Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS NOVEL

CINTA DI UJUNG SAJADAH


Kelompok II
Afifah Chairunnisa - 201721500218
Neneng Hasanah - 201721500232
Syahla Nurhaida - 201721500018

Info Novel

Judul Novel     : Cinta di Ujung Sajadah

Tebal               : 291 halaman

Pengarang       : Asma Nadia

Penerbit           : Republika

Tahun Terbit    : 2012

A. Unsur Intrinsik

1. Tema : Tema yang terdapat dalam novel Cinta di ujung Sajadahadalah Religi,


Pencarian cinta dan Kerinduan Cinta kepada Ibu .

2. Tokoh :

-Tokoh protagonis : Cinta , Mbok Nah , Makky , Netta , Aisyah , Tante Rini , Adji
-Tokoh Antagonis : Mama Lia , Anggun , Cantik
-Tokoh Tritagonis : Cinta , Makky , Anggun , Cantik
3. Alur/Plot : Alur cerita yang digunakan penulis dalam novel ini adalah campuran yaitu
alur maju dan alur mundur .
4. Latar/setting :

- Latar waktu : (“Pagi ini hari pertama Cinta ke sekolah dengan rok biru.”)

(“Malamnya, mereka makan di salah satu warung yang menawarkan suasana lesehan.”)

(“Cinta merasakan dadanya gemuruh.Perutnya terasa tidak enak.Pagi tadi, hanya segelas susu
yang sanggup melewati tenggorokannya.”)

(“Pikiran untuk mengumpulkan sesuatu yang unik bermula ketikausia Cinta delapan tahun.”)

(“Malam minggu.Neta mendapat izin dari mama untuk menginap di rumah Cinta.”)

(“Hari sudah siang ketika Cinta dan teman-temanya berpamitan.”)


- Latar Tempat : Latar tempat pada analisis novel Cinta di Ujung Sajadah yaitu di tunjukkan
dalam kutipan berikut:

(“Sekolah selalu merupakan rutinitas yang menyenangkan bagi Cinta.”)

(“Cinta duduk di teras depan rumahnya.”)

(“Jadi seperti ini Bongkaran, tempat yang menyimpan jejak ibunya.”)

(“Kasongan tak jauh lagi.”)

(“Kita keliling Jakarta sama-sama Cinta.”)

(“Kreta Api Bogor-Jakarta Express melaju cepat.”)

(“Dari tanah abang, ternyata lumayan jauh untuksampai di Kalijodo.”)

(“Jogja hari keempat.”)

(“Kita udah di Stasiun Tugu!Jemput ya!”)

- Latar suasana : Adapun latar suasana yang terdapat di dalam novel Cinta di Ujung
Sajadah yaitu: sedih, tegang,  senang, sepi
5. Sudut Pandang :
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah pengarang sebagai sudut pandang
pertama karna pengarang serba tahu. Pengarang  menceritakan setiap kejadian yang terdapat
dalam novel ini.
6. Amanat :

Amanat yang terdapat dalam novel “Cinta di Ujung Sajadah” adalah:

1)      Jadilah pribadi yang kuat dalam menerima kenyataan buruk yang diterima dan jangan
mudah putus asa dalam menghadapi permasalahan.

2)      Jangan pantang menyerah, terus berjuang dalam menggapai impian sampai kemana pun
impian itu berlari.

3)      Kejujuran sangatlah diperlukan untuk menjalani kehidupan ini, karena


kejujuranlah yang membuat hidup ini lebih berkah.

B. Unsur Ekstrinsik
Masalah Sosial yang Terkandung Dalam Novel “Cinta di Ujung Sajadah”

1. Nilai Moral

dalam Novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia Nilai moral yang penulis analisis dalam
novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadiaadalah (1) hubungan manusia dengan Tuhan,
(2) hubungan manusia dengan manusia, dan (3) hubungan manusia dengan alam sekitarnya.

a. Hubungan Manusia dengan Tuhan


1) Mengingat Allah
“Allah!” “Sore itu, Cinta meninggalkan rumah Mirna dengan pemikiran lain. Dulu, ia
kira betapa besarpun kesalahan seorang anak, ibu-terutama ibu kandung-tidak mungkin
membiarkan anaknya teraniaya”
(123) Berdasarkan kutipan di atas pengarang menjelaskan tokoh Cinta yang menyebut
nama Allah dalam hati saat melihat kondisi sahabatnya yaitu Mirna. Mirna terlihat babak
belur karena di pukuli ayahnya tempo hari. Kejadiaan ini membuat Cinta sadar bahwa
tidak semua ibu kandung baik terhadap anaknya. “Ia tidak akan lupa semua. Juga hari
itu.”
“Gusti!”
(128) Dari kutipan di atas diketahui bahwa Mbok Nah yang mendadak sedih mendengar
pertanyaan Cinta tentang ibu kandungnya. Mbok Nah ingat akan janjinya kepada
Ayuningsih yang merupakan ibu kandung Cinta untuk selalu menjaga Cinta. “Dia akan
meminta kepada Allah dalam sujud terakhir, untuk menjaga Cinta, untuknya”
(210)
Makky merasa sangat bahagia saat bersama Cinta. Dia selalu berdoa agar kelak Cinta
menjadi jodohnya. Makky merasa jatuh Cinta kepada cinta sejak pertama kali berjumpa.
“Bismillah!. Cinta menatap penampilannya sekali lagi. Lalu pelan memutar gerendel
pintu kamar. Mendekati tangga, Cinta bisa mendengar obrolan riuhrendah yang
mendadak berhenti, seiring langkahnya turun”

(153)
Pada kutipan di atas pengarang menggambarkan tokoh Cinta mulai mantap dengan
keputusannya untuk mengenakan jilbab. Hari ini tepat di ulang tahunnya yang ke tujuhbelas
Cinta mengubah penampilannya. Pelan- pelan ia membuka grendel pintu kamar melangkah
mendekati anak tangga. Terdengar suara riuh keluarga dan sahabat-sahabatnya yang
menunggunya sedari tadi.
2) Mengaji
“Di rumah, tidak jarang perempuan dengan tahi lalat itu minta diajarkan mengaji oleh
Mbok Nah, yang diulangnya pada setiap kesempatan. Meski masih patahpatah, meski
belum lancar” (129) Dari kutipan di atas diketahui bahwa Ayuningsih yang merupakan
ibu kandung Cinta mengubah penampilannya semenjak Cinta lahir. Ia telah memutuskan
untuk belajar mengaji dan mendalami ilmu agama agar bisa menjadi ibu yang baik untuk
putrinya. Ia sering meminta Mbok Nah untuk mengajarinya mengaji setiap hari.
3) Bersyukur
“Ulang tahunnya sebentar lagi, alhamdulillah. Angan Cinta melambung. Ia
membayangkan surprise yang akan diberikan pada orang serumah. Sejak dua hari lalu, ia
telah menyiapkan segalanya dengan baik. Sebuah kejutan yang ia harap bisa diterima
oleh orang rumah. Semoga juga oleh Makky”

(137)
Berdasarkan kutipan di atas pengarang menjelaskan tokoh Cinta yang tidak sabar menun
ggu hari ulang tahunnya tiba. Ia membayangkan kejuatan yang akan diberikan kepada
orang serumah. Ia telah menyiapkan segalanya sejak dua hari yang lalu. “Tuhan, ini
seperti jawaban atas semua doa dan kerinduan”
(170)
Dari kutipan di atas terlihat Cinta sangat bahagia ketika mengetahui ibu kandungnya
masih hidup. Cinta bertekad untuk mencari keberadaan ibu kandungnya. Ia yakin bahwa
suatu saat ia bisa bertemu dengan ibu kandungnya.
“Alhamdulillah, Allah mengutus dua sahabat terbaik, Neta dan Aisyah, hingga gadis itu
bisa meniti hari tanpa godaan berarti. Sebab neta, yang centil dan modis, cukup punya
pendirian. Mungkin karena dekat dengan mamanya. Aisyah sebaliknya, meski tidak
terlalu dekat dengan ummi, punya kepribadian yang kuat karena aktivitasnya di rohis,
dan kedewasaan yang mungkin tertempa karena mengurusi banyak adik”
(181)
Pada kutipan di atas pengarang menggambarkan tokoh Cinta sangat bersyukur memiliki
dua sahabat yang sangat baik. Bagi Cinta kedua sahabatnya merupakan anugerah dari
Allah yang patut untuk ia syukuri dengan mengucam hamdallah.
b. Hubungan Manusia dengan Manusia
1) Tolong Menolong
“Cinta mengedarkan pandangan ke sekeliling. Semua menggeleng, tidak ada yang tahu
alamat Mirna. Akhirnya, Neta yang biasa jadi seksi sibuk, segera mengambil inisiatif”
(116-117)
Dari kutipan di atas, terlihat kekompakan Cinta dan sahabat-sahabatnya untuk mencari
tahu alamat rumah Mirna. Sudah beberapa hari Mirna tidak masuk sekolah karena sakit.
Hal ini mendorong Cinta dan sahabat-sahabatnya untuk menjenguk Mirna.
“Adji tergerak untuk menolong gadis itu menemukan ibu kandungnya. Menyatukan
kebersamaan yang tercerai. Hal yang tidak mungkin lagi dia alami. Dus, cowok itu
merasa harus keluar dari kesunyian. Meninggalkan hari-hari di mana dia menangis
berjam-jam di kamar tidur ibu. Adji benci terus menerus merasa lemah dan mengasihani
diri sendiri. Dia tak ingin jadi cowok cengeng, sekalipun punya cukup alasan untuk itu”
255)
Berdasarkan kutipan di atas pengarang mengambarkan tokoh Adji mempunyai rasa
simpati terhadap Cinta. Cinta mengingatkannya akan masa kecilnya yang buruk. Hal ini
mendorong Adji untuk membantu Cinta untuk mencari keberadaan ibu kandungnya.
2) Berbagi Cerita
“Dua saudaramu tiap hari ngomongin cowok itu mulu? Ugh, aku jadi inget sama temen
deket yang tiap hari ceritanya juga tentang KAK MAKKY.... adaw!”

(54)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Cinta sedang berbagi cerita dengan kedua sahabatnya
tentang saudara tirinya yaitu Anggun dan Cantik. Kedua saudara tiri Cinta sangat
mengagumi Makky. Cinta bercerita kepada Neta dan Aisyah tentang Makky dan kedua
saudara tirinya itu. Namun, Neta menyindir sahabatnya dengan berkata bahwa salah satu
sahabatnya juga setiap hari bercerita tentang Makky.
3. Persahabatan
“Cinta memperkenalkan Aisyah dan Neta dengan Makky, pagi setelah mereka menginap.
Saat bersepedah subuh-subuh, siapa sangka Makky juga sudah bangun? Padahal rata-rata
cowok ganteng yang dikenal Neta malas dan tidak mandiri. Itu sebabnya iya tak ingin
pacaran. Kalaupun pernah itu biasanya tak lama. Ehem!”
(112)
Dalam kutipan di atas pengarang menggambarkan persahabatan Cinta, Neta dan Aisyah
sangat erat. Bagi Cinta kedua sahabatnya itu sudah seperti saudara. Neta dan Aisyah
sering menginap di rumah Cinta. Pagi harinya mereka bersepeda bersama-sama dan
bertemu dengan Makky. Cinta lalu memperkenalkan Makky dengan Aisyah dan Neta.
“Ahh, Cinta-nya sudah mulai berubah. Neta merasa kekecewaan menyeruak makin
dalam. Mereka selalu bersama-sama sejak kecil. Tumbuh bareng. Cinta sahabat sejatinya.
Beda dengan Aisyah, yang sekalipun teman baik, tapi baru dikenalnya ketika SMA”
(133)
Pada kutipan di atas pengarang menggambarkan tokoh Neta yang khawatir dengan
perubahan Cinta. Ia takut setelah Cinta memutuskan berjilbab mereka tidak akan bisa
jalan-jalan dan berfoto bersama. Cinta adalah sahabat sejatinya dari kecil. Beda dengan
Aisyah yang baru dikenalnya saat SMA.
“Cinta bukan tidak tahu, mereka menunggunya di bawah. Pagi ini saja beberapa SMS
yang di terima, berisi ucapan selamat ulang tahun dari kawan-kawan baiknya”
(151)
Dari kutipan di atas terlihat Cinta yang mempersiapkan diri menghadapi sahabat dan
keluarganya. Di ulang tahunnya yang ke-17 ia memutusan untuk menggunakan jilbab. Ia
berharap orang-orang yang ia sayangi bersedia menerima perubahan yang ada pada
dirinya. Di sisi lain di ulang tahunnya yang ke tujuh belas Cinta merasa sangat bahagia
ketika mendapatkan beberapa sms dari temanteman dan sahabatnya.
4) Hormat kepada orang tua
“Terakhir Papa, meski tak memeluk dan hanya menyalami, Cinta bersyukur, meski tidak
terlihat exited, Papa tidak marah. Ini memang sebuah pilihan. Sikap yang di sambut
Mbok Nah dengan mata mengkristal. Cara yang mungkin tidak dimengerti banyak
orang”

(154)
Berdasarkan kutipan di atas pengarang menjelaskan tokoh Cinta yang menghormati
Papanya. Terbukti saat ia ulang tahun Cinta dan Papa saling berjabat tangan. Cinta sangat
bersyukur meski Papanya tidak memeluknya dan bersikap dingin terhadapnya tapi iya tau
papa mencintainya.
“Bagi Cinta, inilah sedikit yang bisa ia lakukan untuk almarhumah Ibu. Upaya lebih
dekat menggapai jejak surga. Membalas segenap kasih yang betapa pun singkat, ia yakin
sempat di curahkan Ibu dengan penuh perasaan”
(155)
Dari kutipan di atas diketahui tokoh Cinta yang menghormati ibu kandungnya meski
mereka harus brpisah saat Cinta masih sangat kecil. Cinta ingin membalas kasih sayang
ibunya dengan selalu bersikap baik dan menjadi anak yang solihah.
5) Saling menyayangi
“Bikin repot!” keluh Makky sambil tersenyum kecut menahan berat rumahrumahan
barbie. Tapi tampang cowok itu langsung cerah begitu Salsa memberikan sun sayang di
pipi kanan dan kiri”
(56)
Berdasarkan kutipan di atas pengarang menjelaskan tokoh Makky dan Salsa yang saling
menyayangi. Meskipun usia mereka terpaut jauh tetapi Makky tidak pernah mengeluh. Ia
sangat bahagia memiliki adik yang manis seperti Salsa.
“Tidak jauh darinya, Cinta juga tersenyum menyaksikan ulah abang-adik itu. Mendadak
dunia tidak sesepi yang iya kira. Sekarang ada Salsa yang imut, yang bersikap manja
padanya. Juga karena ada bang Makky-kah?”
(57)
Dari kutipan di atas diketahui bahwa Cinta yang ikut senang melihat kekompakan
Makky dan Salsa. Cinta merasa bersyukur hidupnya kini terasa ramai karena ada Salsa
dan Makky.
“Lin tampak gembira. Bu Yayah tersenyum melihat keriangan anak gadisnya, lalu
tangannya yang termakan usia, dengan lembut mengusap tetesan air liur Lin”
(216)
Dalam kutipan di atas pengarang menggambarkan tokoh Cinta dalam perjalanan mencari
ibunya dia berkenalan denga Bu Yayah yang akhirnya memberikan rumahnya sebagai
tempat Cinta menginap. Cinta merasa senang bisa mengenal sosok Bu Yayah yang sabar,
penyayang, dan baik hati. meskipun Bu Yayah mempunyai anak yang mengalami
keterbelakangan mental, ia tidak pernah mengeluh. Sebaliknya, ia terlihat sangat
menyayangi anaknya yang bernama Lin.
“Cinta memeluk perempuan yang sudah dianggap sebagai ibu kedua. Dia tahu,
pengorbanan Mbok Nah terlalu besar untuk dihitung. Sejak dulu, perempuan itu sering
menjadikan dirinya tameng. Ketika Cinta memecahkan vas kristal oleholeh papa dari luar
negeri, Mbok Nah-lah yang didaprat Mama. Sewaktu selendang sutra Mama Alia bolong
karena Cinta bersikeras membantu Mbok Nah menyetrika, emban itu pula yang kena
getahnya”

(167)
“Perempuan paruh baya itu memang penuh kasih sayang, meski tak punya anak satupun.
Malah kabarnya Mbok Nah pernah menikah, dulu sekali”
(168)
Dari kutipan di atas diketahui bahwa Cinta dan Mbok Nah yang saling menyayangi satu
sama lain. Mbok Nah telah menganggap Cinta seperti putrinya sendiri. Sejak lahir Cinta
memang diasuh oleh mbok kesayangannya itu.
“Perempuan itu sudah menjadi ibu begitu lama dan membesarkan anak-anaknya seorang
diri. Menemani kelima buah hati melalui berbagai warna kehidupan. Ibu yang selalu ada
dan tidak kehilangan kasih sayang, meski memiliki anak terbelakang”
(213)
Pada kutipan di atas pengarang menggambarkan kesabaran Bu Yayah dalam
membesarkan kelima buah hatinya seorang diri karena suaminya telah meninggal.
Meskipun begitu Bu Yayah tidak pernah mengeluh dan tetap memberikan kasih sayang
yang tulus. “Perempuan itu mungkin pelacur, tapi di mata Cinta dia terlihat penuh kasih
terhadap anak-anaknya. Bocah-bocah yang mungkin tanpa ayah. Eh, kenapa jadi
menuduh begitu”
(202)
Dari kutipan di atas diketahui bahwa Cinta mengamati seorang ibu yang sedang
memandikan anak-anaknya di sebuah sungai yang berada di kompleks pelacuran. Ibu itu
tampak sangat menyayangi anak-anaknya. Hal ini membuat Cinta berpikir, perempuan
itu mungkin pelacur dan anak-anak tersebut mungkin tanpa ayah.
6) Berterima Kasih
“Mbok, terima kasih!”
(170)
Dari kutipan di atas diketahi bahwa Cinta sangat bahagia ketika Mbok Nah memberitahu
bahwa ibunya masih hidup. Mbok Nah memberikan selembar foto Ayuningsih kepada
Cinta. Cinta mengucapkan terima kasih dan tersenyum lebar.
7) Rindu
“Sering Cinta berharap bisa memiliki sedikit saja kenangan akan perempuan yang telah
menorehkan jejak dalam dirinya. Mama. Tapi papa, dengan cara yang sempurna, telah
memutus semua jejak, hingga tak ada lagi yang bisa dikenang”
(28)
Berdasarkan kutipan di atas pengarang menjelaskan tokoh Cinta yang memendam
kerinduan yang mendalam pada ibunya. Cinta berharap bisa memiliki sedikit saja
kenangan bersama ibunya. Tetapi setiap Cinta bertanya Papa selalu diam dan tidak
pernah memberikan penjelasan.

“Bagi Cinta, inilah sedikit yang bisa ia lakukan untuk almarhumah Ibu. Upaya lebih
dekat menggapai jejak surga. Membalas segenap kasih sayang yang betapapun singkat, ia
yakin sempat dicurahkan Ibu dengan penuh perasaan”

(155)
Dalam kutipan di atas pengarang menggambarkan kemantapan hati Cinta untuk
berjilbab. Baginya, ini adalah upaya menggapai jejak surga. Ia mengungkapkan rindu
kepada ibunya melalui doa-doanya.
8) Memberi Salam
“Assalamu‟alaikum, apa kabar, Cinta?” (248) Dari kutipan di atas diketahui bahwa
Makky yang mengucapkan salam saat bertemu Cinta. Cinta menjawab salam dari Makky.
Wajahnya tersipu malu.
c. Hubungan Manusia dengan Alam
1) Menikmati Pemandangan
“Sepanjang perjalanan, lewat jendela mobil yang terbuka, Cinta mencoba memotret
objek yang menurutnya menarik. Meski Cinta ragu hasilnya bagus. Sebab dia belum
banyak berlatih menangkap moment atau objek dari dalam kendaraan bergerak.
Untungnya jalan di kota hujan ini sering macet, jadi masih dapat satu atau dua gambar
bagus”
(117)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan tokoh Cinta yang menikmati
pemandangan saat pergi ke rumah Mirna melalui kaca mobil. Iya berusaha memotret
beberapa objek yang terlihat bagus dan menarik. Cinta merasa sedikit ragu dalam
memotret. Dia belum banyak berlatih memotret objek saat kendaraan bergerak.
“Di jendela bagai layar datar televisi yang berubah gambar setiap detik. Tidak perlu
waktu lama bagi Cinta untuk membiarkan dirinya dijemput kenangan”
(180)
Dari kutipan di atas diketahui bahwa Cinta sedang menikmati pemandangan di dalam
kereta. Ia mengaggumi ciptaan Tuhan. Semua objek terlihat seperti gambar bergerak di
TV. Hal ini membuat kerinduaan Cinta terhadap ibunya semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai