Sifat-Sifat Gereja
Tujuan Pembelajaran
Pada bab pertama, kalian telah belajar tentang makna Gereja sebagai persekutuan
orang-orang yang dipanggil dan dihimpun oleh Allah sendiri. Karena itu Gereja
adalah suatu persekutuan yang khas. Pada bab ini kita akan membahas sifat-sifat
Gereja yang tentunya mempunyai kaitan dengan makna dan hakikat Gereja itu
sendiri. Syahadat iman Gereja Katolik dirumuskan dalam doa kredo (credere, Latin
= percaya).
Pada bab kedua ini, kalian akan belajar tentang sifat-sifat Gereja yang telah
tertuang dalam doa credo, atau doa Aku Percaya atau biasa juga disebut doa syahadat.
Subpokok bahasan yang akan dipelajari adalah:
A. Gereja yang Satu
B. Gereja yang Kudus
C. Gereja yang Katolik
D. Gereja yang Apostolik
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu memahami sifat Gereja satu, dan mengambil bagian dalam
mewujudkan kesatuan Gereja itu dalam hidupnya sehari-hari.
Pengantar
Gereja yang satu adalah Gereja yang percaya akan kehendak Allah, sebagaimana
tertulis dalam Kitab Suci, bahwa orang-orang beriman kepada Kristus hendaknya
berhimpun menjadi umat Allah (1Ptr 2:5-10) dan menjadi satu Tubuh (1Kor 12:12).
Gereja Katolik percaya bahwa kesatuan itu menjadi begitu kokoh dan kuat karena
secara historis bertolak dari penetapan Petrus sebagai penerima kunci kerajaan surga.
Setelah Petrus menyatakan pengakuannya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah
yang hidup, maka Yesus pun menyatakan akan mendirikan jemaat-Nya di atas batu
karang yang alam maut tidak akan menguasainya (Mat 16:16-19).
Doa Pembuka
World Youth Day (WYD) adalah gagasan Santo Paus Yohanes Paulus II. Paus asal
Polandia dengan nama Carol Wojtila melihat dua pertemuan internasional orang
muda sebelumnya sangat sukses yaitu pertemuan di Roma tahun 1984 dan 1985,
akhirnya membentuknya di bulan Desember 1985.
Sejak 1985, WYD dirayakan setiap tahun pada Minggu Palma di tingkat
keuskupan dan lokal seluruh Gereja sedunia. Setiap dua atau tiga tahun, WYD
dirayakan secara internasional di tempat yang dipilih oleh Paus. OMK seluruh
dunia berkumpul bersama Bapa Suci di sana.
Selama WYD peserta mengunjungi negara tuan rumah, melakukan pelayanan
masyarakat, mengunjungi keuskupan, dan ikut serta dalam berbagai perayaan. Ada
seminar, pertemuan katekese, diakhiri dengan misa kepausan yang dipimpin oleh
Bapa Suci atau Sri Paus. Pertemuan terakhir tahun 2019 di Panama, Amerika Latin.
Pertemuan berikutya tahun 2022, namun Paus Fransiskus mengundurkannya ke
tahun 2023, karena adanya pandemi Covid 19 saat ini.
Hari Pemuda Sedunia ke-34 tahun 2019 ditutup pada hari Minggu tanggal 27
Januari 2019 di hadapan 700.000 orang dan di ataranya adalah delegasi puluhan
ribu orang Katolik dari seluruh dunia bersatu di Campo San Juan Pablo II - Metro
Park (Panama City, Panama), dengan Misa Kudus yang dipimpin oleh Paus
Fransiskus.
Bapa Suci menyampaikan homilinya berdasarkan tema dari Injil hari
Minggu: “Mata semua orang di sinagoga tertuju padanya. Dan dia mulai berkata
kepada mereka: “Hari ini Kitab Suci ini telah digenapi dalam pendengaranmu”
(Luk 4:20-21).
Paus menjelaskan bahwa “hari ini” yang Yesus maksudkan, bukan 2.000 tahun
yang lalu, tetapi masih berlaku hari ini, “sekarang” kita. “Yesus mengungkapkan
sekarang dari Tuhan”. “Di dalam Yesus, masa depan yang dijanjikan dimulai
dan menjadi hidup”. Sayangnya, “kita tidak selalu percaya bahwa Tuhan
bisa menjadi yang konkret dan biasa, sedekat itu dan nyata… [karena] Tuhan
yang dekat dan setiap hari, seorang teman dan saudara, menuntut agar kita
peduli dengan lingkungan kita… Tuhan itu nyata karena cinta adalah nyata”.
Kita semua bisa mengalami bahaya hidup di "semacam ruang tunggu,
duduk-duduk sampai kita dipanggil". Baik orang dewasa maupun orang muda
berisiko berpikir “Sekarang Anda belum tiba… bahwa Anda terlalu muda untuk
terlibat dalam mimpi dan bekerja untuk masa depan ”. Dia menekankan bahwa
kita membutuhkan satu sama lain "untuk mendorong mimpi dan bekerja untuk
hari esok, mulai hari ini ... Bukan besok tapi sekarang ... Sadarilah bahwa Anda
memiliki misi dan jatuh cinta ... Kita mungkin memiliki segalanya, tetapi jika kita
kekurangan gairah cinta, kita tidak akan memiliki apa-apa ”.
