Anda di halaman 1dari 11

KARYA TULIS SEJARAH

“BENTENG FORT DE KOCK”

Guru pembimbing :

Trisna Wahyuni S.Pd

Disusun oleh:

Siti Chairunnisa Azzahra

XII MIPA 1

SMAN 4 BUKITTINGGI

BUKITINGGI

TAHUN AJARAN 2019/2020


Kata Pengantar

Alhamdulillahirrabbil’alamin saya ucapkan pertama kali atas berkat dan


rahmat Allah SWT Yang Maha Kuasa. Karna tanpa kuasaNya saya tidak akan ada
di dunia ini dan tidak ada teknologi untuk membantu saya dalam mengerjakan
tugas akhir ini.

Shalawat dan salam tak lupa pula saya panjatkan atas junjung kepada Nabi
besar Muhammad SAW. yang telah membawa kita ke alam yang penuh ilmu
pengetahuan seperti sekarang.

Dengan dibuatnya karya tulis ini yang dibawah bimbingan ibu Trisna
Wahyunu S.Pd, terimakasih kepada ibu guru pembimbing mapel Sejarah
Indonesia di kelas saya,maka sudah menjadi tugas akhir saya dalam pelajaran
Sejarah Indonesia. Semoga karya tulis ini dapat membantu pembaca untuk
mengetahui sedikit banyak lebih dalam sejarang tentang terbentuknya Benteng
Fort De Kock.

Bukittinggi, Februari 2020

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................... i

Daftar Isi............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………… 4
C. Tujuan....................................................................................... 4
D. Manfaat..................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Apa Itu Benteng Fort De Kock……………..……………….


B. Sejarah Terbentuknya…………….........................................
C. Keadaan Setelah Menjadi Tempat Wisata..............................
D. Kegiatan Wisatawan Saat Berkunjung…………….………..

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................
B. Saran .......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Siapa yang tidak mengenal Benteng For De Kock? Semuanya pasti tau bukan
walau hanya mendengar namanya saja. Sebab salah satu Benteng pertahanan
colonial Belanda yang berdiri di Kota Bukittinggi ini tidak hanya sebagai Benteng
tu nan angker atau buruk begitu saja. Benteng Fort De Kock ini selalu dijaga
keindahannya, kebersihanannya dan penampilannya.

Kenapa demikian? Karna Benrteng ini sekarang menjdi salah satu tempat
wisata bersejarah di Kota Bukittinggi yang tentunya banyak dikunjungi wisatawan
dari manapun. Banyak wisatawan datang ke Bukittinggi dan tidak lupa mampir ke
Benteng Fort De Kock dan mengabadikan momen dengan berfoto di sana.

Disekitar benteng ini juga terdapat beberapa sangkar unggas karna lokasi
benteng ini yang bertautan dengan Kebun Binatang Kinantan yang dihubungkan
dengan Jembatan Limpapeh. Juga terdapat beberapa tempat duduk,ayunan, ada
meriam kuno di keempat sisinya serta juga ada wahana permainan. Jadi kalau ke
Bukittinggi jangan lupa mampir ke Benteng Fort De Kock yaa.

Tidak hanya itu, nama Benteng Fort De Kock juga dipakai sebagai salah satu
nama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Bukittinggi yang kini telah menjadi salah
satu Universitas, yaitu Universitas Benteng Fort De Kock. Sama dengan
universitas lainnya, Universitas Fort De Kock juga memiliki beberapa fakultas
dan jurusan yang banyak diminati dan punya keketatan serta daya saing yang
tinggi. Sejak berubah menjadi Universitas, beberapa fakultas di Fort De Kock
yang tidak berhubungan dengan kesehatan sudah mulai beranjak bagus dengan
akreditasi nya yang sudah Bagus.
B. RUMUSAN MASALAH

Pada makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yang akan dibahas serta
disajikan. Diantaranya:

1. Apa itu Benteng Fort De Kock?


2. Apa tujuan Belanda membuat Benteng ini?
3. Mengapa dinamakan Fort De Kock?
4. Sepopuler apakah Fort De Kock di Bukittinggi?
5. Bagaimana bentuk wisata Benteng ini di Bukittinggi?

