Jawa Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota Bandung.
Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang
pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat
dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa
Barat.Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.
Bagian barat laut provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, ibu kota negara Indonesia. Pada tahun 2000, Provinsi Jawa Barat dimekarkan dengan
berdirinya Provinsi Banten, yang berada di bagian barat. Saat ini terdapat wacana untuk
mengubah nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Pasundan, dengan memperhatikan
aspek historis wilayah ini. Namun hal ini mendapatkan penentangan dari wilayah Jawa Barat
lainnya seperti Cirebon dimana tokoh masyarakat asal Cirebon menyatakan bahwa jika nama
Jawa Barat diganti dengan nama Pasundan seperti yang berusaha digulirkan oleh Bapak
Soeria Kartalegawa tahun 1947 di Bandung maka Cirebon akan segera memisahkan diri dari
Jawa Barat, karena nama "Pasundan" berarti (Tanah Sunda) dinilai tidak merepresentasikan
keberagaman Jawa Barat yang sejak dahulu telah dihuni juga oleh Suku Betawi dan Suku
Cirebon serta telah dikuatkan dengan keberadaan Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5
Tahun 2003 yang mengakui adanya tiga suku asli di Jawa Barat yaitu Suku Betawi yang
berbahasa Melayu dialek Betawi, Suku Sunda yang berbahasa Sunda dan Suku Cirebon yang
berbahasa Bahasa Cirebon (dengan keberagaman dialeknya).
Negara Indonesia
8 0' - 5 40' LS
Koordinat
106 0' - 109 0' BT
Pemerintahan
Wakil
H. Deddy Mizwar
Gubernur
1
Luas
Populasi (2010)
Total 43.053.732
Demografi
Kabupaten 17
Kota 9
Kecamatan 558
Desa/Kelurahan 5778
2
Sejarah
Temuan arkeologi di Anyer menunjukkan adanya budaya logam perunggu dan besi sejak
sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman Buni (Bekasi kuno) dapat
ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon Jawa Barat pada abad ke-5 merupakan
bagian dari Kerajaan Tarumanagara.Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak
tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan
dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian besar menceritakan para raja
Tarumanagara.Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara, kekuasaan di bagian barat Pulau
Jawa dari Ujung Kulon sampai Kali Serayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda.Salah satu
prasasti dari zaman Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun
932.Kerajaan sunda beribukota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor).
Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi saingan ekonomi dan politik
Kerajaan Sunda.Pelabuhan Cerbon (kelak menjadi Kota Cirebon) lepas dari Kerajaan Sunda
karena pengaruh Kesultanan Demak.Pelabuhan ini kemudian tumbuh menjadi Kesultanan
Cirebon yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda.Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan
Kesultanan Cirebon dan kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Banten.Untuk menghadapi
ancaman ini, Sri Baduga Maharaja, raja Sunda saat itu, meminta putranya, Surawisesa untuk
membuat perjanjian pertahanan keamanan dengan orang Portugis di Malaka untuk mencegah
jatuhnya pelabuhan utama, yaitu Sunda Kalapa, kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan
Demak.
Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar Prabu Surawisesa Jayaperkosa,
dibuatlah perjanjian pertahanan keamanan Sunda-Portugis, yang ditandai dengan Prasasti
Perjanjian Sunda-Portugal, ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis
diberi akses untuk membangun benteng dan gudang di Sunda Kalapa serta akses untuk
perdagangan di sana. Untuk merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan tersebut, pada
tahun 1522 didirikan suatu monumen batu yang disebut padro di tepi Ci Liwung.Meskipun
perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat, pelaksanaannya tidak dapat
terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon - Demak, dibawah pimpinan
Fatahilah atau Paletehan, menyerang dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa.
3
Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon - Demak berlangsung lima tahun
sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa
dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon.
Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu Surya
Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan
Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran,
ibu kota Kerajaan Sunda, dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman
pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah Priangan (Jawa Barat bagian tenggara) jatuh ke
tangan Kesultanan Mataram.Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai digunakan
pada tahun 1925 ketika Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa
Barat.Pembentukan provinsi itu sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922,
yang membagi Hindia Belanda atas kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925,
digunakan istilah Soendalanden (Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi
untuk menyebut bagian Pulau Jawa di sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang
sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa
ibu.Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan yang merupakan
salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga pihak
dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg
(BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for
Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB.Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik
Indonesia pada tahun 1950.
Propinsi Jawa Barat memiliki perjalanan sejarah yang panjang.Dimana menurut data dan
penelitian arkeologi, Tanah Sunda di awali pada masa pra-sejarah dengan adanya kelompok
masyarakat yang telah lama menetap di Tanah Sunda sebelum tarikh masehi.
Hal ini ditunjukkan melalui situs purbakala di Ciampea (Bogor); Kelapa Dua
(Jakarta); Dataran Tinggi (Bandung) dan Cangkuang (Garut) dimana terdapat bukti bahwa
lokasi-lokasi tersebut telah ditempati oleh kelompok masyarakat yang memiliki sitem
kepercayaan, organisasi sosial, sitem mata pencaharian, pola pemukiman dan lain sebagainya
sebagaimana layaknya kehidupan masyarakat manusia pada umumnya.
4
2. Zaman Mula Periode Sejarah Tanah Sunda
Era sejarah di Tanah Sunda baru dimulai pada sekitar abad ke-5 seiring ditemukannya
artefak-artefak tertulis seperti beberapa prasasti yang ditulis dengan menggunakan bahasa
Sansekerta dan Huruf Pallawa.Beberapa prasasti tersebut diketemukan di beberapa tempat
yang saling berdekatan lokasinya yaitu di daerah Bogor, Bekasi dan Pandeglang.
Dari prasasti tersebut, ditemukan informasi bahwa pemilik prasasti tersebut adalah Kerajaan
Tarumanegara yang memiliki raja bernama Purnawarman dan ibukotanya adalah
Bekasi.Kerajaan ini bercorak Hindu dan memiliki sistem kasta sebagai bentuk stratifikasi
sosial dan hubungan antar negara telah mulai terrwujud di Kerajaan Tarumanegara.
Pada awal abad ke-8 Kerajaan Tarumanegara dilanjutkan dengan kerajaan Sunda atau yang
disebut dengan Kerajaan Pajajaran.Pusat kerajaan ini berada di Bogor pada masa sekarang.
Kerajaan Pajajaran mengalami pasang surut hingga runtuh sekitar tahun 1579
Periode ini dimulai pada awal abad ke-17 dimana Belanda melalui Kongsi dagangnya (VOC)
mulai memasuki pantai utara pelabuhan Jayakarta dan mulai dikenalnya Kerajaan Mataram
(pada masa ini peradaban Islam mulai masuk dan menyebar di Pulau Jawa yang dibawa oleh
para pedagang asing yang berdagang ke Jawa Pada awal abad ke-19 kekuasaan VOC-Belanda
semakin terasa di seluruh daerah nusantara tidak terkecuali di Tanah Sunda sendiri.Sehingga
dapat dikatakan bahwa pada masa ini merupakan awal dari dimulainya kekuasaan Kolonial
Hindia Belanda.Pada era ini, masyarakat dan Tanah Sunda dijadikan lahan eksploitasi tidak
saja sumber daya alamnya yang kaya juga sumber daya manusianya melalui tanam paksa dan
kerja rodi.
Keberadaan tanah Sunda dan potensinya membuat hasil ekploitasi tersebut menjadi
sangat menguntungkan bagi Penguasa Kolonial baik bagi para rakyat Belanda di ndonesia
maupun yang berada di Belanda itu sendiri.Hal ini berbanding terbalik dengan keadaan
masyarakat pribumi khsusunya di Jawa Barat hidup didalam garis pederitaan serta banyak
timbulnya kemiskinan. Namun dibalik wajah pribumi Jawa Barat yang mengalami nasib
seperti ini, masih terdapat beberapa kecil golongan yang juga hidup berkelimpahan yaitu
orang-orang pribumi yang hidup dengan berkerjasama serta dekat dengan penguasa Kolonial
Belanda yang sering disebut dengan Kaum Menak.
5
Dibalik kedua hal tersebut, juga menciptakan beberapa kelompok perlawanan yang merasa
tidak puas dan menggelorakan perlawanan terhadap penjajahan kolonial. Pemimpin-peminpin
masyarakat ini antara lain : Dipati Ukur di Priangan (1628-1632), Sultan Ageng Tirtayasa dan
Pangeran Purbaya di Banten (1659-1683), Prawatasari di Priangan (1705-1708), Bagus
Rangin (1802-1818), Kyai Hassan Maulani di Kuningan (1842), Kyai Washid di Banten
(1888), Kyai Hasan Arif di Garut (1918).
Selepas pendudukan Belanda datanglah Penjajah Jepang yang kala itu menggelar Perang Asia
Raya terhadap bangsa Barat tidak terkecuali di Indonesia. Melalui kekuasaan Jepang,
Belanda berhasil menyerah dan ditumbangkan di Kalijati, Subang tanggal 8 Maret 1942
dengan tanpa syarat). Jepang selain menjajah namun juga memberikan ilmu-ilmu strategi
kepada rakyat Indonesia melalui PETA sehingga menimbulkan keberanian bagi rakyat
pribumi Jawa Barat.Hal ini menjadi sebuah modal penting saat kemerdekaan Indonesia
dimana kesemuanya itu menjadi sebuah pertahanan masyarakat Sunda dalam
mempertahankan kemerdekaan dan tetap bersatu dan menjadi bagian dari Republik
Indonesia.
Dalam buku Sejarah Sunda (Karya R. Ma'mun Atmamihardja tahun 1958) dimana arti kata
Sunda dapat disimpulkan sebagai berikut :
c) Bahasa Jawa : Sunda artinya bersusun, berganda, kata atau suara, naik.
