Anda di halaman 1dari 38

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

REPUBLIK INDONESIA, 2021


Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
untuk SMA/SMK Kelas XI
Penulis : Daniel Boli Kotan
Fransiskus Emanuel da Santo, Pr
Bab
2
ISBN : 978-602-244-590-6 (jil.2)

Sifat-Sifat Gereja

Gambar 2.1. Paus Fransiskus menghadiri WYD di Panama tahun 2019.


Sumber: Dok.saltandlighttv.org

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu memahami sifat-sifat Gereja yaitu satu, kudus,


katolik, apostolik, dan dapat mengambil bagian dalam mewujudkan sifat-
sifat Gereja itu dalam hidupnya sehari-hari.
Pengantar

Pada bab pertama, kalian telah belajar tentang makna Gereja sebagai persekutuan
orang-orang yang dipanggil dan dihimpun oleh Allah sendiri. Karena itu Gereja
adalah suatu persekutuan yang khas. Pada bab ini kita akan membahas sifat-sifat
Gereja yang tentunya mempunyai kaitan dengan makna dan hakikat Gereja itu
sendiri. Syahadat iman Gereja Katolik dirumuskan dalam doa kredo (credere, Latin
= percaya).
Pada bab kedua ini, kalian akan belajar tentang sifat-sifat Gereja yang telah
tertuang dalam doa credo, atau doa Aku Percaya atau biasa juga disebut doa syahadat.
Subpokok bahasan yang akan dipelajari adalah:
A. Gereja yang Satu
B. Gereja yang Kudus
C. Gereja yang Katolik
D. Gereja yang Apostolik

28 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


A. Gereja yang Satu

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu memahami sifat Gereja satu, dan mengambil bagian dalam
mewujudkan kesatuan Gereja itu dalam hidupnya sehari-hari.

Pengantar

Gereja yang satu adalah Gereja yang percaya akan kehendak Allah, sebagaimana
tertulis dalam Kitab Suci, bahwa orang-orang beriman kepada Kristus hendaknya
berhimpun menjadi umat Allah (1Ptr 2:5-10) dan menjadi satu Tubuh (1Kor 12:12).
Gereja Katolik percaya bahwa kesatuan itu menjadi begitu kokoh dan kuat karena
secara historis bertolak dari penetapan Petrus sebagai penerima kunci kerajaan surga.
Setelah Petrus menyatakan pengakuannya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah
yang hidup, maka Yesus pun menyatakan akan mendirikan jemaat-Nya di atas batu
karang yang alam maut tidak akan menguasainya (Mat 16:16-19).

Doa Pembuka

Marilah mengawali kegiatan pembelajaran ini dengan berdoa!

Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.


Bapa yang kekal, Gereja-Mu telah menjadi tanda keselamatan kami di dunia
ini. Gereja-Mu yang bersifat satu, kudus, katolik, dan apostolik sebagaimana
iman para rasul yang telah kami yakini hingga kini, telah menjadi tanda
kehadiran-Mu yang memersatukan dan menguduskan umat pilihan-Mu. Kami
mohon kepada-Mu ya Bapa, kunjungi dan hadirlah dalam pertemuan ini agar
kami memahami Gereja yang utuh dan semakin mencintai Gereja kudus-Mu.
Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 29


Langkah Pertama: Menggali Pengalaman tentang Kesatuan Gereja
di Dunia

1. Mari membaca kisah berikut ini!

Delegasi Orang Muda Katolik


Sedunia Berkumpul di Panama

World Youth Day (WYD) adalah gagasan Santo Paus Yohanes Paulus II. Paus asal
Polandia dengan nama Carol Wojtila melihat dua pertemuan internasional orang
muda sebelumnya sangat sukses yaitu pertemuan di Roma tahun 1984 dan 1985,
akhirnya membentuknya di bulan Desember 1985.
Sejak 1985, WYD dirayakan setiap tahun pada Minggu Palma di tingkat
keuskupan dan lokal seluruh Gereja sedunia. Setiap dua atau tiga tahun, WYD
dirayakan secara internasional di tempat yang dipilih oleh Paus. OMK seluruh
dunia berkumpul bersama Bapa Suci di sana.
Selama WYD peserta mengunjungi negara tuan rumah, melakukan pelayanan
masyarakat, mengunjungi keuskupan, dan ikut serta dalam berbagai perayaan. Ada
seminar, pertemuan katekese, diakhiri dengan misa kepausan yang dipimpin oleh
Bapa Suci atau Sri Paus. Pertemuan terakhir tahun 2019 di Panama, Amerika Latin.
Pertemuan berikutya tahun 2022, namun Paus Fransiskus mengundurkannya ke
tahun 2023, karena adanya pandemi Covid 19 saat ini.

Gambar 2.2. Delegasi OMK Indonesia pada WYD 2019 di Panama.


Sumber: orangmudakatolik.net (2019)

30 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


Paus Fransiskus menutup WYD ke-34 di Panama

Hari Pemuda Sedunia ke-34 tahun 2019 ditutup pada hari Minggu tanggal 27
Januari 2019 di hadapan 700.000 orang dan di ataranya adalah delegasi puluhan
ribu orang Katolik dari seluruh dunia bersatu di Campo San Juan Pablo II - Metro
Park (Panama City, Panama), dengan Misa Kudus yang dipimpin oleh Paus
Fransiskus.
Bapa Suci menyampaikan homilinya berdasarkan tema dari Injil hari
Minggu: “Mata semua orang di sinagoga tertuju padanya. Dan dia mulai berkata
kepada mereka: “Hari ini Kitab Suci ini telah digenapi dalam pendengaranmu”
(Luk 4:20-21).
Paus menjelaskan bahwa “hari ini” yang Yesus maksudkan, bukan 2.000 tahun
yang lalu, tetapi masih berlaku hari ini, “sekarang” kita. “Yesus mengungkapkan
sekarang dari Tuhan”. “Di dalam Yesus, masa depan yang dijanjikan dimulai
dan menjadi hidup”. Sayangnya, “kita tidak selalu percaya bahwa Tuhan
bisa menjadi yang konkret dan biasa, sedekat itu dan nyata… [karena] Tuhan
yang dekat dan setiap hari, seorang teman dan saudara, menuntut agar kita
peduli dengan lingkungan kita… Tuhan itu nyata karena cinta adalah nyata”.
Kita semua bisa mengalami bahaya hidup di "semacam ruang tunggu,
duduk-duduk sampai kita dipanggil". Baik orang dewasa maupun orang muda
berisiko berpikir “Sekarang Anda belum tiba… bahwa Anda terlalu muda untuk
terlibat dalam mimpi dan bekerja untuk masa depan ”. Dia menekankan bahwa
kita membutuhkan satu sama lain "untuk mendorong mimpi dan bekerja untuk
hari esok, mulai hari ini ... Bukan besok tapi sekarang ... Sadarilah bahwa Anda
memiliki misi dan jatuh cinta ... Kita mungkin memiliki segalanya, tetapi jika kita
kekurangan gairah cinta, kita tidak akan memiliki apa-apa ”.
Bapa Suci menjelaskan bahwa bagi Yesus tidak ada kata ‘sementara’: “Dia
bukanlah jeda dalam hidup atau mode yang lewat. Dia adalah cinta yang murah
hati yang mengundang kita untuk memercayakan diri kita sendiri ”. Dia menasihati
semua orang muda untuk tidak “dilumpuhkan [oleh] ketakutan dan pengucilan,
spekulasi dan manipulasi [melainkan, untuk mengenali] kasih yang nyata, dekat,
dan nyata” dari Yesus. Tuhan dan misi-Nya bukanlah “sesuatu yang sementara, itu
adalah hidup kita”.
Dia mengingatkan kita semua bahwa kita “sedang dalam perjalanan….
Teruslah berjalan, terus hidupkan iman dan bagikan”. Jadi, jangan lupa, katanya,
bahwa “kamu bukan hari esok, kamu bukan ‘waktu’, kamu adalah masa kini Allah.
(diterjemahkan Daniel Boli Kotan dari catholic.gi/34th-world-youth-day-2019-concluded-panama/)

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 31


2. Pendalaman
Diskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1) Siapa yang memrakarsai WYD?
2) Apa tujuan hari kaum muda Katolik sedunia?
3) Apa yang dilakukan selama pertemuan kaum muda Katolik sedunia?
4) Apa pesan Paus Fransiskus untuk kaum muda Katolik sedunia?
5) Apa makna sifat kesatuan Gereja dalam pertemuan kaum muda Katolik sedunia
itu?

3. Penjelasan
- World Youth Day (WYD) adalah gagasan Paus Yohanes Paulus II sejak tahun
1985. Setiap dua atau tiga tahun, WYD dirayakan secara internasional di tempat
yang dipilih oleh Paus. OMK seluruh dunia berkumpul bersama Bapa Suci di
sana.
- Selama WYD peserta mengunjungi negara tuan rumah, melakukan pelayanan
masyarakat, mengunjungi keuskupan, dan ikut serta dalam berbagai perayaan.
Ada seminar, pertemuan katekese, diakhiri dengan misa kepausan yang dipimpin
oleh Bapa Suci atau Sri Paus.
- Pesan Paus Fransiskus kepada kaum muda Katolik di WYD Panama bahwa kita
semua “sedang dalam perjalanan…. Teruslah berjalan, terus hidupkan iman dan
bagikan”.
- Sifat kesatuan Gereja tercermin dari persekutuan atau komunio kaum muda
dan umat Katolik yang berkumpul di Panama atas nama satu iman, harapan dan
kasih.

Langkah Kedua: Menggali Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja


tentang Kesatuan Gereja.

1. Kitab Suci
a. Bacalah dan simaklah teks Kitab Suci berikut ini!

Kesatuan Gereja (1Ptr 2:5-10)


(bdk. juga dengan 1Kor 12:12)
5
Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan
suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk memersembahkan
persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.
6
Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: “Sesungguhnya, Aku meletakkan

32 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan
siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.” 7Karena itu
bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya:
“Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi
batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.”
8
Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah;
dan untuk itu mereka juga telah disediakan. 9Tetapi kamulah bangsa yang
terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah
sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari
Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya
yang ajaib: 10kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang
telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang
telah beroleh belas kasihan.

b. Pendalaman
Setelah membaca dan menyimak teks Kitab Suci, sekarang jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1) Apa pesan teks Kitab Suci 1Ptr 2:5-10?
2) Apa arti Gereja yang satu menurut Rasul Petrus?

c. Penjelasan
Kesatuan iman tidak lain merupakan keyakinan umat Allah kepada Allah
Tritunggal: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Keyakinan iman demikian tentu
menunjuk kepada apa yang diimani oleh Gereja dari dulu hingga sekarang
bahwa Kristus sendiri menghendaki kesatuan Gereja dan menjadikannya satu
tubuh (bdk. 1Ptr 2:5-10).

