Anda di halaman 1dari 15

TUGAS LAPORAN OBSERVASI

“BATU BASUREK dI NAGARI PARIANGAN”

Oleh :

ISMIATHUL RAHMI :1930101080

PAI 2 C

Dosen Pengampu :

JAMAL MIRDAD,S.,Hum, M.A.

JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang mana atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan observasi ini yang berjudul
“BATU BASUREK di NAGARI PARIANGAN”penulisan observasi ini merupakan
salah satu tugas dari dosen pengampu bapak JAMAL MIRDAD, S.HUM.,MA.
Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan alam Nabi
Muhammad SAW,yang telah membawa umat islam dari masa jahilliyah ke masa
islamiyah yang kita rasakan saat sekarang ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu, khusunya kepada:

1. Bapak Jamal Mirdad, S.Hum.,M.A. sebagai dosen pengampu mata


kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah meluangakan waktu, tenaga
dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan
dalam rangka penyelesaian makalah ini.
2. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga
tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian
yang besar kepada penulis.
3. Bapak Irwan Malin Basa M.Pd. sebagai narasumber yang sudah
bersedia untuk diwawancara demi penulis dapat menulis makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah selanjutnya.

Batusangkar. Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN.......................................................................................................................iii
Latar Belakang.....................................................................................................................iii
Rumusan Masalah...............................................................................................................iv
Tujuan Penulisan.................................................................................................................iv
BAB II........................................................................................................................................1
PEMBAHASAN..........................................................................................................................1
NAGARI TUO PARIANGAN...................................................................................................1
PRASASTI ATAU BATU BASUREK PARIANGAN......................................................................3
ISI TULISAN, UKURAN dan LETAK BATU BASUREK PARIANGAN...........................................4
GAMBAR BATU TUNGKU TIGO SAJARANGAN atau BATU BASUREK.....................................6
BAB III.......................................................................................................................................8
PENUTUP..................................................................................................................................8
Kesimpulan...........................................................................................................................8
Saran....................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAK

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan warisan seni dan budaya.
Warisan kebudayaan Indonesia yang brmacam-macam ini disebabkan banyak
faktor antara lain karena suku bangsa Indonesia sangat beragam dan tingakat
kreatifas masyarakat Indonesia yang tinggi da;am bidang kesenian dan
kebudayaan.
Salah satu daerah yang memiliki situs cagar budaya adalah Nagari
Pariangan yang berada di Kecamatan Pariangan , Kabupaten Tanah Datar,
Provinsi Sumatera Barat. Nagari Pariangan merupakan salah satu daerah
destinasi wisata yang ada di Sumatera Barat. Apalagi baru-baru ini, Nagari
Pariangan dinobatkan sebagai salah satu desa terindah di dunia versi majalah
internasional yaitu majalah Travel Budget.
Menurut sejarah atau tamo masyarakat Minangkabu, Nagari Tuo
Pariangan merupakan asal muasal dari leluhur orang Minangkabau. Sehingga
desa ini disebut juga sebagai Nagari Tuo Pariangan (Nagari Tua Pariangan).
Bukti peninggalan atau warisan para leluhur masyarakat Minangkabau juga
banyak di temukan di Nagari Pariangan ini, baik yang berupa benda maupun
tidak benda. Seperti Rumah Gadang, Prasasti, surau, kuburan, dan lainnya.
Keindahan Nagari Pariangan yang membuat desa ini desa terindah di
dunia serta didukung oleh nilai-nilai masyarakat lokal yang kental dengan
religi, spiritual, dan nilai sejarah serta peninggalan tersebut sudah seoatutnya
dijaga kelestariannya.
Di Nagari Pariangan terdapat Prasasti sebagai bukti asal muasal
masyarakat Minangkabau. Yang harus diketahui oleh generasi Minangkabau.
Terdapat tiga batu yang menandakan tiga luhak yang ada di Minangkabau.
Di zaman globalisasi seperti sekarang ini, kurangnya pengetahuan
pada generasi penerus bangsa bahwa banyak peninggalan sejarah dan budaya
yang harus diketahui dan dijaga. Yang mana, anak muda Minangkabau sendiri
tidak tahu dari mana asal muasal masayarakat Minangkabau ini.
Dari kasus diatas, penulis tertarik untuk mengkaji tentang “Batu
Basurek di Nagari Pariangan”. Penulis akan menjelaskan apa yang
dimaksud dengan Batu Basurek dan makna yang tersimpan pada batu ini.

