Anda di halaman 1dari 2

MONUMEN BERSEJARAH DI KOTA BITUNG SULAWESI UTARA

Oleh: Raphael Christian Utiarachman


Bitung, 7 Desember 2019

1. Monumen DOTU/OPO XAVERIUS DOTULUNG

LOKASI

Terletak di Jl. Xaverius Dotulong, Kecamatan


Madidir, Kota Bitung, Sulawesi Utara

SEJARAH
Xaverius Dotulong adalah salah satu KEPALA
BALAK (Kepala Desa) dari suku Tonsea yang
berkedudukan di Kema kini antara tahun 1750 –
1800 (abad 18). Saat berkorespondensi dengan
Gubernur Ternate Robertus Padtbrugge,
Xaverius Dotulong menggunakan bahasa
Melayu yang ternyata sudah banyak digunakan
oleh pedagang-pedagang yang berdagang di
wilayah nusantara. Xaverius Dotulong adalah
anak dari Runtukahu Lumanauw yang tinggal di
Kema dan merintis pembangunan tempat ini.
(sumber: wilkipedia)

2. Monumen DR. JOSE PROTACIO RIZAL

LOKASI

Lokasinya Berdekatan dengan monumen patung


OPO XAVERIUS DOTULONG.

SEJARAH

Jose Protacio Rizal Mercado y Alonso


Realonda  (lahir di  Calamba,
Provinsi  Laguna,  Filipina,  19
Juni  1861  –  meninggal di  Rizal
Park,  Manila,  Filipina,  30 Desember  1896  pada
umur 35 tahun) adalah tokoh bangsa  Filipina. Ia
diberikan bermacam-macam gelar: "Kebanggaan
Ras Melayu," "Tokoh Besar Malaya," "Tokoh
Utama Filipino," "Mesias Revolusi," "Pahlawan
Universal," "Mesias Penebusan." Hari peringatan
kematian José Rizal adalah  30 Desember  dan
merupakan hari libur di Filipina. Sebagai
seorang  patriot  tertinggi bagi bangsa Filipina, hari

1 | R a p h a e l C . U ti a r a c h m a n
kematiannya pada  30 Desember  kini diperingati sebagai hari libur di Filipina, yang disebut  hari
Rizal. (sumber wilkipedia)

3. TUGU JEPANG

LOKASI

Terletak di Jl. Manembo-nembo - Tanjung Merah,


Kelurahan Manembo-nembo, Kecamatan
Matuari, Kota Bitung

SEJARAH

Monumen ini dibangun pada tahun 1987 untuk


mengenang para tentara Jepang yang gugur
dalam perang Dunia Kedua.

Makna tulisan tersebut menggambarkan


semangat pejuang Bushido yang berjuang tanpa
pamrih, gugur dalam sunyi, mencari keindahan
dalam pengorbanan.

Sebab untuk tentara  Jepang  saat itu maut tak


ada artinya demi sebuah kehormatan.

"Saat itu masih kepemimpinan hari hukum tua


Wempie Lengkong, mereka dari  Jepang, mungkin
mereka veteran tentara  Jepang, mereka meminta
untuk didirikan monumen," jelas Fransiskus Tiolong ketua LPM Manembo-nembo. Berdasarkan
cerita lain, memang di sekitar lokasi tersebut tentara  Jepang  bertempur habis-habisan melawan
Sekutu untuk mempertahankan wilayah kekuasaan.

Mereka bertarung hingga titik darah penghabisan dengan mempertahankan harga diri dan
kehormatan, melawan hujan peluru yang dilontarkan oleh pesawat Sekutu saat itu.

Hingga tentara  Jepang  saat itu dikalahkan oleh tentara sekutu dan menjadi saat terakhir mereka
berada di Indonesia khususnya di wilayah Bitung

(Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Tugu Jepang di Bitung Kenang
Pertempuran Hidup Mati Tentara Jepang)

2 | R a p h a e l C . U ti a r a c h m a n

Anda mungkin juga menyukai