2. Ajaran Gereja
a. Membaca/menyimak ajaran dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK)

“Itulah satu-satunya Gereja Kristus, yang dalam syahadat iman kita akui
sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik” (LG 8). Keempat
sifat ini, yang tidak boleh dipisahkan (Bdk. DS 2888) satu dari yang
lain, melukiskan ciri-ciri hakikat Gereja dan perutusannya. Gereja tidak
memilikinya dari dirinya sendiri. Melalui Roh Kudus, Kristus menjadikan
Gereja-Nya itu satu, kudus, katolik, dan apostolik. Ia memanggilnya supaya
melaksanakan setiap sifat itu (KGK 811).

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 33


Hanya iman dapat mengakui bahwa Gereja menerima sifat-sifat ini
dari asal ilahinya. Namun akibat-akibatnya dalam sejarah merupakan tanda
yang juga jelas mengesankan akal budi manusia. Seperti yang dikatakan
Konsili Vatikan 1, Gereja “oleh penyebarluasannya yang mengagumkan,
oleh kekudusannya yang luar biasa, dan oleh kesuburannya yang tidak
habis-habisnya dalam segala sesuatu yang baik, oleh kesatuan katoliknya
dan oleh kestabilannya yang tak terkalahkan, adalah alasan yang kuat dan
berkelanjutan sehingga pantas dipercaya dan satu kesaksian yang tidak
dapat dibantah mengenai perutusan ilahinya” (DS 3013; KGK 812).
Gereja itu satu menurut asalnya. “Pola dan prinsip terluhur misteri
itu ialah kesatuan Allah tunggal dalam tiga pribadi: Bapa, Putera, dan
Roh Kudus” (UR 2). Gereja itu satu menurut Pendiri-nya. “Sebab Putera
sendiri yang menjelma telah mendamaikan semua orang dengan Allah,
dan mengembalikan kesatuan semua orang dalam satu bangsa dan satu
tubuh” (GS 78, 3). Gereja itu satu menurut jiwanya. “Roh Kudus, yang
tinggal di hati umat beriman, dan memenuhi serta membimbing seluruh
Gereja, menciptakan persekutuan umat beriman yang mengagumkan itu,
dan sedemikian erat menghimpun mereka sekalian dalam Kristus, sehingga
menjadi prinsip kesatuan Gereja” (UR 2).
Dengan demikian, kesatuan termasuk dalam hakikat Gereja: “Sungguh
keajaiban yang penuh rahasia! Satu adalah Bapa segala sesuatu, juga satu
adalah Logos segala sesuatu, dan Roh Kudus adalah satu dan sama di mana-
mana, dan juga ada hanya satu Bunda Perawan; aku mencintainya, dan
menamakan dia Gereja” (Klemens dari Aleksandria, paed. 1,6,42; KGK 813)
Namun sejak awal, Gereja yang satu ini memiliki kemajemukan yang luar
biasa. Di satu pihak kemajemukan itu disebabkan oleh perbedaan anugerah-
anugerah Allah, di lain pihak oleh keanekaan orang yang menerimanya.
Dalam kesatuan umat Allah berhimpunlah perbedaan bangsa dan budaya. Di
antara anggota-anggota Gereja ada keanekaragaman anugerah, tugas, syarat-
syarat hidup dan cara hidup; “maka dalam persekutuan Gereja selayaknya
pula terdapat. Gereja-Gereja khusus, yang memiliki tradisi mereka sendiri”
(LG 13). Kekayaan yang luar biasa akan perbedaan tidak menghalang-
halangi kesatuan Gereja, tetapi dosa dan akibat-akibatnya membebani dan
mengancam anugerah kesatuan ini secara terus-menerus. Karena itu Santo
Paulus harus menyampaikan nasihatnya, “supaya memelihara kesatuan Roh
oleh ikatan damai sejahtera” (Ef 4:3; KGK 814).
Manakah ikatan-ikatan kesatuan? Terutama cinta, “ikatan
kesempurnaan” (Kol 3:14). Tetapi kesatuan Gereja peziarah juga diamankan

34 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


oleh ikatan persekutuan yang tampak berikut ini:
l Pengakuan iman yang satu dan sama, yang diwariskan oleh para rasul;
l Perayaan ibadat bersama, terutama sakramen-sakramen; suksesi

apostolik, yang oleh sakramen tahbisan menegakkan kesepakatan


sebagai saudara-saudari dalam keluarga Allah (Bdk. UR 2; LG 14: CIC.
Can. 205; KGK 815).
“Itulah satu-satunya Gereja Kristus.... Sesudah kebangkitan-Nya,
Penebus kita menyerahkan Gereja kepada Petrus untuk digembalakan. Ia
memercayakannya kepada Petrus dan para rasul lainnya untuk diperluaskan
dan dibimbing.... Gereja itu, yang di dunia ini disusun dan diatur sebagai
serikat, berada dalam [subsistit in] Gereja Katolik, yang dipimpin oleh
pengganti Petrus dan para uskup dalam persekutuan dengannya (LG 8). Dekrit
Konsili Vatikan II mengenai ekumene menyatakan: “Hanya melalui Gereja
Kristus yang katoliklah, yakni upaya umum untuk keselamatan, dapat dicapai
seluruh kepenuhan upaya-upaya penyelamatan. Sebab kita percaya, bahwa
hanya kepada dewan para rasul yang diketuai oleh Petruslah Tuhan telah
memercayakan segala harta Perjanjian Baru, untuk membentuk satu tubuh
Kristus di dunia. Dalam Tubuh itu harus disaturagakan sepenuhnya siapa saja,
yang dengan suatu cara telah termasuk umat Allah” (UR 3; KGK 816).

Luka-luka kesatuan
“Dalam satu dan satu-satunya Gereja Allah itu sejak awal mula telah timbul
berbagai perpecahan, yang oleh rasul dikecam dengan tajam sebagai hal
yang layak dihukum. Dalam abad-abad sesudahnya timbullah pertentangan-
pertentangan yang lebih luas lingkupnya, dan jemaat-jemaat yang cukup
besar terpisahkan dari persekutuan sepenuhnya dengan Gereja Katolik,
kadang-kadang bukannya tanpa kesalahan kedua pihak” (UR 3). Perpecahan-
perpecahan yang melukai kesatuan tubuh Kristus (perlu dibedakan di sini
bidaah, apostasi, dan skisma), (Bdk. CIC, Can. 751), tidak terjadi tanpa
dosa manusia: “Di mana ada dosa, di situ ada keanekaragaman, di situ
ada perpecahan, sekte-sekte dan pertengkaran. Di mana ada kebajikan, di
situ ada kesepakatan, di situ ada kesatuan; karena itu semua umat beriman
bersatu hati dan bersatu jiwa” (Origenes, hom. in Ezech. 9,1; KGK 817).
“Tetapi mereka, yang sekarang lahir dan dibesarkan dalam iman akan
Kristus di jemaat-jemaat itu, tidak dapat dipersalahkan dan dianggap berdosa
karena memisahkan diri. Gereja Katolik merangkul mereka dengan sikap
bersaudara penuh hormat dan cinta kasih.... Sungguhpun begitu, karena

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 35


mereka dalam baptis dibenarkan berdasarkan iman, mereka disaturagakan
dalam Kristus. Oleh karena itu mereka memang dengan tepat menyandang
nama kristiani, dan tepat pula oleh putera-puteri Gereja Katolik diakui
selaku saudara-saudari dalam Tuhan” (UR 3; 818)

b. Pendalaman
Diskusikan dalam kelompok kecil untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini!
1) Apa makna kesatuan Gereja menurut Katekismus Gereja Katolik?
2) Ikatan apa saja yang ada dalam kesatuan Gereja Katolik?
3) Apa saja yang menjadi luka-luka kesatuan dalam perjalanan hidup Gereja?

c. Penjelasan
- Gereja itu satu menurut asalnya. “Pola dan prinsip terluhur misteri itu ialah
kesatuan Allah yang esa dalam tiga pribadi: Bapa, Putera, dan Roh Kudus”.
- Gereja itu satu menurut Pendiri-nya. “Sebab Putera sendiri yang menjelma
telah mendamaikan semua orang dengan Allah, dan mengembalikan
kesatuan semua orang dalam satu bangsa dan satu tubuh” (GS 78, 3).
- Gereja itu satu menurut jiwanya. “Roh Kudus, yang tinggal di hati umat
beriman, dan memenuhi serta membimbing seluruh Gereja, menciptakan
persekutuan umat beriman yang mengagumkan itu, dan sedemikian erat
menghimpun mereka sekalian dalam Kristus, sehingga menjadi prinsip
kesatuan Gereja”.
- Kesatuan termasuk dalam hakikat Gereja: “Sungguh keajaiban yang penuh
rahasia. Satu adalah Bapa segala sesuatu, juga satu adalah Logos segala
sesuatu, dan Roh Kudus adalah satu dan sama di mana-mana, dan juga ada
hanya satu Bunda Perawan.
- Ikatan persekutuan yang tampak dalam pengakuan iman yang satu dan
sama, yang diwariskan oleh para rasul; perayaan ibadat bersama, terutama
sakramen-sakramen; suksesi apostolik, yang oleh sakramen tahbisan
menegakkan kesepakatan sebagai saudara-saudari dalam keluarga Allah.
- Luka-luka dalam kesatuan. Sejak awal mula telah timbul berbagai perpecahan,
yang oleh rasul dikecam dengan tajam sebagai hal yang layak dihukum.
Dalam abad-abad sesudahnya timbullah pertentangan-pertentangan yang
lebih luas lingkupnya, dan jemaat-jemaat yang cukup besar terpisahkan dari
persekutuan sepenuhnya dengan Gereja Katolik, kadang-kadang bukannya
tanpa kesalahan kedua pihak.

36 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


Langkah Ketiga: Menghayati Sifat Gereja yang Satu dalam Kehidupan
Sehari-hari

1. Refleksi
Coba menyanyikan lagu “Maju Bersama” berikut ini!
Marilah saudara melangkah maju
Tuhan serta kita
Sepanjang jalan penuh liku
Tuhan serta kita
Maju bersama bersatulah kita
Maju dalam cahaya
Maju bersama satu harapan kita
Hidup Kristus Jaya
Alelluia alleluia
Hidup Kristus nan jaya
Sumber: gema.sabda.org/marilah_saudara_melangkah_maju

Bila memungkinkan cobalah menonton video dengan menggunakan


kode QR berikut, untuk menyanyikan lagu ini bersama.
Youtube Channel, Yakobis TV, Kata Kunci Pencarian: Maju Bersama.
Setelah menyanyikan atau membacakan teks lagu di atas, cobalah
menulis sebuah refleksi tentang sifat Gereja yang satu!