C. TUJUAN PENULISAN

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas akhir pelajaran Sejarah sebagai ganti
ditiadakannya ujian sekolah pada mata pelajaran ini. Serta tujuan penulis memilih
Benteng Fort De Kock agar lebih mengetahui sejarah benteng ini, tidak hanya
sekedar berkunjung menikmati wi-fi gratis, tetapi juga mengingat sejarahnya
hingga kita bisa turut menjaga benteng itu guna menghormati para Pahlawan yang
dulu pernah berjuang di Benteng itu.

D. MANFAAT PENULISAN

Dengan adanya rumusan masalah diatas, maka ada pula manfaat dari beberapa
rumusan tersebut yang akan dibahas di makalah ini. Tentunya manfaat ini
berupa jawaban dari beberapa rumusan yang dipertanyakan diatas. Beberapa
manfaat dari rumusan tersebut adalah:

1. Untuk mengetahui apa itu Benteng Fort De Kock serta sejarahnya


2. Agar masyarakat luas tau bagaimana keadaan benteng itu saat ini
3. Agar masyarakat dapat berkunjung ke kota Bukittinggi untuk berwisata
4. Untuk mengetahui lebih tentang cerita Benteng Fort De Kock ini
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BENTENG FORT DE KOCK

Fort de Kock adalah benteng peninggalan Belanda yang berdiri di Kota


Bukittinggi, Sumatra Barat, Indonesia. Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer
pada tahun 1825 pada masa Hendrik Merkus de Kock sewaktu menjadi komandan
Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng
ini terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock. Benteng yang terletak di atas
Bukit Jirek ini digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari
gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya Perang Paderi pada
tahun 1821-1837. Di sekitar benteng masih terdapat meriam-meriam kuno periode
abad ke 19. Pada tahun-tahun selanjutnya, di sekitar benteng ini tumbuh sebuah
kota yang juga bernama Fort de Kock, kini Bukittinggi.

Fort de Kock juga dibangun sebagai lambang bahwa Kolonial Belanda


telah berhasil menduduki daerah di Sumatra Barat. Benteng tersebut merupakan
tanda penjajahan dan perluasan kekuasaan Belanda terhadap wilayah
Bukittinggi,Agam, dan Pasaman. Belanda memang cerdik untuk menduduki
Sumatera Barat, mereka memanfaatkan konflik intern saat itu, yaitu konflik yang
terjadi antara kelompok adat dan kelompok agama. Bahkan Belanda sendiri ikut
membantu kelompok adat, guna menekan kelompok agama selama Perang Paderi
yang berlangsung 1821 hingga tahun 1837.

Belanda yang membantu kaum adat melahirkan sebuah kesepakatan bahwa


Belanda diperbolehkan membangun basis pertahan militer yang dibangun Kaptain
Bauer di puncak Bukit Jirek Hill, yang kemudian diberi nama Fort de Kock.

Setelah membangun di Bukit Jirek, Pemerintah Kolonial Belanda pun


melanjutkan rencananyamengambil alih beberapa bukit lagi seperti Bukit Sarang
Gagak, Bukit Tambun Tulang, Bukit Cubadak Bungkuak, dan Bukit Malambung.
Di daerah tersebut juga dibangun gedung perkantoran, rumah dinas pemerintah,
kompleks pemakaman, pasar, sarana transportasi, sekolah juga tempat rekreasi.
Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan Kolonial Belanda tersebut
dalam istilah Minangkabau dikenal dengan “tajua nagari ka Bulando” yang berarti
Terjual negeri pada Belanda. Pada masa itu memang, Kolonial Belanda
menguasai 75 persen wilayah dari lima desa yang dijadikan pusat perdagangan.

B. SEJARAH BERDIRINYA

a. Kisah Awal Benteng Fort de Kock

Benteng Fort de Kock didirikan sekitar tahun 1826 oleh seorang kapten
bernama Johan Heinrich Conrad Bauer. Saat itu ia menjadi pemimpin salah satu
satuan pasukan tentara Hindia-Belanda di wilayah pedalaman Sumatera Barat.

