Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

RS Tanggal Nilai Paraf


pembimbing

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 gram-4000 gram, menangis
spontan kurang dari 30 detik setelah lahir dengan nilai APGAR Antara 7 – 10
(Bobak & Jensen, 2012). Menurut Depkes (2005) bayi baru lahir normal adalah
bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat
lahir 2500 gram sampai 4000 gram ( Wagiyo & Putrono, 2016).
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
tersebut selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir
akan menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau
gangguan (Prawiroharjo, S, 2002).

2. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal


Ciri-ciri bayi baru lahir normal dan sehat menurut Wagiyo & Putrono (2016)
adalah berat badan bayi Antara 2500 – 4000 gram, panjang badan 48 – 52 cm,
lingar kepala 33-35 cm, lingkar dada 30-38 cm, detak jantung 120-140 x/menit,
frekuensi pernafasam 40-60 x/menit, lanugo sudah tidak terlihat, rambut kepala
sudah muncul, warna kulit badan merah muda dan licin, memiliki kuku yang agak
panjang dan lemas, reflek menghisap dan menelan sudah baik ketika diberikan
IMD (Inisiasi Menyusui Dini), reflek gerak memeluk dan menggenggam sudah baik.
Meconium akan keluar dalam waktu 24 jam setelah lahir. Keluarnya
meconium menjadi indikasi bahwa fungsi pencernaan bayi sudah normal. Feses
bayi berwarna hitam kehijau-hijauann dengan konsistensi liquid atau lengket seperti
aspal dan pada anak laki-laki testis sudah turun, sedangkan pada anak perempuan
labia mayora sudah melindungi labia minora (Wagiyo & Putrono, 2016).
3. Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir
Adaptasi neonatal atau bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional
neonatus dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus. Kemampuan
adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostatis, bila terdapat gangguan adaptasi
maka bayi akan sakit (Muslihatun, 2010.hlm.10)
a. Periode Transisi
Periode transisi merupakan fase tidak stabil selama 6 sampai 8 jam pertama
kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi. Periode transisi dibagi mejadi tiga
periode yaitu :
1) Periode pertama reaktivitas atau segera setelah lahir, karakeristik pada
periode ini frekuensi pernapasan cepat dan dapat mencapai 80 kali per
menit, adanya retraksi, dan suara seperti mendengkur. Denyut jantung dapat
mencapai 180 kali permenit selama beberapa menit pertama kehidupan
(Stright, 2005.hlm.209). Pada periode ini terjadi fluktuasi warna dari merah
jambu pucat ke sianosis, tidak ada bising usus dan bayi tidak berkemih. Bayi
memiliki sejumlah mukus, menangis kuat refleks mengisap kuat, mata bayi
terbuka lebih lama dari hari-hari sesudahnya karena bayi dapat
mempertahankan kontak mata dalam waktu lama. Pada periode ini bayi
membutuhkan perawatan khusus, yaitu mengkaji dan memantau frekuensi
jantung dan pernafasan setiap 30 menit pada 4 jam pertama setelah
kelahiran, menjaga bayi agar tetap hangat dengan suhu aksila 36,50C –
37,50C (Muslihatun 2010.hlm.4).
2) Periode kedua yaitu fase tidur atau tidur pertama, setelah respon awal bayi
baru lahir menjadi tenang, relaks dan jatuh tertidur, hal ini terjadi dalam dua
jam setelah kelahiran dan berlangsung beberapa menit sampai beberapa
jam (Stright, 2005.hlm.209). Menurut Muslihatun (2010, hlm.5) fase ini
dimulai dari 30 menit setelah periode pertama reaktivitas dan berakhir pada
2 -4 jam. Pada fase ini frekuensi pernafasan dan denyut jantug menurun
kembali kenilai dasar, warana kulit cenderung stabil dan bisa terdengar
bising usus. Pada fase ini bayi tidak banyak membutuhkan asuhan, karena
bayi tidak memberikan respon terhadap stimulus eksternal.
3) Periode ketiga transisi yaitu periode kedua reaktivitas, ini berakhir sekitar 4-6
jam setelah kelahiran, periode ini bayi memiliki tingkat sensivitas yang tinggi
terhadap stimulus internal dan lingkungan. Frekuensi nadi sekitar 120-160
kali permenit, frekuensi pernafasan sekitar 30-60 kali per menit. Terjadi
fluktuasi warna merah jambu atau kebiruan ke sianotik ringan disertai
bercak-bercak. Bayi sering berkemih dan mengeluarkan mekonium, terjadi
peningkatan sekresi mukus dan bayi bisa tersedak pada saat sekresi.
Refleks mengisap bayi sangat kuat dan bayi sangat aktif. Kebutuhan asuhan
bayi pada periode ini memantau secara ketat kemungkinan bayi tersedak
saat mengeluarkan mukus yang berlebihan, memantau setiap kejadian
apnea dan mulai melakukan rangsangan taktil, seperti mengusap punggung,
memiringkan bayi serta mengkaji keinginan dan kemampuan bayi untuk
mengisap dan menelan (Muslihatun, 2010.hlm.5)
b. Periode Pasca Transisional
Setelah bayi melewati periode transisi, bayi dipindahkan ke ruang rawat gabung
bersama ibunya. Asuhan bayi baru lahir normal umumnya mencakup pengkajian
tanda-tanda vital setiap 4 jam, pemeriksaan fisik setiap 8 jam, pemberian ASI on
demand, menggganti popok serta menimbang berat badan, selain asuhan
transisional dan pasca transisional asuhan bayi baru lahir juga diberikan pada
bayi berusia 2-6 hari, serta bayi berusia 6 minggu pertama (Muslihatun,
2010.hlm.5)
Pada bayi baru lahir (BBL) terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi :
1) Sistem pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah
tali pusat dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah
akibat adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir,
penurunan tekanan oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang
kemoreseptor pada sinus karotis. Usaha bayi pertama kali untuk
mempertahankan tekanan alveoli adanya surfaktan adalah menarik nafas,
mengeluarkan dengan menjerit sehingga oksigen tertahan di dalam. Fungsi
surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli. Masa alveoli akan
kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus biasanya
pernapasan diafragma dan abdominal. Sedangkan respirasi beberapa saat
setelah kelahiran yaitu 30-60 x/menit.
Pernapasan pertama pada bayi baru lahir terjadi dengan normal
dalam waktu 30 detik setelah kelahiran. Tekanan pada rongga dada bayi
melalui jalan lahir per vaginam mengakibatkan cairan paru yang jumlahnya
80-100 ml, berkurang sepertiganya sehingga volume yang hilang ini
digantikan dengan udara. Paru mengembang sehingga rongga dada kembali
kebentuk semula, pernapasan pada neonatus terutama pernapasan
diapragmatik dan abdominal biasanya frekuensi dan kedalaman pernapasan
masih belum teratur. Upaya pernapasan pertama berfugsi untuk
mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembangkan jaringan alveolus
paru utuk pertama kali, agar alveolus dapat berfungsi harus terdapat
surfaktan dalam jumlah yang cukup dan aliran darah ke paru (Rochmah.
2012.hlm.5)