2. Aksi
Merencanakan aksi nyata untuk melaksanakan semangat kesatuan Gereja dalam
hidupnya sehari-hari di rumah, di lingkungan rohani dan lingkungan sosial, misalnya
bersatu dalam doa, berderma. Kegiatan nyata ini dicatat dalam buku catatan dan
ditindatangani oleh orang tua atau walimu.

Doa Penutup

Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.


Berlimpah rasa syukur kami haturkan kepada-Mu ya Tuhan, atas bimbingan
dan berkat-Mu dalam menyelesaikan pertemuan ini. Tuhan, Engkau telah
mengingatkan kami akan sifat Gereja-Mu yang satu, kudus, katolik dan
apostolik sebagaimana iman para rasul. Kami mohon, tambahkanlah iman
kami agar kuat dan teguh sebagaimana para rasul-Mu mewartakan Gereja-Mu
yang hidup. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 37


Rangkuman

- Gereja itu satu karena sumber dan teladannya adalah Allah Tritunggal: Bapa,
Putera dan Roh Kudus. Yesus Kristus, Putra Allah sebagai pendiri dan kepala
Gereja menetapkan kesatuan semua umat manusia dalam satu tubuh. Sebagai
jiwa Gereja, Roh Kudus memersatukan semua umat beriman dalam kesatuan
dengan Kristus.
- Gereja hanya mempunyai satu iman, satu kehidupan sakramental, satu warisan
apostolik, satu pengharapan yang umum dan cinta kasih yang satu dan sama.
Meski demikian, kesatuan Gereja tetap menghargai kebhinekaan yang ada di
dalamnya.
- Ikatan persekutuan yang tampak dalam pengakuan iman yang satu dan sama,
yang diwariskan oleh para rasul; perayaan ibadat bersama, terutama sakramen-
sakramen; suksesi apostolik, yang oleh sakramen tahbisan menegakkan
kesepakatan sebagai saudara-saudari dalam keluarga Allah.
- Luka-luka dalam kesatuan Gereja. Sejak awal mula telah timbul berbagai
perpecahan, yang oleh rasul dikecam dengan tajam sebagai hal yang layak
dihukum. Dalam abad-abad sesudahnya timbullah pertentangan-pertentangan
yang lebih luas lingkupnya, dan jemaat-jemaat yang cukup besar terpisahkan
dari persekutuan sepenuhnya dengan Gereja Katolik, kadang-kadang bukannya
tanpa kesalahan kedua pihak.

B. Gereja yang Kudus

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu memahami sifat Gereja yang kudus, dan mengambil bagian
dalam mewujudkan kekudusan Gereja itu dalam hidupnya sehari-hari.

Pengantar

Gereja Katolik meyakini diri kudus bukan karena tiap anggotanya sudah kudus
tetapi lebih-lebih karena dipanggil kepada kekudusan oleh Tuhan, “Hendaklah
kamu sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya” (Mat 5:48). Perlu
diperhatikan juga bahwa kategori kudus yang dimaksud terutama bukan dalam
arti moral tetapi teologi, bukan soal baik atau buruknya tingkah laku melainkan

38 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


hubungannya dengan Allah. Ini tidak berarti hidup yang sesuai dengan kaidah moral
tidak penting. Namun kedekatan dengan yang Ilahi itu lebih penting, sebagaimana
dinyatakan, “kamu telah memeroleh urapan dari Yang Kudus (1Yoh 2:20), yakni dari
Roh Allah sendiri (bdk. Kis10:38). Diharapkan dari diri seorang yang telah terpanggil
kepada kekudusan seperti itu juga menanggapinya dalam kehidupan sehari-hari yang
sesuai dengan kaidah-kaidah moral (lihat LG, artikel 26).

Doa Pembuka

Marilah mengawali kegiatan pembelajaran ini dengan berdoa!

Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.


Ya Allah, pokok keselamatan kami,
Gereja-Mu telah menjadi tanda keselamatan bagi banyak jiwa di bumi ini.
Kehadiran Gereja-Mu yang satu, kudus, katolik, dan apostolik menjadi tanda
kehadiran yang menyatukan kami umat-Mu. Kami mengundang-Mu ya Allah
dalam pertemuan ini. Semoga kami semakin terbuka dan mengadirkan diri
kami dalam Gereja-Mu secara nyata. Demi Kristus Tuhan dan pengantara
kami. Amin.
Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.

Langkah Pertama: Menggali Pengalaman tentang Kekudusan

1. Kisah kehidupan
Baca dan simaklah kisah berikut ini!

Carlo Acutis, Orang Kudus Generasi Milenial

Carlo Acutis, seorang anak generasi milenial, berusia lima belas tahun, dibeatifikasi
di basilika Santo Fransiskus Assisi, Italia pada hari Sabtu tanggal 10 Oktober 2020.
Sebuah biografi singkat menceritakan bagaimana kecintaan Carlos pada Ekaristi
dan pengetahuan internet telah meninggalkan hubungan yang nyata dengannya.
Carlos baru berusia 15 tahun ketika dia meninggal di sebuah rumah sakit di
Monza, Italia, pada tahun 2006, memersembahkan semua penderitaannya untuk
Gereja dan untuk Paus.
Carlo adalah anak laki-laki yang normal, tampan dan populer. Dia seorang
pelawak alami yang senang membuat teman sekelas dan gurunya tertawa.
Dia suka bermain sepak bola, video game, dan memiliki gigi manis. Carlo
tidak bisa mengatakan “tidak” pada Nutella atau es krim. Menambah berat badan

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 39


membuatnya memahami perlunya pengendalian diri. Itu adalah salah satu dari
banyak perjuangan yang harus diatasi Carlo untuk belajar bagaimana menguasai
seni pengendalian diri, untuk menguasai keutamaan kesederhanaan, dimulai
dengan hal-hal sederhana. Dia biasa berkata, “Apa gunanya memenangkan 1.000
pertempuran jika Anda tidak bisa mengalahkan hasrat Anda sendiri?”

Gambar. 2.3 Carlo Acutis.


Sumber: www.vaticannews.va (2020)

Motto Carlo mencerminkan kehidupan seorang remaja normal yang berjuang


untuk menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri, menjalani kehidupan biasa dengan
cara yang luar biasa. Dia menggunakan tabungan pertamanya untuk membeli
kantong tidur bagi seorang tunawisma yang sering dia temui dalam perjalanan ke
gereja untuk Misa. Dia bisa saja membeli video game lain untuk koleksi konsol
game miliknya. Dia suka bermain video game. Sebaliknya, dia memilih untuk
bermurah hati. Ini bukan contoh yang terisolasi. Pemakamannya dipenuhi dengan
banyak penduduk miskin kota yang telah dibantu oleh Carlo, menunjukkan bahwa
kemurahan hati yang telah dia berikan kepada gelandangan dalam perjalanannya
ke Misa telah ditawarkan kepada banyak orang lain juga.
Ketika dia diberi buku harian, dia memutuskan untuk menggunakannya untuk
melacak kemajuannya: “nilai bagus” jika dia berperilaku baik dan “nilai buruk”
jika dia tidak memenuhi harapannya. Beginilah cara dia melacak kemajuannya.
Dalam buku catatan yang sama dia menuliskan, “Kesedihan melihat diri sendiri,
kebahagiaan melihat Tuhan. Konversi tidak lain hanyalah gerakan mata”.
Carlo adalah “pelawak alami” seperti yang pernah dikomentari ibunya,
Antonia Salzano dalam sebuah wawancara. Teman-teman sekelasnya akan
tertawa terbahak-bahak mendengar ucapannya, begitu pula para guru. Karena
dia menyadari itu dapat mengganggu orang lain, dia berusaha untuk mengubah

40 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


hal itu juga. Membuat hidup menyenangkan bagi orang-orang di sekitarnya
melalui tindakan kecil adalah hal yang konstan dalam hidupnya. Dia tidak suka
staf kebersihan menjemputnya, bahkan jika mereka dibayar untuk itu. Jadi dia
menyetel jam weker beberapa menit lebih awal untuk merapikan kamarnya dan
merapikan tempat tidur. Raejsh, seorang Hindu yang membersihkan rumah Carlo,
terkesan bahwa dia seseorang yang “tampan, muda dan kaya” memutuskan untuk
menjalani hidup sederhana. “Dia memikat saya dengan iman yang dalam, kasih
amal dan kemurnian,” katanya. Melalui contoh Carlo, Raejsh memutuskan untuk
dibaptis di Gereja Katolik.
Kemurnian sangat penting dalam kehidupan Carlo. “Setiap orang memantulkan
cahaya Tuhan”, adalah sesuatu yang biasa dia katakan. Hal yang meyakitkannya
adalah ketika melihat teman-teman sekelasnya tidak hidup sesuai dengan moral
kristiani. Dia akan mendorong mereka untuk melakukannya, mencoba membantu
mereka memahami bahwa tubuh manusia adalah anugerah dari Tuhan dan bahwa
seksualitas harus dijalani seperti yang Tuhan inginkan. “Martabat setiap manusia
begitu besar, sehingga Carlo memandang seksualitas sebagai sesuatu yang sangat
istimewa, karena ia berkolaborasi dengan ciptaan Tuhan,” kenang ibunya.
Beato kita yang baru ini juga suka memakai kacamata selamanya dan bermain
“mengambil sampah dari dasar laut”. Ketika dia membawa anjing-anjing itu jalan-
jalan, dia selalu memungut sampah apa pun yang dia temukan.
Semangat sejati Carlo adalah Ekaristi adalah “jalan raya menuju surga”. Hal
inilah yang menyebabkan ibunya bertobat. Seorang wanita yang hanya pergi “tiga
kali ke Misa dalam hidupnya” akhirnya ditaklukkan oleh kasih sayang anak laki-
laki itu kepada Yesus. Dia mendaftarkan dirinya dalam kursus teologi sehingga dia
dapat menjawab semua pertanyaan putranya yang masih kecil.
Pada usia 11 tahun, Carlo mulai menyelidiki mukjizat Ekaristi yang terjadi
dalam sejarah. Dia menggunakan semua pengetahuan dan bakat komputernya
untuk membuat situs web yang menelusuri sejarah itu. Ini terdiri dari 160 panel
dan dapat diunduh dengan mengklik di sini dan itu juga telah berkeliling di lebih
dari 10.000 paroki di dunia.
Carlo tidak dapat memahami mengapa stadion penuh dengan orang dan
gereja kosong. Dia berulang kali berkata, “Mereka harus melihat, mereka harus
mengerti.”
Pada musim panas 2006, Carlo bertanya kepada ibunya: “Menurutmu apakah
aku harus menjadi seorang imam?” Dia menjawab: “Kamu akan melihatnya
sendiri, Tuhan akan mengungkapkannya kepadamu.” Pada awal tahun ajaran itu
dia merasa tidak enak badan. Sepertinya flu biasa. Tetapi ketika kondisinya tidak

