Anda di halaman 1dari 10

ESSAY

“Konsep Dasar Perinatologi”


Disusun guna memenuhi tugas MK Ilmu Kesehatan Anak

Dosen Pembimbing:
Nur Eva Aristina, SST., M.Keb.

Disusun Oleh:
Hayunda Shasta Deasy
(P17311211020)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2022
DEFINISI

Pelayanan kesehatan ialah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pelayanan kesehatan
yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, dimana penyelenggaraannya
harus berdasarkan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

Pelayanan Perinatologi merupakan pelayanan yang diberikan kepada pasien dimana


pasien memerlukan tindakan yang cepat, dan tepat serta pelayanan yang emergency untuk
pasien dengan kondisi yang kritis dan memerlukan observasi khusus dengan menggunakan
peralatan yang lengkap.

Ruang Perinatologi merupakan salah satu bagian pelayanan kesehatan yang harus bisa
memberikan tindakan medis yang aman, efektif dengan memberdayakan Sumber Daya
Manusia yang kompeten dan profesional dalam menggunakan peralatan, obat-obatan yang
sesuai dengan standar therapy di Indonesia. Pelayanan di Ruang Perinatologi meliputi :
Perawatan BBLR , ikterus, bayi dengan masalah minum/muntah, bayi yang lahir dengan
infeksi intra uterin, bayi yang lahir dengan tindakan vakum ekstraksi, forceps ekstraksi,
Sectio Caesarea dan bayi dengan kelahiran sungsang yang bermasalah/sulit.

MANIFESTASI KLINIS NEONATUS NORMAL

Manifestasi neonatus normal adalah appearance color (warna kulit) seluruh tubuh
kemerahan, pulse (denyut jantung) >100 x/menit, grimace (reaksi terhadap rangsangan)
menangis/batuk/bersin, activity (tonus otot) gerakan aktif, respiration (usaha nafas) bayi
menangis kuat. (Mochtar 1998 dalam Rukiyah 2012).

Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 380C) atau terlalu dingin (kurang dari
360C), warna kuning pada kulit (tidak pada konjungtiva), terjadi pada hari ke-2 sampai ke-3
tidak biru, pucat, memar. Pada saat diberi makan, hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan,
tidak muntah. Tidak juga terlihat tanda-tanda infeksi seperti tali pusat merah, bengkak, keluar
cairan, berbau busuk, berdarah. Dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, sering hijau
tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil atau tangisan kuat, dan tidak
terdapat tanda: lemas, mengantuk, lunglai, kejangkejang halus tidak bisa tenang, menangis
terus-menerus (Prawirohardjo 2002 dalam Rukiyah 2012).
PERIODE TRANSISIONAL

Periode transisional ini dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode pertama reaktivitas,
fase tidur, dan periode kedua reaktivitas. Karakteristik masing-masing periode
memperlihatkan kemajuan bayi baru lahir ke arah mandiri.

1. Periode Pertama Reaktivitas

Periode pertama reaktivitas berakhir pada 30 menit pertama setelah kelahiran.


Karakteristik pada periode ini, antara lain: denyut nadi apikal berlangsung cepat dan
irama tidak teratur, frekuensi pernafasan mencapai 80 kali permenit, irama tidak
teratur dan pada beberapa bayi baru lahir, tipe pernafasan cuping hidung, ekspirasi
mendengkur dan adanya retraksi. Terjadi fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke
sianosis. Tidak ada bising usus dan bayi tidak berkemih. Bayi mempunyai sejumlah
mukus, menangis kuat, refleks menghisap kuat. Pada periode ini, mata bayi terbuka
lebih lama dari hari-hari sesudahnya, sehingga merupakan waktu yang tepat untuk
memulai proses perlekatan, karena bayi dapat mempertahankan kontak mata dalam
waktu lama.

Pada periode ini, bayi membutuhkan perawatan khusus, antara lain: mengkaji
dan memantau frekuensi jantung dan pernafasan setiap 30 menit pada 4 jam pertama
setelah kelahiran, menjaga bayi agar tetap hangat (suhu aksila 36,5 37,5 DC),
menempatkan ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit untuk memfasilitasi proses
perlekatan, menunda pemberian tetes mata profilaksais 1 jam pertama.

2. Fase Tidur

Fase ini merupakan interval tidak responsif relatif atau fase tidur yang dimulai
dari 30 menit setelah periode pertama reaktivitas dan berakhir pada 2-4 jar.
Karakteristik pada fase ini, adalah frekuensi pernafasan dan denyut jantung menurun
kembali ke nilai dasar, warna kulit cenderung stabil, terdapat akrosianosis dan bisa
terdengar bising usus.

Bayi tidak banyak membutuhkan asuhan, karena bayi tidak memberikan


respon terhadap stimulus eksternal pada fase ini. Meskipun demikian, orang tuanya
tetap dapat menikmati fase ini dengan memeluk atau menggendong bayi.
3. Periode Kedua Reaktivitas

Periode kedua reaktivitas ini berakhir sekitar 4-6 jam setelah kelahiran.
Karakteristik pada periode ini, adalah: bayi memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi
terhadap stimulus internal dan lingkungan. Frekuensi nadi apikal berkisar 120-160
kali permenit, frekuensi pemafasan berkisar 30-60 kali permenit. Terjadi fluktuasi
warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan ke sianosis ringan disertai bercak-
bercak. Bayi sering berkemih dan mengeluarkan mekonium pada periode ini. Terjadi
peningkatan sekresi mukus dan bayi bisa tersedak pada sekresi. Refleks mengisap
bayi sangat kuat dan bayi sangat aktif.

Kebutuhan asuhan bayi pada periode ini, antara lain: memantau secara ketat
kemungkinan bayi tersedak saat mengeluarkan mukus yang berlebihan, memantau
setiap kejadian apnea dan mulai melakukan metode stimulasi/ rangsangan taktil
segera, seperti mengusap punggung, memiringkan bayi serta mengkaji keinginan dan
kemampuan bayi untuk menghisap dan menelan.

KONSEP PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR TENTANG


SISTEM PERNAPASAN, SISTEM KARDIOVASKULER, TERMOREGULASI,
SISTEM GINJAL

 Sistem Pernapasan

Paru berasal dari titik tumbuh yang terdapat di faring, bercabang dan
kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Seiring
waktu, pada usia 8 bulan bronkiolus dan elveolus akan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan adanya bukti gerakan napas sepanjang trimester I dan
III. Ketidakmatangan paru akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi yang
lahir sebelum usia kehamilan 24 minggu karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan system kapiler paru dan tidak cukupnya jumlah surfraktan.

Napas yang pertama dipengaruhi oleh dua faktor yang berperanpada


rangsangan napas bayi:

1. Hipoksia yang berperan pada rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
2. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru selama
persalinan yang merangsang masuknya udara ke dalam paru secara mekanis.
Upaya bernapas pertama seorang bayi adalah untuk mengeluarkan cairan
dalam paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru. Agar alveolus dapat
berfungsi, harus terdapat cukup sufraktan dan alirandarah ke paru. Produksi sufraktan
dimulai pada usia 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru
matang sekitar 30-40 minggu kehamilan. Sufraktan ini mengurangi tekanan
permukaan paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps
pada akhir pernapasan.
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Untuk menciptakan sirkulasi yang
baik guna mendukung kehidupan luar rahim terjadi 2 perubahan besar yaitu
penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus arterious antara
arteri pulmonalis dan aorta.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara
mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah aliran arah. Hal ini
menyebabkan kematian dini pada bayi baru lahir yang berkaitan dengan oksigen
(asfiksia).
Upaya napas akan mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembangkan
jaringan alveolus paru untuk pertama kali (surfaktan dan aliran darah ke paru).
Pernapasan normal memiliki frekuensi ratarata 40 kali/menit, interval frekuensi 30-60
kali/menit. Jenis pernapasan adalah pernapasan diafragma, abdomen, dan pernapasan
hidung.
 Sistem Kardiovaskuler
Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikus yang terdapat
dalam tali pusat. Dari vena umbilikus, darah masuk ke dalam vena kava inferior
melalui duktus venosus (pembuluh besar) atau hati. Dari vena kava inferior, darah
berjalan ke atrium kanan. Sebagian darah tidak masuk kedalam ventrikel kanan.
Tetapi masuk ke dalam antrium kiri melalui foramen ovale. Foramen ovale adalah
lubang pada septum interatrial yang hanya terdapat pada masa janin. Darah kemudian
masuk ke dalam ventrikel kiri lalu ke arkus aorta. Dari arkus aorta, sebagian besar
darah didistribusikan ke otak, jantung dan bagian tubuh atas setelah bersikulaso di
otak, jantung dan bagian tubuh atas, darah yang di deoksigenasi mengalir di vena
kava superior menuju ke atrium kanan kemudian ke ventrikel kanan. Dari ventrikel
kanan, darah dipompa masuk ke dalam arteri pulmonalis.
Sekitar sepertiga darah yang masuk ke ventrikel kanan tidak mengaliur
melalui foramen ovale, tetapi mengalir melaui arteri pulmonalis. Sebagian besar darah
dalam arteri pulmonalis disalurkan langsung ke dalam aorta desenden melaui duktus
arteriosus. Darah ini kembali ke plasenta melalui aeorta desenden, pertukaran gas
selanjutnya.
Adaptasi sistem peredaran darah pada bayi baru lahir Perubahan peredaran
darah yang terjadi yaitu pada saat paruparu mulai berfungsi sehingga proses
pengantaran oksigen keseluruh jaringan tubuh akan berubah. Perubahan tersebut
mencangkup penutupan foramen ovale pada atrium jantung serta penutupan duktus
venosus dan duktus arteriosus. Ketika tali pusat diklem dan bayi tarik nafas untuk
pertama kali maka sirkulasi darah akan berubah, pada saat tali pusat dipotong
resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun hal
tersebut menyebabkan penutupan duktus venosus secara pasif dalam waktu 3-7 hari
dan dengan mengurangi darah aliran darah yang melalui vena kava inferior. Ekspansi
paruh menurunkan tahanan vaskuler pulmonal sehingga meningkatkan aliran darah ke
atrium kanan, kedua hal ini menyebabkan tekanan atrium kanan berkurang, sedangkan
tekanan atrium kiri meningkat , Perubahan tekanan ini ovale menutup. Penutupan
foramen ovale dapat terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa bulan. Peningkatan
tekanan oksigen dalam arteri dan penurunan tahanan paru yang drastis menyebabkan
duktus arteriosus melalui penutup. Peningkatan kinsentrasi oksigen dalam darah dan
penurunan prostaglandin endogen yang dihasilkan oleh plasenta membantu penutupan
dukstus arteriosus. Pada 93% bayi cukup bulan, duktus arteriosus secara fungsional
menutupi dalam 60 jam. Perubahan lain yang terjadi adalah menutupnya vena
umbilikalis, dan artikel, dan arteri hipogastrika dari tali pusat secara fungsional dalam
beberapa menit setelah tali pusat diklem serta penutupan jaringan fibrosa yang
membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan.
 Termoregulasi

Bayi baru lahir berada pada suhu lingkungan lebih rendah dari pada suhu di dalam
kandungan ibu. Agar tetap mempertahankan panas dapat diperoleh dari pergerakan
tungkai dan stimulasi lemak coklat. Namun jika suhu ruangan terlalu dingin maka
bayi rentan kehilangan panas karena mekanisme pengaturan suhu tubuhnya belom
berfungsi secara sempurna 11 oleh karena itu jika tidak dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka bayi akan rentan mengalamai hipotermi. Kehilangan
panas tubuh pada bayi baru lahir ke lingkunganya dapat terjadi dalam beberapa
mekanisme, yaitu sebagai berikut:

1. Konduksi
Konduksi merupakan kehilangan panas pada bayi melaui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Melalui proses ini panas dari tubuh
bayi akan berpindah langsung ke objek lain yang lebih dingin yang bersentuhan
langsung dengan kulit bayi.
2. Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan
udara sekitar yang lebih dingin. Kehilangan panas ini dapat terjadi ketika
membiarkan bayi terlentang di ruang yang relatif dingin
3. Radiasi
Radiasi merupakan kehilangan panas yang terjadi ketika menempakan bayi
berdekatan dengan benda-benda yang suhunya lebih rendah dari bayi. Bayi dapat
kehilangan panas dengan cara ini dikarenakan benda-benda tersebut menyerap
radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara lansung).
4. Evaporasi
Evaporasi merupakan perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi
uap. Kehilangan panas ini dapat terjadi ketika penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Kehilangan panas juga dapat
terjadi ketika bayi baru lahir langsung dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti.
 Sistem Ginjal
Janin membuang toksin dan homestatis cairan/elektrolit melalui plasenta. Setelah lahir
ginjal berperan dalam homeostatis cairan/elektrolit. Lebih dari 90% bayi berkemih
dalamusia 24jam, dan memproduksi urine 1-2 ml/kg/jam. Pematangan ginjal
berkembang sampai usia gestasi 36 minggu.

KONSEP PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR MENGENAI


KESEIMBANGAN CAIRAN, SISTEM PENCERNAAN, DAN SISTEM
PERSYARAFAN

 Keseimbangan Cairan
Pengeluaran urine pada janin terjadi pada bulan ke empat. Sementara itu, pada
saat lahir fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30% sampai 50% dari kapasitas dewasa
dan belum cukup matur untuk memekatkan urin. Artinya, pada semua bayi semua
strukturginjal sudah ada tetapi kemampuan ginjal untuk mengosentrasikan urine dan
mengatur kondisi cairan setra fluktuasi elektrolit belum maksimal. Namun demikian,
urin terkumpul dalam kandung kemih bayi biasanya dalam waktu 24 jam pertama
kelahirannya. Volume pengeluaran urine total per 24 jam pada bayi baru lahir sampai
dengan akhir minggu pertama adalah sekita 200-300 ml, dengan frekansi 2-6 kali
hingga 20 kali/hari. Penting untuk mencatat saat berkemih pertama kali bila terjadi
anuria harus dilaporkan, karena hal ini mungin menandakan anomali kongenital dari
sistem perkemihan. Berat badan bavi biasanya turun 5%-15% pada hari ke empat
sampai kelima. Hal ini salah satu peningkatan buang air besar, pemasukan kurang dan
metabolisme meningkat. Setelah hari kelima berat badab bayi biasanya meningkat
kembali.
Mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit, terjadi pada volume total pada
tubuh. volume cairan ekstra sel pada masa transisi janin ke fase pasca lahir. Pada
masa janin, cairan ekstraseluler lebih banyak daripada cairan intraseluler. Namun, hal
ini segera berganti pada pasca natal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena
pertumbuhan yang membutuhakan cairan ekstraseluler
 Sistem Pencernaan

Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan metabolisme bahan makanan


sudah adekuat tetapi terbatas pada fungsi-fungsi tertentu. Terdapat enzim untuk
mengkatalisasi protein dan karbohidrat sederhana (Monosakarida dan Disakarida)
tetapi untuk karbohidrat kompleks yang belum terdapat.

1. Mulut

Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Lidah
tidak boleh memanjang atau menjulur diantara bibir. Jaringan penunjang
melekatkan ke sisi bawah lidah. Atap dari mulut (langit-langit keras) harus
tertutup, dan harus terdapat uvula (langit-langit lunak). Kadang- kadang terdapat
tonjolan putih kecil yang sepanjang langit-langit keras, yang di sebut "Epsteins
Pearls". tempat menyatunya bagian langit-langit keras. Tonjolan tersebut akan
hilang sendirinya. Beberapa kelenjar saliva berfungsi pada saat lahir, kebanyakan
belum mensekresi saliva samapi dengan umur 2-3 bulan.

2. Lambung

Pada saat lahir. kapasitas lahir antara 30-60 ml dan meningkat dengan cepat
sehingga pada hari ke tiga dan keempat. kapasitanya mencapai 90ml. Bayi
membutuhkan makan yang jumlahnya sedikit tapi frekuensinya sering Lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2-4 jam. Bayi di berikan susu formula dari botol
atau dengan ASI payu dara ibunya. Pada bayi yang di beri ASI, karena di berikan
ASI. maka bayi akan menghisap puting atau udara. Hal ini akan menimbulkan
rasa kenyang yang palsukarena lambung penuh. Maka harus di sendawakan
sehingga bayi akan minum susu elbih banyak.

3. Usus

Usus pada bayi jika di bandingkan dengan panjang tubuh bayi terlihat sangat
panjang. Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan. tidak berbau, substansi yang
kental/lengket yang di sebut mekonium. Yang biasanya keluar dalam 24 jam
pertama. Feses ini mengandung sejumlah cairan amnion, vernix, sekresi saluran
pencernaan. empedu, lanugo, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Feses transisi yang
berwarna hijau kecoklatan keluar selama 2-3 hari. Feses pada bayi yang menyusu
pada hari ke 4 adalah hijau kekuningan/kuning emas, berair atau encer, dan
bereaksi terhadap asam. Feses dari bayi yang menyusu formula, biasanyau
berwarna kuning terang/kuning pucat, berbau, berbentuk garing agak keras netral
samapi sedikit alkali. Normalnya defekasi pertama dalam waktu 24 jam.

 Sistem Persyarafan
Sistem persyarafan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum
terintegrasi secara sempuma. Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola
pertumbuhan cepat, yang dapat di prediksi selama priode bayißamapi awal masa
anak-anak. Pada akhir tahun pertama, pertumbuhan sereblum yang di mulai pada usia
kehamilan pada sekitar 30 minggu, berakhir. Hal inilah yang mungkin jadi penyebab
mengapa otak rentan terhadap trauma nutrisi dan trauma lain selama masa bayi.
Fungsi tubuh dan respon-respon yang di berikan sebagian besar di lakukan oleh pusat
yang lebih rendah dari otak dan refleks-refleks dalam midula spinalis.
DAFTAR PUSTAKA

Lesmana S. 2018. Buku Pedoman Pelayanan Perinatologi/Picu/Nicu. Jakarta Utara.

https://docplayer.info/61403987-Buku-pedoman-pelayanan-perinatologi-picu-nicu.html

Nurjanah R. 2015. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperbilirubin pada


neonatus di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo. Jawa Tengah.

http://repository.ump.ac.id/1996/2/Restu%20Nurjanah%20BAB%20II.pdf

Viruz J. 2022. Perubahan Fisiologis Pada BBL.

https://www.academia.edu/11651898/perubahan_fisiologis_pada_BBL

Wayan N.A. 2017. Konsep Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah. Denpasar.

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/3188/12/Check%20-%20Askeb%20Neo%20Buku
%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai