Anda di halaman 1dari 22

KONSEP NEONATUS ESENSIAL

KK

Program Studi D3 Keperawatan


Politeknik Kesehatan Bhakti Mulia
KONSEP NEONATUS ESENSIAL

A. Pengertian
Pengertian Neonatus (Bayi baru lahir) adalah bayi yang baru mengalami
proses kelahiran yang berusia 0-28 hari yang memerlukan proses penyesuaian
fisiologis yang meliputi maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra
uterin ke kehidupan ekstrauterine) dan toleransi BBL untuk dapat mempertahankan
kehidupannya dengan baik (Marmi, 2015).
Neonatus adalah bayi yang berusia 0 (baru lahir) sampai 1 bulan (28 hari)
yang mengalami sejumlah adaptsi dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di
luar rahim yang memerlukan perawatan khusus dan pemantauan ketat, karena jika
penanganan bayi baru lahir kurang baik maka akan menyebabkan kelainan atau
gangguan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian
(Lyndon,2014). Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu
(28 hari) sesudah kelahiran.
Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan
sesudah lahir. Neonatus dapat dibedakan menjadi 2 kategori yaitu: Neonatus dini
adalah bayi berusia 0-7 hari, neonatus lanjut adalah bayi berusia 8-28 hari (Lyndon,
2014).
Pengertian Neonatus dapat disimpulkan bahwa bayi baru lahir usia 0-28 hari
dimana pada waktu tersebut mengalami penyesuaian fisiologis yaitu maturasi,
adaptasi dan toleransi dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim
yang memerlukan perawatan khusus dan kunjungan bayi baru lahir sesuai standart
selama masa neonatal.

B. Tanda-tanda neonatus normal


1. APGAR : Appearance color (warna kulit) seluruh tubuh kemerahan
2. Pulse (denyut jantung) >100 x/menit
3. Grimace (reaksi terhadap rangsangan) menangis/batuk/bersin
4. Activity (tonus otot) gerakan aktif
5. Respiration (usaha nafas) bayi menangis kuat.
6. Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38°C) atau terlalu dingin (kurang
dari 36°C)
7. Warna kuning pada kulit (tidak pada konjungtiva)
8. Terjadi pada hari ke-2 sampai ke-3 tidak biru, pucat, memar.
9. Pada saat diberi makan, hisapan kuat,tidak mengantuk berlebihan, tidak
muntah.
10. Tidak juga terlihat tanda-tanda infeksi seperti tali pusat merah, bengkak, keluar
cairan, berbau busuk, berdarah.
11. Dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, sering hijau tua, tidak ada lendir
atau darah pada tinja
12. Bayi tidak menggigil atau tangisan kuat, dan tidak terdapat tanda: lemas,
mengantuk, lunglai, kejang- kejang halus tidak bisa tenang, menangis terus-
menerus (Prawirohardjo 2002 dalam Rukiyah 2012), (Mochtar 1998 dalam
Rukiyah 2012).