Perekonomian
Jawa Barat selama lebih dari tiga dekade telah mengalami perkembangan ekonomi yang
pesat.Saat ini peningkatan ekonomi modern ditandai dengan peningkatan pada sektor
manufaktur dan jasa. Disamping perkembangan sosial dan infrastruktur, sektor manufaktur
terhitung terbesar dalam memberikan kontribusinya melalui investasi, hampir tigaperempat
dari industri-industri manufaktur non minyak berpusat di sekitar Jawa Barat. PDRB Jawa
Barat pada tahun 2003 mencapai Rp.231.764 milyar (US$ 27.26 Billion) menyumbang 14-15
persen dari total PDB nasional, angka tertinggi bagi sebuah Provinsi.Bagaimanapun juga
karena jumlah penduduk yang besar, PDB per kapita Jawa Barat adalah Rp.5.476.034
6
(US$644.24) termasuk minyak dan gas, ini menggambarkan 82,4 persen dan 86,1 persen dari
rata-rata nasional. Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 adalah 4,21 persen termasuk minyak
dan gas 4,91 persen termasuk minyak dan gas, lebih baik dari Indonesia secara keseluruhan.
(US$1 = Rp. 8.500,-)
Kepala Bank Indonesia (BI) Jawa Barat dan Banten, Dian Ediana Rae, mengatakan
pertumbuhan ekonomi Jawa Barat meningkat di awal triwulan 2013."Meningkat dari 5,5
persen menjadi 5,9 persen" kata Dian pada Kamis, 30 Mei 2013.Pertumbuhan itu disebabkan
oleh solidnya permintaan domestik dan membaiknya prospek permintaan ekspor.Sementara
kinerja perbankan di Jawa Barat juga mengalamai perkembangan yang positif. "Perbankan di
Jawa Barat, mengalami peningkatan pertumbuhan kredit dengan resiko kredit yang semakin
turun," ujar Dian.
Pertumbuhan penyaluran kredit meningkat sebesar 27,6 persen atau Rp 215,03 triliun
dengan NPL (Non Performing Loans) atau resiko kredit hanya 2,86 persen. Dana Pihak
Ketiga (DPK) juga tumbuh sebesar 17,65 persen atau mejadi Rp 253,87 triliun.Perkembangan
itu menunjukan peningkatan LDR (Loan to Deposit Ratio) pada kinerja intermidasi
perbankan Jawa Barat dari 83,10 persen menjadi 84,70 persen.
Berdasarkan pertumbuhan itu, BI Jabar ingin meningkatkan peran Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) yang ada di Jawa Barat melalui pemetaan di tiap daerah di Jawa
Barat berdasarkan keunggulannya masing-masing. "Bandung, Bekasi dan Bogor menjadi
pusat penyalur kredit UMKM" kata Dian. Dian menambahkan, Aset Bank Konvensional di
Kota Bandung mencapai Rp 156,77 triliun, Kota Bekasi Rp 36,07 triliun dan Bogor Rp
31,27 triliun. UMKM unggulan di Kota Bandung, meliputi usaha pada kacang tanah,
budidaya ikan hias, pakaian jadi, wisata religi, bimbingan belajar, dan angkutan kota.
Kota Bekasi unggul pada UMKM jagung, cabe, rambutan, ayam buras, budidaya ikan
kolam, mebel, minimarket, kursus dan bahasa inggris.Seeqngkqn UMKM Kota Bogor
unggul pada usaha jambu, budidaya sapi perah, konveksi, restoran, kuliner dan reparasi
motor. Penetapan komoditi unggulan ini didasari oleh beberapa hal, antara lain: pertumbuhan
ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk. Namun,
Dian mengeluhkan kendala yang akan dihadapi oleh BI dalam UMKM ini. Menurut dia,
perlu kebijakan yang mampu mengatasi kendala-kendala yang dihadapi UMKM. Jika semua
memainkan peran UMKM secara maksimal, maka akan menjadi loncatan yang luar biasa
7
bagi Jawa Barat. Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah UMKM yang mencapai 8,7 juta usaha itu
dapat menyerap hampir 14 ribu pekerja.
Geografi
Batas Wilayah
Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya berbatasan
dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Banten
dan DKI Jakarta di barat.
Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah.Di bagian tengah merupakan pegunungan,
yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari barat hingga timur Pulau
Jawa.Titik tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada di sebelah barat daya Kota
Cirebon.Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai Citarum dan Sungai Cimanuk,
yang bermuara di Laut Jawa.
1. Penduduk
Sebagian besar penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda, yang bertutur menggunakan
Bahasa Sunda. Di Kabupaten Cirebon, Kota CirebondanKabupaten Kuningan dituturkan
bahasa Jawa dialek Cirebon, yang mirip dengan Bahasa Banyumasan dialek Brebes. Di
daerah perbatasan dengan DKI Jakarta seperti sebagian Kota Bekasi, Kecamatan Tarumajaya
dan Babelan (Kabupaten Bekasi) dan Kota Depok bagian utara dituturkan Bahasa Melayu
dialek Betawi.
Jawa Barat merupakan wilayah berkarakteristik kontras dengan dua identitas; masyarakat
urban yang sebagian besar tinggal di wilayah JABODETABEK (sekitar Jakarta) dan
8
masyarakat tradisional yang hidup di pedesaan yang tersisa.Pada tahun 2002, populasi Jawa
Barat mencapai 37.548.565 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 1.033 jika/km
persegi.Dibandingkan dengan angka pertumbuhan nasional (2,14% per tahun), Provinsi Jawa
Barat menduduki peringkat terendah, dengan 2,02% per tahun.Penggunaan bahasa daerah
kini mulai dipromosikan kembali. Sejumlah stasiun televisi dan radio lokal kembali
menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama
berita dan talk show, misalnya Bandung TV memiliki program berita menggunakan Bahasa
Sunda serta Cirebon Radio yang menggunakan ragam Bahasa Cirebon Bagongan maupun
Bebasan. Begitu pula dengan media massa cetak yang menggunakan bahasa sunda, seperti
majalah Mangl dan majalah Bina Da'wah yang diterbitkan oleh Dewan Da'wah Jawa Barat.
2. Iklim
Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 C di Puncak Gunung Pangrango dan 34 C
di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah
pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun.
3. Topografi
Ciri utama daratan Jawa Barat adalah bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak
aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi.
Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih
dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah ketinggian
100 1.500 m dpl, wilayah dataran luas di utara ketinggian 0 .10 m dpl, dan wilayah aliran
sungai.
4. Demografi
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 43.053.732 jiwa yang mencakup
mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 28.282.915 jiwa (65,69 persen)
dan di daerah perdesaan sebanyak 14.770.817 jiwa (34,31 persen). Persentase distribusi
penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,41 persen di Kota
Banjar hingga yang tertinggi sebesar 11,08 persen di Kabupaten Bogor. Penduduk laki-laki
Provinsi Jawa Barat sebanyak 21.907.040 jiwa dan perempuan sebanyak 21.146.692
jiwa.Seks Rasio adalah 104, berarti terdapat 104 laki-laki untuk setiap 100 perempuan.Seks
rasio menurut kabupaten/kota yang terendah adalah Kabupaten Ciamis sebesar 98 dan
tertinggi adalah Kabupaten Cianjur sebesar 107. Seks Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar
9
106, kelompok umur 5-9 sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64
berkisar antara 97 sampai dengan 113, dan dan kelompok umur 65-69 sebesar 96.
Median umur penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2010 adalah 26,86 tahun.Angka ini
menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Jawa Barat termasuk kategori menengah.Penduduk
suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah
jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun.Rasio
ketergantungan penduduk Provinsi Jawa Barat adalah 51,20.
Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar
51 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban
tanggungan penduduk suatu wilayah. Rasio ketergantungan di daerah perkotaan adalah 48,84
sementara di daerah perdesaan 55,92
5. Pertanian: Lahan dan Perairan
Dikenal sebagai 'lumbung padi' nasional, hampir 23 persen dari total luas 29,3 ribu kilometer
persegi dialokasikan untuk produksi beras. Jawa Barat merupakan 'Rumah Produksi' bagi
ekonomi Indonesia, hasil pertanian Provinsi Jawa Barat menyumbangkan 15 persen dari nilai
total pertanian Indonesia.Hasil tanaman pangan Jawa Barat meliputi beras, kentang manis,
jagung, buah-buahan dan sayuran, disamping itu terdapat komoditi seperti teh, kelapa,
minyak sawit, karet alam, gula, coklat dan kopi. Perternakannya menghasilkan 120.000 ekor
sapi ternak, 34% dari total nasional.
Jawa Barat berhadapan dengan dua sisi lautan Jawa pada bagian utara dan samudera Hindia
di bagian selatan dengan panjang pantai sekitar 1000 km. Berdasarkan letak inilah Provinsi
Jawa Barat memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Suatu perencanaan terpadu tengah
dilaksanakan untuk pengembangan Pelabuhan Cirebon, baik sebagai pelabuhan Pembantu
Tanjung Priok Jakarta, maupun sebagai pelabuhan perikanan Jawa Barat yang dilengkapi
dengan industri perikanan.Untuk potensi perairan darat, tidak hanya dari sejumlah sungai
yang mengalir di Jawa Barat, Tetapi potensi ini juga diperoleh dari penampungan air / DAM
saguling di Cirata dan DAM Jatiluhur yang selain menghasilkan tenaga listrik juga berguna
untuk mengairi area pertanian dan industri perikanan air tawar.
10
7. Sumber Daya Manusia: Jumlah Penduduk dan Tenaga Kerja
Dengan jumlah penduduk sekitar 37 juta manusia pada tahun 2003, 16 persen dari total
jumlah penduduk Indonesia. Pertumbuhan urbanisasi di Provinsi tumbuh sangat cepat,
khususnya disekitar JABODETABEK (sekitar Jakarta).
Jawa Barat memiliki tenaga pekerja berpendididkan berjumlah 15,7 juta orang pada tahun
2001 atau 18 persen dari total nasional tenaga pekerja berpendidikan. Sebagian besar bekerja
pada bidang pertanian, kehutanan dan perikanan (31%), pada industri manufaktur (17%),
perdagangan, hotel dan restoran (22,5%) dan sektor pelayanan (29%).
Minyak dapat ditemukan di sepanjang Laut Jawa, utara Jawa Barat, sementara cadangan
geothermal (panas bumi) terdapat di beberapa derah di Jawa Barat. Tambang lain sepert Batu
gamping, andesit, marmer, tanah liat merupakan pertambangan mineral yang dapat
ditemukan,termasuk mineral lain yang cadangan depositnya sangat potensial, Pengelola Emas
adalah PT. Aneka Tambang.
1. Mata Pencaharian
85 % penduduk Jawa Barat hidup dari hasil pertanian.15% bermatapencaharian sebagai buruh
pabrik, nelayan, pengrajin, guru, pegawai negeri dan pengusaha.
