Anda di halaman 1dari 8

NAMA : SAEFUL MUSTOFA

NO : 22
KELAS : IX D

KISAH INSPIRATIF
LALU MUHAMMAD ZOHRI, MULAI BERUBAH SEJAK IBUNYA MENINGGAL

Nama Lalu Muhammad Zohri banyak dibicarakan. Kini bahkan viral di media sosial.
Bukan tanpa alasan, sprinter muda itu mempersembahkan medali emas untuk Indonesia di
Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Finlandia. Sebelum meraih gelar itu, Zohri punya perjalanan
panjang. Berikut kisahnya.
PONSEL terus berbunyi. Berita tentang prestasi Zohri di kejuaraan dunia U-20 di
Finlandia terus bedatangan. Tak mau ketinggalan, media ini langsung menelusuri keberadaan
keluarga sprinter yang kini viral. Tepatnya di Dusun Karang Pangsor, Kecamatan Pemenang
Kabupaten Lombok Utara (KLU). Salah satu warga di dusun itu rela mengantarkan ke
rumahnya. ”Ini rumahnya,” tunjuk dia kepada Lombok Pos (Jawa Pos Group).
Rumah itu hanya berdinding kayu dan dijaga karib Zohri, Zuliadi. Teman semasa kecil
Zohri itu mengambil kunci rumah sepeninggalan almarhum orang tuanya. ”Rumah ini saya
yang menjaganya. Kakak Zohri sibuk kerja di Gili Trawangan. Kalau Zohri pulang, istirahatnya
di sini,” kata Zuliadi. ”Sebentar saya ambilkan kunci dulu. Silahkan masuk,” sambungnya.
Lalu Muhammad Zohri, kisah Lalu Muhammad Zohri, perjuangan Lalu
MuhammadZohri. Rumah yang memiliki panjang 7×4 meter hanya disanggakan kayu balok.
Dinding pembatas ruang tamu dan ruang tidur hanya disekat papan.
Di kamar tamu hanya tersisa beberapa perabotan dapur almarhum ibunya, Saeriah. Perabotan
itu ditutup menggunakan kardus. Di kamar tidur, beberapa alat pertanian milik almarhum
ayahnya, L Ahmad tersimpan rapi di bawah dipan kasurnya yang telah lapuk.Tempat tidurnya,
tak ada kasur empuk. Dipan itu hanya beralaskan tikar lusuh dan selimut. Dinding kamar yang
terbuat dari bedek ditempeli koran-koran bekas. Alas dan sekat lemari patah. Kendati hidup
miskin, Zohri tak pernah mengeluh. Bahkan, dia merasa nyaman dengan tempat tidur yang
sederhana. “Dulu, kalau dia (Zohri, Red) malas sekolah selalu dicari gurunya. Kalau dicari
pasti dia sedang tidur di tempat tidur ini,” bebernya.Zohri hidup dengan keterbatasan. Kakak
pertamanya, Fadilah rela bekerja keras untuk menyekolahkan Zohri. ”Saya dan adik nomor
dua, bertekad untuk terus menyekolahkan Zohri,” kata Fadilah. Semasa sekolah, Zohri sangat
pemalas. Dia sangat sulit bangun pagi. ”Tiap pagi, saya selalu capek membangunkannya. Kalau
tidak ada uang saku, dia tidak ingin sekolah,” ujarnya.
Sehingga, beberapa kali dia harus dicari gurunya ke rumah. Namun, setiap gurunya ke
rumah, pasti Zohri ditemukan dalam keadaan tidur. “Di sinilah, dia tidur kalau dicari sama
gurunya,” kata Fadila sambil merapikan dipan tempat tidurnya.
Pada 2015, menjadi tahun yang sangat menyedihkan bagi anak bungsu dari empat bersaudara
itu. Ibunda tercintanya, Saeriah meninggal dunia karena penyakit tifus. ”Saya diberikan
tanggung jawab sama almarhum ibu untuk menjaga dan menyekolahkan Zohri,” ujarnya.
Setelah, ibunya meninggal, pria yang akrab disapa “Badok” di desanya itu mulai berubah. Tiap
azan subuh dia bangun sendiri. ”Saya tidak lelah lagi membangunkannya. Sekolahnya lebih
rajin juga,” kata dia. Sebelum ayahnya meninggal pada 2016, guru olahraganya di SMP 1
Pemenang, Rosida, pernah datang ke rumahnya. Dia meminta izin kepada bapaknya untuk
mendorong Zohri untuk ikut olahraga atletik.
