Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TENTANG CERITA TEKS SEJARAH

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

Tiara Syania
Nur Hasiah
Muhammad Maman
Muhammad Al Kausar
Kelas : XII Mia1

Guru Pembina : Rita Purnama Sari, S.Pd.

SMA 1 TAMBANGAN
TA. 2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat


rahmat kita semua diberikan kesehatan maupun  kesempatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang teks cerita sejarah ini.
   Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung pembuatan makalah ini. Kami sangat menyadari masih banyak
kekurangan dan kelemahan baik dari segi materi kajian, pendekatan maupun cara
penulisannya, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca, agar
kedepannya kami dapat membuat makalah sebaik mungkin.
   Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, teman-teman lainnya dan
juga tentunya bermanfaat bagi kami sendiri.
                                                                                       
BAB I
PENDAHULUAN

1.1             LATAR BELAKANG
Sejarah merupakan hal yang sangat penting dan harus diketahui oleh semua orang.
Walau dunia semakin tua, bukan berarti penghuninya boleh lupa begitu saja dengan
sejarahnya. Dalam konteks yang lebih kecil, misalkan negara Indonesia. Bangsa
Indonesia harus mengetahui sejarah berdirinya NKRI. Peristiwa sejarah tidak semata-
mata menjadi cerita yang dikisahkan turun temurun, tetapi sebagai bangsa yang cerdas
kita harus mampu menggali kearifan dan makna yang terkandung di dalamnya. Jika
sampai melupakan sejarah, maka suatu bangsa akan kehilangan identitasnya. Karena
itulah diperlukan sarana untuk menyampaikan sejarah. Di dalam pelajaran Bahasa
Indonesia, peristiwa sejarah dapat di ceritakan melalui teks cerita sejarah. Teks ini
sangat penting dipelajari, sehubungan dengan tugas yang telah guru Bahasa Indonesia
berikan kepada kami.

1.2   Rumusan Masalah
a.     Apa pengertian teks cerita sejarah ?
b.     Apa tujuan pembuatan teks cerita sejarah ?
c.      Bagaimana struktur, ciri-ciri dan kaidah kebahasaannya ?
d.     Apa saja jenis-jenis teks cerita sejarah ?
e.      Bagaimana perbedaan sejarah fiksi dan non fiksi ?
f.       Lalu bagaimana contoh teks cerita sejarah ?

1.3    Tujuan
a.      Agar lebih memahami materi terkait teks cerita sejarah
b.     Sebagai pertanggungjawaban tugas dari ibu guru Bahasa Indonesia yang telah
memberikan tugas ini. .

1.4    Manfaat
a.      Dengan pembuatan makalah ini, kami dapat memahami lebih dalam tentang
materi teks cerita sejarah.
b.     Setelah memahaminya, maka kami bisa membuat teks cerita sejarah.
c.      Kami harap makalah ini berguna untuk semua orang yang mempelajari materi
terkait.
d.     Dengan makalah ini, diharap kami mendapat nilai maksimal.   
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Teks Cerita Sejarah


Definisi teks cerita sejarah adalah sebuah teks yang di dalamnya memuat cerita dan
menjelaskan mengenai suatu fakta atau suatu kejadian yang terjadi pada masa lalu
yang akhirnya menjadi sebuah latar belakang (asal muasal) yang mana kejadian
tersebut mempunyai unsur nilai sejarah didalamnya.
B.    Tujuan pembuatan teks cerita sejarah
          Tujuannya untuk memberikan pemahaman yang lebih baik, pada pembaca,
tentang kejadian yang pernah terjadi di masa lalu.

C.    Struktur Teks Cerita Sejarah


Struktur teks adalah sebuah gambaran (deskripsi) cara bagaimana teks tersebut
dibangun. Harus terdapat 3 struktur berikut untuk bisa menyusun teks cerita sejarah
yag baik:
Harus terdapat 3 struktur berikut ini untuk membuat teks sejarah yang baik:
        Orientasi, merupakan bagian pengenalan atau pembuka dari teks cerita sejarah.
        Urutan Peristiwa, merupakan rekaman peristiwa sejarah yang terjadi, umumnya
disampaikan dalam urutan kronologis.
        Reorientasi, berisi komentar pribadi penulis tentang peristiwa atau kejadian
sejarah yang diceritakan. Reorientasi boleh ada, boleh tidak. Terserah kehendak
penulis teks cerita sejarah.

