Anda di halaman 1dari 4

CERITA TENTANG SEJARAH DESA JATISEENG

1.Letak Geografis

Desa jatiseeng merupakan bagian dari wilayah kecamatan ciledug sebelah Timur Kecamatan
Pabuaran dan perbatasan dengan desa bantarsari dengan luas wilayah Kecamatan Ciledug
merupakan wilayah kerja yang terletak di sebelah Timur Pusat Kota Kabupaten Cirebon di
Sumber, dengan jarak + 45,25 km, dengan batas wilayah, sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Pabedilan

Sebelah Selatan : Kecamatan Pasaleman

Sebelah Timur : Provinsi Jawa Tengah

Sebelah Barat : Kecamatan Pabuaran

Luas Wilayah Kecamatan Ciledug adalah 1.334,252 Ha yang terdiri dari :

Luas Wilayah : 1.334,252 Ha

Sawah : 841,550 ha

Darat : 492,702 Ha

(sumber data: BP3K Ciledug)

Jumlah desa yang ada di Kecamatan Ciledug adalah 10 Desa, 40 Dusun, 48 RW, dan 211

Ke 10 Desa tersebut adalah :

Desa Ciledug Kulon : 3 Dusun, 3 RW, 17 RT

Desa Ciledug Wetan : 7 Dusun, 4 RW, 18 RT

Desa Ciledug Tengah : 3 Dusun, 5 RW, 17 RT

Desa Ciledug Lor : 4 Dusun, 4 RW, 16 RT

Desa Jatiseeng : 4 Dusun, 5 RW, 17 RT

Desa Jatiseeng Kidul : 4 Dusun, 12 RW, 47 RT


2.CERITA SEJARAH

Kawula kerajaan itu bersama cucu perempuannya berangkat menemuai Nyi RAMBUT
KASIH untuk memohon izin menyebarkan agama Islam di kawasan Cirebon. Dalam perjalanan,
keduanya berhenti di sebuah hutan (leuweung – bahasa Sunda) yang dihuni banyak gajah, lalu
membuat rumah sederhana untuk sekedar tempat peristirahatan. Oleh karena sering dilewati
orang yang bepergian, lambat laun tempat itu menjadi ramai, hingga tercipta sebuah tempat
pedukuhan baru dengan nama Leuweunggajah.

Sang cucu kawula kerajaan itu selanjutnya dinikahkan, yang kemudian anaknya menjadi
kuwu pertama Desa Leuweunggajah. Sedangkan sang kakek terus melakukan perjalanan
menemui Kanjeng Ratu.

Sejalan dengan perkembangan, penduduk Leuweunggajah yang semakin dertambah padat,


perebutan batas wilayah kerap kali terjadi sehingga menimbulkan pertengkaran yang menjurus
ke arah pertumpahan darah. Oleh karena itu, diadakanlah musyawarah untuk mengatasi kemelut
yang sering mereka hadapi dengan membagi Leuweunggajah menjadi JATISEENG.

Nama JATISEENG berasal dari usulan tokoh masyarakat, bahwa nama itu harus didasarkan
pada peristiwa menarik dan luar biasa. Tokoh tersebut mengatakan bahwa di pinggir jalan
sebelah selatan (Jalan Pramuka, sekarang Jalan P. Walangsungsang) terdapat sebuah pohon jati
besar yang sangat meresahkan dan mengganggu ketentraman masyarakat yang melewatinya.
Dikatakan bahwa pohon jati itu sering mengeluarkan bunyi gemuruh (saheng – bahasa Sunda)
seperti orang menanak nasi dengan menggunakan seeng. Suara “saheng” pohon jati itu diyakini
sebagai suara desis ular besar atau ular siluman yang berada di lubang bawah pohon jati itu,
sehingga pada malam malam tertentu diberi sesajen kepada “penunggu” pohon yang dianggap
keramat itu.

Bersamaan dengan pemberian nama JATISEENG, pohon jati yang menghebohkan itu
ditebang, sebagian kayunya dibuat tiang-tiang utama penyangga bangunan Bale Desa dan
kentongan atau kohkol yang masih bisa dilihat sampai sekarang.