iii
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Batu Basuek atau prasasti?
2. Bagaimana isi dari tulisan Batu Basurek?
3. Berapa ukuran Batu Batubasurek?
4. Dimana letak Batu Basurek?
5. Bagaimana perawatan Batu Basurek?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Batu Basurek
2. Untuk mengetahui isi tulisan Batu Basurek
3. Untuk mengetahui ukuran Batu Basurek
4. Untuk mengetahui letak Batu Basurek
5. Untuk memgetahui perawatan Batu Basurek

iv
v
BAB II
PEMBAHASAN
A. NAGARI TUO PARIANGAN
Berdasarkan sejarah, dulunya satuan wilayah di Minangkabau itu
adalah Luhak. Luhak mula-mula ada di Minangkabau adalah Luhak Tanah
Datar. Makanya Luhak ini disebut sebagai Luhak Nan Tuo., karena Luhak
yang pertama kali ada di Minangkabau sebelum adanya Luhak Agam dan
Luhak Lima Puluh Kota.
Kata Luhak sebenarnya berasal dari kata Luak, dalam melayu Kuno
“Luak”, artinya “ Sungai”, sedangkan menurut dialek Minagkabau berarti
“kurang”. Oleh karena itu, nama tersebut ditafsirkan Luhak Tanah Datar,
disebabkan karena kurangnya tanah yang datar. Daerah itu banyak
berbuki-bukit dan tidak seberapa yang datar.
Nenek moyang orang Minangkabau pertama-tama membuat nagari di
Pariangan Padang Panjang. Lama-kelamaan nagari itu terasa sempit karena
penduduk berkembang juga, dan akhirnya mereka mencari daerah baru. Salah
satu daerah itu adalah daerah tidak datar, tanahnya berbukit-bukit dan
berlembah-lembah. Namun tempat itu mereka tetapkan sesuai dengan kondisi
daeranya yakni Luhak Tanah Datar. Luhak di sini mengandung makna
“kurang”, jadi daerah yang tanahnya kurang datar. (Febby Eka Kurnia,
Roberto Monanda, 2015: 1-2)
Menurut sejarah atau tambo masyarakat Minagkabau, Nagari
Pariangan merupakan asal muasal dari leluhur orang Minangkabau. Sehingga
desa ini disebut sebagai Nagari Tuo Paringan. Bukni peninggalan para leluhur
masyarakat Minangkabau juga banyak ditemukan di Nagari Pariangan baik
berupa benda maupun tidak benda seperti surau, rumah gadang, kuburan dan
lain sebagainya.
Banyak khazanah budaya muncul dan hidup di daerah kaki Gunng
Marapi sebai simbol kekuatan masyarakat Minangkabau dengan semboyan
Gunung Marapi Sagadang Talua Itiak (Gunung Marapi Sebesar Telu Itik)
tempar tersandarnya kapal anak Iskandar Zulkarnain. Dalam kisah tambo
Minangkabau bahwa daerah ini merupakan tempat turunya nenek moyang
Minangkabau bersal dari keturunan Raja Iskandar Zulkarnain dari Macedonia.
Dalam sejarah yang ada Raja Ikandar Zulkarnain hanya sampai ekspansi ke
India, dan setelah itu tidak dijelaskan sejarahnya kemudian. Dalam tambo
menyebutkan Iskandar Zulkarnain mempunyai tiga orang anak dan mereka
berlayar ke daratan Cina akibat banjir besar melanda bumi. Ketiga anak
tersebut bertengkat memperebutkan tahta kebesaran ayahnya.Ketidak