C. Fisiologi Pada Neonatus


1. Respirasi
Perubahan yang penting pada neonatus adalah respirasi. Pada saat intarauterin,
paru-paru berisi ± 20 cc/KgBB. Pada saat lahir, cairan tersebut digantikan
dengan udara. Dengan kelahiran pervaginam, cairan tersebut dikeluarkan
melalui trakea dan paru-paru. Nafas yang pertama merupakan reflek dari
perubahan tekanan, perubahan suhu, suara dan sensasi fisik pada saat kelahiran
dengan permukaan yang relative kasar. Disisi lain, kemoreseptor di aorta
berespon terhadap penurunan PO2 (dari 80 mmHg ke 15 mmHg), peningkatan
CO2 (dari 40 mmHg ke 70 mmHg) dan penurunan pH arteri. Depresi pernafasan
tersebut terjadi karena terputusnya tali pusat. Nafas pertama bersifat dangkal
dan tidak teratur ± 30-60 x/menit disertai periode apnea pendek (<15”). Bayi
baru lahir lebih menyukai bernafas melalui hidung. Saat mengalami
pembuntuan, reflek yang digunakan adalah membuka mulut, tetapi kemampuan
tersebut baru dimiliki setelah usia 3 minggu, oleh karena itu bayi mudah
mengalami cyanosis jika mengalami obstruksi hidung.
2. Sirkulasi
System sirkulasi mengalami perubahan saat lahir, foramen ovale, duktus
arteriosus dan duktus venosus menutup. Arteri dan vena umbilical serta arteri
hepatica menjadi ligament. Tekanan arteri pulmonal menurun menyebabkan
penurunan tekanan artrium kanan. Peningkatan aliran darah yang kembali kesisi
kiri jantung meningkatkan tekanan atrium kiri. Perubahan tekanan ini
menyebabkan penutupan foramen ovale. Selama beberapa hari, menangis
menyebabkan pengembalian aliran darah melalui foramen ovale dan
menyebabkan cyanosis. Saat level PO2 arteri mendekati 50 mmHg, duktus
arteriosus menutup kemudian duktus tersebut menjadi ligament. Dengan
pematangan tali pusat, arteri dan vena umbilical serta duktus venosus menutup
cepat dan menjadi ligament.
3. Termoregulasi
Pengendalian panas adalah cara kedua untuk menstabilkan fungsi pernafasan
dan sirkulasi bayi. Termoregulasi adalah upaya mempertahankan keseimbangan
antara produksi dan pengeluaran panas. Bayi bersifat homeothemic yang artinya
berusaha menstabilkan suhu badan internal dalam rentang yang pendek.
Hipotermi dan kehilangan panas yang berlebihan merupakan kejadian yang
membahayakan. Termogenesis pada bayi dipenuhi oleh brown fat dan
meningkatkan aktifitas metabolisme otak, jantung dan liver. Brown fat terletak
pada antara kedua scapula dan axila, serta didalam pintu masuk dada, sekitar
ginjal dan vertebra. Lemak tersebut mengandung banyak pembuluh darah dan
saraf daripada lemak biasa.
4. Hematologi
Hb bayi lebih banyak dari orang dewasa yaitu 14,5-22,5 g/dl, tetapi merupakan
HbF yaitu Hb yang usianya lebih pendek dari orang dewasa (40-90 hari).
Dengan simpanan Fe selama dalam kandungan, bayi akan membuat Hb yang
baru. Simpanan Fe dapat dipertahankan sampai usia 5 bulan.
5. Sistem Renal
Pada usia khamilan empat bulan, ginjal bayi sudah terbentuk dan sudah bisa
memproduksi urine. Urin akan dikeluarkan kedalam cairan amnion. Fungsi
renal seperti orang dewasa baru bisa dipenuhi saat bayi berusia 2 bulan. Saat
lahir biasanya bayi akan BAK sedikit dan kemudian tidak BAK selam 12-24
jam, kemudian akan BAK 6-10 x/menit. Urin berwarna kuning, berjumlah 15-
60 cc/KgBB.
6. Gastrointestinal
Bayi aterm sudah bisa menelan, mencerna dan mengolah serta menyerap protein
dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak sederhana. Bayi yang
hidrasinya baik, mukosa mulutnya basah, merah muda. Setelah lahir ada sedikit
mucus yang tersisa dimulut bayi.
7. Sistem Hepatika
Liver dan gall blader dibentuk usia kehamilan 4 bulan. Liver dapat diraba pada
bayi baru lahir 1 cm dibawah costa kanan karena liver memenuhi ± 40 % kavitas
abdomen. 50 % bayi aterm mengalami hyperbilirubinemia yang fisiologis
sebagai akibat dari frekuensi produksi bilirubin yang tinggi dari pemecahan
RBC yang lebih banyak dari dewasa, selain itu ada sejumlah bilirubin yang
diserap kembali dari usus halus.
8. Sistem Imunologi
System imunologi pada bayi baru berkembang pada fase awal ekstrauterin dan
belum aktif sampai dengan beberapa bulan. Selam tiga bulan pertama, bayi
dilindungi oleh imunitas pasif dari ibu.
9. Sistem integument
Vernix caseosa, suatu lapisan putih seperti keju, menutupi bayi saat lahir,
fungsinya masih belum jelas. Dalam 24 jam vernix caseosa akan diabsorsi kulit
dan hilang seluruhnya, jadi tidak perlu dibersihkan.
10. Sistem Reproduksi
Perempuan:
a. Ovarium sudah berisi ribuan sel-sel primitive (folikel primordial).
b. Peningkatan estrogen selama kehamilan didikuti dengan penurunan yang
tiba-tiba saat kelahiran menyebabkan terjadinya pengeluaran darah atau
mucus dari vagina disebut pseudomenstruasi.
c. Genetalia eksterna edema dan hiperpigmentasi.
d. Labia mayor dan minor sudah menutupi vestibulum.
e. Vernix caseosa terdapat dikedua labia.
Laki-laki:
a. Testis sudah turun kedalam scrotum pada 90 % bayi.
b. Spermatogenesis belum terjadi, baru terjadi saat pubertas.
c. Sering terjadi hidriceles yaitu akumulasi cairan disekitar testis, bisa sembuh
sendiri.
11. System Muskuloskeletal
Pertumbuhan tulang terjadi cephalocaudal. Kepala mempunyai panjang ¼ dari
panjang badan bayi, dengan lengan lebih panjang sedikit dari kaki. Ukuran dan
bentuk kepala dapat sedikit berubah akibat penyesuaian dengan jalan lahir
disebut molding.

