Anda di halaman 1dari 9

KAMPUNG KUTA

A N G G O TA :
SEJARAH KAMPUNG KUTA

Di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, terdapat sebuah perkampungan adat yang bernama Kampung Kuta. Perkampungan
yang berada di Desa Karangpaninggal, Kecamatan Tambaksari atau sekitar 60 Km dari Kota Ciamis ke arah timur ini,
masyarakatnya masih memegang teguh adat dan budaya yang merupakan warisan dari leluhurnya.
Meski begitu, masyarakat kampung kuta sangat terbuka dan patuh mengikuti aturan hukum perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia. Begitupun dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Makanya, di Kampung Kuta,
terdapat pembagian kampung yang terdiri dari 2 RW dan 4 RT.
Nama Kampung Kuta berasal dari bahasa sunda kuno. Kuta artinya pagar tembok. Karena geografis kampung ini berada
di sebuah lembah yang curam dan dikeliling tebing dan bukit yang cukup tinggi, dianggap menyerupai sebuah pagar
tembok. Dari situlah nama Kampung Kuta konon berasal.
Menurut cerita dari seorang budayawan Ciamis, sejarah Kampung Kuta ada kaitannya dengan awal berdirinya Kerajaan
Galuh atau pada abad ke 6. Ketika pemerintahan Kerajaan Galuh terbentuk, kemudian mencari lokasi untuk dijadikan
sebagai pusat pemerintahan atau sebuah ibukota.
Raja Galuh pada waktu itu, yakni Ki Ajar Sukaresi, menginginkan pusat kerajaan berada di wilayah Kampung Kuta.
Alasanya, letak geografis Kampung Kuta berada di sebuah lembah yang di kelilingi bukit dan tebing atau kondisinya
mirip sebuah benteng pertahanan. Kondisi itu cocok untuk berdiri sebuah bangunan kraton kerajaan. Hal itu agar tidak
mudah diserang oleh musuh.
Namun, ketika seluruh bahan-bahan bangunan untuk mendirikan kraton sudah terkumpul, sang raja ternyata berubah
pikiran setelah mendapat masukan dan saran dari bawahannya. Menurut para bawahannya bahwa lokasi lembah tidak
cocok untuk dijadikan pusat kerajaan. Alasannya, tidak memenuhi Patang Ewu Domas atau sebuah keyakinan dalam
memilih lokasi untuk berdirinya sebuah bangunan kraton. Setelah itu sang raja pun memerintahkan kepada sang prabu
untuk mencari lokasi lain.
Sang Prabu bersama pasukannya, kemudian bergegas mencari lokasi baru. Sekepal tanah dari bahan bangunan yang
sebelumnya direncanakan membangun kraton di Kampung Kuta, dibekal oleh sang prabu saat mencari lokasi baru.
Saat mencari lokasi baru untuk membangun kraton, Sang Prabu tampaknya memiliki teknik tersendiri agar mudah
mendapatkannya. Dia bersama para punggawanya pergi ke sebuah pegunungan yang tinggi. Ketika sampai di tempat
yang tinggi, kemudian Sang Prabu melihat lihat kawasan yang berada di bawahnya untuk meneliti lokasi mana yang
cocok untuk membangun kraton. Konon, tempat dataran tinggi bekas Sang Prabu meneliti lokasi itu sekarang bernama
Tenjolaya. Kata Tenjolaya berasal dari kata Tenjo (Bahasa Sunda) atau dalam bahasa Indonesia artinya lihat.
Yang pertama,
Masyarakat Kampung Kuta meyakini bila ada salah Yang kedua,
seorang warga memaksa membangun rumah dari untuk masuk ke hutan keramat hanya hari senin dan
tembok maka akan mendapat musibah. Bukan hanya jumat, tidak boleh meludah, mengambil barang-barang
terhadap orangnya melainkan berdampak terhadap yang ada di hutan keramat, tidak boleh memakai
satu kampung. Percaya atau tidak, hal itu sudah perhiasan, tidak boleh mengunakan pakaian serba
dibuktikan dan dirasakan oleh warga Kuta. hitam, larangan menggunakan alas kaki, larangan
memakai pakaian dinas

Adat Istiadat Kampung Kuta

Yang keempat,
Yang ketiga,
Tidak boleh ada kamar mandi di rumah karena
menguburkan orang yang meninggal dunia ke
tidak boleh ada kubakan (septictank), jadi ngalir
kampung lain, tidak boleh atau larangan
ke kali. Ini untuk mencegah demam berdarah dan
membuat sumur, sampai sekarang hukum adat
penyakit lainnya. Kamar mandi juga tidak boleh
tersebut masih berlaku.
ditembok
GEOGRAFIS KAMPUNG KUTA
Kampung/Dusun Kuta secara administratif berada di wilayah Kabupaten Ciamis, Kecamatan Tambaksari, tepatnya
di dalam Desa Karangpaningal dan ditetapkan sebagai sebuah Dusun yaitu Dusun Kuta. Dusun Kuta ini terdiri
atas 2 RW dan 4 RT.
Kampung Kuta secara administratif berbatasan dengan Dusun Cibodas di sebelah utara, Dusun Margamulya di
sebelah barat, dan disebelah selatan dan timur dengan Sungai Cijulang, yang sekaligus merupakan perbatasan
wilayah Jawa Barat dengan Jawa Tengah.
Untuk menuju ke kampung tersebut jarak yang harus ditempuh dari kota Kabupaten Ciamis sekitar 34 km
menuju ke arah utara. Dapat dicapai dengan menggunakan mobil angkutan umum sampai ke Kecamatan Rancah.

Secara geografis Kampung Kuta letaknya terpisah dengan kampung lain yang ada di Desa Karangpaninggal
karena berada di suatu lembah yang dikelilingi tebing-tebing tegak lurus yang sekaligus memisahkan atau
menjadi batas dengan kampung lainnya. Tebing-tebing yang mengelilingi Kampung Kuta di bagian sebelah
utara, barat dan selatan, jika dilihat dari arah dalam Kampung Kuta nampak menyerupai benteng yang
melindungi Kampung tersebut. Sebagai daerah lembah, kampung kuta merupakan daerah yang subur.
Namun demikian daerah kampung kuta dan daerah lainnya di Desa Karangpaningal mempunyai kondisi
tanah yang labil.
KEUNGGULAN KAMPUNG KUTA

1. Memiliki hutan keramat atau disebut leuweung gede yang sering didatangi oleh orang-orang
yang ingin mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan hidup.
2. Sumber air masih terjaga dengan baik
3. Masyarakat kampung kuta mengenal dan menggemari berbagai kesenian yang digunakan
sebagai sarana hiburan
4. Tersedia inap desa kurang lebih 50 rumah dengan kapasitas 3 orang setiap rumahnya
7 UNSUR BUDAYA
1. Unsur Bahasa
Dalam segi bahasa,masyarakat Kampung Kuta sama seperti msyarakat sunda lpada umumnya. Hanya
saja,Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari dikampung kuta adalah Bahasa sunda buhun atau
Bahasa sunda yang masih terpelihara keasliannya.
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan masyarakat Kampung Kuta pada umumnya bersumber dari Pendidikan formal dan
warisan leluhur. Pengetahuan warga Kampung Kuta yang berbeda dari masyarakat pada umumnya adalah system
pengetahuan yang bersumber dari warisan leluhur. Warga Kampung Kuta mempelajari kitab yang diwariskan secara
turun temurun.
3. Sistem Kemasyarakatan
Di Kampung Kuta terdapat dua organisasi sosial,yang pertama adalah organisasi pemerintahan resmi dengan
struktur kepengurusan mulai dari kepala desa sampai RT/RW.Yang membedakan organisasi social di Kampung Kuta
dengan daerah lain adalah adanya struktur kepengurusan adat dengan susunan mulai dari penanggung
jawab,ketua,wakil,sekretaris,bendahara,kuncen,tokoh msyarakat,dan masyarakat
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Sistem peralatan hidup yang digunakan oleh warga di Kampung Kuta masih sederhana disesuaikan
dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan disana. Sedangkan teknologinya di kampung kuta sudah
terdapat beberapa alat elektronik yang canggih.
5. Sistem Mata Pencaharian
Mayoritas warga Kampung Kuta memiliki mata pencaharian Bertani dan berternak.
6. Sistem Religi
Semua masyarakat di Kampung Kuta memeluk agama islam. Kepercayaan leluhur dan agama islam
berjalan beriringan. Walaupun semua masyarakat beragama islam,tapi mereka masih mempertahankan
kepercayaan leluhur seperti sesajen dan kepercayaan leluhur lainnya.
7. Kesenian
a. Kesenian Ibing Buhun atau Ronggeng
b. Kesenian Gondang
c. Kesenian Rengkong
d. Babarit
e. Nyuguh
f. Sedekah Bumi
THANK YOU!!!!!!!!

Anda mungkin juga menyukai