D.   Ciri – Ciri Teks Sejarah


Adapun ciri-ciri yang dimiliki oleh teks sejarah, diantaranya:
        Disajikan secara kronologis atau urutan peristiwa atau urutan kejadian.
        Bentuk teks cerita ulang (recount)
        Struktur teksnya: orientasi, urutan peristiwa, reorientasi.
        Sering menggunakan konjungsi temporal.
        Isi berupa fakta.

E.    Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Sejarah


Didalam kebahasaan teks cerita sejarah terdapat ciri-ciri yang sangat menonjol yang
dapat diketahui dan ditandai sebagai berikut :
1. Kata ganti (pronomina)
Kata ganti / pronomina adalah jenis kata yang digunakan untuk menggantikan
nomina / frasa nomina dan kemudian memberikan nama seseorang secara tidak
langsung. Contoh saya, kapan, nya, ini.
2. Kata keterangan (frasa adverbial)
Frasa adverbial / kata keterangan adalah jenis kata yang menunjukan suatu peristiwa,
waktu, kejadian dan tempat. Contoh tadi siang, tahun lalu, minggu kemarin.
3. Kata kerja material (verba material)
Kata kerja material / verba material adalah jenis kata yang memiliki fungsi untuk
menunjukan sebuah perbuatan nyata (aktifitas) yang telah dilakukan oleh partisipan.
Adapun didalam kata kerja material ini menunjukan ciri-ciri yang dapat diketahui
seperti perbuatan fisik / kejadian / peristiwa. Contoh memasak, menyapu, membaca
dan lain sebagainya.
4. Kata sambung waktu (konjungsi temporal)
Kata sambung waktu (konjungsi temporal) adalah jenis kata yang berfungsi untuk
menata urutan-urutan kejadian atau peristiwa yang di ceritakan. Dan didalam teks
cerita sejarah ini banyak menggunakan serta memanfaatkan kata penghubung
(konjungsi) temporal.

F.     Jenis – Jenis Teks Sejarah


Sejarah Fiksi:
        Novel adalah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif, umumnya dalam
bentuk cerita. Penulisnya disebut novelis
        Cerpen adalah cerita pendek berbentuk prosa naratif fiktif. Cenderung padat dan
langsung pada tujuan nya dibandingkan dengan karya fiksi lainnya yang umumnya
lumayan panjang.
        Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh sebagian orang
merupakan sesuatu yang benar-benar terjadi.
        Roman adalah jenis karya sastra berbentuk prosa yang melukiskan perbuatan
pelakunya menurut watak dan jiwa masing-masing. Roman bisa juga disebut kisah
percintaan.

Sejarah Non-Fiksi:
        Biografi adalah keterangan kehidupan seseorang yang ditulis oleh orang lain.
        Autobiografi adalah kisah atau keterangan hidup yang ditulis oleh orang itu
sendiri.
        Cerita Perjalanan adalah teks yang menceritakan tentang perjalanan.
        Catatan Sejarah adalah teks yang menceritakan fakta atau kejadian masa lalu
yang menjadi latar belakang sesuatu mempunyai nilai sejarah.

G.   Perbedaan Sejarah Fiksi dan Non-Fiksi


Sejarah Fiksi:
Jalan cerita disusun berdasarkan dunia nyata.
Gambaran kehidupan batin seorang tokoh lebih dalam.
Pengembangan karakter tokoh tidak sepenuhnya terungkap.
Menyajikan kehidupan sesuai pandangan pengarang.

Sejarah Non-Fiksi:
Tersusun oleh fakta yang objektif.
Gambaran kehidupan tokoh ditulis lebih lengkap berdasarkan fakta.
Menyajikan kehidupan sesuai data dan fakta.
Contoh Teks Cerita Sejarah
Kami sudah menyertakan contoh teks sejarah singkat tentang berbagai tema yang bisa
kamu lihat disini.

H.   Contoh
Cerita Malin Kundang, Si Anak Durhaka
Pada zaman dahulu di sebuah perkampungan nelayan Pantai Air Manis di daerah
Padang, Sumatera Barat hiduplah seorang janda bernama Mande Rubayah bersama
seorang anak laki-lakinya yang bernama Malin Kundang. Mande Rubayah amat
menyayangi dan memanjakan Malin Kundang. Malin adalah seorang anak yang rajin
dan penurut.