98 % dari jumlah penduduk Jawa Barat tercatat sebagai pemeluk agama Islam, Katholik,
Kristen, Budha dan agama/kepercayaan lainnya.
3. Bahasa
Secara antropologi budaya dapat dikatakan bahwa yang disebut orang Sunda itu adalah
mereka yang secara turun temurun menggunakan bahasa ibu. Suatu hal yang menonjol dari
bahasa Sunda ialah digunakannya undak-usuk basa (tingkatan bahasa) yaitu bahasa kasar,
sedeng, lemes, kasar pisan (sangat kasar) dan lemes pisan (sangat halus)
4. Sistem Kekerabatan
Parental atau bilateral yaitu hak dan kedudukan anggota keluarga dari pihak ayah maupun
dari pihak ibu sama. Sistem kekerabatan orang Sunda meliputi hubungan ke atas dan ke
11
bawah sampai tujuh tingkatan serta juga ke samping.bapaindung (ayahibu), akinini
(kakeknenek), buyut (cicit), bao, janggawareng, udeg-udeg dan gantung siwur.
Adapun hubungan ke bawah secara berturut-turut adalah : anak, incu/putu (cucu), buyut
(cicit), bao, janggawaeng, udeg-udeg dan gantung siwur.
5. Sistem Kemasyarakatan
Berdasarkan tempat : misalnya orang Sunda Banten, Bogor, Priangan, Cirebon, Karawang
dsb. Berdasarkan keadaan materi: adanya lapisan anu beunghar (kaya) dan lapisan sangsara
(miskin)
Berdasarkan prestise feodalistis: adanya orang Sunda menak (bangsawan) dan cacah/somah
(rakyat biasa), orang Sunda terpelajar dan bukan terpelajar
6. Sistem Kepemimpinan
Perlindungan dan proses pengembangan Budaya dan Bahasa yang ada di Jawa Barat
secara kongrit dimulai dengan adanya Kongres Jawa Barat, kongres Jawa Barat
merupakan sebuah wadah berkumpulnya para tokoh masyarakat Jawa Barat untuk
membicarakan berbagai persoalan sosial-kemasyarakatan yang ada di Jawa Barat.
12
1. Pendidikan Bahasa Cirebon
Keberagaman budaya dan bahasa yang ada di Jawa Barat sempat diuji ketika Kongres Jawa
Barat yang ketiga diadakan. Tepatnya di Kota Bandung tanggal 28 Februari 1948, pada saat
tersebut salah satu perwakilan masyarakat Jawa Barat dari Suku Sunda yaitu Bapak Soeria
Kartalegawa yang juga ketua Parta Rakyat Pasundan (PRP) mengusulkan agar pembicaraan
dalam rapat badan perwakilan tersebut (Kongres Jawa Barat) dibolehkan menggunakan
Bahasa Sunda, namun kemudian usulan tersebut segera disanggah oleh perwakilan masyarakt
Jawa Barat lainnya dari Suku Cirebon yaitu bapak Soekardi, bapak Soekardi menyatakan
Djika dibolehkan berbitjara dalam bahasa Soenda, orang-orang yang ingin memakai
bahasa daerah lainnya poen haroes diizinkan, oempamanja bahasa daerah Tjirebon.
Kemudian pada periode sebelum tahun 1970-an Pemerintah memasukan Pelajaran Bahasa
Jawa dialek Solo / Yogya (Baku) untuk wilayah Cirebon dan Indramayu yang masih
termasuk wilayah Provinsi Jawa Barat dimana mayoritas penduduknya menggunakan Bahasa
Sunda, namun ternyata guru pengajar dan muridnya tidak memahami kosakata yang
digunakan tersebut hingga akhirnya memutuskan untuk tidak mengajarkan Bahasa Jawa
dialek Solo / Yogya (Baku) di wilayah Cirebon-Indramayu. Kekosongan pelajaran muatan
lokal bahasa daerah ini kemudian berusaha diisi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan
memasukan pelajaran bahasa daerah Bahasa Sunda, oleh karenanya pada periode tahun 1970-
an bahasa daerah yang diajarkan di wilayah Cirebon - Indramayu adalah Bahasa Sunda
karena dianggap akan lebih mudah dimengerti karena para pemakai bahasa Sunda lebih
dekat. Akan tetapi, ternyata kebijaksanaan itu pun tidak tepat sehingga muncul gerakan
untuk menggantinya dengan buku dalam bahasa yang digunakan di wilayahnya, yaitu Bahasa
Jawa dialek Cirebon, kemudian pada periode tahun selanjutnya pengajaran Bahasa Cirebon
ini mulai untuk diajarkan di wilayah "Pakaleran Majalengka" yaitu wilayah utara kabupaten
Majalengka
13
menggunakan sebutan "Nyong" dan bukannya "Ingsun" ataupun "Reang" seperti yang
dituturkan di wilayah Cirebon - Indramayu.