Dulunya, benteng ini dinamai 'Sterreschans' yang artinya benteng pelindung.


Lalu diubah menjadi Fort de Kock yang diambil dari nama lain dari Bukit Jirek.
Bukit Jirek adalah nama tempat dimana benteng itu dibangun.

b. Sejarah Nama Benteng Fort de Kock

Nama tempat itu dibuat oleh Bauer atas penghargaan kepada Hendrik Merkus
Baron de Kock. Dia waktu itu menjabat sebagai Letnan Gubernur Jenderal
Hindia-Belanda dan sekaligus menjadi Komandan Militer. Pada saat Perang
Paderi tahun 1803-1838 terjadi pertikaian antara kaum adat yang masih
melakukan adat lama dengan Kaum Paderi yang percaya kepada syariat Islam.

Ketika itu terjadi, tentara Hindia-Belanda ikut membantu kaum adat.


Mereka dengan bebas mendirikan beberapa benteng di wilayah dataran tinggi
Minangkabau untuk mengalahkan Kaum Paderi.

Dua benteng yang mereka bangun adalah benteng Fort de Kock di Bukittinggi
dan Fort van der Capellen di Batusangkar. Tetapi ternyata hubungan kaum adat
dan Hindia-Belanda tersebut tidak berjalan baik. Kaum adat pun merasa dirugikan
karena kerajaan pagaruyung menjadi runtuh.

Semasa pemerintahan Belanda, Bukittinggi dijadikan sebagai salah satu pusat


pemerintahan, kota ini disebut sebagai Gemetelyk Resort pada tahun 1828. Sejak
tahun 1825 pemerintah Kolonial Belanda telah mendirikan sebuah benteng di kota
ini sebagai tempat pertahanan, yang hingga kini para wisatawan dapat melihat
langsung benteng tersebut yaitu Fort de Kock. Selain itu, kota ini tak hanya
dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan tempat pertahanan bagi pemerintah
kolonial Belanda, namun juga dijadikan sebagai tempat peristirahatan para opsir
Belanda yang berada di wilayah jajahannya.

c. Benteng Fort de Kock Hancur

Hampir seluruh bangunan di sana hancur dan tidak tersisa. Pemandangan yang
tersisa hanya sisa-sisa parit yang pernah ada di sana.

Di atas wilayah benteng ini, saat ini bediri sebuah bangunan yang bercat
putih. Bangunan ini digunakan pengunjung untuk melihat pemandangan sekeliling
Kota Bukittinggi. Bangunan bercat putih itu juga sering difoto oleh pengunjung
jika datang ke sana. Karena bangunan asli dari benteng Fort de Kock sudah
hancur dan tidak ada lagi.
Bangunan benteng dilengkapi meriam kecil di keempat sudutnya. Gedung
dibangun untuk menahan serangan kaum pribumi pada Perang Paderi yang
dipimpin Tuanku Imam Bonjol pada 1825. Benteng ini menjadi cikal bakal
penguasaan dan perluasan kekuasan Belanda di Bukittinggi, Agam dan Pasaman.

Benteng Fort de Kock berada di kawasan Taman Margasatwa dan Budaya


Kinantan Bukit Tinggi. Tak jauh dari benteng ini ada wisata lain yakni Kebun
Binatang Bukittinggi terletak di Bukit Malambuang. Posisinya bersebelahan
dengan Bukit Jirek. Untuk mencapai ke sana bisa melalui Jembatan Limpapeh.

Terdapat jeruji-jeruji yang membatasi gerak sejumlah binatang yang ada di sana,
di antaranya Harimau Sumatra (Phantera tigris sumatrae). Jeruji di kebun binatang
ini diambil dari jeruji bekas penjara militer Belanda. Banyak sejarah terkandung
dalam lokasi wisata di sana.

