KK
A. Pengertian
Pengertian Neonatus (Bayi baru lahir) adalah bayi yang baru mengalami
proses kelahiran yang berusia 0-28 hari yang memerlukan proses penyesuaian
fisiologis yang meliputi maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra
uterin ke kehidupan ekstrauterine) dan toleransi BBL untuk dapat mempertahankan
kehidupannya dengan baik (Marmi, 2015).
Neonatus adalah bayi yang berusia 0 (baru lahir) sampai 1 bulan (28 hari)
yang mengalami sejumlah adaptsi dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di
luar rahim yang memerlukan perawatan khusus dan pemantauan ketat, karena jika
penanganan bayi baru lahir kurang baik maka akan menyebabkan kelainan atau
gangguan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian
(Lyndon,2014). Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu
(28 hari) sesudah kelahiran.
Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan
sesudah lahir. Neonatus dapat dibedakan menjadi 2 kategori yaitu: Neonatus dini
adalah bayi berusia 0-7 hari, neonatus lanjut adalah bayi berusia 8-28 hari (Lyndon,
2014).
Pengertian Neonatus dapat disimpulkan bahwa bayi baru lahir usia 0-28 hari
dimana pada waktu tersebut mengalami penyesuaian fisiologis yaitu maturasi,
adaptasi dan toleransi dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim
yang memerlukan perawatan khusus dan kunjungan bayi baru lahir sesuai standart
selama masa neonatal.
M. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan atau kotoran pada tali pusat
Tujuan: tidak terjadi infeksi pada tali pusat
Intervensi:
a. Kaji adanya bau atau cairan pada tali pusat
R: Cairan pada tali pusat dapat menunjukkan adanya infeksi
b. Lakukan perawatan pada tali pusat dengan alcohol
R: Alcohol dapat mencegah infeksi yang terjadi pda tali pusat
c. Ganti nouvel gauze pada tali pusat setiap habis mandi
R: Nouvel gauze diganti untuk mencegah terjadinya infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu tubuh, kemerahan
disekitar tali pusat.
R: Peningkatan suhu tubuh, kemerahan disekitartali pusat dapat
menunjukkan adanya infeksi
e. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R: mencuci dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial
f. Jaga lingkungan tetap bersih
R: Lingkungan yang bersih dapat menjaga kesehatan janin
2. Resti hipotermi berhubungan dengan perubahan suhu
Tujuan: hipotermi tidak menjadi aktual
Intervensi:
a. Segera bungkus bayi dengan selimut kering.
R: Mencegah penguapan suhu melalui evaporasi
b. Observasi suhu bayi tiap 4 jam
R: Deteksi dini bila terjadi hipotermi
c. Jaga lingkungan tetap hangat dan kering
R: Mencegah penguapan suhu
d. Dekatkan bayi dengan ibu sesering mungkin
R: Dekapan ibu membuat bayi merasa hangat
3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi mucus
Tujuan: pola nafas efektif
Intervensi:
a. Bersihkan muka dengan kasa/ kain bersih dari darah dan lendir segera
setelah kepala bayi lahir.
R: Mengurangi resiko terjadinya aspirasi dan usaha untuk membebaskan
jalan nafas bayi.
b. Hisap lendir dengan menggunakan penghisap lendir atau kateter pada sisi
mulut atau hidung.
R: Membersihkan jalan nafas sehingga kebutuhan O2 dapat terpenuhi
dengan pola nafas yang efektif.
c. Miringkan bayi kekanan untuk mencegah regurgitasi
R: Mencehah terjadinya aspirasi yang dapat menimbulkan terjadinya gagal
nafas pada bayi.
d. Bersihkan jalan nafas
R: Membebaskan jalan nafas bayi.
e. Pertahankan suplai oksigen adekuat
R: Memeuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan bayi.
Evaluasi
1. Tidak terjadi infeksi pada tali pusat
2. Hipotermi tidak menjadi actual
3. Pola nafas efektif
Daftar Pustaka
Arief, Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Penerbit Media Aesculapius.
Jakarta
Carpenito, Lynda juall. (1999). Buku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Jakarta
Doengoes E. Marylin. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Jakarta
Doengoes E. Marylin. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi, EGC. Jakarta