1
cocokkan ini mereka berpisah, yamg duabtetap melanjutkan ke Cina dan
Anatolia dan satu lagi yang dikenal Maharajadiraja mendarat di Gunung
Marapi kemudian air sudah surut Maharajadiraja dan pengikutnya turun dari
Gunung Marapi dan membuka lahan di Padang Panjang Pariangan, Kabupaten
Tanah Datar. Bentuk peninggalan Hindu-Budha adalah prasasti dan candi.
Prasasti yang dikenal di Sumatera Barat dengan nama batu basurek dengan
huruf Pallawa dengan bahasa Sangsekerta.
Nagari Pariangan secara geografis terletak disebelah tenggara Gunung
Marapi, gunung yang sangat masyhur dan terkenal di Sumatera Barat.
Masyarakat di Nagari Pariangan merupakan masyarakat asli Minangkabau
yang turun temurun mendiami Nagari Pariangan. Bangunan rumah adat masih
banyak terdapat di kawasan Nagrai Tuo Pariangan. Bangunan rumah adat
yang masih sangat tradisional dan letaknya teratur mengelilingi dinding
perbukitan di Nagari ini membuat ciri khas sendiri di Nagari ini sehingga
media dari Amerika Serikat yang bernama Travel Budget menobatkan Nagari
Pariangan sebagai salah satu desa terindah di dunia tahun 2012.

2
B. PRASASTI ATAU BATU BASUREK PARIANGAN
Prasati adalah peninggalan sejarah yang berupa tulisan atau gambar
pada batu. Sehingga prasasti juga batu tulis atau di Minangkabau disebut
dengan Batu Basurek. Prasasti berisi tentang suatu peristiwa penting yang
dialami oleh suatu kerajaan atau sorang raja. Beberapa prasasti yang
ditemukan menggunakan huruf pallawa dengan bahasa sanskerta. (Dini
Masly, 2017: 6)
Batu Basurek Pariangan adalah Batu Basurek yang diperkirakan
berasal dari abab ke-14, yang ditemukan di tepi Barang Mengkaweh di lereng
Gunung Marapi, tepatnya di Nagari Pariangan, kecamatan Pariangan,
kabupaten Tanah Datar. Batu Basurek ini berukuran tinggi 1,6 m, lebar 2,6 m,
dan tebal 1,6 m berupa sejenis batu vulkanik (trasit) tunggal alami yang tidak
di bentuk.
Terdapat enam baris tulisan yang tertulis pada batu basurek ini, namun
apa yang tertulis sudah rapuh sehingga tidak dapat jelas dibaca. Terdapat
angka tahun, tapi yang terbaca hanya dua angka yang didepan, bentuk tulisan
hamper sama dengan batu basurek lainnya dari zaman Raja Adityawarman.
Prasasti Pariangan atau Batu Basurek yang bertulisan pallawa dan
bahasa sanskerta. Bartu basurek juga disebut dengan Batu Lantak Tigo, Batu
Tungku Tigo, atau Batu Luak Nan Tigo.
Batu Tigo Luak, batu yang asal namanya Luhak Nan Tiga di
Minangkabau dulunya salah satu bukti asal namanya dari daerah Pariangan
tigo luah ini. Maksudnya tiga luak artinya, Luhak Nan Tigo. Jadi yang bertiga
luhak itu adalah pemimpinya , yaitu Datuak Parpatiah Nan Sabatang kapalo
arak ka Luhak Nan Data, Datuak Katumangguangan kapalo arak ka Luhak
Agam, Datuak Sri Maharajo Dirajo pemimpin kaumnya ke Luak Lima Puluh
Kota.
Mitos Batu Tigo Luak, merupakan asal namanya Luhak Nan tigo di
Minangkabau. Salah satu buktinya dari Tiga Batu Luak ini, daerah Pariangan
yang merupakan asal dari ketiga luhak itu. Tiga luhak artinya, Luhak Nan
Tigo. Jadi yang bertiga Luhak itu adalah pemimpinya, yaitu Datuak Parpatiah
Nan Sabatang kapalo arak ka Luhak Tanah Datar, Datuak Katumangguangan
kapalo arak ka Luhak Agam, Datuak Sri Maharajo Dirajo pemimpin kaumnya
ke Luhak Lima Puluh Kota.
Melalui fakta budaya, fungsi dari mitos Batu Tigo Luak tersebut,
sudah pasti aka pentingnya mendeskrisikan kondisi sosoial budaya
masyarakat pendukung mitos masa lampau, dalam konteks ini ada adalah
kepercayaan masyarakat Pariangan masa lalu dalam memeknai batu tersebut.
(Febby Eka Kurnia, Roberto Monanda, 2015: 54)