2) Sistem cardiovaskuler
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari
plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar
masuk ke vena kava inferior melalui duktus dan vena, darah dari sel-sel tubuh
yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagian
akan dialirkan ke plasenta melalui arteri umbilikalis, demikian seterusnya.
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat, dengan
demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah
mengalir ke paru-paru, dengan demikian foramen ovale, duktus arterious dan
duktus venosus menutup. Arteri umbilikalis, vena umbilikalis dan arteri hepatika
menjadi ligamen.
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan bersirkulasi keseluruh tubuh guna menghantarkan oksigen ke
jaringan. Agar terbentuk sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan diluar
rahim, terjadi dua perubahan beasar yaitu penutupan foramen ovale pada atrium
paru dan aorta, kemudian penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan
aorta. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh
sistem pembuluh darah tubuh. Jadi, perubahan tekanan tersebut langsung
berpengaruh pada aliran darah. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah
mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya
sehingga mengubah aliran darah. Vena umbilikus, duktus venosus, dan arteri
hipogastrika pada tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit
setelah bayi lahir dan setelah talipusat di klem. Penutupan anatomi jaringan
fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan (Rochmah, 2012.hlm.7)
Maryanti, dkk (2011, hlm.16) mengatakan perubahan sistem kardiovaskuler
yaitu oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah aliran darah.
Perubahan sistem kardiovaskuler yang terjadi tiga tahap yaitu pertama
penutupan foramen ovale, dengan proses pemotongan tali pusat yang
menyebabkan terjadinya penurunan sirkulasi darah. Hal ini merangsang
timbulnya pernapasan pertama kali dan menyebabkan paru berkembang. Kedua
penutupan duktus arteriosus botali, ini merupakan pembuluh darah yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta, pulmonalis menghubungkan
ventrikel kanan ke paru untuk memberikan nutrisi dan pemeliharaan organ paru
(pada masa janin), bukan untuk proses pernapasan. Pada proses pernapasan
terjadi perubahan tekanan pada atriun kanan karena foramen ovale telah
menutup, darah akan dialirkan melalui arteri pulmonalis menuju paru proses ini
berfungsi setelah janin lahir. Dan yang ketiga yaitu vena dan arteri umbilikalis,
duktus venosus dan arteri hipogastrika dari talipusat menutup secara fungsional
dalam beberpa menit setelah lahir dan setelah tali pusat di klem.

3) Sistem hematopoiesis
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110 ml/kg selama hari
pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Nilai rata-rata
hemoglobin dan sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa.
Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 – 7,5 juta/mm 3 dan
Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi baru lahir mengandung sekitar 80% Hb
janin. Presentasi Hb janin menurun sampai 55% pada minggu kelima dan 5%
pada minggu ke 20.

4) Sistem Metabolisme
Otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada saat kelahiran,
setelah tali pusat diklem, seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar
glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir kadar glukosa darah akan
turun dalam waktu 1-2 jam. Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan
dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya
terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang
sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama
bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermi
saat lahir, kemudian mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan
glikogen dalam satu jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak
sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam pertama pada bayi cukup bulan yang sehat.
Jika semua persediaan digunakan dalam satu jam pertama, otak bayi akan
mengalami risiko. Bayi baru lahir kurang bulan, IUGR, dan gawat janin
merupakan kelompok yang paling berisiko, karena simpanan energi mereka
berkuang atau digunakan sebelum lahir. Pada jam-jam pertama energi didapat
dari pembakaran karbohidrat dan pada hari kedua energi berasal dari
pembakaran lemak. Energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam
pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme lemak sehingga kadar gula
darah dapat mencapai 120 mg/100 ml (Rochmah, 2012.hlm.9).

5) Sistem Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah
dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Absorpsi air
ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum air
ketuban dapat dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang berwarna hitam
kehijauan). Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan
dalam 24 jam pertama.
Secara fungsional, saluran gastrointestinal bayi belum matur dibandingkan
orang dewasa, membran mukosa pada mulut berwarna merah jambu dan basah.
Gigi tertanam didalam gusi dan sekresi ptialin sedikit. Sebelum lahir janin cukup
bulan akan mulai mengisap dan menelan. Kapasitas lambung sangat terbatas,
kurang dari 30 ml untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan
bertambah secara perlahan, seiring dengan pertumbuhan bayi. Pengaturan
makan yang sering oleh bayi sendiri sangat penting, contohnya memberikan
makan sesuai keinginan bayi (ASI on demand) (Rochmah, 2012)
Refleks gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada
saat lahir. Kemampuan neonatus cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan selain susu masih terbatas, hubungan antara esofagus bawah dan
lambung masih belum sempurna sehingga mengakibatkan gumoh pada
neonatus (Maryanti. 2011.hlm.20)

6) Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam
metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar, setelah
bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga sudah
disimpan dalam hepar. Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir
dalam keadaan imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan
ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas penghancuran darah dari
peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim
UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6
Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sering kurang
sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.
Selama kehidupan janin sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati terus
membantu pembentukan darah, dan selama periode neonatus hati memproduksi
zat yang esensial untuk pembekuan darah. Penyimpanan zat besi ibu cukup
memadai bagi bayi sampai lima bulan kehidupan ekstra uterin, pada saat ini bayi
baru lahir menjadi rentan terhadap defesiensi terhadap zat besi (Stright.
2005.hlm.217)
Menurut Maryanti, dkk (2011,hlm.21) setelah lahir hati menunjukkan
perubahan biokimia dan morfolofis berupa kenaikan kadar protein dan
penurunan kadar lemak dan glikogen. Enzim hepar belum aktif benar, seperti
enzim dehidrogenas dan transferase glukoronil sering kurang sehingga neonatus
memperlihatkan gejala ikterus neonatorum fisiologis

7) Sistem termogenik
Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian
suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan
pembakaran “Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi
daripada lemak biasa. Cara penghilangan tubuh dapat melalui konveksi aliran
panas mengalir dari permukaan tubuh ke udara sekeliling yang lebih dingin.
Radiasi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang
lebih dingin tanpa kontak secara langsung. Evaporasi yaitu perubahan cairan
menjadi uap seperti yang terjadi jika air keluar dari paru-paru dan kulit sebagai
uap dan konduksi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan
benda yang lebih dingin dengan kontak secara langsung.
Mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir
kelingkungannya melalui cara pertama evaporasi yaitu kehilangan panas melalui
proses penguapan atau perpindahan panas dengan cara merubah cairan
menjadi uap. Pencegahannya, setelah bayi lahir segera mengeringkan bayi
secara seksama dan menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan
kering serta menutup bagian kepala bayi.
Cara kedua konduksi yaitu kehilangan panas dari tubuh bayi kebenda
sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi, misalnya menimbang bayi
tanpa mengalasi timbangan bayi dan menggunakan stetoskop untuk
pemeriksaan bayi baru lahir (Muslihatun. 2010.hlm.12)
Cara ketiga konveksi yaitu kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin, misalnya aliran udara dingin dari kipas
angin, dan hembusan udara dingin melalului ventilasi. Cara keempat radiasi yaitu
kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda
yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi, misalnya bayi terlalu
dekat ke dinding tanpa memakai penutup kepala atau topi (JNPK-KR, 2012).

8) Kelenjar endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi
baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan
pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid perempuan. Kelenjar tiroid
sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa
bulan sebelum lahir.

9) Keseimbangan air dan ginjal


Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium
relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan
ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur
belum sebanyak orang dewasa dan ada ketidakseimbangan antara luas
permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, renal blood flow (aliran
darah ginjal) pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan orang
dewasa.
Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir,
dan dua sampai enam kali sehari pada 1 -2 hari pertama, setelah itu mereka
berkemih 5 sampai 20 kali dalam 24 jam. Urine dapat keruh karena lendir dan
garam asam urat, noda kemerahan dapat diamati pada popok karena kristal
asam urat (Stright, 2005.hlm.217)
Menurut Muslihatun (2010,hlm.18) fungsi ginjal belum sempurna karena
jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa, ketidak seimbangan luas
permukaan glomerulus dan volume tubulus froksimal, serta renal blood flow
relatif kurang bila dibandingkan orang dewasa.

10) Susunan saraf


Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat
dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan
menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan
gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi
lebih sempurna. Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup
diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif terhadap
cahaya.

11) Sistem imunitas


Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan
2 bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan.
Khususnya pada traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri dapat
alat pencernaan, imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan kedua setelah
bayi dilahirkan. Ig A, Ig D dan Ig E diproduksi secara lebih bertahap dan kadar
maksimum tidak dicapai sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang
menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.

12) Sistem integumen


Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih belum
matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Vernik
kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit bayi sangat
sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang cukup bulan
memiliki kulit kemerahan yang akan memucat menjadi normal beberapa jam
setelah kelahiran. Kulit sering terlihat bercak terutama sekitar ektremitas.
Tangan dan kaki sedikit sianotik (Akrosianotik). Ini disebabkan oleh
ketidakstabilan vosomotor. Stasis kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi.
Keadaan ini normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7-10 hari.
Terutama jika terpajan pada udara dingin.

13) Sistem skelet


Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara
keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh.
Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap
ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan
bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit
disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir
tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harys simetris, terdapat
kuku jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan sudah terlihat pada
bayi cukup bulan.

14) Sistem neuromuskuler


Reflek bayi baru lahir diantaranya :
Adapun reflex fisiologis pada BBLN yaitu :
a. Rooting reflex (reflex mencari puting).
Cara memunculkan: sentuhlah pipi atau ujung mulut bayi. Mulutnya akan
membuka dan kepalanya akan menengok ke arah sentuhan. Refleks ini
sangat membantu bayi dalam mencari payudara ibu atau botol susu.
b. Suck reflex (reflex menghisap).
Cara memunculkan: sentuhlah langit-langit mulut bayi dengan jari, maka bayi
akan mulai mengisap. Bayi premature biasanya belum mempunyai
kemampuan mengisap dengan baik. Refleks ini belum muncul hingga usia
janin 32 minggu dan belum berkembang sempurna hingga usia janin 36
minggu.
c. Moro reflex (Startle Reflex).
Refleks ini terjadi jika bayi dikejutkan oleh suara keras bahkan oleh
tangisnya sendiri atau oleh gerakan. Refleks ini dapat muncul hingga bayi
berusia 6 bulan. Cara memunculkan: dalam posisi terlentang angkat dan
topang punggung dan kepala bayi dengan satu tangan hingga posisi
setengah duduk, dengan cepat dan hati-hati lepaskan tangan. Kedua tangan
dan kakinya teregang, kepala tertarik ke belakang sekejap dan bayi
menangis.

d. Step/walking reflex (refleks melangkah).