D. Mempertahankan Status Permafasan Pada Bayi Baru Lahir


Periode neonatal merupakan periode transisi antara kehidupan didalam
kandungan ke kehidupan diluar kandungan. Perubahan tersebut terjadi secara
drastis. Proses penyesuaian fungsional neonates (bayi baru lahir) Dari kehidupan
didalam kandungan ke kehidupan diluar kandungan disebut adaptasi fisiologis.
Adapun perubahan fisiologis menurut Lyndon (2014), yang terjadi pada neonates
terbagi sebagai berikut:
Sistem pernafasan pada janin saat di dalam kandungan mendapatkan oksigen
dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir dan plasenta lahir bernafas
menggunakan paru paru. Sebelum janin lahir melakukan pematangan paru-paru,
menghasilkan surfaktan dan mempunyai alveolus sebagai pertukaran gas.
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 10 detik pertama sesudah
lahir. Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena beberapa faktor,
yaitu:
1. Stimulasi mekanik, yaitu karena terdapat rongga dada pada saat melewati jalan
lahir hal tersebut mengakibatkan paru paru kehilangan 1/3 dari cairan yang
terdapat dildalamnya, sehingga akan tersisa 80-100 mL Setelah bayi lahir dan
cairan tersebut akan diganti dengan udara.
2. Stimulasi kimiawi, yaitu penurunan kadar oksigen (dari 80 ke 15 mmHg),
Kenaikan kadar karbon dioksida (dari 40 ke 70 mmHg) dan penurunan PH yang
akan merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus dan akibatnya
akan terjadi asfiksia sementara selama kelahiran.
3. Stimulasi sensorik yaitu adanya rangsangan suhu dingin pada bayi pada saat bayi
meninggalkan suasana hangat pada uterus dan memasuki udara luar yang dingin.
Perubahan suhu yang mendadak ini akan merangsang implus sensoris di kulit
yang kemudian disalurkan ke pusat respirasi.
4. Refleks deflasi hering breur Refleks mengeluarkan cairan dalam paru-paru dapat
menyebabkan bayi batuk dan muntah sehingga mengembangkan jaringan
alveolus paru-paru untuk pertama kali.

E. Mempertahankan Termoregulasi Pada Bayi


Bayi baru lahir berada pada suhu lingkungan lebih rendah dari pada suhu di
dalam kandungan ibu. Agar tetap mempertahankan panas dapat diperoleh dari
pergerakan tungkai dan stimulasi lemak coklat. Namun jika suhu ruangan terlalu
dingin maka bayi rentan kehilangan panas karena mekanisme pengaturan suhu
tubuhnya belom berfungsi secara sempurna oleh karena itu jika tidak dilakukan
upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi akan rentan mengalamai
hipotermi. Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir ke lingkunganya dapat
terjadi dalam beberapa mekanisme, yaitu sebagai berikut:
1. Konduksi
Konduksi merupakan kehilangan panas pada bayi melaui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Melalui proses ini panas dari
tubuh bayi akan berpindah langsung ke objek lain yang lebih dingin yang
bersentuhan langsung dengan kulit bayi.
2. Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan
udara sekitar yang lebih dingin. Kehilangan panas ini dapat terjadi ketika
membiarkan bayi terlentang di ruang yang relatif dingin
3. Radiasi
Radiasi merupakan kehilangan panas yang terjadi ketika menempakan bayi
berdekatan dengan benda-benda yang suhunya lebih rendah dari bayi. Bayi
dapat kehilangan panas dengan cara ini dikarenakan benda-benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
lansung).
4. Evaporasi
Evaporasi merupakan perpindahan panas dengan cara mengubah cairan
menjadi uap. Kehilangan panas ini dapat terjadi ketika penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Kehilangan
panas juga dapat terjadi ketika bayi baru lahir langsung dimandikan dan
tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.

F. Pencegahan Infeksi Pada Bayi


Pencegahan infeksi adalah satu aspek yang penting dalam perlindungan dan
keamanan pada bayi baru lahir. merupakan salah satu perlindungan dan keamanan
pada bayi baru lahir yang meliputi sebagai berikut :
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi merupakan cara efektif
untuk mencegah infeksi.
2. Setiap bayi harus mempunyai alat dan pakaian tersendiri untuk mencegah
infeksi, sediakan linen dan pakaian yang cukup.
3. Mencegah anggota keluarga untuk mendekat pada saat sedang sakit
4. Memandikan bayi memang tidak terlalu penting/ mendasar harus sering
dilakukan mengingat terlalu sering pun akan berdampak pada kulit yang belom
sempuma. Kecuali pada bagian wajah, liptan kulit dan bagian dalam popok
dapat dilakukan 1-2 kali/hari untuk mencegah lecet/ tertumpuknya kotoran
didaerah tersebut.
5. Menjaga kebersihan dan keringnya tali pusat
6. Mengganti popok dan menjaga kebersihan area bokong supaya tidak terjadi
ruam popok.
Kebersihan Kulit Keschatan neonatus dapat diketahui dari warna, integritas,
dan karakteristik kulitnya. Dengan alat bantu pemeriksaan yang canggih, kita
24 dapat mengetahui usia, status nutrisi, fungsi sistem organ, dan adanya
penyakit kulit kulit yang bersifat sistemik. Adanya luka, memar, dan tanda lahir
dapat menimbulkan kecemasan bagi orang tua, Pemeriksaan yang lengkap pada
kulit mencakup inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan inspeksi dapat melihat
adanya variasi kelainan kulit. Namun, untuk menghindari masalah yang tidak
tampak jelas, dilakukan pemeriksaan inspeksi berupa penilaian ketebalan dan
konsistensi kulit. Fungsi kulit adalah sebagai perlindungan, baik fisik maupun
imunologis, regulasi panas, dan indera peraba, Pemahaman tentang struktur
kulit sangat penting agar kita dapat melakukan pemeriksaan dan
mengidentifikasi adanya kelainan (Rochmah, 2012).
G. Mempertahankan Kecukupan Nutrisi Pada Bayi
1. Metabolisme Karbohidrat
Kehidupan janin di dalam kandungan mendapatkan kebutuhan glukosa dari
plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat menyebabkan bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada bayi baru lahir, glukosa
darah akan menurun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam). Bayi yang sehat akan
menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen, terutama di hati selama bulan-bulan
terakhir dalam rahim.
Bayi baru lahir yang menderita diabetes militus (DM) dan BBLR mengalami
prubahan glikogen menjadi glukosa meningkat atau terjadi gangguan pada
metabolisme asam lemak yang menyebabkan kebutuhan neonatus tidak
terpenuhi, kemungkinan bayi akan mengalami hipoglikemi selain itu bayi akan
mengalami hipotermi pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia.
2. Sitem Peredaran Darah
Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikus yang terdapat
dalam tali pusat. Dari vena umbilikus, darah masuk ke dalam vena kava inferior
melalui duktus venosus (pembuluh besar) atau hati. Dari vena kava inferior,
darah berjalan ke atrium kanan. Sebagian darah tidak masuk kedalam ventrikel
kanan. Tetapi masuk ke dalam antrium kiri melalui foramen ovale. Foramen
ovale adalah lubang pada septum interatrial yang hanya terdapat pada masa
janin. Darah kemudian masuk ke dalam ventrikel kiri lalu ke arkus aorta. Dari
arkus aorta, sebagian besar darah didistribusikan ke otak, jantung dan bagian
tubuh atas setelah bersikulaso di otak, jantung dan bagian tubuh atas, darah yang
di deoksigenasi mengalir di vena kava superior menuju ke atrium kanan
kemudian ke ventrikel kanan. Dari ventrikel kanan, darah dipompa masuk ke
dalam arteri pulmonalis.
Sekitar sepertiga darah yang masuk ke ventrikel kanan tidak mengaliur
melalui foramen ovale, tetapi mengalir melaui arteri pulmonalis. Sebagian besar
darah dalam arteri pulmonalis disalurkan langsung ke dalam aorta desenden
melaui duktus arteriosus. Darah ini kembali ke plasenta melalui aeorta desenden,
pertukaran gas selanjutnya.
 Adaptasi sistem peredaran darah pada bayi baru lahir
Perubahan peredaran darah yang terjadi yaitu pada saat paruparu mulai
berfungsi sehingga proses pengantaran oksigen keseluruh jaringan tubuh
akan berubah. Perubahan tersebut mencangkup penutupan foramen ovale
pada atrium jantung serta penutupan duktus venosus dan duktus arteriosus.
Ketika tali pusat diklem dan bayi tarik nafas untuk pertama kali maka
sirkulasi darah akan berubah, pada saat tali pusat dipotong resistensi
pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun hal
tersebut menyebabkan penutupan duktus venosus secara pasif dalam waktu
3-7 hari dan dengan mengurangi darah aliran darah yang melalui vena kava
inferior.
Ekspansi paruh menurunkan tahanan vaskuler pulmonal sehingga
meningkatkan aliran darah ke atrium kanan, kedua hal ini menyebabkan
tekanan atrium kanan berkurang, sedangkan tekanan atrium kiri meningkat
, Perubahan tekanan ini ovale menutup. Penutupan foramen ovale dapat
terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa bulan.
Peningkatan tekanan oksigen dalam arteri dan penurunan tahanan paru
yang drastis menyebabkan duktus arteriosus melalui penutup. Peningkatan
kinsentrasi oksigen dalam darah dan penurunan prostaglandin endogen yang
dihasilkan oleh plasenta membantu penutupan dukstus arteriosus. Pada 93%
bayi cukup bulan, duktus arteriosus secara fungsional menutupi dalam 60
jam.
Perubahan lain yang terjadi adalah menutupnya vena umbilikalis, dan
artikel, dan arteri hipogastrika dari tali pusat secara fungsional dalam
beberapa menit setelah tali pusat diklem serta penutupan jaringan fibrosa
yang membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan.

H. Perawatan bayi baru lahir adalah:


1. Membersihkan jalan nafas.
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah dilahirkan. Apabila bayi
tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan
cara sebagai berikut:
a. Letakkkan bayi pada posisi telentang ditempat yang keras dan hangat.
b. Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih
bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit
tengadah ke belakang.
c. Bersihkan rongga hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kasa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi akan
segera menangis.
e. Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan
otak. Oleh karena itu segera bersihkan mulut dan hidung bayi baru lahir.
Observasi warna kulit, adanya meconium dalam hidung atau mulut.
a. Bantuan untuk memulai pernafasan diperlukan untuk mewujudkan ventilasi
yang adekuat.
b. Dokter atau tenaga medis hendaknya melakukan pemompaan setelah 1
menit bayi tidak menangis.
2. Memotong dan merawat tali pusat.
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak menentukan dan
mempengaruhi bayi, kecuali bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak
menangis maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan
tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi
dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi
perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat
dengan alkohol 70 % atau povidon iodin 10 % serta dibalut kasa steril. Pembalut
tersebut diganti setiap hari dan setiap basah atau kotor. Sebelum memotong tali
pusat. Pastikan bahwa tali pusat sudah diklem dengan baik untuk mencegah
terjadinya perdarahan.
3. Mempertahankan suhu tubuh bayi.
Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya
dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi
baru lahir di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan
akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya stabil. Suhu tubuh bayi
harus dicatat.
4. Memberikan vitamin K.
Pemberian vitamin K dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan karena
defisiensi vitamin K. Vitamin K diberikan peroral 1 mg/ hari selama 3 hari,
sedangkan bayi yang beresiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis
0,5 – 1 mg I.M.
5. Memberikan obat tetes/ salep mata.
Setiap bayi lahir perlu diberikan tetes mata atau salep mata setelah 5 jam bayi
lahir untuk mencegah terjadinya penyakit mata karena klamidia. Tetes atau
salep mata yang diberikan adalah eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1 %.
6. Identifikasi bayi baru lahir.
Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia ditempat penerimaan
pasien. Kamar bersalin dan ruang rawat bayi. Peralatan yang digunakan
hendaknya kebal air dengan tepi yang halus dan tidak melukai, tidak mudah
robek dan tidak mudah lepas. Pada gelang atau alat identifikasi harus tercantum:
a. Nama (bayi, nyonya).
b. Tanggal lahir.
c. Nomor bayi.
d. Jenis kelamin.
e. Unit.
f. Nama lengkap ibu. Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. Ukurlah berat lahir,
panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medik.
7. Mencegah terjadinya infeksi.
Dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat yang aseptik dan antiseptik.
Pemberian tetes atau salep mata untuk mencegah infeksi pada mata.
8. Inisiasi menyusu dini (IMD) (Kemenkes, 2010).
Untuk mempererat ikatan batin antara ibu-anak, setelah dilahirkan sebaiknya
bayi langsung diletakkan di dada ibunya sebelum bayi itu dibersihkan. Sentuhan
kulit dengan kulit mampu menghadirkan efek psikologis yang dalam antara ibu
dan anak. IMD dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan
dan diteruskan hingga dua tahun dengan pemberian makanan tambahan (PMT).
9. Posisi menyusui dan metode menyendawakan bayi
Posisi menyusui bayi ada tiga macam yaitu digendong, berbaring dan football
hold. Metode menyendawakan bayi ada tiga metode yakni disandarkan di bahu