3
C. ISI TULISAN, UKURAN dan LETAK BATU BASUREK
PARIANGAN
Batu Basurek dengan tulisan pallawa dan bahasa sanskerta batu ini
didapat baca tulisannya secara keseluruhan Cuma sedikit yang dapat dibaca
karena batu ini sudah rapuh dan rusak. Dijelaskan oleh bapak Irwan Malin
Basa M.Pd bahwa saat penelitian isi dari batu tersebut adalah pernyataan Raja
Adityawarman yang mana tulisan pada batu tersebut yaitu: “Inilah daerah
yang indah dan takkakan pernah terjajah” sambungannya masih panjang
tetapi hanya sedikit yang bisa dibaca.sampai saat ini tidak ada yang
mengetahui isi dari sambungan tukisan tersebut.Batu ini sudah ada tidaklah
batu buatan nenek moyang.
Batu Basurek ini terletak tidak begitu jauh dari Masjid Islah yang
berada di jorong Pariangan dan batu ini berada di bagian atas mikraj masjid,
jalan masuk ke masjid dan di bagian atas dari perkarangan masjid. Tiga batu
ini memiliki ukuran yang berbeda-beda. Batu yang berada di bagian atas
mikraj masjid itu adalah batu Luhak Agam (832 mdpl), batu yang berada jalan
masuk ke masjid itu adalah Batu Luhak Lima Puluh Kota (833 mdpl), dan
yang berada di atas perkarangan masjid itu adalah batu Luhak Tanah Datar
(839 mdpl). Batu Luhak Tanah Datar inilah yang juga disebut sebagai prasasti
Pariangan jumlah baris tulisan tersebut sebanyak 12 baris namun tukisan yang
jelas hanya sebanyak 6 baris, dan selebihnya pudar. (Vero Kurniawan, 2018:
50)
Di jorong Pariangan ini terdapat tiga buah batu yang masing-maisng
jarak antara batu itu hamper sama yaitu berbentuk seperti segitiga. Masyarakat
menyebutnya sebagai Tungku Tigo Sajarangan. Mengenai hal ini, Wali
Nagari Pariangan bapak A. Khatib Saidi mengatakan:
“Tungku tigo sajarangan ko bajumlah 3 buah batu yang tasusun
manyarupoi sagitigo, jarak masing-masing bat utu hampia samo pulo.
Menurut urang- urang gaek kito, kalau batu iko adolah lamabang dari tigo
buah luhak Minangkabau. Yaitu luhak Tanah Datar, luhak Agam, luhak Limo
puluh koto.” (Tungku Tigo Sajarangan ini berjumlah 3 buah batu yang
tersusun menyerupai segitiga, jarak masing-masing batu tersebut hampir sama
pula. Menurut cerita orang tua kita, kalau batu tersebut adalah lambing dari
tiga buah luhak Miangkabau yaitu luhak Tanah Datar, luhak Agam, luhak
Lima Puluh Kota.
Kemudian juga pernyataan dari bapak Irwan Malin Basa M.Pd
mengatakan hal yang serupa:
“Batu basurek atau Tungku Tigo Sajarangan iko adolah lambang dari
adat dan urang Minagkabau yang berasal dari tigo luak yaitu luhak Tanah