Bapa Suci menjelaskan bahwa bagi Yesus tidak ada kata ‘sementara’: “Dia
bukanlah jeda dalam hidup atau mode yang lewat. Dia adalah cinta yang murah
hati yang mengundang kita untuk memercayakan diri kita sendiri ”. Dia menasihati
semua orang muda untuk tidak “dilumpuhkan [oleh] ketakutan dan pengucilan,
spekulasi dan manipulasi [melainkan, untuk mengenali] kasih yang nyata, dekat,
dan nyata” dari Yesus. Tuhan dan misi-Nya bukanlah “sesuatu yang sementara, itu
adalah hidup kita”.
Dia mengingatkan kita semua bahwa kita “sedang dalam perjalanan….
Teruslah berjalan, terus hidupkan iman dan bagikan”. Jadi, jangan lupa, katanya,
bahwa “kamu bukan hari esok, kamu bukan ‘waktu’, kamu adalah masa kini Allah.
(diterjemahkan Daniel Boli Kotan dari catholic.gi/34th-world-youth-day-2019-concluded-panama/)
3. Penjelasan
- World Youth Day (WYD) adalah gagasan Paus Yohanes Paulus II sejak tahun
1985. Setiap dua atau tiga tahun, WYD dirayakan secara internasional di tempat
yang dipilih oleh Paus. OMK seluruh dunia berkumpul bersama Bapa Suci di
sana.
- Selama WYD peserta mengunjungi negara tuan rumah, melakukan pelayanan
masyarakat, mengunjungi keuskupan, dan ikut serta dalam berbagai perayaan.
Ada seminar, pertemuan katekese, diakhiri dengan misa kepausan yang dipimpin
oleh Bapa Suci atau Sri Paus.
- Pesan Paus Fransiskus kepada kaum muda Katolik di WYD Panama bahwa kita
semua “sedang dalam perjalanan…. Teruslah berjalan, terus hidupkan iman dan
bagikan”.
- Sifat kesatuan Gereja tercermin dari persekutuan atau komunio kaum muda
dan umat Katolik yang berkumpul di Panama atas nama satu iman, harapan dan
kasih.
1. Kitab Suci
a. Bacalah dan simaklah teks Kitab Suci berikut ini!
b. Pendalaman
Setelah membaca dan menyimak teks Kitab Suci, sekarang jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1) Apa pesan teks Kitab Suci 1Ptr 2:5-10?
2) Apa arti Gereja yang satu menurut Rasul Petrus?
c. Penjelasan
Kesatuan iman tidak lain merupakan keyakinan umat Allah kepada Allah
Tritunggal: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Keyakinan iman demikian tentu
menunjuk kepada apa yang diimani oleh Gereja dari dulu hingga sekarang
bahwa Kristus sendiri menghendaki kesatuan Gereja dan menjadikannya satu
tubuh (bdk. 1Ptr 2:5-10).
2. Ajaran Gereja
a. Membaca/menyimak ajaran dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK)
“Itulah satu-satunya Gereja Kristus, yang dalam syahadat iman kita akui
sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik” (LG 8). Keempat
sifat ini, yang tidak boleh dipisahkan (Bdk. DS 2888) satu dari yang
lain, melukiskan ciri-ciri hakikat Gereja dan perutusannya. Gereja tidak
memilikinya dari dirinya sendiri. Melalui Roh Kudus, Kristus menjadikan
Gereja-Nya itu satu, kudus, katolik, dan apostolik. Ia memanggilnya supaya
melaksanakan setiap sifat itu (KGK 811).
Luka-luka kesatuan
“Dalam satu dan satu-satunya Gereja Allah itu sejak awal mula telah timbul
berbagai perpecahan, yang oleh rasul dikecam dengan tajam sebagai hal
yang layak dihukum. Dalam abad-abad sesudahnya timbullah pertentangan-
pertentangan yang lebih luas lingkupnya, dan jemaat-jemaat yang cukup
besar terpisahkan dari persekutuan sepenuhnya dengan Gereja Katolik,
kadang-kadang bukannya tanpa kesalahan kedua pihak” (UR 3). Perpecahan-
perpecahan yang melukai kesatuan tubuh Kristus (perlu dibedakan di sini
bidaah, apostasi, dan skisma), (Bdk. CIC, Can. 751), tidak terjadi tanpa
dosa manusia: “Di mana ada dosa, di situ ada keanekaragaman, di situ
ada perpecahan, sekte-sekte dan pertengkaran. Di mana ada kebajikan, di
situ ada kesepakatan, di situ ada kesatuan; karena itu semua umat beriman
bersatu hati dan bersatu jiwa” (Origenes, hom. in Ezech. 9,1; KGK 817).
“Tetapi mereka, yang sekarang lahir dan dibesarkan dalam iman akan
Kristus di jemaat-jemaat itu, tidak dapat dipersalahkan dan dianggap berdosa
karena memisahkan diri. Gereja Katolik merangkul mereka dengan sikap
bersaudara penuh hormat dan cinta kasih.... Sungguhpun begitu, karena
b. Pendalaman
Diskusikan dalam kelompok kecil untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini!
1) Apa makna kesatuan Gereja menurut Katekismus Gereja Katolik?
2) Ikatan apa saja yang ada dalam kesatuan Gereja Katolik?
3) Apa saja yang menjadi luka-luka kesatuan dalam perjalanan hidup Gereja?
c. Penjelasan
- Gereja itu satu menurut asalnya. “Pola dan prinsip terluhur misteri itu ialah
kesatuan Allah yang esa dalam tiga pribadi: Bapa, Putera, dan Roh Kudus”.
- Gereja itu satu menurut Pendiri-nya. “Sebab Putera sendiri yang menjelma
telah mendamaikan semua orang dengan Allah, dan mengembalikan
kesatuan semua orang dalam satu bangsa dan satu tubuh” (GS 78, 3).
- Gereja itu satu menurut jiwanya. “Roh Kudus, yang tinggal di hati umat
beriman, dan memenuhi serta membimbing seluruh Gereja, menciptakan
persekutuan umat beriman yang mengagumkan itu, dan sedemikian erat
menghimpun mereka sekalian dalam Kristus, sehingga menjadi prinsip
kesatuan Gereja”.
- Kesatuan termasuk dalam hakikat Gereja: “Sungguh keajaiban yang penuh
rahasia. Satu adalah Bapa segala sesuatu, juga satu adalah Logos segala
sesuatu, dan Roh Kudus adalah satu dan sama di mana-mana, dan juga ada
hanya satu Bunda Perawan.
- Ikatan persekutuan yang tampak dalam pengakuan iman yang satu dan
sama, yang diwariskan oleh para rasul; perayaan ibadat bersama, terutama
sakramen-sakramen; suksesi apostolik, yang oleh sakramen tahbisan
menegakkan kesepakatan sebagai saudara-saudari dalam keluarga Allah.
- Luka-luka dalam kesatuan. Sejak awal mula telah timbul berbagai perpecahan,
yang oleh rasul dikecam dengan tajam sebagai hal yang layak dihukum.
Dalam abad-abad sesudahnya timbullah pertentangan-pertentangan yang
lebih luas lingkupnya, dan jemaat-jemaat yang cukup besar terpisahkan dari
persekutuan sepenuhnya dengan Gereja Katolik, kadang-kadang bukannya
tanpa kesalahan kedua pihak.
1. Refleksi
Coba menyanyikan lagu “Maju Bersama” berikut ini!
Marilah saudara melangkah maju
Tuhan serta kita
Sepanjang jalan penuh liku
Tuhan serta kita
Maju bersama bersatulah kita
Maju dalam cahaya
Maju bersama satu harapan kita
Hidup Kristus Jaya
Alelluia alleluia
Hidup Kristus nan jaya
Sumber: gema.sabda.org/marilah_saudara_melangkah_maju
2. Aksi
Merencanakan aksi nyata untuk melaksanakan semangat kesatuan Gereja dalam
hidupnya sehari-hari di rumah, di lingkungan rohani dan lingkungan sosial, misalnya
bersatu dalam doa, berderma. Kegiatan nyata ini dicatat dalam buku catatan dan
ditindatangani oleh orang tua atau walimu.
Doa Penutup
- Gereja itu satu karena sumber dan teladannya adalah Allah Tritunggal: Bapa,
Putera dan Roh Kudus. Yesus Kristus, Putra Allah sebagai pendiri dan kepala
Gereja menetapkan kesatuan semua umat manusia dalam satu tubuh. Sebagai
jiwa Gereja, Roh Kudus memersatukan semua umat beriman dalam kesatuan
dengan Kristus.
- Gereja hanya mempunyai satu iman, satu kehidupan sakramental, satu warisan
apostolik, satu pengharapan yang umum dan cinta kasih yang satu dan sama.
Meski demikian, kesatuan Gereja tetap menghargai kebhinekaan yang ada di
dalamnya.
- Ikatan persekutuan yang tampak dalam pengakuan iman yang satu dan sama,
yang diwariskan oleh para rasul; perayaan ibadat bersama, terutama sakramen-
sakramen; suksesi apostolik, yang oleh sakramen tahbisan menegakkan
kesepakatan sebagai saudara-saudari dalam keluarga Allah.
- Luka-luka dalam kesatuan Gereja. Sejak awal mula telah timbul berbagai
perpecahan, yang oleh rasul dikecam dengan tajam sebagai hal yang layak
dihukum. Dalam abad-abad sesudahnya timbullah pertentangan-pertentangan
yang lebih luas lingkupnya, dan jemaat-jemaat yang cukup besar terpisahkan
dari persekutuan sepenuhnya dengan Gereja Katolik, kadang-kadang bukannya
tanpa kesalahan kedua pihak.
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu memahami sifat Gereja yang kudus, dan mengambil bagian
dalam mewujudkan kekudusan Gereja itu dalam hidupnya sehari-hari.
Pengantar
Gereja Katolik meyakini diri kudus bukan karena tiap anggotanya sudah kudus
tetapi lebih-lebih karena dipanggil kepada kekudusan oleh Tuhan, “Hendaklah
kamu sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya” (Mat 5:48). Perlu
diperhatikan juga bahwa kategori kudus yang dimaksud terutama bukan dalam
arti moral tetapi teologi, bukan soal baik atau buruknya tingkah laku melainkan
Doa Pembuka
1. Kisah kehidupan
Baca dan simaklah kisah berikut ini!
Carlo Acutis, seorang anak generasi milenial, berusia lima belas tahun, dibeatifikasi
di basilika Santo Fransiskus Assisi, Italia pada hari Sabtu tanggal 10 Oktober 2020.
Sebuah biografi singkat menceritakan bagaimana kecintaan Carlos pada Ekaristi
dan pengetahuan internet telah meninggalkan hubungan yang nyata dengannya.
Carlos baru berusia 15 tahun ketika dia meninggal di sebuah rumah sakit di
Monza, Italia, pada tahun 2006, memersembahkan semua penderitaannya untuk
Gereja dan untuk Paus.
Carlo adalah anak laki-laki yang normal, tampan dan populer. Dia seorang
pelawak alami yang senang membuat teman sekelas dan gurunya tertawa.
Dia suka bermain sepak bola, video game, dan memiliki gigi manis. Carlo
tidak bisa mengatakan “tidak” pada Nutella atau es krim. Menambah berat badan
2. Pendalaman
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1) Siapakah Carlo Acutis itu?
2) Apa gambaran perjalanan hidupnya?
3) Mengapa ia disahkan menjadi seorang beato?
4) Apa pesan cerita ini untuk hidup kalian sendiri?
3. Penjelasan
- Carlo Acutis menjadi teladan spirit kekudusaan orang muda zaman milenial
untuk membangun kehidupan manusia yang bermartabat. Orang muda adalah
Gereja masa kini dan masa depan, maka semangat atau spiritualitas untuk
kekudusan hidup perlu ditanam dalam diri orang Katolik sejak kecil, mulai dari
hal-hal yang sederhana dalam hidup di keluarga, Gereja dan masyarakat.
- Peristiwa beatifikasi Carlo Acutis hendaknya menjadi pemicu bagi orang muda
untuk lebih giat dan cermat menggunakan media informatika untuk kabar baik
dan keselamatan banyak orang, dan itu cara lain untuk mewujudkan kekudusan
Gereja di dunia pada zaman ini.
1. Kitab Suci
a. Bacalah Roma 1:1-7
b. Pendalaman
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1) Apa makna kekudusan dalam teks Kitab Suci ini (Roma 1:1-7)?
2) Apa makna kekudusan menurut kalian sendiri?
3) Bagaimana cara kalian menguduskan diri di keluarga, sekolah, Gereja dan
masyarakat?
c. Penjelasan
- Kita dikuduskan karena terpanggil (lih. Rm 1:7). Dari pihak manusia, kekudusan
(kesucian) hanya berarti tanggapan atas karya Allah, terutama dengan sikap iman
dan pengharapan. Sikap iman dinyatakan dalam segala perbuatan dan kegiatan
kehidupan yang serba biasa.
- Kesucian bukan soal bentuk kehidupan khusus (seperti menjadi biarawan),
melainkan sikap yang dinyatakan dalam hidup sehari-hari.
- Kekudusan itu terungkap dengan aneka cara pada setiap orang. Kehidupan
Gereja bukanlah suatu sifat yang seragam, yang sama bentuknya untuk semua,
melainkan semua mengambil bagian dalam satu kekudusan Gereja, yang berasal
dari Kristus. Kesucian ini adalah kekudusan yang harus diperjuangkan terus-
menerus.
- Membaca dan merenungkan sabda Tuhan sebagai sumber pedoman hidup
merupakan salah cara untuk menguduskan hidup.
b. Pendalaman
Diskusikan dalam kelompok kecil pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1) Apa itu kekudusan menurut ajaran Gereja?
2) Apa contoh kekudusan Gereja menurut dokumen tersebut?
3) Bagaimana cara kalian mewujudkan kekudusan Gereja menurut ajaran
Gereja ini (LG, artikel 39)?
Setelah berdiskusi dalam kelompok, laporkan hasil diskusi kelompokmu di
kelas, dan kelompok lain dapat menanggapinya!
c. Penjelasan
- Gereja itu kudus karena Kristus, Putera Allah, bersama Bapa dan Roh
Kudus mengasihi Gereja sebagai mempelai-Nya, dengan menyerahkan diri
baginya untuk menguduskannya.
1. Refleksi
Membuat refleksi tentang menghayati kekudusan Gereja dalam hidupmu sebagai
orang muda Katolik berdasarkan kisah Beato Carlo Acutis, atau berdasarkan semangat
orang suci yang dijadikan nama baptis masing-masing.
2. Aksi
Membuat rencana aksi nyata untuk mewujudkan kekudusan Gereja dalam hidupmu
sehari-hari dengan inspirasi dari Beato Carlo Acutis, misalnya dengan rajin berdoa,
mengikuti perayaan Ekaristi, berbuat amal baik pada teman, menjaga kebersihan
lingkungan sekitar.