ibu, bayi duduk di pangkuan ibu dan bayi berbaring dengan kepala miring.
10. Pemberian salep antibiotik
Untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Di daerah dimana prevalensi
gonorea tinggi, setiap bayi baru lahir perlu di beri salep mata sesudah 5 jam bayi
lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan
untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
11. Pemberian vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir
dilaporkan cukup tinggi berkisar 0,25-0,5 %. Untuk mencegah terjadinya
perdarahan tersebut semua neonatus fisiologis dan cukup bulan perlu vitamin K
peroral 1mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi risiko tinggi diberi vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5-1 mg I.M. (Prawirohardjo,2009). Semua neonatus
yang lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg
intramuskuler di paha kiri. (Kemenkes, 2010)
12. Pemberian imunisasi bayi baru lahir
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan
Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur
ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati. Selanjutnya Hepatitis B
dan DPT diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Dianjurkan BCG
dan OPV diberikan pada saat bayi berumur 24 jam (pada saat bayi pulang dari
klinik) atau pada usia 1 bulan. Selanjutnya OPV diberikan sebanyak 3 kali pada
umur 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
13. Pemantauan bayi baru lahir
a. Pemantaun bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi:
1) Kemampuan mengisap kuat atau lemah b
2) Bayi tampak aktif atau lunglai
3) Bayi kemerahan atau biru
b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada
tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut seperti:
c. Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
d. Gangguan pernapasan
e. Hipotermia
f. Infeksi
g. Cacat bawaan dan trauma lahir
14. Pemeriksaan fisik dan refleks bayi
15. Memandikan
Mandi merupakan kesempatan untuk membersihkan seluruh tubuh bayi,
mengobservasi keadaan, memberi rasa nyaman, dan mensosialisasikan
orangtua-anak-keluarga. Saat merawat bayi, petugas harus mampu mengenakan
sarung sampai kegiatan memandikan bayi yang pertama selesai. Dalam waktu
empat hari, pH permukaan kulit bayi baru lahir menurun ke angka bakteriostatik
(pH <5). Akibatnya, hanya air hangat yang digunakan untuk mandi. Sabun
alkali, minyak, bedak, dan losion tidak dipakai karena akan mengubah
keasaman dan membuat kulit mudah ditempati bakteri (Bobak, dkk 1995
dalam Wijayarini, Maria A dan Anugrah, Peter I 2005).
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan (Depkes, RI 2010) :
a. Tunggu minimal enam jam setelah lahir untuk memandikan bayi (lebih
lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermia).
b. Sebelum memandikan bayi, pastikan suhu tubuh bayi stabil (suhu aksila
36,5-37,50C). Jika suhu tubuh bayi masih di bawah 36,50C, selimuti
kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan
bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan kontak kulit ibu-bayi dan
selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap
stabil dalam waktu (paling sedikit) satu jam.
c. Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah
pernafasan.
I. Penilaian bayi untuk tanda – tanda kegawatan
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda –tanda kegawatan/ kelainan yang
menunjukkan suatu penyakit.
1. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa
tanda – tanda berikut:
a. Sesak nafas.
b. Frekuensi pernafasan 60 X/mnt.
c. Gerak retraksi dada.
d. Malas minum.
e. Panas atau suhu badan bayi rendah.
f. Bayi kurang aktif.
g. Berat lahir rendah (1500 – 2500 gram).
2. Tanda – tanda bayi sakit berat.
Apabila terdapat salah satu atau lebih tanda – tanda berikut ini:
a. Sulit minum.
b. Sianosis sentral (lidah biru).
c. Perut kembung.
d. Periode apneu.
e. Kejang / periode kejang – kejang kecil.
f. Merintih.
g. Perdarahan.
h. Sangat kuning.
i. Berat badan lahir < 1500 gram.

J. Komplikasi yang sering terjadi pada bayi baru lahir


1. Icterus neonatorum
a. Definisi : Ikterus fisiologis adalah ikterus normal yang dialami bayi baru
lahir yang tidak berpotensi menjadi kern ikterus. Kira-kira 1/3 dari bayi
yang baru lahir , memperlihatkan icterus antara Hari ke 2 dan ke 5 yang
dinamakan icterus fisiologis yang ditimbulkan oleh hyperbilirubinaemia
yang disebabkan oleh:
1) Penghancuran erytrocyt yang hebat.
Kehidupan intra uterin terdapat polycytaemia untuk mengimbangi
kadar O2 yang rendah. Sedangkan untuk kehidupan diluar tidak
diperlukan sedemikian banyak erythrocyte.
2) Hati bayi belum berfaal baik, sehingga tidak dapat mengubah Bilirubin
I menjadi bilirubin II. Pada anak premature icterus biasanya lebih hebat
dan lebih lama lagi karena faal hati masih sangat kurang.
3) Tanda dan gejala :
a) Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir
b) Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 10 mg% pada neonatus
cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg% per
hari.
d) Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%
e) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
f) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis
2. Kehilangan Berat Badan
Selama 3 atau 4 hari yang pertama bayi boleh dikatakan hampir tidak
kemasukan cairan (Asi belum lancar). Sedangkan bayi mengeluarkan faeces,
urine dan peluh dengan cukup banyak maka BB bayi turun. Kehilangan BB
tidak boleh lebih dari 10%.
K. Asuhan Keperawatan Pada Neonatus
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan bayi dsapat dilakukan segera setelah status kardiovaskuler aman dan
secara berkala.
1. Penampilan umum
a. BB 2500-4000 gram, akan berkurang 3-5 hari, tetapi tidak boleh > 10 %,
biasanya akan naik kembali setelah hari ke 8-12.
b. PB 46-56 cm.
c. Suhu 36,5-37,5 0C.
2. Kepala
a. Ukur: lingkar kepala
b. Periksa adanya caput atau cepal hematom, molding, fontanel anterior dan
posterior.
c. Periksa bentuk telinga.
d. Simetris tidaknya wajah.
e. Periksa mata: bentuk, letak, ukuran, pupil, reflek cahaya, adanya
perdarahan.
f. Periksa mulut: bibir, palatum, lidah, gigi.
g. Periksa hidung: septum, simetris atau tidak.
h. Periksa leher: Ukuran simetris/tidak, Gerakan baik/kurang baik,
Pergerakan otot.
3. Kulit
a. Vernix caseosa
b. Lanugo terutama diwajah, bahu (lebih banyak pada premature)
c. Warna kulit (biasanya bayi akan mengalami akrosianosis, lalu badan akan
semakin merah jika bayi menangis), adanya bintik-bintik, deskuamasi,
kering.
d. Pembesaran payudara.
e. Bercak meconium pada kulit, tali pusat, kuku jari.
f. Cairan amnion, bau.
g. Cari adanya jaundice dengan menekan kulit, maka warna kuning akan
lebih jelas.
4. Dada
a. Diameter anteroposteriorhampir sama dengan diameter transversa
(diameter diukur sedikit diatas putting), lebih pendek daripada abdomen.
b. Pembesaran payudara, witch’s milk.
c. Palpasi/auskultasi PMI, frekuensi, kualitas HR (120-160 x/menit) dan
murmur.
d. Karakteristik respirasi, cracles, ronchi, suara nafas tiap-tiap sisi dada,
frekuensi 30-60 x/menit (dad dan perut bergerak bersama, hitung 1 menit
penuh), periode apnea.
5. Abdomen
a. Bentuk: simetris/tidak
b. Bising usus: ada/ tidak
c. Kelainan: cekung/cembung
d. Tali Pusat, pembuluh darah, perdarahan, kelainan tali pusat.
6. Neurologik
a. Tonus otot.
b. Reflek: moro reflek, tonik neck reflek, palmar graps reflek, walking reflek,
rooting reflek, sucking reflek.
7. Kelamin
a. Bayi perempuan, labia mayora/minora, sekresi vaginal, kelainan, Anus.
b. Bayi laki-laki, scrotum, testis, penis, kelainan.
8. Punggung
Adanya benjolan atau defek yang lain ( bayi harus ditengkurapkan )
9. Ektremitas
a. Kelengkapan jari, adanya sindaktili dan polidaktili.
b. Bentuk ekstremitas, bandingkan panjang kedua kaki, tinggi lutut, dan
gerakannya dengan menekuk kedua paha kekanan kiri abdomen.