Namun pengajaran bahasa daerah pada periode tersebut belum memiliki payung hukum,
karena Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebelumnya mengindikasikan bahwa Jawa Barat
merupakan wilayah tanah Sunda, dengan mayoritas suku sunda yang bertutur bahasa sunda,
baru setelah tahun 2003 dengan diterbitkannya Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5
Tahun 2003 tentang Perlindugan dan Pengembangan Budaya dan Bahasa di Jawa Barat yang
mengakui adanya tiga suku asli jawa barat yaitu Sunda, Melayu-Betawi dan Cirebon,
pengajaran bahasa daerah non-sunda memiliki perlindungan payung hukumnya, adapun
pergerakan untuk menjadikan bahasa cirebon sebagai sebuah bahasa yang mandiri yang
terlepas dari Bahasa Jawa maupun Sunda dilakukan dengan sebuah Metode yang disebut
dengan "Metode Guiter" namun pada perhitunganya metode tersebut baru mencatat sekitar
75% perbedaan antara Bahasa Cirebon dengan Bahasa Jawa dialek Solo / Yogya, sementara
untuk diakui sebagai sebuah bahasa mandiri diperlukan sedikitnya 80% perbedaan dengan
bahasa terdekatnya. namun secara nyata, penerbitan buku penunjang pelajaran bahasa daerah
Cirebon dan Indramayu pada periode tahun 2000-an sudah dilakukan dengan tidak
menyebutkan Cirebonsebagai sebuah dialek Bahasa Jawa dan hanya disebutkan "Bahasa
Cirebon" dan bukannya "Bahasa Jawa dialek Cirebon" seperti yang dilakukan pada
penerbitan "Kamus Bahasa Cirebon" oleh Almarhum Bapak TD Sudjana dan kawan-kawan
tahun 2001 dan "Wykarana - Tata Bahasa Cirebon" oleh Bapak Salana tahun 2002.
Pengembangan dan Perlindungan Bahasa yang diamanatkan oleh Perda Jawa Barat No. 5
Tahun 2003 dalam kaitannya dengan pengembangan Bahasa Cirebon hanya terjadi disekitar
wilayah eks-karesidenan Cirebon yaitu (Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten
Indramayu, sebagian wilayah Kabupaten Majalengka dan sebagian wilayah Kabupaten
Kuningan)
Sementara wilayah kabupaten lainnya yang juga didiami oleh Suku Cirebon seperti wilayah
Kabupaten Subang sebelah utara dan sebagian wilayah Kabupaten Karawang di Pesisir Timur
hingga tahun 2011 (delapan tahun setelah Perda Jawa Barat No. 5 Tahun 2003) diterbitkan
belum juga mendapatkan pengajaran Bahasa Cirebon, adanya ketidakmerataan pengajaran
bahasa daerah di Jawa barat ini dikarenakan pemerintah memberikan hak sepenuhnya kepada
14
Pemerintah Daerah di setiap Kabupaten / Kota untuk menentukan sendiri pengajaran bahasa
daerah yang ada diwilayahnya.
Berbeda halnya dengan pendidikan bahasa cirebon, pendidikan bahasa betawi di wilayah
Provinsi Jawa Barat mengalami hal yang lebih parah dari masalah yang dialami oleh bahasa
cirebon, pendidikan Bahasa Betawi hingga tahun 2011 (delapan tahun setelah Perda Jawa
Barat No. 5 Tahun 2003) diterbitkan sama sekali belum dilakukan di wilayah yang didiami
oleh suku betawi yaitu Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, sebagian Kabupaten
Bogor wilayah Utara dan sebagian wilayah Kabupaten Karawang sebelah barat, padahal
penelitian tentang Bahasa Betawi telah cukup banyak dilakukan, diantaranya :
Hingga tahun 2011 Pemerintah Daerah yang wilayahnya didiami oleh Suku Betawi yaitu
Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Karawang
masih belum mengadakan pendidikan bahasa daerah Bahasa Melayu dialek Betawi dan hanya
mengajarkan pendidikan bahasa daerah Bahasa Sunda.
16
15
Universitas Gunadarma (UG), di Depok
Pemerintahan
Jawa Barat terdiri atas 17 kabupaten dan 9 kota. Kota-kota hasil pemekaran sejak tahun
1996 adalah:
16
Kabupaten/Kota Ibu kota Bupati/Walikota
Kabupaten
Soreang Dadang Nasser
Bandung
Kabupaten
Ngamprah Abu Bakar 1. Kabupaten dan Kota
Bandung Barat
Kabupaten Neneng Hasanah
Cikarang
Bekasi Yasin
Kabupaten 1.
Cibinong Rachmat Yasin
Bogor
Kabupaten
Ciamis Engkon Komara
Ciamis
Kabupaten Tjetjep Muchtar
Cianjur
Cianjur Soleh
Kabupaten
Sumber Dedi Supardi
Cirebon
Kabupaten Garut Tarogong Kidul Agus Hamdani
Kabupaten
Indramayu Anna Sophana
Indramayu
Kabupaten
Karawang Ade Swara
Karawang
Kabupaten Aang Hamid
Kuningan
Kuningan Suganda
Kabupaten
Majalengka Sutrisno
Majalengka
Kabupaten
Parigi Endjang Naffandy
Pangandaran
Kabupaten
Purwakarta Dedi Mulyadi
Purwakarta
Kabupaten
Subang Ojang Sohandi
Subang
Kabupaten
Pelabuhanratu Sukmawijaya
Sukabumi
Kabupaten
Sumedang Ade Irawan
Sumedang
Kabupaten
Singaparna UU Ruzhanul Ulum
Tasikmalaya
Kota Bandung - Ridwan Kamil
Kota Banjar - Herman Sutrisno
Mulai Akhir
No Nama Keterangan
Jabatan Jabatan
Mas Sutardjo
1. 1945 1945
Kertohadikusumo
17
2. Datuk Djamin 1945 1946
Ukar Masa
5. 1948 1950
Bratakusumah PDRI
Sanusi
7. 1951 1956
Hardjadinata
Yogie Suardi
12. 1985 1993
Memet
13 Juni
13. R. Nuriana 1993
2003
13 13
14. Danny Setiawan
Juni2003 Juni2008
13 13 periode
Ahmad Juni2008 Juni2013 pertama
15.