Doa Penutup
Rangkuman
- Setiap kita dikuduskan karena terpanggil oleh Allah (lih. Rm 1:7). Dari pihak
manusia, kekudusan (kesucian) hanya berarti tanggapan atas karya Allah,
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu memahami makna sifat Gereja yang Katolik, dan mengambil
bagian dalam mewujudkan kekatolikan Gereja itu dalam hidupnya sehari-hari.
Istilah “katolik” berasal dari bahasa Latin, catholicus yang berarti universal atau
umum. Nama yang sudah dipakai sejak awal abad ke II M, pada masa Santo Ignatius
dari Antiokia menjadi uskup. Ciri katolik ini mengandung arti Gereja yang utuh,
lengkap, tidak hanya setengah atau sebagian dalam menerapkan sistem yang berlaku
dalam Gereja. Bersifat universal artinya, Gereja Katolik itu mencakup semua orang
yang telah dibaptis secara Katolik di seluruh dunia, dimana setiap orang menerima
pengajaran iman dan moral serta berbagai tata liturgi yang sama dimanapun berada.
Kata “universal” juga sering dipakai untuk menegaskan tidak adanya sekte-sekte dalam
Gereja Katolik. Konstitusi Lumen Gentium menegaskan arti kekatolikan itu: “Satu
umat Allah itu hidup di tengah segala bangsa di dunia, karena memeroleh warganya
dari segala bangsa. Gereja memajukan dan menampung segala kemampuan, kekayaan
dan adat istiadat bangsa-bangsa sejauh itu baik. Gereja yang katolik secara tepat guna
dan tiada hentinya berusaha merangkum segenap umat manusia beserta segala harta
kekayaannya di bawah Kristus Kepala, dalam kesatuan Roh-Nya” (LG, artikel 13).
Doa Pembuka
Wajah pribumi
Dalam buku Perjalanan Musik Gereja Katolik Indonesia tahun 1957-2007,
Romo Karl-Edmund Prier, SJ, menceritakan soal gagasan berdirinya PML dari
oborolan berkala dengan Paul sejak tahun 1967. Dalam pertemuan berkala ini,
kedua tokoh musik liturgi Indonesia ini punya satu pemikiran: agar memajukan
musik Gereja lebih profesional. Ada upaya untuk membuat eksperimen lagu liturgi
baru sesuai cita-cita liturgi di Indonesia.
Cita-cita ini didasarkan atas keprihatinan Romo Prier dan Paul terkait liturgi
pada “zaman pra-sejarah PML”. Memang di zaman itu, ada upaya berbagai pihak
untuk mengembangkan musik Gereja dalam bahasa pribumi. Hal ini sudah dimulai
Mgr. Van Bekkum, SVD di Manggarai, Pater Vincent Lechovic, SVD di Timor, dan
Mgr. Albertus Soegijapranata di Jawa. Akan tetapi usaha tersebut tidak ditangani
secara profesional dan tidak berkelanjutan.
Sejak kehadiran Romo Prier di Indonesia tahun 1964, umat Katolik Indonesia
masih terpaku pada nyanyian Gregorian. Tidak salah dengan genre lagu ini, cuma
sulit dan seringkali “menyiksa” umat. “Bagi saya hal ini semacam kemunduran
liturgi karena tahun 1962-1963 saat betugas di Kolese Stella Matutina di Feldkirch,
Austria, angin pembaharuan liturgi sudah terasa. Tetapi di Indonesia itu tidak
nampak,” ungkapnya.
Keprihatinan ini diungkapkan dalam usahanya untuk ingin mengaktifkan lagi
organis, dirigen, dan orang-orang yang terlatih secara profesional. Ada harapan
juga bahwa liturgi Indonesia harusnya berwajah pribumi, mengena di kedalaman
hati umat. Banyak tradisi musik tradisional dan kekayaan budaya Indonesia sudah
menjadi nilai utama mengembangkan liturgi yang berwajah nusantara.
Paul seorang figur yang sangat antusias ketika diundang oleh Romo Prier untuk
memberi nafas baru pada musik liturgi. Paul menyadari bahwa wajah nusantara
2. Pendalaman
Diskusikan dalam kelompok kecil untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
ini!
1) Apa itu inkulturasi dalam Gereja?
2) Mengapa Gereja Katolik Indonesia mendukung inkulturasi?
3) Inkulturasi apa saja yang tampak dalam Gereja Katolik Indonesia?
4) Apakah inkulturasi sesuai dengan sifat kekatolikan Gereja yang universal?
Setelah berdiskusi dalam kelompok, laporkan hasil diskusi kelompokmu di
kelas, dan kelompok lain dapat menanggapinya!
3. Penjelasan
- Ada hubugan dekat antara agama dan kebudayaan. Hubungan ini telah
mewajibkan Gereja Katolik untuk setia mendengarkan bisikan kebudayaan.
Kewajiban lain yang lebih luas adalah untuk merefleksikan dan merenungkan
proses terbentuknya interaksi budaya manusia. Proses inkulturasi dapat dilihat
sebagai perjalanan dari kebudayaan yang satu menuju kebudayaan lain. Agama
dan kristianitas akhirnya adalah bagian dari kebudayaan manusia.
- Konsili Vatikan II, menegaskan agar Gereja Katolik agar Gereja membuka diri
dan menerima unsur-unsur kebudayaan setempat. Tentu sejauh unsur-unsur
kebudayaan itu tidak secara prinsipiil bertolak belakang dengan ajaran Gereja.
1. Ajaran Gereja
Bacalah dan simaklah ajaran Gereja “Lumen Gentium artikel 13” berikut ini!
Semua orang dipanggil kepada umat Allah yang baru. Maka umat itu, yang
tetap satu dan tunggal, harus disebarluaskan ke seluruh dunia dan melalui
segala abad, supaya terpenuhilah rencana kehendak Allah, yang pada awal
mula menciptakan satu kodrat manusia, dan menetapkan untuk akhirnya
menghimpun dan memersatukan lagi anak-anak-Nya yang tersebar (lih.
Yoh 11:52). Sebab demi tujuan itulah, Allah mengutus Putera-Nya, yang
dijadikan-Nya ahli waris alam semesta (lih. Ibr 1:2), agar Ia menjadi Guru,
Raja dan Imam bagi semua orang, Kepala umat anak-anak Allah yang baru
dan universal. Demi tujuan itu pulalah Allah mengutus Roh Putera-Nya,
Tuhan yang menghidupkan, yang bagi seluruh Gereja dan masing-masing
serta segenap orang beriman menjadi asas penghimpun dan pemersatu
dalam ajaran para rasul dan persekutuan, dalam pemecahan roti, dan doa-
doa (lih. Kis 1:42).
Jadi satu umat Allah itu hidup di tengah segala bangsa dunia, warga kerajaan
yang tidak bersifat duniawi melainkan surgawi. Sebab semua orang beriman,
yang tersebar di seluruh dunia, dalam Roh Kudus berhubungan dengan
anggota-anggota lain. Demikianlah “dia yang tinggal di Roma mengakui
orang-orang India sebagai saudaranya”[23]. Namun karena Kerajaan Kristus
bukan dari dunia ini (lih. Yoh 18:36), maka Gereja dan umat Allah, dengan
membawa masuk kerajaan itu, tidak mengurangi sedikitpun kesejahteraan
material bangsa manapun juga. Malahan sebaliknya, Gereja memajukan
dan menampung segala kemampuan, kekayaan dan adat-istiadat bangsa-
bangsa sejauh itu baik; tetapi dengan menampungnya juga memurnikan,
menguatkan serta mengangkatnya. Sebab Gereja tetap ingat, bahwa harus
ikut mengumpulkan bersama dengan Sang Raja, yang diserahi segala
bangsa sebagai warisan (lih. Mzm 2:8), untuk mengantarkan persembahan
dan upeti ke dalam kota-Nya (lih. Mzm 71/72:10; Yes 60:4-7; Why 21:24).
Sifat universal, yang menyemarakkan umat Allah itu, merupakan kurnia
Tuhan sendiri. Karenanya Gereja yang katolik secara tepat-guna dan tiada
hentinya berusaha merangkum segenap umat manusia beserta segala harta
kekayaannya di bawah Kristus sebagai Kepala, dalam kesatuan Roh-Nya
[24]; (LG 13).
2. Pendalaman
Diskusikan dalam kelompok kecil untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
ini!
3. Penjelasan
- Katolik makna aslinya berarti universal atau umum. Arti universal dapat dilihat
secara kuantitatif dan kualitatif.
- Gereja itu katolik karena Gereja dapat hidup di tengah segala bangsa dan
memeroleh warganya dari semua bangsa. Gereja sebagai sakramen Roh Kudus
mempunyai pengaruh dan daya pengudus yang tidak terbatas pada anggota
Gereja saja, melainkan juga terarah kepada seluruh dunia.
- Dengan sifat katolik ini dimaksudkan bahwa Gereja mampu mengatasi
keterbatasannya sendiri untuk berkiprah ke seluruh penjuru dunia.
- Gereja itu katolik karena ajarannya dapat diwartakan kepada segala bangsa dan
segala harta kekayaan bangsa-bangsa dapat ditampungnya sejauh itu baik dan
luhur.
- Gereja terbuka terhadap semua kemampuan, kekayaan, dan adat-istiadat yang
luhur tanpa kehilangan jati dirinya. Sebenarnya, Gereja bukan saja dapat
menerima dan merangkum segala sesuatu, tetapi Gereja dapat menjiwai seluruh
dunia dengan semangatnya. Oleh sebab itu, yang katolik bukan saja Gereja
universal, melainkan juga setiap anggotanya, sebab dalam setiap jemaat hadirlah
seluruh Gereja. Setiap jemaat adalah Gereja yang lengkap, bukan sekadar
“cabang” Gereja universal. Gereja setempat merupakan seluruh Gereja yang
bersifat katolik.