”Kalau dulu, Zohri ini hobinya bermain bola. Namun, setelah mendengar ceramah
almarhum bapak, dia ingin terjun mengikuti olahraga atletik,” ujarnya. Setiap selesai salat
subuh, dia selalu menyempatkan diri untuk berlari ke bangsal. Larinya pun tanpa menggunakan
sepatu. ”Setelah lari baru dia mandi dan berangkat ke sekolah,” ingatnya.Dari situ, Fadilah
melihat semangat Zohri untuk menekuni olahraga atletik. Setiap hari, kerjaannya hanya berlari.
”Sebelum dan sepulang sekolah dia berlari tanpa menggunakan sepatu,” ungkapnya.Pada 2016,
Zohri meminta izin untuk mengikuti kejuaraan atletik antar pelajar tingkat kabupaten/kota di
Mataram. Sebelum mengikuti kejuaraan, dia meminta uang ke Fadilah untuk membeli sepatu.
Sayangnya, saat itu, kakaknya tidak memiliki cukup uang untuk membelikannya sepatu. ”Dia
minta waktu itu Rp 400 ribu. Tapi, satu sen pun uang saya saat itu tidak ada,” ujarnya.
Syukurnya, guru olahraganya, Rosida yang memberikannya sepatu untuk mengikuti kejuaraan
itu. ”Ibu Rosida memiliki jasa yang besar terhadap Zohri,” kata dia.Dia mendengar kabar, kalau
Zohri meraih juara satu di kejuaraan itu. Lalu, dia diminta untuk masuk ke Pemusatan dan
Latihan Pelajar (PPLP) NTB. Tapi, ayahnya sempat menolak karena tidak ada yang
menemaninya di rumah. ”Kalau menjadi atlet PPLP itu kan harus diam di asrama. Nah, ayah
saya tidak setuju,” ujarnya. Lagi-lagi, guru olahraganya Rosida datang ke rumah. Dia
meyakinkan ayahnya supaya Zohri diizinkan ke PPLP. ”Saya tidak tahu bahasanya ibu Rosida
sehingga ayah saya melunak dan mengizinkan Zohri ke PPLP,” ceritanya.
Zohri pun masuk PPLP pada pertengahan 2016. Dia mendengar bahwa Zohri
mendapatkan medali perak di kejuaraan nasional atletik antar PPLP. ”Saya dan ayah, bangga
sekali mendengarnya,” ujarnya. Pada akhir 2016, ayahnya yang terkena sakit sesak meninggal
dunia. Dia dan Zohri merasa terpukul melihat ayahnya yang terbaring di dipan yang lusuh itu.
”Saya ingat di dipan ini ayahnya saya meninggal. Di sini kedua orang tua saya menghabiskan
waktunya bersama,” kata Fadilah dengan perasaan sedih sambil mengusapkan air mata.
Meskipun sederhana, namun rumah reot ini sangat bersejarah bagi Zohri. ”Dari sini Zohri
dibesarkan dan kini bisa menjadi juara dunia. Itu sangat membanggakan,” ingat Fadilah yang
terus menangis. ”Saat ini, ayah dan ibu pasti tersenyum melihat anaknya yang sudah menjadi
juara dunia,” kata dia dengan terbata-bata. Semenjak kematian ayahnya, karir Zohri terus
melesat di dunia atletik. Di tiap kejuaraan nasional (kejurnas) atletik tingkat pelajar Zohri selalu
menyumbangkan emas untuk NTB.
Kerja keras yang dilakukan Zohri membuahkan hasil. Dia menyumbangkan dua medali
emas di Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2017 di Jawa Tengah. Di popnas, Zohri
mencatatkan waktu 10,29 detik. Dia mengalahkan pesaing terberatnya di nomor lari 100 meter
Izrak asal Gorontalo Izrak Hajulu yang mencatatkan waktu 10,32 detik.Catatan waktu yang
direngkuh Zohri membuat tim talent scoating dari Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh
Indonesia (PB PASI) kepincut membawanya ke Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas).
Sejak saat itu, torehan medali emas tetap dia persembahkan untuk Indonesia di ajang
internasional. Di kejuaraan Asian School Games, tes event Asian Games, dan puncaknya di
kejuaraan dunia.
KISAH INSPIRATIF
KISAH SEORANG PETANI MISKIN

Diceritakan pada suatu hari, ada seorang petani miskin yang hidup dengan seorang
puteranya. Petani itu hanya memiliki seekor kuda kurus yang setiap harinya membantu
menggarap ladang mereka. Pada suatu hari, entah apa penyebabnya, tiba-tiba kuda petani lari
begitu saja dari kandang menuju ke hutan. Para tetangga yang mengetahui berita itu cuman
bisa berkata, “Sungguh malang nasibmu, Pak Tani..” Pak tani hanya menjawab, “Malang atau
beruntung? Aku tidak tahu …”
Beberapa hari kemudian, ternyata kuda petani kembali ke kandangnya. Namun ia tidak
sendiri, karena ada seekor kuda liar yang mengikutinya. Para tetangga yang melihat peristiwa
itu berkata, “Wah..sungguh beruntung nasibmu Pak Tani, bukan saja kudamu sudah kembali,
tapi sekarang kau mempunyai 2 ekor kuda.” Pak tani hanya menjawab, “Malang atau
beruntung? Aku tidak tahu …”
Keesokan harinya, putera pak Tani dengan penuh semangat berusaha menjinakkan kuda
barunya. Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat untuk dikendalikan, sehingga pemuda itu
jatuh dan patah kakinya.
Para tetangga yang melihat peristiwa itu berkata, “Wahai Pak tani, sungguh malang
nasibmu!” Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …”
Putera pak Tani hanya bisa terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah
kakinya. Perlu waktu yang lama hingga tulangnya yang patah sembuh kembali. Tak lama
kemudian, datanglah Panglima Perang kerajaan ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh
pemuda untuk bergabung menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh kerajaan.
Seluruh pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak
harus berperang karena ia masih belum bisa berjalan dengan baik.
Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putera-puteranya bertempur, dan
berkata, “Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!” Pak tani hanya menjawab, “Malang
atau beruntung? Aku tidak tahu …”

Nilai yang dapat diambil:


Cerita petani di atas yang telah menunjukkan kerendahan hatinya, sungguh patutlah kita
contoh. Si Petani tidak begitu saja menyalahkan keadaan ketika dia kehilangan kuda atau pada
saat anaknya jatuh dan patah kakinya. Ia pun tidak melakukan sesuatu yang berlebihan ketika
mendapatkan tambahan kuda liar atau ketika anaknya tidak ikut ke medan perang.
Terkadang dalam hidup ini, kita terlalu cepat mengambil kesimpulan akan suatu
peristiwa yang telah terjadi. Padahal belum tentu kesimpulan itu benar adanya. Terkadang
malah kita bisa mendapatkan hikmah pembelajaran di balik masalah yang kita hadapi. Jadi
mulai sekarang, marilah kita tetap menjaga pikiran positif meski masalah yang kita hadapi saat
ini sangatlah sulit, karena di belakang itu semua, pastilah akan membuat kita semakin kuat dan
lebih bijaksana.
BATU, KERIKIL, DAN PASIR