Heryawan 13 periode
petahana
Juni2013 kedua
2. Perwakilan
Jawa Barat memiliki 91 wakil di DPR RI dari 11 daerah pemilihan dan empat wakil di DPD.
DPRD Jawa Barat hasil Pemilihan Umum Legislatif 2009 tersusun dari 10 partai, dengan
perincian sebagai berikut:
18
Partai Kursi %
Partai
38 34,9
Demokrat
Partai
16 14,7
Golkar
PDI-P 15 13,8
PKS 13 11,9
PPP 8 7,3
Partai
8 7,3
Gerindra
PAN 5 4,6
Partai
3 2,8
Hanura
PKB 2 1,8
PKPB 1 0,9
Pariwisata
Objek-objek wisata yang menarik dan banyak dikunjungi di daerah Jawa Barat:
19
4. Talaga Warna, Puncak, Kabupaten Bogor
Kesenian
1. SENI SUARA
2. ALAT MUSIK
3. SENI TARI
4. SENI TEATER
Ronggeng Gunung yang hidup di daerah Ciamis Sandiwara;Seni Wayang (yang paling
populer adalah wayanggolek, selain wayang beber).
5. SENI LUKIS
6. SENI UKIR
7. SENI SASTRA
Makanan
20
1. Bandung : peuyeum sampeu& ketan, borondong, ladu, burayot, ali agrem, kolontong ,
opak,
5. Cirebon : kerupuk udang, sirup campolai, terasi, empal gentong, ikan asin, emping;
7. Majalengka : kecap.
Sedangkan minuman khas orang Sunda di antaranya : air bening/mineral air teh, bandrek,
bajigur, goyobod, es cingcaw dan lahang.
1. Flora
Tanaman pangan
- Tanaman palawija : jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang
kedelai dll
- Tanaman perkebunan : teh, kina, tebu, coklat, kelapa sawit, kopi, cengkeh.
Tanaman hias : dahlia, sedap malam, melati, sinyo nakal, pacar keling dan
nusa indah.
21
2. Fauna
Binatang liar : badak, banteng, rusa, babi hutan, kancil, macan tutul, macan,
anjing
Pakaian Tradisional
- Wanita :sinjang kebat (kain batik panjang), beubeur atau angkin (ikat pinggang),
kutang (kamisol), baju kebaya dan selendang batik. Sebagai pelengkap, dan
sendaljepit/sendal keteplek.
- Pria :baju bedahan putih, kain kebat batik, sabuk dan ikat kepala, alas kaki
sandal tarumpah, arloji sebagai pelengkap.
- Wanita :kain kebat batik beraneka corak sebatas mata kaki, beubeur, kebaya beraneka
warna, selendang berwarna, alas kaki memakai selop atau kelom geulis.giwang, kalung,
gelang dan cincin yang terbuat dari emas atau perak.
- Pria :Jas tutup warna hitam, Kain kebat batik motif rereng,
Tutupkepala/bendo motif rereng (sama dengan motif kain), Sabuk, Jam rantai sebagai hiasan
baju, Alas kaki sepatu hitam atau selop
- Wanita :kebaya beludru hitam dengan sulaman benang emas pada seluruh sisi depan
kebaya hingga leher, kain kebat motif rereng, alas kaki sepatu atau selop beludru hitam
bersulam emas atau manik-manik. Sebagai pelengkap, tusuk konde emas dan perhiasan
giwang, gelang keroncong, cincin, kalung, peniti rantai, bros,
22
Lagu Daerah
Bubuy Bulan
Rumah Tradisional
1. Rumah tradisional pada umumnya berbentuk panggung dengan tinggi kolong kira-kira 60
Cm dari permukaan tanah. Bahan yang digunakan dalam membangun rumah tradisional
adalah kerangka bangunan dibuat dari kayu, dinding terbuat dari bilik atap terbuat dari sirap
atau injuk, lantai terbuat dari palupuh (bambu yang dilebarkan). Bagian kolong rumah biasa
digunakan untuk beternak ayam atau menyimpan barang.
Julang Ngapak
Suhunan Jolopong
Tagog Anjing
Badak Heuay
Jubleg Nangkub.