- Gereja bersifat katolik berarti terbuka bagi dunia, tidak terbatas pada tempat
tertentu, bangsa dan kebudayaan tertentu, waktu atau golongan masyarakat
tertentu.
- Kekatolikan Gereja tampak dalam rahmat dan keselamatan yang ditawarkannya.
- Iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum, dapat diterima dan dihayati oleh
siapa pun juga.
- Kekatolikan Gereja tidak berarti bahwa Gereja meleburkan diri ke dalam dunia.
Dalam keterbukaan itu, Gereja tetap memertahankan identitas dirinya.
- Kekatolikan justru terbukti dengan kenyataan bahwa identitas Gereja tidak
tergantung pada bentuk lahiriah tertentu, melainkan merupakan suatu identitas
1. Refleksi
Buatlah refleksi tentang apa dan bagaimana kalian mewujudkan sifat kekatolikan
Gereja dalam hidupmu!
2. Aksi
Buatlah rencana aksi nyata untuk mewujudkan kekatolikan dirimu dalam hidup
sehari-hari di rumah, sekolah, gereja dan masyarakat!
Doa Penutup
Rangkuman
- Ada hubungan dekat antara agama dan kebudayaan. Hubungan ini telah
mewajibkan Gereja Katolik untuk setia mendengarkan bisikan kebudayaan.
Kewajiban lain yang lebih luas adalah untuk merefleksikan dan merenungkan
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu memahami sifat Gereja yang apostolik, dan mengambil bagian
dalam mewujudkan keapostolikan Gereja itu dalam hidupnya sehari-hari.
Pengantar
Gereja yang apostolik merupakan warisan iman Gereja seperti yang ditulis dalam
Kitab Suci dan Tradisi suci, dilestarikan, diajarkan dan diwariskan oleh para
rasul. Dengan ciri apostolik ini mau ditegaskan adanya kesadaran bahwa Gereja
“dibangun atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu
penjuru”(Ef.2:20). Gereja Katolik mementingkan hubungan historis, turun temurun,
antara para rasul dan pengganti mereka, yaitu para uskup. Dengan demikian juga
menjadi jelas mengapa Gereja Katolik tidak hanya mendasarkan diri dalam hal
ajaran-ajaran dan eksistensinya pada Kitab Suci melainkan juga kepada Tradisi suci
dan magisterium Gereja sepanjang masa.
Pastor Paulinus Yan Olla, MSF resmi menjadi Uskup Tanjung Selor. Tahbisan
episkopal Pastor Paulinus berlangsung di Lapangan Agatis, Kabupaten Bulungan,
Kalimantan Utara, Sabtu, 5/5. Uskup Agung Samarinda (sebelumnya sebagai
Uskup Tanjung Tanjung Selor), Mgr Yustinus Harjosusanto MSF, menjadi
2. Pendalaman
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1) Apa yang dikisahkan pada berita tahbisan Uskup Tanjung Selor, Mgr. Paulinus
Yan Olla, MSF?
2) Apa yang dibacakan dan diperlihatkan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia,
Mgr. Piero Pioppo?
3) Apa yang disampaikan Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF setelah ia ditahbiskan?
4) Dari cerita tahbisan ini, apa yang kalian ketahui tentang Gereja yang bersifat
apostolik?
3. Penjelasan
- Dalam setiap acara tahbisan uskup dimanapun di seluruh dunia, Duta besar
Vatikan atau yang mewakilinya membacakan surat penetapan oleh sri Paus
untuk calon uskup baru yang akan ditahbiskan. Paus sebagai kepala Gereja
universal, penerus tahta Santo Petrus sesuai kedudukannya menunjuk seorang
imam menjadi uskup atau gembala Gereja lokal.
- Dalam kisah/berita tahbisan Uskup Tanjung Selor, Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF
mengucapkan terima kasih kepada semua umat yang hadir dan mendoakannya
pada acara tahbisannya karena rahmat Tuhan. Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF
bersaksi bahwa Tuhan telah berkenan memilih dirinya, seorang hamba yang hina
untuk bekerja di kebun anggur-Nya, di keuskupan Tanjung Selor.
1. Ajaran Gereja
Bacalah dan simaklah ajaran Gereja berikut ini!
2. Pendalaman
Diskusikan dalam kelompok kecil untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
ini!
1) Apa maksudnya Gereja yang bersifat atau berciri apostolik?
2) Mengapa Gereja Katolik mementingkan hubungan historis, turun temurun,
antara para rasul dan pengganti mereka, yaitu para uskup?
3) Apa peran Roh Kudus bagi Gereja yang apostolik?
4) Apa yang diperintahkan Yesus kepada para rasul-Nya?
Setelah berdiskusi dalam kelompok, laporkan hasil diskusi kelompokmu di
kelas! Dan kelompok lain dapat menanggapinya.
3. Penjelasan
- Gereja yang apostolik merupakan warisan iman Gereja seperti yang ditulis
dalam Kitab Suci dan Tradisi suci, dilestarikan, diajarkan dan diwariskan oleh
para rasul. Dengan ciri apostolik ini Gereja “dibangun atas dasar para rasul dan
para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef. 2:20).