Cara memunculkan: bayi diberdirikan (dipegang pada kedua ketiaknya) dan
kakinya disentuhkan lantai atau meja, ia akan melakukan gerakan seperti
melangkah.
e. Grasp reflex (reflex menggenggam).
Cara memunculkan: sentuhlah telapak tangan bayi dengan jari, maka dia
akan menggenggam jari kita. Refleks ini hanya muncul hingga usia 2 sampai
3 bulan dan lebih kuat pada bayi prematur.
f. Foot (refleks-refleks pada kaki)
Cara memunculkan:
1) Babinski: gores telapak kaki bagan luar dengan ujung jari, maka jari-jari
kakinya akan meregang dan ibu jari dorsofleksi. Ini adalah refleks
normal dan bertahan hingga usia 2 tahun.
2) Gores telapak kaki bagian dalam, maka jari-jari kaki akan fleksi dan
menggenggam jari pemeriksa.
g. Tonic neck reflex (Tonus Leher Asimetrik)
ketika kepala bayi dimiringkan ke kiri maka lengan kirinya akan meregang
lurus sementara siku lengan kanannya akan melipat. Hal ini biasa disebut
sebagai posisi “pagar”. Perlu di waspadai jika refleks ini tidak menghilang
juga ketika bayi berumur 6-7 bulan.
h. Doll’s eyes
letakan kedua jari telunjuk di telapak tangan bayi, bayi akan
menggenggamnya, tarik kedua lengan ke posisi duduk, mata
membuka( seperti boneka)
i. Hand-to mouth (babkin)
letakan jari di telapak tangan bayi, maka bayi akan menarik jari ke mulutnya
dan mulai menghisap.

j. Swimmer (Gallant) response


pegang bayi dalam posisi tengkurap sementara memegang perutnya dengan
tangan, dan gerakan ke satu sisi bayi, bayi akan fleksi keseluruhan tubuh
menuju sisi yang di gerakkan.
k. Crawling reflex
bayi yang baru lahir diletakan tengkurap, maka kaki akan menekuk/fleksi dan
mulai merangkak.

4. Tanda bayi baru lahir


a. Lahir aterm antara 37-42 minggu
b. Berat badan 2500-4000 gram
c. Panjang lahir 48-52 cm
d. Lingkar dada 30-38 cm
e. Lingkar kepala 33-35 cm
f. Lingkar lengan 11-12 cm
g. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
h. Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
i. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
j. Kuku agak panjang dan lemas
k. Nilai APGAR >7-12.
l. Gerakan aktif
m. Bayi lahir langsung menangis kuat
n. Genetalia :
1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum
dan penis yang berlubang.  
2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus yang
berlubang ,serta labia mayora menutupi labia minora.
o. Refleks rooting ( mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulut)sudah terbentuk dengan baik.
p. Refleks sucking sudah terbentuk dengan baik.
q. Refleks grasping sudah baik
r. Refleks morro
s. Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama

5. Klasifikasi
Menurut Kosim (2012) ada beberapa klasifikasi pada berat badan lahir yaitu:
a. Menurut Berat Lahir
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500
gram tanpamemandang masa gestasi)
2) Bayi Berat Lahir Cukup/Normal Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 2500–
4000 gram)
3) Bayi Berat Lahir Lebih Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram

b. Menurut Masa Gestasi atau Umur Kehamilan


1) Bayi Kurang Bulan (BKB) Bayi dilahirkan dengan masagestasi < 37 minggu (<
259 hari)
2) Bayi Cukup Bulan (BCB)Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37–42
minggu (259–293 hari)
3) Bayi Lebih Bulan (BLB)Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294
hari).

6. Pemantauan Bayi Baru Lahir


Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi
normal atau tidak dan diidentifikasi, masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas
keperawatan.
a. 2 jam pertama sesudah kelahiran
Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir
meliputi:
1) Kemampuan menghisap lemah atau kuat
2) Bayi tampak aktif atau lunglai
3) Bayi kemeraahan atau biru
b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya
kesehatan yang memerlukan tindak lanjut, seperti :
1) Gangguan pernafasan
2) Hipotermia
3) Infeksi
4) Cacat bawaan dan trauma lahir

7. Penatalaksanaan Medis
Tes diagnostik
a. pH tali pusat, tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status praasidosis,
tingkat rendah menunjukkan gangguan asfiksia bermakna.
b. Hemoglobin mencapai 15 sampai 20 g. hematokrit berkisar antara 43%
sampai 61%.
c. Tes Coombs langsung pada daerah tali pusat menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah yang menunjukkan kondisi
hemolitik.
d. Bilirubin Total sebanyak 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1
sampai 2 hari dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 hari.
e. Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm 3, neutrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
f. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
g. Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragi
prenatal/perinatal).
h. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar 8mg/dl 1-2
hari dan 12mg/dl pada 3-5 hari.
i. Golongan darah dan RH. (Marllyn. E, Doenges, 2001).
Terapi
a. Non Farmakologi
1) Pengukuran nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit kelima
setelah dilahirkan)
2) Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila
3) Penimbangan BB setiap hari
4) Jadwal menyusui
5) Higiene dan perawatan tali pusat
b. Farmakologi
1) Suction dan oksigen
2) Vitamin K
3) Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%, perak
nitral atau neosporin)
4) Vaksinasi hepatitis B
Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi. Tempat yang
biasa dipakai untuk menyuntikkan obat ini pada bayi baru lahir adalah
muskulus vastus lateralis. (Bobak, M Irene, 2005)