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 41


membaik, orang tuanya membawanya ke rumah sakit. “Aku tidak akan keluar dari
sini,” katanya saat memasuki gedung.
Tak lama setelah itu, ia didiagnosis dengan salah satu jenis leukemia terburuk
- Leukemia Myeloid Akut (AML atau M3). Reaksinya sangat mengejutkan:
“Saya memersembahkan kepada Tuhan penderitaan yang harus saya alami
untuk Paus dan Gereja, agar tidak harus berada di Api Pencucian dan dapat
langsung pergi ke surga.”
Dia meninggal tak lama setelah itu. “Dia menjadi imam dari surga,” kata
ibunya.
(Angela Mengis Palleck/diterjemahkan Daniel Boli Kotan)
Sumber: www.vaticannews.va (2020)

2. Pendalaman
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1) Siapakah Carlo Acutis itu?
2) Apa gambaran perjalanan hidupnya?
3) Mengapa ia disahkan menjadi seorang beato?
4) Apa pesan cerita ini untuk hidup kalian sendiri?

3. Penjelasan
- Carlo Acutis menjadi teladan spirit kekudusaan orang muda zaman milenial
untuk membangun kehidupan manusia yang bermartabat. Orang muda adalah
Gereja masa kini dan masa depan, maka semangat atau spiritualitas untuk
kekudusan hidup perlu ditanam dalam diri orang Katolik sejak kecil, mulai dari
hal-hal yang sederhana dalam hidup di keluarga, Gereja dan masyarakat.
- Peristiwa beatifikasi Carlo Acutis hendaknya menjadi pemicu bagi orang muda
untuk lebih giat dan cermat menggunakan media informatika untuk kabar baik
dan keselamatan banyak orang, dan itu cara lain untuk mewujudkan kekudusan
Gereja di dunia pada zaman ini.

Langkah Kedua: Menggali Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja


tentang Kekudusan Gereja.

1. Kitab Suci
a. Bacalah Roma 1:1-7

42 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


1
Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan
dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. 2Injil itu telah dijanjikan-Nya
sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci,
3
tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan
Daud, 4dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya
dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus
Kristus Tuhan kita. 5Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia
dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya
dan taat kepada nama-Nya. 6Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu
yang telah dipanggil menjadi milik Kristus. 7Kepada kamu sekalian yang
tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-
orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah,
Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus

b. Pendalaman
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1) Apa makna kekudusan dalam teks Kitab Suci ini (Roma 1:1-7)?
2) Apa makna kekudusan menurut kalian sendiri?
3) Bagaimana cara kalian menguduskan diri di keluarga, sekolah, Gereja dan
masyarakat?

c. Penjelasan
- Kita dikuduskan karena terpanggil (lih. Rm 1:7). Dari pihak manusia, kekudusan
(kesucian) hanya berarti tanggapan atas karya Allah, terutama dengan sikap iman
dan pengharapan. Sikap iman dinyatakan dalam segala perbuatan dan kegiatan
kehidupan yang serba biasa.
- Kesucian bukan soal bentuk kehidupan khusus (seperti menjadi biarawan),
melainkan sikap yang dinyatakan dalam hidup sehari-hari.
- Kekudusan itu terungkap dengan aneka cara pada setiap orang. Kehidupan
Gereja bukanlah suatu sifat yang seragam, yang sama bentuknya untuk semua,
melainkan semua mengambil bagian dalam satu kekudusan Gereja, yang berasal
dari Kristus. Kesucian ini adalah kekudusan yang harus diperjuangkan terus-
menerus.
- Membaca dan merenungkan sabda Tuhan sebagai sumber pedoman hidup
merupakan salah cara untuk menguduskan hidup.

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 43


2. Ajaran Gereja
a. Bacalah dan simaklah ajaran Gereja tentang kekudusan berikut ini!

Panggilan Umum untuk Kekudusan dalam Gereja

“Kita mengimani bahwa Gereja, yang misterinya diuraikan oleh konsili


suci, tidak dapat kehilangan kesuciannya. Sebab Kristus, Putera Allah, yang
bersama Bapa dan Roh Kudus dipuji bahwa “hanya Dialah Kudus” [122],
mengasihi Gereja sebagai mempelai-Nya, dengan menyerahkan diri baginya
untuk menguduskannya (lih. Ef 5:25-26). Ia menyatukannya dengan diri-
Nya sebagai tubuh-Nya sendiri dan menyempurnakannya dengan kurnia
Roh Kudus, demi kemuliaan Allah. Maka dalam Gereja semua anggota,
entah termasuk hierarki entah digembalakan olehnya, dipanggil untuk
kekudusan, yang menurut amanat rasul: “Sebab inilah kehendak Allah:
pengudusanmu” (1Tes 4:3; lih. Ef 1:4). Adapun kekudusan Gereja itu tiada
hentinya dinyatakan dan harus dinyatakan di dalam buah-buah rahmat, yang
dihasilkan oleh Roh Kudus dalam kaum beriman. Kekudusan itu dengan
aneka cara terungkapkan pada masing-masing orang, yang dalam jalan
hidupnya menuju kesempurnaan cinta kasih, sehingga memberi teladan baik
kepada sesama. Secara khas pula kekudusan ini nampak dalam pelaksanaan
nasihat-nasihat, yang lazim disebut “nasihat Injil”. Pelaksanaan nasihat-
nasihat itu di bawah dorongan Roh Kudus yang ditempuh oleh banyak orang
kristiani, entah secara perorangan, entah dalam corak atau status hidup yang
disahkan oleh Gereja, memberikan dan harus memberikan di dunia ini
kesaksian dan teladan yang ulung tentang kekudusan itu. (LG, artikel 39)”.

b. Pendalaman
Diskusikan dalam kelompok kecil pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1) Apa itu kekudusan menurut ajaran Gereja?
2) Apa contoh kekudusan Gereja menurut dokumen tersebut?
3) Bagaimana cara kalian mewujudkan kekudusan Gereja menurut ajaran
Gereja ini (LG, artikel 39)?
Setelah berdiskusi dalam kelompok, laporkan hasil diskusi kelompokmu di
kelas, dan kelompok lain dapat menanggapinya!

c. Penjelasan
- Gereja itu kudus karena Kristus, Putera Allah, bersama Bapa dan Roh
Kudus mengasihi Gereja sebagai mempelai-Nya, dengan menyerahkan diri
baginya untuk menguduskannya.

44 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


- Tuhan kita sendiri adalah sumber dari segala kekudusan.
- Kristus menguduskan Gereja, dan pada gilirannya, melalui Dia dan bersama
Dia, Gereja adalah agen pengudusan-Nya.
- Kekudusan itu juga “terungkapkan dengan aneka cara pada masing-masing
orang”. Kekudusan Gereja bukanlah suatu sifat yang seragam, yang sama
bentuknya untuk semua, melainkan semua mengambil bagian dalam satu
kesucian Gereja, yang berasal dari Kristus, yang mengikutsertakan Gereja
dalam gerakan-Nya kepada Bapa oleh Roh Kudus. Pada taraf misteri ilahi
Gereja sudah suci: “Di dunia ini Gereja sudah ditandai oleh kesucian yang
sesungguhnya, meskipun tidak sempurna” (LG, artikel 48).

Langkah Ketiga: Menghayati Kekudusan dalam Hidup

1. Refleksi
Membuat refleksi tentang menghayati kekudusan Gereja dalam hidupmu sebagai
orang muda Katolik berdasarkan kisah Beato Carlo Acutis, atau berdasarkan semangat
orang suci yang dijadikan nama baptis masing-masing.

2. Aksi
Membuat rencana aksi nyata untuk mewujudkan kekudusan Gereja dalam hidupmu
sehari-hari dengan inspirasi dari Beato Carlo Acutis, misalnya dengan rajin berdoa,
mengikuti perayaan Ekaristi, berbuat amal baik pada teman, menjaga kebersihan
lingkungan sekitar.

Doa Penutup

Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.


Ya Allah, yang Mahakudus. Kami berterima kasih atas penyertaan dan cinta-
Mu dalam kegiatan dan pertemuan ini. Melalui pertemuan ini kami mengetahui
sifat-sifat Gereja-Mu yang kudus. Tambahkanlah iman kami untuk semakin
percaya kepada-Mu dan kami pun menjadi saksi iman yang hidup. Demi
Kristus Tuhan kami. Amin
Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.

Rangkuman

- Setiap kita dikuduskan karena terpanggil oleh Allah (lih. Rm 1:7). Dari pihak
manusia, kekudusan (kesucian) hanya berarti tanggapan atas karya Allah,

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 45


terutama dengan sikap iman dan pengharapan. Sikap iman dinyatakan dalam
segala perbuatan dan kegiatan kehidupan yang serba biasa.
- Kesucian bukan soal bentuk kehidupan khusus (seperti menjadi biarawan),
melainkan sikap yang dinyatakan dalam hidup sehari-hari, seperti yang
dilakukan oleh Beato Carlo Acutis dalam hidupnya.
- Kekudusan itu terungkap dengan aneka cara pada setiap orang. Kehidupan
Gereja bukanlah suatu sifat yang seragam, yang sama bentuknya untuk semua,
melainkan semua mengambil bagian dalam satu kekudusan Gereja, yang
berasal dari Kristus. Kesucian ini adalah kekudusan yang harus diperjuangkan
terus-menerus.
- Membaca dan merenungkan sabda Tuhan sebagai sumber pedoman hidup
merupakan salah satu cara untuk menguduskan hidup.
- Gereja itu kudus karena Kristus, Putera Allah, bersama Bapa dan Roh Kudus
mengasihi Gereja sebagai mempelai-Nya, dengan menyerahkan diri baginya
untuk menguduskannya.
- Tuhan sendirilah sumber dari segala kekudusan.
- Kristus menguduskan Gereja, dan pada gilirannya, melalui Dia dan bersama
Dia, Gereja adalah agen pengudusan-Nya.
- Kekudusan itu juga “terungkapkan dengan aneka cara pada masing-masing
orang”.
- Kekudusan Gereja bukanlah suatu sifat yang seragam, yang sama bentuknya
untuk semua, melainkan semua mengambil bagian dalam satu kesucian Gereja,
yang berasal dari Kristus, yang mengikutsertakan Gereja dalam gerakan-Nya
kepada Bapa oleh Roh Kudus. Pada taraf misteri ilahi Gereja sudah suci: “Di
dunia ini Gereja sudah ditandai oleh kesucian yang sesungguhnya, meskipun
tidak sempurna” (LG, artikel 48).

C. Gereja yang Katolik

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu memahami makna sifat Gereja yang Katolik, dan mengambil
bagian dalam mewujudkan kekatolikan Gereja itu dalam hidupnya sehari-hari.

46 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


Pengantar

Istilah “katolik” berasal dari bahasa Latin, catholicus yang berarti universal atau
umum. Nama yang sudah dipakai sejak awal abad ke II M, pada masa Santo Ignatius
dari Antiokia menjadi uskup. Ciri katolik ini mengandung arti Gereja yang utuh,
lengkap, tidak hanya setengah atau sebagian dalam menerapkan sistem yang berlaku
dalam Gereja. Bersifat universal artinya, Gereja Katolik itu mencakup semua orang
yang telah dibaptis secara Katolik di seluruh dunia, dimana setiap orang menerima
pengajaran iman dan moral serta berbagai tata liturgi yang sama dimanapun berada.
Kata “universal” juga sering dipakai untuk menegaskan tidak adanya sekte-sekte dalam
Gereja Katolik. Konstitusi Lumen Gentium menegaskan arti kekatolikan itu: “Satu
umat Allah itu hidup di tengah segala bangsa di dunia, karena memeroleh warganya
dari segala bangsa. Gereja memajukan dan menampung segala kemampuan, kekayaan
dan adat istiadat bangsa-bangsa sejauh itu baik. Gereja yang katolik secara tepat guna
dan tiada hentinya berusaha merangkum segenap umat manusia beserta segala harta
kekayaannya di bawah Kristus Kepala, dalam kesatuan Roh-Nya” (LG, artikel 13).

Doa Pembuka

Marilah mengawali kegiatan pembelajaran ini dengn berdoa!


Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.
Ya Bapa, sumber kehidupan sejati. Dalam pertemuan ini dengan kerendahan
hati, kami mengundang-Mu untuk membuka hati dan pikiran kami untuk
semakin memahami sifat Gereja-Mu yang katolik. Bekalilah kami dengan
pemahaman untuk senantiasa terbuka bagi karya ilahi-Mu, dimana kami harus
berbuat dan bersaksi bahwa Gereja-Mu yang katolik adalah Gereja yang
terbuka bagi sesama dengan penuh cinta kasih. Karena Kristus Tuhan dan Juru
Selamat kami. Amin.
Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.

Langkah Pertama: Menggali Pengalaman tentang Kekatolikan

1. Menggali pengalaman tentang sifat kekatolikan Gereja


Baca dan simaklah artikel berikut ini!

Inkulturasi, Sebuah Proses Pertobatan

Paul Widyawan mengakui, tanpa inkulturasi, celah pertobatan akan tertutup.


Inkulturasi hanya mungkin melalui proses tobat di mana unsur kebudayaan
menjadi sarana untuk berjumpa dengan Allah.

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 47


Indonesia hingga saat ini masih dipandang sebagai “negara misi”. Pantaslah
inkulturasi menjadi salah satu hal penting dalam pewartaan Injil. Inkulturasi
ini secara nyata masih terekam dalam liturgi suci. Paling pertama dari bentuk
inkulturasi dalam liturgi adalah penggunaan bahasa vernakular setempat dalam
Misa kudus. Tentu bahasa Latin sebagai bahasa resmi masih dipertahankan hingga
saat ini dalam ritus Roma.
Terdapat pula bentuk inkulturasi lainnya dalam arsitektur Gereja dan pakaian
Misa. Satu yang tak kalah penting adalah rupa-rupa nyanyian dalam Misa.
Di Indonesia, nyanyian inkulturasi liturgi ini tak lepas dari sosok Paul
Widyawan. Dalam memainkan perannya sebagai musikus liturgi, nama Paul tak
pernah lepas dari Pusat Musik Liturgi (PML) yang resmi berdiri pada 11 Juli 1971.

Wajah pribumi
Dalam buku Perjalanan Musik Gereja Katolik Indonesia tahun 1957-2007,
Romo Karl-Edmund Prier, SJ, menceritakan soal gagasan berdirinya PML dari
oborolan berkala dengan Paul sejak tahun 1967. Dalam pertemuan berkala ini,
kedua tokoh musik liturgi Indonesia ini punya satu pemikiran: agar memajukan
musik Gereja lebih profesional. Ada upaya untuk membuat eksperimen lagu liturgi
baru sesuai cita-cita liturgi di Indonesia.
Cita-cita ini didasarkan atas keprihatinan Romo Prier dan Paul terkait liturgi
pada “zaman pra-sejarah PML”. Memang di zaman itu, ada upaya berbagai pihak
untuk mengembangkan musik Gereja dalam bahasa pribumi. Hal ini sudah dimulai
Mgr. Van Bekkum, SVD di Manggarai, Pater Vincent Lechovic, SVD di Timor, dan
Mgr. Albertus Soegijapranata di Jawa. Akan tetapi usaha tersebut tidak ditangani
secara profesional dan tidak berkelanjutan.
Sejak kehadiran Romo Prier di Indonesia tahun 1964, umat Katolik Indonesia
masih terpaku pada nyanyian Gregorian. Tidak salah dengan genre lagu ini, cuma
sulit dan seringkali “menyiksa” umat. “Bagi saya hal ini semacam kemunduran
liturgi karena tahun 1962-1963 saat betugas di Kolese Stella Matutina di Feldkirch,
Austria, angin pembaharuan liturgi sudah terasa. Tetapi di Indonesia itu tidak
nampak,” ungkapnya.
Keprihatinan ini diungkapkan dalam usahanya untuk ingin mengaktifkan lagi
organis, dirigen, dan orang-orang yang terlatih secara profesional. Ada harapan
juga bahwa liturgi Indonesia harusnya berwajah pribumi, mengena di kedalaman
hati umat. Banyak tradisi musik tradisional dan kekayaan budaya Indonesia sudah
menjadi nilai utama mengembangkan liturgi yang berwajah nusantara.
Paul seorang figur yang sangat antusias ketika diundang oleh Romo Prier untuk
memberi nafas baru pada musik liturgi. Paul menyadari bahwa wajah nusantara

48 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


liturgi Gereja ini bisa dikuatkan lewat musik dan lagu tradisional. Dengan begini
kekhawatiran dan kecemasan umat beriman di mana menduduki peran utama
dalam liturgi juga teratasi.
Di buku Perjalanan Musik Gereja, Paul menyebutkan bahwa musik liturgi
hendaknya mengabdi pada kepentingan umat. Musik liturgi senantiasa mendorong
partisipasi umat secara aktif dalam perayaan liturgi. Hal ini bukan berarti musik
liturgi semakin miskin sehubungan dengan sifat massal dari umat, sebaliknya harus
semakin bermutu dan berkesan. “Oleh karena itu, potensi di kalangan umat perlu
dilibatkan dan musik inkulturasi dapat menjawab kebutuhan hal ini,” tulis Paul.
Sumber: www.hidupkatolik.com/ Yusti H. Wuarmanuk/H. Bambang S (2019)

2. Pendalaman
Diskusikan dalam kelompok kecil untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
ini!
1) Apa itu inkulturasi dalam Gereja?
2) Mengapa Gereja Katolik Indonesia mendukung inkulturasi?
3) Inkulturasi apa saja yang tampak dalam Gereja Katolik Indonesia?
4) Apakah inkulturasi sesuai dengan sifat kekatolikan Gereja yang universal?
Setelah berdiskusi dalam kelompok, laporkan hasil diskusi kelompokmu di
kelas, dan kelompok lain dapat menanggapinya!

3. Penjelasan
- Ada hubugan dekat antara agama dan kebudayaan. Hubungan ini telah
mewajibkan Gereja Katolik untuk setia mendengarkan bisikan kebudayaan.
Kewajiban lain yang lebih luas adalah untuk merefleksikan dan merenungkan
proses terbentuknya interaksi budaya manusia. Proses inkulturasi dapat dilihat
sebagai perjalanan dari kebudayaan yang satu menuju kebudayaan lain. Agama
dan kristianitas akhirnya adalah bagian dari kebudayaan manusia.
- Konsili Vatikan II, menegaskan agar Gereja Katolik agar Gereja membuka diri
dan menerima unsur-unsur kebudayaan setempat. Tentu sejauh unsur-unsur
kebudayaan itu tidak secara prinsipiil bertolak belakang dengan ajaran Gereja.

Langkah Kedua: Mendalami Ajaran Gereja

1. Ajaran Gereja
Bacalah dan simaklah ajaran Gereja “Lumen Gentium artikel 13” berikut ini!

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 49


Sifat Umum dan Katolik Umat Allah yang Satu

Semua orang dipanggil kepada umat Allah yang baru. Maka umat itu, yang
tetap satu dan tunggal, harus disebarluaskan ke seluruh dunia dan melalui
segala abad, supaya terpenuhilah rencana kehendak Allah, yang pada awal
mula menciptakan satu kodrat manusia, dan menetapkan untuk akhirnya
menghimpun dan memersatukan lagi anak-anak-Nya yang tersebar (lih.
Yoh 11:52). Sebab demi tujuan itulah, Allah mengutus Putera-Nya, yang
dijadikan-Nya ahli waris alam semesta (lih. Ibr 1:2), agar Ia menjadi Guru,
Raja dan Imam bagi semua orang, Kepala umat anak-anak Allah yang baru
dan universal. Demi tujuan itu pulalah Allah mengutus Roh Putera-Nya,
Tuhan yang menghidupkan, yang bagi seluruh Gereja dan masing-masing
serta segenap orang beriman menjadi asas penghimpun dan pemersatu
dalam ajaran para rasul dan persekutuan, dalam pemecahan roti, dan doa-
doa (lih. Kis 1:42).

Jadi satu umat Allah itu hidup di tengah segala bangsa dunia, warga kerajaan
yang tidak bersifat duniawi melainkan surgawi. Sebab semua orang beriman,
yang tersebar di seluruh dunia, dalam Roh Kudus berhubungan dengan
anggota-anggota lain. Demikianlah “dia yang tinggal di Roma mengakui
orang-orang India sebagai saudaranya”[23]. Namun karena Kerajaan Kristus
bukan dari dunia ini (lih. Yoh 18:36), maka Gereja dan umat Allah, dengan
membawa masuk kerajaan itu, tidak mengurangi sedikitpun kesejahteraan
material bangsa manapun juga. Malahan sebaliknya, Gereja memajukan
dan menampung segala kemampuan, kekayaan dan adat-istiadat bangsa-
bangsa sejauh itu baik; tetapi dengan menampungnya juga memurnikan,
menguatkan serta mengangkatnya. Sebab Gereja tetap ingat, bahwa harus
ikut mengumpulkan bersama dengan Sang Raja, yang diserahi segala
bangsa sebagai warisan (lih. Mzm 2:8), untuk mengantarkan persembahan
dan upeti ke dalam kota-Nya (lih. Mzm 71/72:10; Yes 60:4-7; Why 21:24).
Sifat universal, yang menyemarakkan umat Allah itu, merupakan kurnia
Tuhan sendiri. Karenanya Gereja yang katolik secara tepat-guna dan tiada
hentinya berusaha merangkum segenap umat manusia beserta segala harta
kekayaannya di bawah Kristus sebagai Kepala, dalam kesatuan Roh-Nya
[24]; (LG 13).

2. Pendalaman
Diskusikan dalam kelompok kecil untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
ini!

50 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


1) Apa makna Katolik?
2) Mengapa Gereja disebut Katolik?
3) Bagaimana kalian mewujudkan kekatolikan Gereja dalam hidupmu?
Setelah berdiskusi dalam kelompok, laporkan hasil diskusi kelompokmu di
kelas! Dan kelompok lain dapat menanggapinya.

3. Penjelasan
- Katolik makna aslinya berarti universal atau umum. Arti universal dapat dilihat
secara kuantitatif dan kualitatif.
- Gereja itu katolik karena Gereja dapat hidup di tengah segala bangsa dan
memeroleh warganya dari semua bangsa. Gereja sebagai sakramen Roh Kudus
mempunyai pengaruh dan daya pengudus yang tidak terbatas pada anggota
Gereja saja, melainkan juga terarah kepada seluruh dunia.
- Dengan sifat katolik ini dimaksudkan bahwa Gereja mampu mengatasi
keterbatasannya sendiri untuk berkiprah ke seluruh penjuru dunia.
- Gereja itu katolik karena ajarannya dapat diwartakan kepada segala bangsa dan
segala harta kekayaan bangsa-bangsa dapat ditampungnya sejauh itu baik dan
luhur.
- Gereja terbuka terhadap semua kemampuan, kekayaan, dan adat-istiadat yang
luhur tanpa kehilangan jati dirinya. Sebenarnya, Gereja bukan saja dapat
menerima dan merangkum segala sesuatu, tetapi Gereja dapat menjiwai seluruh
dunia dengan semangatnya. Oleh sebab itu, yang katolik bukan saja Gereja
universal, melainkan juga setiap anggotanya, sebab dalam setiap jemaat hadirlah
seluruh Gereja. Setiap jemaat adalah Gereja yang lengkap, bukan sekadar
“cabang” Gereja universal. Gereja setempat merupakan seluruh Gereja yang
bersifat katolik.
- Gereja bersifat katolik berarti terbuka bagi dunia, tidak terbatas pada tempat
tertentu, bangsa dan kebudayaan tertentu, waktu atau golongan masyarakat
tertentu.
- Kekatolikan Gereja tampak dalam rahmat dan keselamatan yang ditawarkannya.
- Iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum, dapat diterima dan dihayati oleh
siapa pun juga.
- Kekatolikan Gereja tidak berarti bahwa Gereja meleburkan diri ke dalam dunia.
Dalam keterbukaan itu, Gereja tetap memertahankan identitas dirinya.
- Kekatolikan justru terbukti dengan kenyataan bahwa identitas Gereja tidak
tergantung pada bentuk lahiriah tertentu, melainkan merupakan suatu identitas

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 51


yang dinamis, yang selalu dan dimana-mana dapat memertahankan diri,
bagaimanapun juga bentuk pelaksanaannya. Kekatolikan Gereja bersumber dari
firman Tuhan sendiri.
- Gereja itu bersifat dinamis. Maka Gereja dapat dikembangkan lebih nyata atau
diwujudkan dengan cara: bersikap terbuka dan menghormati kebudayaan, adat
istiadat, bahkan agama bangsa mana pun. Bekerja sama dengan pihak mana pun
yang berkehendak baik untuk mewujudkan nilai-nilai yang luhur di dunia ini.
- Berusaha untuk memrakarsai dan memerjuangkan suatu dunia yang lebih baik
untuk umat manusia. Terlibat dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kita
dapat memberi kesaksian bahwa “katolik” artinya terbuka untuk apa saja yang
baik dan siapa yang berhendak baik.

Langkah Ketiga: Menghayati Kekatolikan Gereja dalam Hidup

1. Refleksi
Buatlah refleksi tentang apa dan bagaimana kalian mewujudkan sifat kekatolikan
Gereja dalam hidupmu!

2. Aksi
Buatlah rencana aksi nyata untuk mewujudkan kekatolikan dirimu dalam hidup
sehari-hari di rumah, sekolah, gereja dan masyarakat!

Doa Penutup

Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, Amin.


Ya Tuhan, melalui pertemuan ini kami sudah disuguhi bekal pengetahuan
akan Gereja-Mu yang abadi, satu, kudus, katolik dan apostolik. Semoga
dengan bertambahnya pengetahuan yang kami terima, hati kami terbuka, dan
senantiasa kami mengundang Roh Kudus-Mu untuk menggiatkan kami agar
kami semakin mencintai Gereja yang hidup dan berziarah di dunia ini.
Dengan perantaraan Kristus Tuhan dan Juru Selamat kami. Amin.
Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.

Rangkuman

- Ada hubungan dekat antara agama dan kebudayaan. Hubungan ini telah
mewajibkan Gereja Katolik untuk setia mendengarkan bisikan kebudayaan.
Kewajiban lain yang lebih luas adalah untuk merefleksikan dan merenungkan

52 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


proses terbentuknya interaksi budaya manusia. Proses inkulturasi dapat dilihat
sebagai perjalanan dari kebudayaan yang satu menuju kebudayaan lain.
Agama dan kristianitas akhirnya adalah bagian dari kebudayaan manusia.
- Konsili Vatikan II menegaskan agar Gereja Katolik membuka diri dan
menerima unsur-unsur kebudayaan setempat. Tentu sejauh unsur-unsur
kebudayaan itu tidak secara prinsipil bertolak belakang dengan ajaran Gereja.
- Katolik makna aslinya berarti universal atau umum. Arti universal dapat
dilihat secara kuantitatif dan kualitatif.
- Gereja itu katolik karena Gereja dapat hidup di tengah segala bangsa dan
memeroleh warganya dari semua bangsa. Gereja sebagai sakramen Roh Kudus
mempunyai pengaruh dan daya pengudus yang tidak terbatas pada anggota
Gereja saja, melainkan juga terarah kepada seluruh dunia.
- Dengan sifat katolik ini dimaksudkan bahwa Gereja mampu mengatasi
keterbatasannya sendiri untuk berkiprah ke seluruh penjuru dunia.
- Gereja itu katolik karena ajarannya dapat diwartakan kepada segala bangsa
dan segala harta kekayaan bangsa-bangsa dapat ditampungnya sejauh itu baik
dan luhur.
- Gereja terbuka terhadap semua kemampuan, kekayaan, dan adat-istiadat
yang luhur tanpa kehilangan jati dirinya. Sebenarnya, Gereja bukan saja
dapat menerima dan merangkum segala sesuatu, tetapi Gereja dapat menjiwai
seluruh dunia dengan semangatnya. Oleh sebab itu, yang katolik bukan saja
Gereja universal, melainkan juga setiap anggotanya, sebab dalam setiap
jemaat hadirlah seluruh Gereja. Setiap jemaat adalah Gereja yang lengkap,
bukan sekadar “cabang” Gereja universal. Gereja setempat merupakan seluruh
Gereja yang bersifat katolik.
- Gereja bersifat katolik berarti terbuka bagi dunia, tidak terbatas pada tempat
tertentu, bangsa dan kebudayaan tertentu, waktu atau golongan masyarakat
tertentu.
- Kekatolikan Gereja tampak dalam rahmat dan keselamatan yang
ditawarkannya.
- Iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum, dapat diterima dan dihayati oleh
siapa pun juga.
- Kekatolikan Gereja tidak berarti bahwa Gereja meleburkan diri ke dalam
dunia. Dalam keterbukaan itu, Gereja tetap memertahankan identitas dirinya.

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 53


- Kekatolikan justru terbukti dengan kenyataan bahwa identitas Gereja tidak
tergantung pada bentuk lahiriah tertentu, melainkan merupakan suatu identitas
yang dinamis, yang selalu dan dimana-mana dapat memertahankan diri,
bagaimanapun juga bentuk pelaksanaannya. Kekatolikan Gereja bersumber
dari firman Tuhan sendiri.
- Gereja itu bersifat dinamis. Maka Gereja dapat dikembangkan lebih nyata atau
diwujudkan dengan cara: bersikap terbuka dan menghormati kebudayaan,
adat istiadat, bahkan agama bangsa mana pun. Bekerja sama dengan pihak
mana pun yang berkehendak baik untuk mewujudkan nilai-nilai yang luhur di
dunia ini.
- Berusaha untuk memrakarsai dan memerjuangkan suatu dunia yang lebih baik
untuk umat manusia. Terlibat dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kita
dapat memberi kesaksian bahwa “katolik” artinya terbuka untuk apa saja yang
baik dan siapa yang berhendak baik.

D. Gereja yang Apostolik

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu memahami sifat Gereja yang apostolik, dan mengambil bagian
dalam mewujudkan keapostolikan Gereja itu dalam hidupnya sehari-hari.

Pengantar

Gereja yang apostolik merupakan warisan iman Gereja seperti yang ditulis dalam
Kitab Suci dan Tradisi suci, dilestarikan, diajarkan dan diwariskan oleh para
rasul. Dengan ciri apostolik ini mau ditegaskan adanya kesadaran bahwa Gereja
“dibangun atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu
penjuru”(Ef.2:20). Gereja Katolik mementingkan hubungan historis, turun temurun,
antara para rasul dan pengganti mereka, yaitu para uskup. Dengan demikian juga
menjadi jelas mengapa Gereja Katolik tidak hanya mendasarkan diri dalam hal
ajaran-ajaran dan eksistensinya pada Kitab Suci melainkan juga kepada Tradisi suci
dan magisterium Gereja sepanjang masa.

54 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


Doa Pembuka

Marilah mengawali kegiatan pembelajaran ini dengn berdoa!


Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.
Ya Tuhan yang Mahabaik.
Melalui iman para rasul-Mu, Engkau telah menubuatkan ajaran iman bagi
para rasul-Mu untuk menjadi wadah yang kokoh, iman yang kuat, iman yang
merasul dan menjadi saksi. Teristimewa pada pertemuan ini kami akan belajar
tentang sifat Gereja yang apostolik, Gereja yang merasul. Semoga kami
menjadi rasul seperti para murid Yesus Putera-Mu yang setia mewartakan Injil
dalam situasi apapun. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.
Langkah Pertama: Menggali Pemahaman tentang Keapostolikan Gereja

1. Bacalah cerita berikut ini!

Tahbisan Uskup Tanjung Selor, Mgr Paulinus Yan Olla MSF

Pastor Paulinus Yan Olla, MSF resmi menjadi Uskup Tanjung Selor. Tahbisan
episkopal Pastor Paulinus berlangsung di Lapangan Agatis, Kabupaten Bulungan,
Kalimantan Utara, Sabtu, 5/5. Uskup Agung Samarinda (sebelumnya sebagai
Uskup Tanjung Tanjung Selor), Mgr Yustinus Harjosusanto MSF, menjadi

Gambar 2.3. Uskup Agung Samarinda Mgr. Yustinus Harjosusanto MSF


dan Uskup Tanjung Selor, Mgr. Paulinus Yan Olla MSF
Sumber: Dok. HIDUP/Marchella A. Vieba (2018)

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 55


pentahbis utama Pastor Paulinus. Sementara sebagai pentahbis pendamping adalah
Uskup Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang dan Uskup Palangkaraya, Mgr.
Aloysius Sutrisnaatmaka MSF.
Pada kesempatan itu hadir pula Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr.
Piero Pioppo. Mgr. Pioppo memerlihatkan dan membacakan surat resmi dari Paus
Fransiskus ihwal penunjukkan Pastor Paulinus sebagai Uskup Tanjung Selor.
Dalam sambutannya, Mgr. Paulinus mengucapkan terima kasih kepada semua
yang telah hadir dan mendoakan untuk acara tahbisannya. “Kita berkumpul di
tempat ini karena Tuhan telah berkenan memilih saya, hambanya yang hina ini
untuk bekerja di kebun anggur-Nya, di Keuskupan Tanjung Selor,” tuturnya.
Kehadiran Mgr. Paulinus menjadi berkat sekaligus memberi harapan bagi
seluruh umat Keuskupan Tanjung Selor. Ini merupakan bentuk jawaban Tuhan atas
kerinduan dan doa yang senantiasa dipanjatkan oleh seluruh umat. “Perjuangan
para pendahulu akan dilanjutkan melalui pengabdian kami di keuskupan ini
(Tanjung Selor),” lanjutnya. (Marchella A. Vieba/)
Sumber: www.hidupkatolik.com/Marchella A. Vieba (2018)

2. Pendalaman
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1) Apa yang dikisahkan pada berita tahbisan Uskup Tanjung Selor, Mgr. Paulinus
Yan Olla, MSF?
2) Apa yang dibacakan dan diperlihatkan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia,
Mgr. Piero Pioppo?
3) Apa yang disampaikan Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF setelah ia ditahbiskan?
4) Dari cerita tahbisan ini, apa yang kalian ketahui tentang Gereja yang bersifat
apostolik?

3. Penjelasan
- Dalam setiap acara tahbisan uskup dimanapun di seluruh dunia, Duta besar
Vatikan atau yang mewakilinya membacakan surat penetapan oleh sri Paus
untuk calon uskup baru yang akan ditahbiskan. Paus sebagai kepala Gereja
universal, penerus tahta Santo Petrus sesuai kedudukannya menunjuk seorang
imam menjadi uskup atau gembala Gereja lokal.
- Dalam kisah/berita tahbisan Uskup Tanjung Selor, Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF
mengucapkan terima kasih kepada semua umat yang hadir dan mendoakannya
pada acara tahbisannya karena rahmat Tuhan. Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF
bersaksi bahwa Tuhan telah berkenan memilih dirinya, seorang hamba yang hina
untuk bekerja di kebun anggur-Nya, di keuskupan Tanjung Selor.

56 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


Langkah Kedua: Mendalami Ajaran Gereja tentang Sifat Apostolik
Gereja

1. Ajaran Gereja
Bacalah dan simaklah ajaran Gereja berikut ini!

Gereja Diutus oleh Kristus

Sejak semula Tuhan Yesus “memanggil mereka yang dikehendaki-Nya serta


untuk diutus-Nya mewartakan Injil” (Mrk 3:13; lih. Mat 10:1-42). Begitulah
para rasul merupakan benih-benih Israel baru, pun sekaligus awal mula
hierarki suci. Kemudian, sesudah sekali, dengan wafat serta kebangkitan-
Nya, Tuhan menyelesaikan dalam diri-Nya rahasia-rahasia keselamatan kita
serta pembaharuan segala sesuatu, menerima segala kuasa di surga dan
di bumi (lih. Mat 28:18), sebelum Ia diangkat ke surga (lih. Kis 1:11), Ia
mendirikan Gereja-Nya sebagai sakramen keselamatan. Ia mengutus para
rasul ke seluruh dunia, seperti Ia sendiri telah diutus oleh Bapa (lih. Yoh
20:21), perintah-Nya kepada mereka: “Karena itu pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku, dan babtislah mereka dalam nama Bapa, dan
Putera, dan Roh Kudus: ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19, dst.). “Pergilah ke seluruh
dunia, dan wartakanlah Injil kepada semua makhluk. Barang siapa percaya
dan di baptis, akan selamat; tetapi siapa tidak percaya, akan dihukum” (Mrk
16:15 dan seterusnya).
Maka dari itu Gereja mengemban tugas menyiarkan iman serta keselamatan
Kristus, baik atas perintah jelas, yang oleh para rasul telah diwariskan kepada
dewan para uskup yang dibantu oleh para imam, bersama dengan pengganti
Petrus serta gembala tertinggi Gereja, maupun atas daya-kekuatan kehidupan,
yang oleh Kristus disalurkan kepada para anggota-Nya; “daripada-Nyalah
seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan
semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan setiap anggota, menerima
pertumbuhan dan membangun dirinya dalam kasih” (Ef 4:16).
Oleh karena itu perutusan Gereja terlaksana dengan karya kegiatannya.
Demikianlah Gereja, mematuhi perintah Kristus dan digerakkan oleh
rahmat serta cinta kasih Roh Kudus, hadir bagi semua orang dan bangsa
dengan kenyataannya sepenuhnya, untuk dengan teladan hidup maupun
pewartaannya, dengan sakramen-sakramen serta upaya-upaya rahmat
lainnya menghantarkan mereka kepada iman, kebebasan dan damai Kristus,

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 57


sehingga bagi mereka terbukalah jalan yang bebas dan teguh, untuk ikut
serta sepenuhnya dalam misteri Kristus.
Perutusan itu terus berlangsung, dan di sepanjang sejarah menjabarkan
perutusan Kristus sendiri, yang diutus untuk mewartakan Kabar Gembira
kepada kaum miskin. Atas dorongan Roh Kristus Gereja harus menempuh
jalan yang sama seperti yang dilalui oleh Kristus sendiri, yakni jalan
kemiskinan, ketaatan, pengabdian dan pengorbanan diri sampai mati,
dan dari kematian itu muncullah Ia melalui kebangkitan-Nya sebagai
Pemenang. Sebab demikianlah semua rasul berjalan dalam harapan. Dengan
mengalami banyak kemalangan dan duka derita mereka menggenapi apa
yang masih kurang pada penderitaan Kristus bagi Tubuh-Nya yakni Gereja
(lih. Kol 1:24). Sering pula darah orang-orang kristiani menjadi benih (AG,
artikel 5).

2. Pendalaman
Diskusikan dalam kelompok kecil untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
ini!
1) Apa maksudnya Gereja yang bersifat atau berciri apostolik?
2) Mengapa Gereja Katolik mementingkan hubungan historis, turun temurun,
antara para rasul dan pengganti mereka, yaitu para uskup?
3) Apa peran Roh Kudus bagi Gereja yang apostolik?
4) Apa yang diperintahkan Yesus kepada para rasul-Nya?
Setelah berdiskusi dalam kelompok, laporkan hasil diskusi kelompokmu di
kelas! Dan kelompok lain dapat menanggapinya.

3. Penjelasan
- Gereja yang apostolik merupakan warisan iman Gereja seperti yang ditulis
dalam Kitab Suci dan Tradisi suci, dilestarikan, diajarkan dan diwariskan oleh
para rasul. Dengan ciri apostolik ini Gereja “dibangun atas dasar para rasul dan
para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef. 2:20).
- Gereja Katolik mementingkan hubungan historis, turun temurun, antara para
rasul dan pengganti mereka, yaitu para uskup. Dengan demikian juga menjadi
jelas mengapa Gereja Katolik tidak hanya mendasarkan diri dalam hal ajaran-
ajaran dan eksistensinya pada Kitab suci melainkan juga kepada Tradisi suci dan
Magisterium Gereja sepanjang masa.
- Di bawah bimbingan Roh Kudus, Roh Kebenaran, Magisterium (otoritas
mengajar), Gereja yang dipercayakan kepada para rasul dan penerus mereka

58 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


berkewajiban untuk melestarikan, mengajarkan, membela dan mewariskan
warisan iman.
- Roh Kudus melindungi Gereja dari kesalahan dalam otoritas mengajarnya.
Yesus mengutus para rasul dan bersabda: “Pergilah, ajarilah semua bangsa, dan
baptislah mereka atas nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
menaati segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (lih. Mat 28:19-20).
- Perintah resmi Kristus untuk mewartakan kebenaran yang menyelamatkan itu
oleh Gereja diterima dari para rasul dan harus dilaksanakan sampai ke ujung
bumi. Gereja terus-menerus mengutus para pewarta sampai Gereja-Gereja baru
terbentuk sepenuhnya untuk melanjutkan karya pewartaan Injil.
- Gereja sekarang sama dengan Gereja para rasul. Bahkan identitas Gereja
sekarang mempunyai kesatuan dan kesamaan fundamental dengan Gereja para
rasul.

Langkah Ketiga: Menghayati Sifat Keapostolikan Gereja

1. Refleksi
Buatlah refleksi tentang sifat Gereja yang apostolik!
Bila fasilitas memungkinkan saksikan video dokumenter
pengumuman hasil pemilihan Paus Fransiskus atau biasa disebut
“Habemus Papam” (Kita mempunyai Paus baru) dengan menggunakan
kode QR berikut. Youtube Channel, Patriarcado de Lisboa, Kata
Kunci Pencarian: Eleição do Papa Francisco

Selanjutnya kalian membuat refleksi keapostolikan Gereja, bisa dalam bentuk


renungan, doa, puisi, dan lain-lain.

2. Aksi
Buatlah rencana aksi untuk selalu mendoakan para pemimpin Gereja Katolik dalam
doa pribadi atau doa bersama keluarga atau bersama umat di lingkungan atau waktu
perayaan misa di gereja!

Doa Penutup

Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.


Kami haturkan terima kasih ya Tuhan, atas berkat-Mu kami boleh
menyelesaikan pertemuan ini. Semoga kami menjadi Gereja yang apostolik,
yang membawa karya keselamatan bagi sesama. Jadikanlah kami menjadi
pewarta sejati yang tangguh membawa Kabar Gembira bagi semua orang.
Karena Kristus Tuhan dan Juru Selamat kami. Amin.
Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 59


Rangkuman

- Gereja yang apostolik merupakan warisan iman Gereja seperti yang ditulis
dalam Kitab Suci dan Tradisi suci, dilestarikan, diajarkan dan diwariskan oleh
para rasul. Dengan ciri apostolik ini Gereja “dibangun atas dasar para rasul
dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef. 2:20).
- Gereja Katolik mementingkan hubungan historis, turun temurun, antara para
rasul dan pengganti mereka, yaitu para uskup. Dengan demikian juga menjadi
jelas mengapa Gereja Katolik tidak hanya mendasarkan diri dalam hal ajaran-
ajaran dan eksistensinya pada Kitab suci melainkan juga kepada Tradisi suci
dan Magisterium Gereja sepanjang masa.
- Di bawah bimbingan Roh Kudus, Roh Kebenaran, Magisterium (otoritas
mengajar) Gereja yang dipercayakan kepada para rasul dan penerus mereka
berkewajiban untuk melestarikan, mengajarkan, membela dan mewariskan
warisan iman.
- Roh Kudus melindungi Gereja dari kesalahan dalam otoritas mengajarnya.
Yesus mengutus para rasul dan bersabda: “Pergilah, ajarilah semua bangsa,
dan baptislah mereka atas nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, dan ajarlah
mereka menaati segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (lih.
Mat 28:19-20).
- Perintah resmi Kristus untuk mewartakan kebenaran yang menyelamatkan itu
oleh Gereja diterima dari para rasul dan harus dilaksanakan sampai ke ujung
bumi. Gereja terus-menerus mengutus para pewarta sampai Gereja-Gereja
baru terbentuk sepenuhnya untuk melanjutkan karya pewartaan Injil.
- Gereja sekarang sama dengan Gereja para rasul. Bahkan identitas Gereja
sekarang mempunyai kesatuan dan kesamaan fundamental dengan Gereja
para rasul.

Penilaian

Aspek Pengetahuan

Jawablah pertanyaan berikut!


1. Jelaskan apa makna Gereja itu satu menurut asalnya dalam GS 78, 3!
2. Jelaskan apa makna Gereja itu satu menurut jiwanya dalam UR 2!
3. Jelaskan makna kesatuan menurut hakikat Gereja dalam KGK 813!
4. Jelaskan manakah ikatan-ikatan kesatuan Gereja dalam KGK 815!

60 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


5. Sebutkan dan jelaskan contoh dari sifat kesatuan Gereja dalam hidup sehari-hari!
6. Mengapa Gereja itu kudus?
7. Jelaskan apa maksud pernyataan bahwa kekudusan itu juga “terungkapkan
dengan aneka cara pada masing-masing orang” menurut LG, artikel 48!
8. Sebut dan jelaskan contoh sifat kekudusan dalam hidup sehari-hari!
9. Apa makna Katolik menurut Lumen Gentium, artikel 13?
10. Sebut dan jelaskan contoh sifat kekatolikan dalam hidup sehari-hari!

Aspek Keterampilan

a. Membuat rencana aksi untuk mewujudkan sifat Gereja yang satu dalam hidupnya
sehari-hari.
b. Membuat rencana aksi untuk mewujudkan sifat Gereja yang kudus dalam
hidupnya sehari-hari.
c. Membuat rencana aksi untuk mewujudkan sifat Gereja yang katolik dalam
hidupnya sehari-hari.
d. Membuat rencana aksi untuk mewujudkan sifat Gereja yang apostolik dalam
hidupnya sehari-hari.
e. Membuat refleksi tentang sifat Gereja yang satu.
f. Membuat refleksi tentang sifat Gereja yang kudus.
g. Membuat refleksi tentang sifat Gereja yang katolik.
h. Membuat refleksi tentang sifat Gereja yang apostolik.

Pedoman penilaian untuk refleksi

Kriteria A (4) B (3) C (2) D (1)


Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan
struktur yang struktur yang struktur yang struktur yang
Struktur sangat sistematis cukup sistematis kurang sistematis tidak sistematis
Refleksi (Pembukaan – Isi (Dari 3 bagian, (Dari 3 bagian, (Dari struktur
– Penutup) terpenuhi 2). terpenuhi 1). tidak terpenuhi
sama sekali).
Mengungkapkan Mengungkapkan Kurang Tidak
Isi Refleksi syukur kepada syukur kepada mengungkapkan mengungkapkan
Allah dan Allah, tapi tidak syukur kepada syukur kepada
(Mengungkapkan
menggunakan menggunakan Allah, tidak ada Allah.
tema yang
referensi Kitab referensi Kitab referensi Kitab
dibahas) Suci. Suci secara Suci.
signifikan.

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 61


Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan
bahasa yang bahasa yang bahasa yang kurang bahasa yang tidak
jelas dan jelas namun ada jelas dan banyak jelas dan tidak
Bahasa yang
sesuai dengan beberapa kesalahan kesalahan tidak sesuai dengan
digunakan
Pedoman Umum tidak sesuai dengan sesuai dengan Pedoman Umum
dalam refleksi Pedoman Umum Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Ejaan Bahasa
Indonesia. Ejaan Bahasa Ejaan Bahasa Indonesia.
Indonesia. Indonesia.

Jumlah nilai 90 - 100 A


Skor = x 100% 80 - 89 B
Skor maksimal
70 - 79 C
0 - 69 D

Aspek Sikap
a. Penilaian Sikap Spiritual
Nama : ...............................................
Kelas/Semester : ..................../..........................
Petunjuk:
1. Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda √ pada
kolom yang sesuai dengan keadaan dirimu yang sebenarnya!
2. Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru!

Tidak
No. Butir Instrumen Penilaian Selalu Sering Jarang
pernah
1. Saya bersyukur kepada Tuhan Yesus
karena Dia mendirikan Gereja yang
satu untuk semua umat beriman.
2. Saya bersyukur dengan cara bersatu
bersama saudara seiman dalam doa
atau ibadat di lingkungan rohani atau
komunitas basis dimana saya tinggal.
3. Saya selalu bersyukur kepada Tuhan
dengan cara bersikap aktif menciptakan
perdamaian di sekolah atau lingkungan
bila hubungan yang kurang harmonis
antar-sesama umat seiman.
4. Saya bersyukur kepada Tuhan karena
dipanggil untuk berhimpun dalam
Gereja-Nya yang kudus.
5. Saya bersyukur atas kekudusan Gereja
dengan cara selalu berdoa pribadi
setiap hari.

62 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI


6. Saya bersyukur kepada Tuhan karena
saya dipanggil menjadi anggota Gereja
Katolik.
7. Saya bersyukur atas kekatolikanku
dengan menjaga semangat keterbukaan
dalam pelayanan Gereja.
8. Saya bersyukur atas kekatolikanku
dengan selalu berdoa bersama umat
seiman dalam dalam lingkungan/
komunitas basis.
9. Saya bersyukur kepada Tuhan atas
anugerah Gereja yang dibangun
melalui para rasul Yesus (Gereja
perdana).
10. Saya bersyukur dengan cara
meneladani semangat iman para rasul
dalam hidup saya.

Jumlah nilai 90 - 100 A


Skor = x 100% 80 - 89 B
Skor maksimal
70 - 79 C
0 - 69 D

b. Penilaian Sikap Sosial


Nama : ...............................................
Kelas/Semester : ..................../..........................
Petunjuk:
1. Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda √ pada
kolom yang sesuai dengan keadaan dirimu yang sebenarnya!
2. Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru!

Butir Instrumen Tidak


No. Sikap/Nilai Selalu Sering Jarang
Penilaian pernah
1. Kepedulian 1. Saya peduli pada persatuan
sosial (wujud dan kesatuan hidup
sifat satu dan masyarakat Indonesia yang
kudus). pluralistik.
2. Saya peduli pada kegiatan
yang memersatukan
orang muda di lingkungan
masyarakat tempat saya
tinggal.

Bab 2. Sifat-Sifat Gereja 63


3. Saya peduli pada sesama
yang beda agama dan
keyakinan serta asal-usulnya
dalam hal hidup bertetangga.
4. Saya peduli pada orang-
orang yang membutuhkan
pertolongan
5. Saya peduli pada kebenaran
yang diperjuangkan dalam
masyarakat.

2. Kepedulian 1. Saya peduli kepada semua


sosial (wujud orang dalam pergaulan.
sifat katolik dan 2. Saya peduli pada orang
apostolik). beragama dan berkeyakinan
lain berkekurangan.
3. Saya peduli pada
semua mereka yang
memerjuangkan keadilan
dalam masyarakat.
4. Saya peduli dengan
teman di sekolah yang
membutuhkan pertolongan
khususnya dalam hal
kesulitan belajar.
5. Saya peduli dengan
kegiatan-kegiatan sosial di
sekolah atau di lingkungan
sebagai wujud semangat
hidup para rasul yang
selalu bahu membahu
dalam mewartakan Injil
keselamatan kepada semua
orang.

Jumlah nilai 90 - 100 A


Skor = x 100% 80 - 89 B
Skor maksimal
70 - 79 C
0 - 69 D

64 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI

Anda mungkin juga menyukai