Mande Rubayah sudah tua, ia hanya mampu bekerja sebagai penjual kue untuk
mencupi kebutuhan ia dan anak tunggalnya. Suatu hari, Malin jatuh-sakit. Sakit yang
amat keras, nyawanya hampir melayang namun akhirnya ia dapat diseiamatkan-berkat
usaha keras ibunya. Setelah sembuh dari sakitnya ia semakin disayang. Mereka adalah
ibu dan anak yang saling menyayangi. Kini, Malin sudah dewasa ia meminta izin
kepada ibunya untuk pergi merantau ke kota, karena saat itu sedang ada kapal besar
merapat di Pantai Air Manis.

“Jangan Malin, ibu takut terjadi sesuatu denganmu di tanah rantau sana. Menetaplah
saja di sini, temani ibu,” ucap ibunya sedih setelah mendengar keinginan Malin yang
ingin merantau.

“Ibu tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa denganku,” kata Malin sambil
menggenggam tangan ibunya. “Ini kesempatan Bu, kerena belum tentu setahun sekali
ada kapal besar merapat di pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita Bu, izinkanlah”
pinta Malin memohon.

Malin Kundang Pergi Merantau

“Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah kembali, ibu akan selalu menunggumu Nak,” kata
ibunya sambil menangis. Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah
mengizinkan anaknya pergi. Kemudian Malin dibekali dengan nasi berbungkus daun
pisang sebanyak tujuh bungkus, “Untuk bekalmu di perjalanan,” katanya sambil
menyerahkannya pada Malin. Setelah itu berangkatiah Malin Kundang ke tanah rantau
meninggalkan ibunya sendirian.

Hari-hari terus berlalu, hari yang terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan
sore Mande Rubayah memandang ke laut, “Sudah sampai manakah kamu berlayar
Nak?” tanyanya dalam hati sambil terus memandang laut. la selalu mendo’akan
anaknya agar selalu selamat dan cepat kembali.

Beberapa waktu kemudian jika ada kapal yang datang merapat ia selalu menanyakan
kabar tentang anaknya. “Apakah kalian melihat anakku, Malin? Apakah dia baik-baik
saja? Kapan ia pulang?” tanyanya. Namun setiap ia bertanya pada awak kapal atau
nahkoda tidak pernah mendapatkan jawaban. Malin tidak pernah menitipkan barang
atau pesan apapun kepada ibunya.

Bertahun-tahun Mande Rubayah terus bertanya namun tak pernah ada jawaban hingga
tubuhnya semakin tua, kini ia jalannya mulai terbungkuk-bungkuk. Pada suatu hari
Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda dulu membawa Malin, nahkoda itu
memberi kabar bahagia pada Mande Rubayah.

“Mande, tahukah kau, anakmu kini telah menikah dengan gadis cantik, putri seorang
bangsawan yang sangat kaya raya,” ucapnya saat itu.

“Malin cepatlah pulang kemari Nak, ibu sudah tua Malin, kapan kau pulang…,”
rintihnya pilu setiap malam. Ia yakin anaknya pasti datang. Benar saja tak berapa lama
kemudian di suatu hari yang cerah dari kejauhan tampak sebuah kapal yang megah
nan indah berlayar menuju pantai.

Maling Kundang telah menjadi saudagar sukses.

Orang kampung berkumpul, mereka mengira kapal itu milik seorang sultan atau
seorang pangeran. Mereka menyambutnya dengan gembira.Mande Rubayah amat
gembira mendengar hal itu, ia selalu berdoa agar anaknya selamat dan segera kembali
menjenguknya, sinar keceriaan mulai mengampirinya kembali. Namun hingga
berbulan-bulan semenjak ia menerima kabar Malin dari nahkoda itu, Malin tak
kunjung kembali untuk menengoknya.

Ketika kapal itu mulai merapat, terlihat sepasang anak muda berdiri di anjungan.
Pakaian mereka berkiiauan terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi
senyum karena bahagia disambut dengan meriah.

Mande Rubayah juga ikut berdesakan mendekati kapal. Jantungnya berdebar keras
saat melihat lelaki muda yang berada di kapal itu, ia sangat yakin sekali bahwa lelaki
muda itu adalah anaknya, Malin Kundang. Belum sempat para sesepuh kampung
menyambut, Ibu Malin terlebih dahulu menghampiri Malin. la langsung memeluknya
erat, ia takut kehilangan anaknya lagi.

“Malin, anakku. Kau benar anakku kan?” katanya menahan isak tangis karena
gembira, “Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?”

Malin Kundang durhaka pada ibunya.

