Anda di halaman 1dari 4

Nama : Syifa Syauqi Devananda

NIM : 11170920000062
Mata Kuliah : Ekonomi Pertanian
Kelas : 4B
Laporan Kunjungan

Pada hari Jum’at, 5 Juli 2019 saya dan mahasiswa/mahasiswi kelas B semester 4 jurusan
Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berkunjung ke Museum Tanah
dan Pertanian yang berada di Jl. Ir. H. Juanda No.98, Gudang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota
Bogor, Jawa Barat. Museum ini berada di depan Museum Zoologi dan Kebun Raya Bogor.
Kementan ( Kementrian Pertanian ) resmi membuka Museum Tanah dan Pertanian pada 22
April 2019. Pengerjaan Museum Tanah dan Pertanian ini cukup singkat, hanya sekitar 3 bulan.
Hal ini di sebabkan oleh adanya pemilu. Harga tiket masuk Museum Tanah dan Pertanian ini
gratis sampai 3 bulan terhitung dari 22 April. Lewat dari waktu tersebut, HTM akan di diskusikan
dengan komunitas di Museum Tanah dan Pertanian. Museum Tanah dan Pertanian ini buka
setiap hari pukul 09.00 – 16.00
Museum Tanah dan Pertanian mempunyai 3 gedung utama. Gedung pertama adalah
Museum Tanah, Gedung kedua Museum Pertanian dan Gedung ketiga museum tentang
peternakan, di gedung ini juga ada teather dan rooftop view ke Gunung Salak. Saat datang
pertama kali, kami disambut oleh pihak museum dan diberikan arahan seputar museum.
Setelah di beri arahan kami langsung menuju gedung museum pertanian. Lantai pertama berisi
pengetahuan mengenai pertanian dan sejarah pertanian masa lalu, mulai dari sebelum kolonial
sampai masa kolonial. Lantai dua berisi replika alat-alat pertanian sejak Indonesia merdeka.
Terakhir, lantai tiga berisi replika peralatan tani Indonesia yang digunakan saat ini dan masa
mendatang. Salah satunya, seperti drone pertanian, yang berfungsi memudahkan petani untuk
menyemprot sawah secara efisien.
Pada Laporan ini saya akan membahas alat-alat pengolahan tradisional, alat-alat
penyimpanan tradisional, dan komoditi perkebunan. Di bawah ini adalah beberapa alat-alat
pertanian tradisional, yaitu
Petama ada Arit atau Sabit (Gambar 1), Arit adalah alat pertanian untuk memotong padi
di sawah. Alat ini merupakan alat yang penting bagi petani. Alat ini terbuat dari besi bertangkai,
sejenis pisau berbentuk melengkung yang digunakan untuk memotong berbagai jenis
tumbuhan, rumput-rumputan, padi, jagung bahkan alat ini biasa digunakan untuk memotong
kayu. Bagian dalam dari lengkungan berbentuk tajam, bentuk lengkung ini memudahkan dalam
proses memotong dengan cara mengiris bagian bawah tanaman yang dipotong dengan cara
mengayunkan seperti gerakan memarang dengan satu tangan, atau ketika untuk
mengumpulkan rumput atau memanen tanaman padi tangan yang lain biasanya memegang
pokok tanaman yang akan di tebas. Alat pertanian arit ini terbuat dari besi baja sehingga tidak
akan peyok saat digunakan. Pada bagian pegangan arit atau sabit ini terbuat dari kayu yang
disebut garan. Dengan di pasangnya garan ini akan memudahkan dalam penggunaannya
sekaligus lebih enak untuk dibawa.
Kedua ada Cangkul (Gambar 2). Terbuat dari lempeng besi di beri tangaki kayu Panjang
sebagai pegangan. Alat ini digunakan untuk menggali, mengaduk, dan membersihkan tanah dari
rumput. Saat ini, sebagian peran cangkul dalam pertanian di gantikan oleh bajak.
Lumpang (Gambar 3) merupakan wadah berbentuk bejana yang terbuat dari kayu atau
batu untuk menumbuk padi, kopi, ataupun bahan olahan lainnya. Sementara Alu (Gambar 3)
adalah alat penumbuknya yang terbuat dari kayu dengan bagian tengah yang mengecil untuk
pegangan. Pesatnya mekanisasi pertanian membuat lumpang tidak lagi populer namun sesekali