Pada awal kelas filsafat di sebuah universitas, profesor berdiri dengan beberapa item
yang terlihat berbahaya di mejanya. Yaitu sebuah toples mayonaisse kosong, beberapa batu,
beberapa kerikil, dan pasir. Mahasiswa memandang benda-benda tersebut dengan penasaran.
Mereka bertanya-tanya, apa yang ingin profesor itu lakukan dan mencoba untuk menebak
demonstrasi apa yang akan terjadi.
Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, profesor mulai meletakkan batu-batu kecil
ke dalam toples mayonaisse satu per satu. Para siswa pun bingung, namun profesor tidak
memberikan penjelasan terlebih dahulu. Setelah batu-batu itu sampai ke leher tabung, profesor
berbicara untuk pertama kalinya hari itu. Dia bertanya kepada siswa apakah mereka pikir toples
itu sudah penuh. Para siswa sepakat bahwa toples tersebut sudah penuh.
Profesor itu lalu mengambil kerikil di atas meja dan perlahan menuangkan kerikil tersebut ke
dalam toples. Kerikil kecil tersebut menemukan celah di antara batu-batu besar. Profesor itu
kemudian mengguncang ringan toples tersebut untuk memungkinkan kerikil menetap pada
celah yang terdapat di dalam stoples. Ia kemudian kembali bertanya kepada siswa apakah
toples itu sudah penuh, dan mahasiswa kembali sepakat bahwa toples tersebut sudah penuh.
Para siswa sekarang tahu apa yang akan profesor lakukan selanjutnya, tapi mereka masih tidak
mengerti mengapa profesor melakukannya. Profesor itu mengambil pasir dan menuangkannya
ke dalam toples mayones. Pasir, seperti yang diharapkan, mengisi setiap ruang yang tersisa
dalam stoples. Profesor untuk terakhir kalinya bertanya pada murid-muridnya, apakah toples
itu sudah penuh, dan jawabannya adalah sekali lagi : YA.
Profesor itu kemudian menjelaskan bahwa toples mayones adalah analogi untuk
kehidupan. Dia menyamakan batu dengan hal yang paling penting dalam hidup, yaitu :
Kesehatan, pasangan anda, anak-anak anda, dan semua hal yang membuat hidup yang lengkap.
Dia kemudian membandingkan kerikil untuk hal-hal yang membuat hidup anda nyaman seperti
pekerjaan anda, rumah anda, dan mobil anda. Akhirnya, ia menjelaskan pasir adalah hal-hal
kecil yang tidak terlalu penting di dalam hidup anda.
Profesor menjelaskan, menempatkan pasir terlebih dahulu di toples akan menyebabkan
tidak ada ruang untuk batu atau kerikil. Demikian pula, mengacaukan hidup anda dengan
hal-hal kecil akan menyebabkan anda tidak memiliki ruang untuk hal-hal besar yang benar-
benar berharga.
Pesan Moral : Perhatikan segala sesuatu yang penting demi kehidupan yang penuh dengan
kebahagiaan. Luangkan waktu untuk bersama dengan anak-anak dan pasangan
anda. Selesaikan pekerjaan anda ketika anda berada di kantor, jangan saat anda sedang
berkumpul dengan keluarga. Dendam terhadap seseorang tidak akan bermanfaat untuk
anda. Dapatkan prioritas anda sekarang dan bedakan antara batu, kerikil, dan pasir.
IBU DENGAN SATU MATA

Ibuku hanya memiliki satu mata. Ketika aku tumbuh dewasa, aku membencinya karena
hal itu. Aku benci perhatian tak diundang yang aku dapatkan ketika berada di sekolah. Aku
benci bagaimana anak-anak lain menatapnya dan memalingkan muka dengan jijik. Ibuku
bekerja dengan dua pekerjaan untuk menafkahi keluarga, tetapi aku justru malu dengan
keadaannya dan tidak ingin terlihat sedang bersamanya.
Setiap kali ibu saya datang untuk mengunjungi saya di sekolah, rasanya aku ingin dia
menghilang. Aku merasakan gelombang kebencian terhadap wanita yang membuat saya
menjadi bahan tertawaan sekolah. Pada suatu waktu, ketika aku ingin meluapkan kemarahan
ekstrim, aku bahkan pernah mengatakan kepada ibu saya bahwa saya ingin dia mati. Aku
benar-benar tidak peduli tentang perasaannya.
Setelah aku tumbuh dewasa, aku melakukan apapun sekuat tenaga untuk menjauhkan
diri dari ibuku. Aku belajar dengan keras dan mendapat pekerjaan di luar negeri, jadi aku tidak
akan bertemu dengannya. Aku menikah dan mulai membesarkan keluargaku sendiri. Aku
sibuk dengan pekerjaan dan keluarga, demi menyediakan kehidupan yang nyaman untuk anak-
anakku tercinta. Aku bahkan tidak memikirkan ibuku lagi.
Namun tidak disangka, ibuku datang untuk mengunjungi rumahku pada suatu
hari. Wajah bermata satunya membuat anak-anak saya takut, dan mereka mulai menangis. Aku
marah pada ibuku karena muncul mendadak dan saya melarang dia masuk. Kemudian aku
berkata : “Jangan pernah kembali ke rumah saya dan kehidupan keluarga baru saya..!”. Aku
berteriak, tapi ibu saya hanya diam dan meminta maaf, lalu pergi tanpa mampu berkata-kata
lagi.
Pada suatu ketika, sebuah undangan untuk reuni sekolah tinggi membawa aku kembali
ke kampung halaman setelah puluhan tahun lamanya. Aku tidak bisa menolak berkendara
melewati rumah masa kecilku dan mampir ke gubuk tua tersebut. Tetangga saya mengatakan
kepadaku bahwa ibuku sudah meninggal dan meninggalkan surat untukku.
Beginilah isi surat ibu :

“Anakku sayang :
Ibu harus memulai surat ini dengan meminta maaf karena telah mengunjungi rumahmu
tanpa pemberitahuan dan menakuti anak-anakmu yang cantik. Ibu juga sangat menyesal
karena ibu adalah wanita yang memalukan dan sumber penghinaan bagimu, ketika kamu
masih kecil sampai tumbuh dewasa.
Ibu sudah mengetahui bahwa kamu pasti akan datang kembali ke kota ini untuk reuni
sekolah. Ibu mungkin tidak lagi berada di tempat ini ketika nanti kamu datang, dan ibu pikir
itu adalah waktu yang tepat untuk memberitahumu sebuah insiden yang terjadi ketika
kamu masih kecil.
Tahukah kamu, anakku sayang? Kamu mengalami sebuah kecelakaan dan kehilangan satu
mata. Ibu sangat terpukul karena terus memikirkan bagaimana nasib anakku apabila anak
ibu tercinta tumbuh hanya dengan satu mata. Ibu ingin kamu dapat melihat dunia yang
indah dengan sempurna, jadi ibu memberikan padamu sebelah mata ibu.
Anakku sayang, ibu selalu memilikimu dan akan selalu mencintaimu dari lubuk hati ibu
yang terdalam. Ibu tidak pernah menyesali keputusan ibu untuk memberikan mata ibu. Dan
ibu merasa tenang ketika ibu mampu memberikan kamu kemampuan untuk menikmati
hidup yang lengkap.
Dari : Ibumu tersayang.”
Setelah membaca surat dari ibu, air mataku menetes. Aku sangat menyesal. Diriku selalu
menyalahkan diriku sendiri, mengapa dulu aku tidak pernah sedikitpun bersikap baik pada
ibu. Aku bahkan tega menghilangkan dirinya dari kehidupanku, padahal ibu selalu ada
untuk membantuku.
Pesan Moral : Jangan pernah anda menyakiti perasaan orang tua. Karena anda tidak
pernah tahu apa saja yang telah dilakukan oleh orang tua anda sehingga anda bisa menjadi
seperti sekarang. Dan anda tidak akan pernah tahu kapan orang yang anda sayangi akan
meninggalkan anda untuk selama-lamanya.

Anda mungkin juga menyukai