- Gereja Katolik mementingkan hubungan historis, turun temurun, antara para
rasul dan pengganti mereka, yaitu para uskup. Dengan demikian juga menjadi
jelas mengapa Gereja Katolik tidak hanya mendasarkan diri dalam hal ajaran-
ajaran dan eksistensinya pada Kitab suci melainkan juga kepada Tradisi suci dan
Magisterium Gereja sepanjang masa.
- Di bawah bimbingan Roh Kudus, Roh Kebenaran, Magisterium (otoritas
mengajar), Gereja yang dipercayakan kepada para rasul dan penerus mereka
1. Refleksi
Buatlah refleksi tentang sifat Gereja yang apostolik!
Bila fasilitas memungkinkan saksikan video dokumenter
pengumuman hasil pemilihan Paus Fransiskus atau biasa disebut
“Habemus Papam” (Kita mempunyai Paus baru) dengan menggunakan
kode QR berikut. Youtube Channel, Patriarcado de Lisboa, Kata
Kunci Pencarian: Eleição do Papa Francisco
2. Aksi
Buatlah rencana aksi untuk selalu mendoakan para pemimpin Gereja Katolik dalam
doa pribadi atau doa bersama keluarga atau bersama umat di lingkungan atau waktu
perayaan misa di gereja!
Doa Penutup
- Gereja yang apostolik merupakan warisan iman Gereja seperti yang ditulis
dalam Kitab Suci dan Tradisi suci, dilestarikan, diajarkan dan diwariskan oleh
para rasul. Dengan ciri apostolik ini Gereja “dibangun atas dasar para rasul
dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef. 2:20).
- Gereja Katolik mementingkan hubungan historis, turun temurun, antara para
rasul dan pengganti mereka, yaitu para uskup. Dengan demikian juga menjadi
jelas mengapa Gereja Katolik tidak hanya mendasarkan diri dalam hal ajaran-
ajaran dan eksistensinya pada Kitab suci melainkan juga kepada Tradisi suci
dan Magisterium Gereja sepanjang masa.
- Di bawah bimbingan Roh Kudus, Roh Kebenaran, Magisterium (otoritas
mengajar) Gereja yang dipercayakan kepada para rasul dan penerus mereka
berkewajiban untuk melestarikan, mengajarkan, membela dan mewariskan
warisan iman.
- Roh Kudus melindungi Gereja dari kesalahan dalam otoritas mengajarnya.
Yesus mengutus para rasul dan bersabda: “Pergilah, ajarilah semua bangsa,
dan baptislah mereka atas nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, dan ajarlah
mereka menaati segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (lih.
Mat 28:19-20).
- Perintah resmi Kristus untuk mewartakan kebenaran yang menyelamatkan itu
oleh Gereja diterima dari para rasul dan harus dilaksanakan sampai ke ujung
bumi. Gereja terus-menerus mengutus para pewarta sampai Gereja-Gereja
baru terbentuk sepenuhnya untuk melanjutkan karya pewartaan Injil.
- Gereja sekarang sama dengan Gereja para rasul. Bahkan identitas Gereja
sekarang mempunyai kesatuan dan kesamaan fundamental dengan Gereja
para rasul.
Penilaian
Aspek Pengetahuan
Aspek Keterampilan
a. Membuat rencana aksi untuk mewujudkan sifat Gereja yang satu dalam hidupnya
sehari-hari.
b. Membuat rencana aksi untuk mewujudkan sifat Gereja yang kudus dalam
hidupnya sehari-hari.
c. Membuat rencana aksi untuk mewujudkan sifat Gereja yang katolik dalam
hidupnya sehari-hari.
d. Membuat rencana aksi untuk mewujudkan sifat Gereja yang apostolik dalam
hidupnya sehari-hari.
e. Membuat refleksi tentang sifat Gereja yang satu.
f. Membuat refleksi tentang sifat Gereja yang kudus.
g. Membuat refleksi tentang sifat Gereja yang katolik.
h. Membuat refleksi tentang sifat Gereja yang apostolik.
Aspek Sikap
a. Penilaian Sikap Spiritual
Nama : ...............................................
Kelas/Semester : ..................../..........................
Petunjuk:
1. Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda √ pada
kolom yang sesuai dengan keadaan dirimu yang sebenarnya!
2. Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru!
Tidak
No. Butir Instrumen Penilaian Selalu Sering Jarang
pernah
1. Saya bersyukur kepada Tuhan Yesus
karena Dia mendirikan Gereja yang
satu untuk semua umat beriman.
2. Saya bersyukur dengan cara bersatu
bersama saudara seiman dalam doa
atau ibadat di lingkungan rohani atau
komunitas basis dimana saya tinggal.
3. Saya selalu bersyukur kepada Tuhan
dengan cara bersikap aktif menciptakan
perdamaian di sekolah atau lingkungan
bila hubungan yang kurang harmonis
antar-sesama umat seiman.
4. Saya bersyukur kepada Tuhan karena
dipanggil untuk berhimpun dalam
Gereja-Nya yang kudus.
5. Saya bersyukur atas kekudusan Gereja
dengan cara selalu berdoa pribadi
setiap hari.