masih digunakan untuk menumbuk singkong dalam proses pembuatan getuk. Lumpang batu
pernah sangat banyak ditemui di desa-desa di Pulau Jawa karena batu andesit yang merupakan
bahan baku alat ini dan juga candi-candi banyak ditemukan di sungai-sungainya. Penduduk di
pulau lain biasanya menggunakan lesung karena lebih mudah mendapatkan kayu daripada batu
andesit. Dari beberapa penggalian purbakala diperoleh kesimpulan bahwa lumpang batu telah
ada sejak zaman prasejarah. Lumpang batu purba ditemukan di Kabupaten Lima Puluh
Kota, Sumatra Barat serta Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.
Lesung (Gambar 4), adalah alat tradisional dalam pengolahan padi atau gabah menjadi
beras. Fungsi alat ini memisahkan kulit gabah (sekam, Jawa merang) dari beras secara mekanik.
Lesung terbuat dari kayu berbentuk seperti perahu berukuran kecil dengan panjang sekitar 2
meter, lebar 0,5 meter dan kedalaman sekitar 40 cm. Lesung sendiri sebenarnya hanya wadah
cekung, biasanya dari kayu besar yang dibuang bagian dalamnya. Gabah yang akan diolah
ditaruh di dalam lubang tersebut. Padi atau gabah lalu ditumbuk dengan alu, tongkat tebal dari
kayu, berulang-ulang sampai beras terpisah dari sekam. Lesung di Jawa biasa dibuat dari
kayu embacang yang tua.
Museum Tanah dan Pertanian juga menampilkan beberapa komoditas perkebunan,
diantaranya adalah
Pertama ada kelapa (Gambar 5), Kelapa adalah pohon serba guna bagi masyarakat
tropika. Hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan orang. Akar kelapa menginspirasi
penemuan teknologi penyangga bangunan Cakar Ayam (dipakai misalnya pada Bandar Udara
Soekarno Hatta) oleh Sedijatmo. Kayu dari batangnya, dapat dipakai sebagai papan untuk
rumah. Daunnya dipakai sebagai atap rumah setelah dikeringkan. Daun muda kelapa,
disebut janur, dipakai sebagai bahan anyaman dalam pembuatan ketupat atau berbagai bentuk
hiasan yang sangat menarik. Tangkai anak daun yang sudah dikeringkan, disebut lidi, dihimpun
menjadi satu menjadi sapu. Buah kelapa dapat di jadikan es kelapa dan masih banyak lagi
kegunaan kelapa.
Kedua ada Kina (Gambar 6), merupakan tanamana obat berupa pohon yang berasal dari
Amerika Selatan. Kulit kina banyak mengandung alkaloid – alkaloid yang berguna untuk obat. Di
antara alkaloid tersebut ada dua alkaloid yang sanagat penting yaitu kinine untuk penyakit
malaria dan kinidine untuk penyakit jantung. Manfaat lain dari kulit kina ini adalah untuk
depuratif, influenza, disentri, diare, dan tonik.
Sawit (Gambar 7), banyak di tanam di Sumatera Utara, Aceh, Riau, Lampung. Kegunaan
sawit adah untuk sebagai minyak goreng, sebagai campuran bahan bakar biodiesel, sebagai
pelumas, bahan pembuatan mentega, bahan pembuatan pomade, bahan pembuatan lotion dan
juga cream kulit, selain itu juga bisa membantu mendinginkan kulit yang terkena luka bakar.
Tebu (Gambar 8), adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula dan vetsin.
Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis
rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1
tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra.
Karet adalah bahan utama pembuatan Ban, beberapa Alat-alat kesehatan, alat-alat yang
memerlukan kelenturan dan tahan goncangan. dibeberapa tempat salah satunya Perkebunan
karet di Jember biji karet bisa dijadikan camilan dengan proses tetentu, rasanya gurih namun
jangan berlebihan karena kadang membuat pusing kepala.
Demikian laporan kunjungan ini saya buat, kurang lebihnya mohon dimaafkan.
Lampiran

(Gambar 1) (Gambar 2) (Gambar 3)

(Gambar 4) (Gambar 5) (Gambar 6)

(Gambar 7) (Gambar 8)

Anda mungkin juga menyukai