Budaya dan adat istiadat

selama tujuh bulan di desa JATISEENG Tujuh Bulan adalah: Kehamilan di usia 7 bulan,
bayi dalam kandungan memiliki banyak perubahan dengan lebih cepat daripada di usia 4 bulan,
karena usia 7 bulan usia persiapan awal untuk proses kelahiran, di mana ukuran dan berat bayi
tumbuh dan perubahan ini memiliki dampak pada situasi ibu biasanya menjadi lebih sering sakit
pinggang karena ukuran bayi perempuan akan menempatkan lebih banyak tekanan pada organ
seperti sembelit dan lebih sering berkeliaran air. Selain ukuran dan berat bayi dalam kandungan
tumbuh dalam ukuran dan proporsi, serta kulit baik dilapisi dengan zat lemak yang akan
membuat bayi merasa selagi hangat di dalam rahim. Di dalam rahim untuk usia 7 bulan, juga,
darah mulai bayi menglir di jaringan kulit sehingga kulit adalah garis kerut secara bertahap
menjadi lebih dan lebih halus. (Lihat juga:. Ramadan Puasa Tips untuk Ibu Hamil; Menggunakan
membaca Quran untuk wanita hamil) Tidak hanya itu, mata dan telinga juga sudah mulai bekerja
bahkan mulai menerima stimulus yang kemudian dikirim ke otak untuk otak untuk tumbuh
dalam kandungan usia 7 bulan juga sangat cepat. Dengan begitu banyak kemajuan dan
pertumbuhan pengalaman penting dalam bayi saya pada usia 7 bulan dalam kandungan, dan
pengingat dilaksakanlah 7 bulanan dalam rangka bersama-sama untuk berdoa bagi kesehatan,
keselamatan dan kelahiran kelancaran bayi dan ibu yang mengandungnya. Selain itu, usia yang
telah berubah menjadi larangan tujuh bulan juga berarti kesendirian untuk ibu atau bayi adalah
ayah biologis baik dalam agama atau adat yang berlaku di jatiseeng masyarakat.

Untuk mengatasi kepadatan penduduk, pada tanggal 31 April 1981 Desa JATISEENG yang
termasuk wilayah Kecamatan Ciledug dimekarkan menjadi dua desa yaitu :

1. Desa JATISEENG yang dipimpin Kuwu Jenal

2. Desa Jatiseengkidul, dipimpin oleh Pj. Kuwu Moch. Mu’min.

Dua tahun kemudian, Desa JATISEENG dimekarkan kembali menjadi :

1. Desa JATISEENG

2. Desa Damarguna, dipimpin oleh Pj. Kuwu Ukani

Di bawah ini ada beberapa catatan nama Kuwu/Kepala Desa JATISEENG yang diketahui antara
lain :

Kuwu Bujang (Abad 17)

Kuwu Rasitem

Kuwu Rawiden

Kuwu Kanidjan

Kuwu Asiah

Kuwu Kasidem
Kuwu Durahman

Kuwu Kemar Baindar

Kuwu Natawijaya

Kuwu Imam

Kuwu Maskat (Kuwu Gonjol)

………. (Kuwu Punuk)

Kuwu Kusen

Kuwu H. Afandi

Kuwu Wiradinata

Kuwu Mukib

Kuwu Wasdjoed Ganda Atmadja (Kuwu Perod)

Kuwu Rd. Armas Sastradibrata

Pjs Kuwu H. Dulmanan (1965 – 1966)

Kuwu Djenal (1966 – 1984)

Pjs Kuwu Mahfud (1984 – 1985

Pjs Kuwu Didi Supriadi (1985 – 1989)

Pjs Kuwu Najib (1989 – 1990)

Kuwu Tarno Djaenudin (1990 – 1997)

Pjs Kuwu Carda (1997 – 2001)

Pjs Kuwu SUMARNO MOH. TOHIR/SOEMARNO M.TH.(2001)

Kuwu Carda (2001 – 2011)

Pjs Kuwu Moch. Nugraha (2011)

Kuwu SUMARNO MOH. TOHIR/SOEMARNO M.TH. (2011- ………….)

Anda mungkin juga menyukai