Ketiga pangeran itu pun memulai perjalanan. Mereka sampai di sebuah sungai. Ketiganya
mandi di sungai yang sejuk tersebut. Setelah mandi, mereka pun berganti pakaian. Namun,
Pangeran Jaya tidak mengganti pakaiannya. Kedua adiknya meminta Pangeran Jaya
mengganti pakaiannya, karena sudah kumal. Menurut mereka, tidak pantas orang dari
kerajaan berpakaian lusuh. Tapi Pangeran Jaya tetap menggunakan pakaian lama karena ingin
menghemat pakaian yang dibawanya.
Suatu ketika, di tengah perjalanan, mereka menemukan sebuah pancuran. Pangeran Suta dan
Pangeran Gerindra segera terjun ke telaga di bawah pancuran tersebut, kemudian minum dan
mencuci muka. Setelah itu, tiba-tiba keduanya terkapar dan meninggal dunia. Pangeran Jaya
sangat sedih dan berniat untuk ikut mati bersama kedua adiknya.
Namun, ketika hendak meminum air pancuran itu, Ada seorang kakek yang melarangnya. Dia
adalah pemilik pancuran itu. Tapi Pangeran Jaya bersikeras untuk menyusul adik-adiknya.
Akhirnya si kakek mengijinkan Pangeran Jaya untuk meminumnya dengan syarat, dia yang
menggantikan adik-adiknya untuk meninggal. Pangeran Jaya meminum air pancuran itu. Saat
Pangeran Jaya mulai minum, tubuh Pangeran Suta dan Pangeran Gerindra mulai bergerak-
gerak dan hidup kembali. Pangeran Jaya mendapati dirinya tetap hidup, walaupun telah
meminum air pancuran itu. Si Kakek mengatakan bahwa karena dia mau berkorban maka
Pangeran Jaya selamat dari kematian.Lalu, la menyerahkan sebilah tongkat ke arah ketiga
pangeran itu. Tongkat sakti ini akan mengantar mereka pulang. Siapa yang bisa mengangkat
tongkat ini, dialah yang berhak menduduki tahta kerajaan.
Pangeran Suta dan Pangeran Gerindra mencoba rnengangkat tongkat itu, tetapi mereka tidak
sanggup. Namun, Pangeran Jaya dapat mengangkat tongkat itu dengan mudah. Kedua adik
Pengeran Jaya sadar dalam melewati ujian dari sang ayah, kakak merekalah yang paling
unggul.