1. Gatrik
23
Gatrik merupakan permainan tradisional masyarakat Sunda.Pada masanya pernah menjadi
permainan yang populer di Indonesia.Gatrik adalah permainan kelompok, terdiri dari dua
kelompok.Permainan ini menggunakan alat dari dua potongan bambu yang satu menyerupai
tongkat berukuran kira-kira 30 cm dan lainnya berukuran lebih kecil.Permainan gatrik
biasanya dilakukan di lapangan atau halaman tanah terbuka.
Jumlah pemain sebanyak 2 tim, masing-masing tim terdiri dari 2-5 anak. Biasanya digunakan
batu (bata) sebagai landasan gatrik atau benda lain yang bisa digunakan sebagai landasan
gatrik.Permainan ini terdiri dari tim pemukul dan tim penangkap. Gatrik menggunakan alat
bantu berupa 2 potongan bambu atau kayu, potongan panjang sebagai pemukul sepanjang
kurang lebih 30 cm dan potongan pendek sepanjang 10 cm.Untuk menentukan tim yang lebih
dulu bermain sebagai pemukul, kita bisa melakukan suit, atau melemparkan kayu Gatrik
pendek ke landasan di atas batu. Siapa yang melemparnya lalu masuk atau paling dekat
dengan batu landasan, akan menjadi tim pemukul.
Permainan ini membutuhkan kelincahan dan kecepatan. Pemain harus hati-hati saat
memainkannya karena semakin kencang gatrik meluncur, tim penangkap harus sigap untuk
menghindari cedera terkena kayu gatrik. Cara bermain/peraturan bermain gatrik ini di setiap
daerah bisa berbeda-beda.
2. Oray-orayan
Permainan dengan cara membuat dua barisan yang berjejer ke belakang, paling depan
menjadi kepala ular, sedangkan di tengah dan belakang menjadi bagian tubuh dan ekornya.
Agar terlihat seperti ular, setiap pemain meletakkan tangannya di bahu temannya yang berada
di muka, kecuali yang menjadi kepala ular.Kedua kepala ular itu saling berhadapan. Anak
24
yang menjadi ekor atau paling akhir, dipilih anak yang paling keil tapi lincah karena ia harus
dapat mengelakkan tangkapan si kepala ular lawannya.
Setelah itu mulailah barisan atau ular itu berjalan meleok-leok mengikuti kepala ular seolah
akan menerkam ekor ular lawannya. Oleh karena mereka mengatur posisi saling akan
menerkam ekor ular, maka terdengar jerit dan tawa riang disertai lantunan lagu oray-orayan
yang berbunyi sebagai berikut :
Mending ge teuleum
Hok..hok..hok...
Setelah selesai melantunkan lagu tersebut, kepala ular berusaha menangkap ekor lawan
sambil diiringi suara hok...hok.... Permainan ini terdapat hampir di seluruh Jawa Barat
dengan cara yang sama. Selain mengandung unsur pendidikan, permainan ini juga
mengandung paduan suara, olahraga, dan juga merupakan hiburan yang menyenangkan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan oray-orayan ini adalah sportifitas, kerja sama,
kerja keras, menghargai orang lain, bersabar.
25
Upacara Kelahiran, masa bayi dan kanak kanak :
- Upacara Ekah
- Upacara Nurunkeun
- Upacara Gusaran
- Upacara Sepitan/Sunatan
- Memandikan
- Mengkafani
- Menyolatkan
- Menguburkan
- Tahlilan
- Ngeuyeuk Seureuh
- Munjungan/sungkeman
- Sawer (Nyawer)
- Nincak Endog
- Buka Pintu
- Huap Lingkung
2. Upacara Tradisi
26
Upacara Adat Bertani
- Upacara Adat Ampih Pare: Kabupaten Sumedang, Cianjur, Karawang dan Subang.
Upacara Adat Pesta Laut: Pelabuhan Ratu (Sukabumi) dan Pangandaran (Ciamis).
- Upacara Ngirab/ReboWekasan
- Upacara Peringatan
- Isro Miraj
27
KATA PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai penulisan analisa Kebudayaan Daerah
Jawa Barat yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah. Semoga makalah ini dapat diterima
dan turut andil dalam mempelajari ilmu kebudayaan daerah Jawa Barat.
Kesimpulan
Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki berbagai kebudayaan.mulai dari segi
agama, bahasa, kesenian, adat istiadat, mata pencaharian dan lain sebagainya.Kebudayaan
yang dimiliki Jawa Barat ini menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia yang perlu tetap dijaga kelestariannya. Dengan membuat makalah Jawa Barat ini
diharapkan dapat lebih mengetahui lebih jauh mengenai kebudayaan Jawa Barat tersebut dan
dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang pada kelanjutannya dapat bermanfaat
dalam dunia pendidikan.
Saran
Budaya daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan nasional, maka segala
sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan sangat mempengaruhi budaya nasional. Atas
dasar itulah, kita semua mempunyai kewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikan
budaya baik budaya lokal atau budaya daerah maupun budaya nasional, karena budaya
merupakan bagian dari kepribadian bangsa
28
DAFTAR PUSTAKA
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat
3. http://anjungantmii.com/jawabarat
4. www.tempo.co/read/news/2013/05/30/058484488/Pertumbuhan-Ekonomi-Jawa-Barat-
Meningkat
5. http://diazratnadewy.blogspot.co.id/2014/01/makalah-budaya-jawa-barat.html
iii
29