Malin terkejut karena dipeluk wanita tua renta yang berpakaian compang—camping
itu. Ia tak percaya bahwa wanita itu adalah ibunya. Sebelum dia sempat berpikir
berbicara, istrinya yang cantik itu meludah sambil berkata, “Wanita jelek inikah
ibumu? Mengapa dahulu kau bohong padaku!” ucapnya sinis, “Bukankah dulu kau
katakan bahwa ibumu adalah seorang bangsawan yang sederajat denganku?!”

Mendengar kata-kata pedas istrinya, Malin Kundang langsung mendorong ibunya


hingga terguling ke pasir, “Wanita gila! Aku bukan anakmu!” ucapnya kasar.

Mande Rubayah tidak percaya akan perilaku anaknya, ia jatuh terduduk sambil
berkata, “Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak! Mengapa kau jadi seperti ini
Nak?!” Malin Kundang tidak memperdulikan perkataan ibunya. Dia tidak akan
mengakui ibunya. la malu kepada istrinya. Melihat wanita itu beringsut hendak
memeluk kakinya, Malin menendangnya sambil berkata, “Hai, wanita gila! lbuku
tidak seperti engkau! Melarat dan kotor!” Wanita tua itu terkapar di pasir, menangis,
dan sakit hati.

Orang-orang yang meilhatnya ikut terpana dan kemudian pulang ke rumah masing-
masing. Mande Rubayah pingsan dan terbaring sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air
Manis sudah sepi. Dilihatnya kapal Malin semakin menjauh. Ia tak menyangka Malin
yang dulu disayangi tega berbuat demikian.

Maling Kundang dikutuk menjadi batu.

Hatinya perih dan sakit, lalu tangannya ditengadahkannya ke langit. Ia kemudian


berdoa dengan hatinya yang pilu, “Ya, Tuhan, kalau memang dia bukan anakku, aku
maafhan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku yang bernama
Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, Ya Tuhan!” ucapnya pilu sambil menangis.
Tak lama kemudian cuaca di tengah laut yang tadinya cerah, mendadak berubah
menjadi gelap. Hujan tiba-tiba turun dengan teramat lebatnya.

Tiba-tiba datanglah badai besar, menghantam kapal Malin Kundang. Laiu sambaran
petir yang menggelegar. Saat itu juga kapal hancur berkeping- keping. Kemudian
terbawa ombak hingga ke pantai.

Esoknya saat matahari pagi muncul di ufuk timur, badai telah reda. Di kaki bukit
terlihat kepingan kapal yang telah menjadi batu. Itulah kapal Malin Kundang! Tampak
sebongkah batu yang menyerupai tubuh manusia.

Itulah tubuh Malin Kundang anak durhaka yang kena kutuk ibunya menjadi batu
karena telah durhaka. Disela-sela batu itu berenang-renang ikan teri, ikan belanak, dan
ikan tengiri. Konon, ikan itu berasal dari serpihan tubuh sang istri yang terus mencari
Malin Kundang.
Sampai sekarang jika ada ombak besar menghantam batu-batu yang mirip kapal dan
manusia itu, terdengar bunyi seperti lolongan jeritan manusia, terkadang bunyinya
seperti orang meratap menyesali diri, “Ampun, Bu…! Ampuun!” konon itulah suara si
Malin Kundang, anak yang durhaka pada ibunya.
BAB III
PENUTUP

a.      Kesimpulan
Jadi, teks cerita sejarah adalah teks yang khusus diperuntukkan untuk menceritakan
kembali peristiwa lampau. Peristiwa lampau itu pula menjadi sumber informasi yang
memiliki makna dan kearifan di dalamnya. Teks cerita sejarah harus dipelajari dan
dikuasai semua orang, karena sangat efektif dalam memuat sejarah didalamnya
berdasarkan struktur, kaidah kebahasaan, dan jenis-jenis yang mudah dipahami untuk
menceritakan kembali peristiwa lampau.

b.     Saran
Sebaiknya, dalam membuat teks cerita ulang, peristiwa lampau yang dimuat memang
berdasarkan sejarah. Jika banyak diubah-ubah dan malah dijadikan propaganda untuk
kepentingan sendiri, maka akan membahayakan orang banyak dalam menentukan
pandangan mengenai suatu hal yang dimuat dan akan tersebarnya informasi salah
yang menyesatkan. Dimanapun kita berpijak, jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Sekian.

Anda mungkin juga menyukai