Penilaian APGAR Score


APGAR Pemeriksaan 0 1 2
Appearance/ Inspeksi Biru/pucat Seluruh tubuh Warna kulit tubuh,
warna kulit seluruh tubuh merah semua tangan dan kaki
tetapi tangan dan normal merah muda,
kaki kebiruan tidak ada sianosis
(akrosianosis)
Pulse/denyut Auskultasi Tidak < 100 x/menit > 100 x/menit
jantung jantung terdengar
Grimace/ Menghisap atau Tidak ada Meringis/menan Meringis/bersin/batuk
reflek rangsang lain respon gis lemah ketika saat stimulasi saluran
iritabily terhadap distimulasi napas
stimulasi
Activity/ Inspeksi Lemah atau Sedikit gerakan Bergerak aktif
tonus otot tidak ada
Respiration/ Inspeksi Tidak ada Lemah tidak Menangis kuat,
pernafasan gerakan teratur Gerakan pernafasan
pernafasan kuat baik dan teratur
Total score:
0-3: asfiksia berat
4-6: asfiksia sedang
7-10: asfiksia ringan

L. Periode trasisional pada neonates


1. Periode I: reaktivitas (30 menit pertama setelah lahir). Bayi terjaga dengan:
a. Buka mata
b. Memberikan respon terhadap stimulus
c. Mengisap dengan penuh semangat dan menangis
d. RR 82 x/ mnt
e. Denyut jantung sampai 180 x/mnt
f. Bising usus aktif
g. Restfulness mengikuti fase awal reaktivitas dan berlangsung 2 sampai 4
jam. Kemudian suhu tubuh, pernafasan, nadi menurun.
2. Periode II: reaktivitas (berlangsung 2 sampai 5 jam). Bayi bangun dari tidur
yang nyenyak:
a. Denyut jantung dan kecepatan pernafasan meningkat
b. Reflek gag aktif
c. Mungkin mengeluarkan meconium & urine
d. Menghisap
e. Lendir pernafasan berkurang.
3. Periode III: stabilisasi (12 sampai 24 jam setelah lahir). Bayi lebih mudah tidur
dan terbangun:
a. Tanda-tanda vital stabil
b. Kulit berwarna kemerahan dan hangat.

M. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan atau kotoran pada tali pusat
Tujuan: tidak terjadi infeksi pada tali pusat
Intervensi:
a. Kaji adanya bau atau cairan pada tali pusat
R: Cairan pada tali pusat dapat menunjukkan adanya infeksi
b. Lakukan perawatan pada tali pusat dengan alcohol
R: Alcohol dapat mencegah infeksi yang terjadi pda tali pusat
c. Ganti nouvel gauze pada tali pusat setiap habis mandi
R: Nouvel gauze diganti untuk mencegah terjadinya infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu tubuh, kemerahan
disekitar tali pusat.
R: Peningkatan suhu tubuh, kemerahan disekitartali pusat dapat
menunjukkan adanya infeksi
e. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R: mencuci dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial
f. Jaga lingkungan tetap bersih
R: Lingkungan yang bersih dapat menjaga kesehatan janin
2. Resti hipotermi berhubungan dengan perubahan suhu
Tujuan: hipotermi tidak menjadi aktual
Intervensi:
a. Segera bungkus bayi dengan selimut kering.
R: Mencegah penguapan suhu melalui evaporasi
b. Observasi suhu bayi tiap 4 jam
R: Deteksi dini bila terjadi hipotermi
c. Jaga lingkungan tetap hangat dan kering
R: Mencegah penguapan suhu
d. Dekatkan bayi dengan ibu sesering mungkin
R: Dekapan ibu membuat bayi merasa hangat
3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi mucus
Tujuan: pola nafas efektif
Intervensi:
a. Bersihkan muka dengan kasa/ kain bersih dari darah dan lendir segera
setelah kepala bayi lahir.
R: Mengurangi resiko terjadinya aspirasi dan usaha untuk membebaskan
jalan nafas bayi.
b. Hisap lendir dengan menggunakan penghisap lendir atau kateter pada sisi
mulut atau hidung.
R: Membersihkan jalan nafas sehingga kebutuhan O2 dapat terpenuhi
dengan pola nafas yang efektif.
c. Miringkan bayi kekanan untuk mencegah regurgitasi
R: Mencehah terjadinya aspirasi yang dapat menimbulkan terjadinya gagal
nafas pada bayi.
d. Bersihkan jalan nafas
R: Membebaskan jalan nafas bayi.
e. Pertahankan suplai oksigen adekuat
R: Memeuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan bayi.
Evaluasi
1. Tidak terjadi infeksi pada tali pusat
2. Hipotermi tidak menjadi actual
3. Pola nafas efektif
Daftar Pustaka

Arief, Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Penerbit Media Aesculapius.
Jakarta
Carpenito, Lynda juall. (1999). Buku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Jakarta
Doengoes E. Marylin. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Jakarta
Doengoes E. Marylin. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi, EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai