku-buku di salah satu toko buku terbesar di Singapura, ia hanya
mengangguk, mengiyakan.” (hlm. 96)

2) Latar Waktu

a. Pagi hari
“besok pagi-pagi, ibu mengganti perban itu dengan lap dapur, saputangan itu dicuci.” (hlm. 24)

b. Siang hari
“kami makan siang di kantin mahasiswa.” (hlm. 101)

c. Sore hari
“aku ingat sekali, sore hari Minggu itu seperti biasa aku dan adikku pulang lebih lama dibandingkan anak-anak
lain.” (hlm.38)

d. Malam hari
“malam-malam duduk didepan kontrakan berlalu percuma.” (hlm. 37)

3) Latar Suasana

a. Menyenangkan
“pesta sweet seventeen-ku hanya seperti itu. (meski bagiku itulah pesta terbaik selama ini)” (hlm. 95)

b. Menyedihkan
“Kak.. kenapa Ibu dibungkus?” aku hanya menggeleng lemah. Usianya delapan tahun, dan ia belum mengerti
benar tentang kata “kematian”” (hlm. 62)

c. Mengharukan
“tahukah kau. Danar tadi sempat berkaca-kaca mendengar pidatomu.” (hlm. 130)
d. Mengagetkan
“mukaku memang terlanjur memerah. Semua ini mengejutkan.” (hlm. 131)

E. SUDUT PANDANG

Sudut pandang dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama. Cerita ini dikisahkan melalu
sudut pandang Tania, sang tokoh utama dari novel ini. Tercermin dalam kutipan berikut ini:
“aku mencintainya. Itulah semua perasaanku.” (hlm. 154)
“aku menimpuk kepala Anne dengan gumpalan tisu.” (hlm. 177)
“dia menoleh padaku. Kami bersitatap sejenak. Ya Tuhan, mata itu redup. Redup sekali.” (hlm.237).

F. GAYA BAHASA

1) Simile
“seseorang yang bagai malaikat hadir dalam kehidupan keluarga kami...” (hlm.128)

2) Asosiasi
“mobil beringsut seperti keong.” (hlm. 65)

3) Hiperbola
“seseorang yang membuatku rela menukar semua kehidupan ini dengan dirinya.” (hlm.129)
“Esok malamnya e-mail kak Ratna berdarah-darah.” (hlm. 228)

4) Personifikasi
“Angin malam memainkan anak rambut.”(hlm.236)
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.” (hlm. 63)

G. AMANAT

Amanat yang terkandung dalam novel ini ialah, terkadang hal yang terbaik adalah menerima. Menerima, bahwa
segala hal yang terjadi tidak selalu seperti apa yang kita inginkan. Menerima, dan belajar untuk mengikhlaskan.
Jika sesuatu itu memang bukan hadir untuk kita, Meski seberapapun besar usaha yang kita perbuat, meski
seberapa susahnya pun kita berjuang, meski seberapa sakitnya pun kita bertahan, dan meski seberapapun
indahnya memori yang ada bersama seseorang tersebut, kita tidak akan bisa mendapatkannya.
Karena yang terbaik menurut kita, belum tentu yang terbaik menurut kehendak Tuhan.
Dan ketika kita menghadapi suatu musibah, suatu masalah, atau apapun yang negatif, hendaknya kita tidak
berlarut-larut dalam kesedihan. Karena sedih dan senang itu datangnya satu paket. Tuhan maha adil, dan tidak
akan membiarkan hambanya bersedih kecuali apabila hambanya memang sanggup untuk menanggungnya.
Alih-alih bersedih, sebaiknya kita semakin mengembangkan diri kita dan menjadi lebih baik lagi, seperti yang
dilakukan Tania. Meski Danar tidak jadi bersamanya, ia tetap melanjutkan hidup dan menjadi seseorang yang
sukses di Singapura.

● Unsur Ektrinsik:

a. Nilai Sosial
Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong karena menolong dengan ikhlas seperti dalam
novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang siapa Tania.
b. Nilai Moral
Memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat jika kita
ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam novel tokoh Tania yang pantang menyerah menjalani
hidupnya walau banyak rintangan yang menghalanginya.

Anda mungkin juga menyukai