4
Datar atau luak Nan Tuo, luhak Agam dan luhak Limo puluh Koto. Yang
jarak batunyo hampia samo dan ukurannyo pun hampia samo. (Batu Basurek
atau Tungku Tigo Sajarangan ini adalah lambing dari adat dan orang
Minangkabau yang berasal dari tiga luhak yaitu luhak Tanah Datar atau luhak
yang tua, luhak Agam dan luhak Lima Puluh Kota. Yang jarak batunya
hampir sama dan ukurannya pun hampir sama.
Batu Luhak Tanah Datar sekrang sudah di pagar oleh pemerintah
sedangkan batu Luhak Agam dan Luhak Lima Pu;uh Kota masih belum di
pagar seperti batu Luhak Tanah Datar. Keterangan dari bapak Irwan Malin
Basa M.Pd. bahwa batu Luhak Agam dan Lima Puluh Kota akan segera diberi
pagar juga. Tiga batu ini terawat dengan baik tidak ada orang yang
merusaknya.

5
GAMBAR BATU TUNGKU TIGO SAJARANGAN atau BATU BASUREK

1. BATU LUHAK TANAH DATAR

2. BATU LUHAK AGAM

3. BATU LUHAK LIMO PULUH KOTA

6
BATU TIGO SAJARANGAN

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Batu basurek di Nagari Pariangan merupakan bahwa Minangkabau itu


terdiri dari 3 luhak Yaitu Luhak Nan Tuo, Luhak Agam, dan Luhak Limo
Puluh Kota. Batu Basurek Pariangan adalah Batu Basurek yang diperkirakan
berasal dari abab ke-14, yang ditemukan di tepi Barang Mengkaweh di lereng
Gunung Marapi, tepatnya di Nagari Pariangan, kecamatan Pariangan,
kabupaten Tanah Datar. Batu Basurek ini berukuran tinggi 1,6 m, lebar 2,6 m,
dan tebal 1,6 m berupa sejenis batu vulkanik (trasit) tunggal alami yang tidak
di bentuk.

B. Saran
Didalam menulis ini tentu penulis tak luput dari kekhilafan untuk itu
penulis membutuhkan kritik dan saran dari pembaca dan dosen pembimbing
agar dapat penulis perbaiki untuk kedepannya dan semoga hasil dari penulis
bisa bermanfaat bagi pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA
Dini Masly. 2017. Potensi Daya Tarik Wisata Nagari Tuo Pariangan Sebagai
Kawasan Desa Wisata Pariangan Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Vol 4
(4). Hal 6.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/206493-potensi-
daya-tarik-wisata-nagari-tuo-
par.pdf&ved=2ahUKEwiWvqnpv5TpAhVTcCsKHe_sCXgQFjABegQIARAI&usg=AOvVaw1YSjxYJ
aOhNVfS3MVBXz2Y&cshid=1588399172065

Kurnia Febby Eka, dan Roberto Monanda. 2015. Folklor Minangkabau: MItos Batu-Batu dan
Cerita Rakyat di Luhak Nan Tuo. Padang: Suri ( Surau Istitute For Conservation).

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://carano.pustaka.unand.ac.id/index.php/car/catalog&ve
d=2ahUKEwihlL6TwZTpAhXd4XMBHaXSA1cQFjALegQIAxAB&usg=AOvVaw0WQ7AOwYGz6q
w-XoQgRqJn

Vero Kurniawan, 2018,” Pelestarian Cagar Budaya di Nagari Tuo Pariangan, Kecamatan
Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat” Skiripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/5424
/140905088.pdf%3Fsequence%3D1%26isAllowed
%3Dy&ved=2ahUKEwiG65L1wpTpAhXWbn0KHTArCswQFjABegQIAhAB&usg=kd

Anda mungkin juga menyukai