C. KEADAAN BENTENG FORT DE KOCK SETELAH MENJADI


TEMPAT WISATA

Bangunan setinggi 20m ini dulunya diberi cat berarna putih dan hijau, hingga
saat ini juga berwarna putih dan hijau. Hanya saja lebih rapi,bersih dan terawat.
Untuk dapat berkunjung ke Benteng Fort De Kock ini harus membayar
tiket masuk, untuk harganya terbagi bebeapa bagian diantaranya untuk dewasa
diatas 12tahun Rp.25.000,- dan untuk anak-anak diatas 3tahun sampai 12tahun
membayar Rp.20.000,- . Untuk masuk kedalam tidak membayar karcis melainkan
menggunakan kartu Brizzy atau E-Money BRI. Seluruh temoat wisata di
Bukittinggi sudah menggunakan kartu ini. Bagi yang tidak mempunyai kartu
Brizzy ini dikenakan biaya tambahan Rp.20.000,- di luar harga tiket. Karna untuk
masuk ke Benteng ini tidak hanya ada satu wisata, melainkan juga bertautan
dengan Kebun Binatang Kinantan yang dihubungkan dengan jembatan Limpapeh.

Melihat benteng, menyeberangi jembatan dengan pemandangan yang indah,


mengamat-amati berbagai macam satwa dan belajar sejarah di museum dapat
dinikmati sekaligus. Khusus memasuki Rumah Adat Baanjuang, pengunjung
harus membayar lagi tiket masuk sebesar Rp 1.000 per orang. Tempat ini sering
dijadikan tempat piknik keluarga atau tujuan bagi rombongan siswa TK maupun
SD untuk mengenal alam, sejarah dan budaya sekaligus. Sejumlah pengunjung
bahkan tampak bergembira hanya sekedar menikmati suasana rindang di sekitar
Benteng Fort de Kock usai membaca sedikit penjelasan sejarah mengenai benteng
tersebut. Ini tertulis di sebuah prasasti sekitar 10 meter di depan benteng yang
ditandatangani oleh Walikota Bukit Tinggi H. Djufri ketika diresmikan sebagai
tempat wisata pada tanggal 15 Maret 2003. Berikut sedikit penjelasan tentang
Benteng Fort de Kock: Benteng Fort de Kock ini didirikan oleh Kapten Bauer
pada tahun 1825 di atas Bukit Jirek negeri Bukit Tinggi sebagai kubu pertahanan
pemerintahan Hindia Belanda menghadapi perlawanan rakyat dalam Perang
Paderi yang dipimpin oleh TUANKU IMAM BONJOL. Ketika itu Baron
Hendrick Markus de Kock menjadi Komandan de Roepoen dan Wakil Gubernur
Jenderal Pemerintahan Hindia Belanda. Dari sinilah nama lokasi ini menjadi
Benteng Fort de Kock. Udara sejuk Bukit Tinggi bisa saja membuat pengunjung
yang datang menjadi lupa waktu. Apalagi jika memandangi keindahan Ngarai
Sianok, Gunung Singgalang, Gunung Pasaman dan juga kota Bukit Tinggi dari
atas Jembatan Limpapeh. Lalu terus berjalan melihat berbagai satwa dan mampi
sebentar di Rumah Adat Baanjuang untuk menambah sedikit wawasan tentang
budaya Minangkabau. Di dalam bangunan yang sengaja dibangun pada tahun
1930 oleh seorang Belanda, Mr. Mandelar Controleur tersimpan berbagai macam
benda-benda khas Minangkabau, seperti pakaian adat, tanduk kerbau dan
peralatan menangkap ikan tradisional. Di tempat ini, pengunjung juga dapat
berfoto di anjungan maupun dengan pakaian adat Minang hanya dengan
membayar Rp 2.500-Rp 5.000. Keangkuhan Benteng Fort de Kock juga terekam
dalam berbagai cendera mata yang dijajakan di kios-kios di luar kawasan wisata,
seperti kaus, gantungan kunci dan tas khas Minangkabau. Sayang rasanya, jika
pulang tanpa kenangan tersendiri tentang Benteng Fort de Kock.

Anda mungkin juga menyukai