PENATALAKSANAAN 1 jam pertama


1) Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan, keadaan bayi saat ini
2) Mengobservasi TTV bayi
3) Memberikan identitas bayi berupa gelang yang sudah di tulis nama ibu,
tanggal lahir, jam Lahir,
4) Berat badan, panjang badan. Ibu sudah mengetahui
5) Mengambil cap kaki bayi. Ibu sudah mengetahui
6) Menghitung APGAR SCORE
7) Menganjurkan pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bln tanpa
mp ASI ,dan Ibu sering menyusui bayinya minimal 3 jam sekali atau
kapanpun
8) Mengajarkan ibu cara teknik menyusui bayinya dengan benar.
9) Memberikan salep mata tetrasiklin 1gr % di berikan pada kedua mata bayi
10) Memberikan injeksi vit K1  1mg (0,5 ml) diberikan secara IM 1/3 pada paha
bagian luar
11) Pemberian imunisasi hepatitis B (HB 0)
12) Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
13) Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi seperti demam, tidak mau
menyusui, nafas lebih
14) Cepat, hipotermi dan hipertermi, mengantuk terus ,talipusat berdarah dan
bau.

8. Komplikasi
Kondisi–kondisi yang menjadikan neonatus berisiko tinggi, antara lain :
a. Bayi dengan berat badan lahir rendah
Bayi dengan berat badan lahir rendah yaitubayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah
diantaranya adalah penyakit hipotermia, gangguan pernafasan, membran
hialin, ikterus, pneumonia, aspirasidan hiperbilirubinemia (Prawirohardjo,
2010).
b. Asfiksia neonatorum
Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen
dan tidak dapat mengeluarkan zat asamarang dari tubuhnya (Karyuni, 2009).
c. Perdarahan tali pusat
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul karena trauma pada
pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan
trombus normal. Selain itu, perdarahan pada tali pusat juga dapat sebagai
petunjuk adanya penyakit pada bayi (Dewi, 2010).
d. Kejang neonatus
Kejang pada neonatus bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu
gejala penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang atau
adanya kelainan susunan saraf pusat. Penyebab utama terjadinya kejang
adalah kelainan bawaan pada otak, sedangkansebab sekunder adalah
gangguan metabolik atau penyakit lainseperti penyakit infeksi. Di negara
berkembang, kejang pada neonatus sering disebabkan oleh tetanus
neonatorum, sepsis, meningitis, ensefalitis, pendarahan otak, dan cacat
bawaan (Tanto,Liwang, 2014).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semi koma
saat tidur, meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata
cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Pernapasan dan peredaran darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai status
kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran darah
dapat digunakan metode APGAR Score. Namun secara praktis dapat dilihat
dari frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta wajah, ekstremitas dan
seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140
kali/menit (12 jam pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100
kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
Pengkajian setelah lahir Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi
barulahir dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus yaitu dengan
penilaian APGAR, meliputi:
APGAR 0 1 2
Badan merah,
Appearance/ warna Biru/pucat Seluruh
ekstremitas
kulit seluruh tubuh tuubuh merah
biru
Pulse/denyut
Tidak terdengar <100x/menit >100x/menit
jantung
Grimace/reflek Tidak ada Gerakan Gerakan
iritability respon sedikit kuat/melawan
Fleksi pada
Activity/tonus otot Lemah Gerakan aktif
ekstremitas
Menangis
Respiration Tidak ada Menangis kuat
lemah/merintih
Hasil nilai APGAR skor dinilai setiap variabel dinilai dengan angka 0,1dan 2,
nilai tertinggi adalah 10, selanjutnya ditentukan keadaan bayi: Nilai 7-10
menunjukkan bayi baik (vigorous baby), Nilai 4-6 menunjukkan depresi
sedang dan membutuhkan tindakan resusitasi, Nilai 0-3 menunjukkan bayi
mengalami depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera sampai
ventilasi.
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna ekstremitas,
wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan. Tekanan darah sistolik bayi
baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42, tekanan darah berbeda dari
hari ke hari selama bulan pertama kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi
sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir.
Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah
sistolik.
c. Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-370C. Pengukuran suhu
tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.
d. Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat dengan
sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan selangkangan.
Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwara putih kekuningan terutama
daerah lipatan dan bahu yang disebut verniks kaseosa.
e. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah
atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut sampai
ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
f. Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan tali
pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan disekitarnya.
g. Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
1) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang
mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
2) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan dirangsang
akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar graps, bila telapak
kaki dirangsang akan memberi reaksi.
3) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang datang
atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
4) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh
kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
5) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam mulut
bayi akan membuat gerakan menghisap.
h. Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis. Namun
harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir. Berat
badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
i. Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap hitam
kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam pertama.
j. Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas dan
panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala fronto-
occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mento occipitalis 35cm.
Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas normal 10-11 cm. Panjang
badan normal 48-50 cm.
k. Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda
vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas
berdarah sedikit mungkin ada.
Genetalia pria ; Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa
terjadi.
Pemfis Terlampir

Cuci tangan 6 langkah


Tubuh simetris, proporsi kepala lebi besar dari badan, dada kecil, abdomen
cembung menonjol, pinggl kecil
Tonus otot dan tingkat keaktifan

Pemeriksaan TTV
Suhu, pernafasan, detak jantung, tekanan darah
Ukur antropometri
BB, TB, LK, LD

Kulit
Warna (sekitar mulut, kuku jari, lembut, mulus, elastis, hangat, merah muda)
Lanugo (bulu-bulu halus)
Verniks caseosa (lemak sekitar tubuh bayi)
Milia (bintik putih pada hidung)
Mongolia spot (bercak hitam berpigmen)
Deskuamasi (pelepasan kulit)
Edema toksikum (bercak merah)
Nevi (tanda lahir)

Kepala
Kesimetrisan, kebersihan
Caput squadenum, cefal hematom
Sutura
Fontanel anterior-posterior
Molding
Mikro/akrosefalus
Kesimetrisan wajah

Mata
Kesimetrisan, kelopak mata, kebersihan mata, kekeruhan mata, konjungtiva
(anemis, merah muda, kemerhan), sclera
Reflek pada cahaya (dengan penlight)
Blink reflek
Kornea reflek (menggunakan kapas)
Glaberal’s reflek (ketuh dahi)
Doll’s eyes reflek (menatap k satu arah)

Telinga
Kebersihan kesimetrisan, konsistensi
Reflek startle
Reflek moro

Hidung
Kesimetrisan, septum nasal, kebersihan, pengeluaran secret, PCH

Mulut
Warna bibir dan mukosa, bentuk mulut, hipersaliva
Rooting reflek, sucking reflek, swallowing reflek, bite nipes reflek, chewing reflex,
ekstruksi

Leher
Bentuk, kebersihan ROM, massa, benjolan, pembesaran KGB
Tonick neck reflek

Dada
Kesimetrisan, bentuk mamae, keluaran, retraksi, pola nafas, palpasi dada, ictus
cordis, suara dan irama jantung, bunyi afas, bunyi jantung, titik PMI

Abdomen
Bentuk abdomen, tali pusar, bising usus, distensi, hepar teraba, gnjal teraba,
massa, turgor

Punggung/bokong
Giant reflek
Perez reflek
Crawling reflek (merangkak)
Genetalia
P : labia mayora sudah menutupi labia minora, ukuran, warna, lesi, kelainan
hymen interforatae
L : penis, warna, ukuran, meatus urinarius, bentuk, letak, skrotum testis, kekuatan,
kelancaran urin, kelainan

Anus
Lubang anus, tanda prolapse, atresia ani, kulit sekitar, meconium

Ekstremitas atas
Simetris, jumlah jari, garis simian, keadaan kuku, CRT
Reflek palmar’s grasp

Ekstremitas bawah
Kesimetrisan, kelengkapan jari, clubfoot, kuku
Reflek babinski

2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul


1) Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan refleks hisap tidak adekuat.
2) Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan
lingkungan luar rahim
3) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan
tali pusat), tali pusat masih basah.
4) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air
(IWL).
3. Intervensi keperawatan
1) Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan refleks hisap tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
perubahan nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
 Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
 Intake dan output makanan seimbang.
 Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.
Rencana tindakan :
1. Pantau intake dan out put cairan
2. Kaji payudara ibu tentang kondisi putting
3. Lakukan breast care pada ibu secara teratur
4. Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 ml air steril kemudian
dextrosa dan ASI
5. Intruksikan ibu cara dan posisi menyusui yang tepat secara mandiri
6. Instruksikan pada ibu agar mengkonsumsi susu ibu menyusui
7. Pantau warna, konsentrasi, dan frekuensi berkemih
Rasional :
1. Pada janin cukup bulan mengandung (80-100 ml). Masukan cairan adekuat
untuk metabolisme tubuh yang tinggi
2. Kondisi puting ibu sangat menentukan dalam proses menyusui, kondisi
puting inverted menggangu proses laktasi
3. Perawatan breast care untuk melancarkan dan merangsang produksi air
susu pada ibu menyusui
4. Pemberian makan awal membantu memenuhi kebutuhan kalori dan cairan,
khususnya pada bayi yang menggunakan 100-120 kal/kg dari BB setiap 24
jam
5. Cara dan posisi ibu dalam menyusui sangat mempengaruhi proses laktasi,
sehingga proses laktasi harus dilakukan dengan benar
6. Untuk meningkatkan produksi susu ibu sehingga proses laktasi menjadi
adekuat
7. Kehilangan cairan dan kurangnya masukan oral dengan cepat
menghabiskan cairan ekstraseluler dan mengakibatkan penurunan
haluaran urin
2) Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan
lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
perubahan suhu tubuh tidak terjadi.
Kriteria hasil :
 Suhu tubuh normal 36-370 C.
 Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan
pucat.
Rencana tindakan :
1. Pertahankan suhu lingkungan dalam zona termoneural yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan berat badan neonatus, usia gestasi
2. Pantau aksila bayi kulit, suhu timpatik dan lingkungan sedikitnya setiap
30-60 mnt
3. Kaji frekuensi pernapasan perhatikan takipnea (frekuensi > 60/mnt)
4. Tunda mandi pertama sampai suhu 36,50 C
5. Mandikan bayi dengan cepat untuk menjaga agar bayi tidak kedinginan
6. Perhatikan tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit buruk, pelambatan
berkemih, membrane mukosa kering )
7. Lakukan pemberian makn oral dini
Rasional :
1. Dalam respon terhadap suhu lingkungan yag rendah, bayi cukup bulan
meningkatkan suhu tubuhnya dengan menangis atau meningkatkan
aktivitas motorik karena banyak mengkonsumsi oksigen
2. Stabilisasi suhu mungkin tidak terjadi sampai 8-12 jam setelah lahir
kecepatan konsumsi oksigen dan metabolisme minimal bila suhu kulit
dipertahankan diatas 36,50 C
3. Bayi menjadi takipnea dalam respon terhadap peningkatan kebutuhan
oksigen yang dihubungkan dengan stres dingin
4. Membantu mencegah kehilangan panas lanjut karena evaporasi
5. Mengurangi kemingkinan kehilangan panas melalui evaporasi dan
konveksi dan membantu menghemat energi
6. Hilangnya panas terjadi melalui vasodilatasi perifer dan melalui augmentasi
pendinginan dengan evaporasi dan penigkatan kehilangan air kast mata
7. Untuk peningkatan 10 C (1,8 F) suhu tubuh, metabolisme dan kebutuhan
cairan meningkat kira-kira 10%. Kegagalan menggantikan kehilangan
cairan selanjutnya memperberat status dehidrasi
3) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam infeksi
pada tali pusat tidak terjadi.
Kriteria hasil :
 Bebas dari tanda-tanda infeksi.
 TTV normal : S : 36-370C, N :70-100x/menit, RR : 40-60x/menit
 Tali pusat mongering
Rencana tindakan :
1. Observasi tanda-tanda infeksi
2. Pertahankan teknik septic dan aseptic.
3. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali perhari.
4. Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.
Rasional :
1. Mengetahui adanya indikasi infeksi
2. Melindungi bayi dari resiko infeksi nosokomial
3. Potensial entri organisme kedalam tubuh
4. Deteksi dini terhadap penyebaran infeksi
4) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air
(IWL), keterbatasan masukan cairan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ...x24 jam kekurangan
volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil :
 Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan output
kurang dari 1-3ml/kg/jam.
 Membran mukosa normal.
 Ubun-ubun tidak cekung.
 Temperature dalam batas normal.
Rencana tindakan :
1. Pertahankan intake sesuai jadwal
2. Monitor intake dan output
3. Berikan infuse sesuai program
4. Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit,
mata
5. Monitor temperatur setiap 2 jam
Rasional :
1. Memantau keefektifan aturan terapeutik
2. Mengidentifikasi keseimbangan antara perkiraan pemasukan dan
kebutuhan cairan
3. Ketentuan dukungan cairan didasarkan pada perkiraan kebutuhan bayi.
4. Deteksi dini terhadap keadaan kekuranga cairan tubuh
5. Peningkatan suhu tubuh merupakan faktor resiko meningkatnya
pengeluaran cairan tubuh melalui mekanisme konveksi, radiasi dan
evaporasi.
DAFTAR PUSTAKA

Wagiyo, N., & Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Intranatal Antenatal dan Bayi Baru
Lahir Fisiologis dan Patologis. Yogyakarta: Andi.
Bobak & Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.  Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka.

Doenges, Marilynn E.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR NORMAL

DI RUANG PERINATOLOGI RSUD CIBABAT

OLEH :

SILVANI SEPTIARINI SOFIAN

NPM 214119084

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2020

Anda mungkin juga menyukai