Anda di halaman 1dari 15

LP TEORI ASKEP BAYI BARU LAHIR (BBL)

TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Neonatus merupakan masa bayi baru lahir sampai usia 28 hari (wewenang
maternitas adalah 0-40 hari). Periode neonatal atau neonatus adalah bulan pertama
kehidupan. Selama periode neonatal bayi mengalami pertumbuhan dan perubahan
yang amat manakjubkan.( Mary Hamilton, 1995 : 217 )

2. Fisiologi
1.1. Respirasi
Perubahan yang penting pada neonatus adalah respirasi. Pada saat intarauterin,
paru-paru berisi ± 20 cc/KgBB. Pada saat lahir, cairan tersebut digantikan dengan
udara. Dengan kelahiran pervaginam, cairan tersebut dikeluarkan melalui trakea
dan paru-paru. Nafas yang pertama merupakan reflek dari perubahan tekanan,
perubahan suhu, suara dan sensasi fisik pada saat kelahiran dengan permukaan
yang relative kasar. Disisi lain, kemoreseptor di aorta berespon terhadap
penurunan PO2 (dari 80 mmHg ke 15 mmHg), peningkatan CO 2 (dari 40 mmHg
ke 70 mmHg) dan penurunan pH arteri. Depresi pernafasan tersebut terjadi karena
terputusnya tali pusat. Nafas pertama bersifat dangkal dan tidak teratur ± 30-60
x/menit disertai periode apnea pendek (<15”). Bayi baru lahir lebih menyukai
bernafas melalui hidung. Saat mengalami pembuntuan, reflek yang digunakan
adalah membuka mulut, tetapi kemampuan tersebut baru dimiliki setelah usia 3
minggu, oleh karena itu bayi mudah mengalami cyanosis jika mengalami
obstruksi hidung.
1.2. Sirkulasi
System sirkulasi mengalami perubahan saat lahir, foramen ovale, duktus
arteriosus dan duktus venosus menutup. Arteri dan vena umbilical serta arteri
hepatica menjadi ligament. Tekanan arteri pulmonal menurun menyebabkan
penurunan tekanan artrium kanan. Peningkatan aliran darah yang kembali kesisi
kiri jantung meningkatkan tekanan atrium kiri. Perubahan tekanan ini
menyebabkan penutupan foramen ovale. Selama beberapa hari, menangis
menyebabkan pengembalian aliran darah melalui foramen ovale dan
menyebabkan cyanosis. Saat level PO2 arteri mendekati 50 mmHg, duktus
arteriosus menutup kemudian duktus tersebut menjadi ligament.
Dengan pematangan tali pusat, arteri dan vena umbilical serta duktus venosus
menutup cepat dan menjadi ligament.
1.3. Termoregulasi
Pengendalian panas adalah cara kedua untuk menstabilkan fungsi pernafasan dan
sirkulasi bayi. Termoregulasi adalah upaya mempertahankan keseimbangan antara
produksi dan pengeluaran panas. Bayi bersifat homeothemic yang artinya
berusaha menstabilkan suhu badan internal dalam rentang yang pendek.
Hipotermi dan kehilangan panas yang berlebihan merupakan kejadian yang
membahayakan. Termogenesis pada bayi dipenuhi oleh brown fat dan
meningkatkan aktifitas metabolisme otak, jantung dan liver. Brown fat terletak
pada antara kedua scapula dan axila, serta didalam pintu masuk dada, sekitar
ginjal dan vertebra. Lemak tersebut mengandung banyak pembuluh darah dan
saraf daripada lemak biasa.
1.4. Hematologi
Hb bayi lebih banyak dari orang dewasa yaitu 14,5-22,5 g/dl, tetapi merupakan
HbF yaitu Hb yang usianya lebih pendek dari orang dewasa (40-90 hari). Dengan
simpanan Fe selama dalam kandungan, bayi akan membuat Hb yang baru.
Simpanan Fe dapat dipertahankan sampai usia 5 bulan.
1.5. Sistem Renal
Pada usia khamilan empat bulan, ginjal bayi sudah terbentuk dan sudah bisa
memproduksi urine. Urin akan dikeluarkan kedalam cairan amnion. Fungsi renal
seperti orang dewasa baru bisa dipenuhi saat bayi berusia 2 bulan. Saat lahir
biasanya bayi akan BAK sedikit dan kemudian tidak BAK selam 12-24 jam,
kemudian akan BAK 6-10 x/menit. Urin berwarna kuning, berjumlah 15-60
cc/KgBB.
1.6. Gastrointestinal
Bayi aterm sudah bisa menelan, mencerna dan mengolah serta menyerap protein
dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak sederhana. Bayi yang
hidrasinya baik, mukosa mulutnya basah, merah muda. Setelah lahir ada sedikit
mucus yang tersisa dimulut bayi.
1.7. Sistem Hepatika
Liver dan gall blader dibentuk usia kehamilan 4 bulan. Liver dapat diraba pada
bayi baru lahir 1 cm dibawah costa kanan karena liver memenuhi ± 40 % kavitas
abdomen. 50 % bayi aterm mengalami hyperbilirubinemia yang fisiologis sebagai
akibat dari frekuensi produksi bilirubin yang tinggi dari pemecahan RBC yang
lebih banyak dari dewasa, selain itu ada sejumlah bilirubin yang diserap kembali
dari usus halus.
1.8. Sistem Imunologi
System imunologi pada bayi baru berkembang pada fase awal ekstrauterin dan
belum aktif sampai dengan beberapa bulan. Selam tiga bulan pertama, bayi
dilindungi oleh imunitas pasif dari ibu.
1.9. Sistem integument
Vernix caseosa, suatu lapisan putih seperti keju, menutupi bayi saat lahir,
fungsinya masih belum jelas. Dalam 24 jam vernix caseosa akan diabsorsi kulit
dan hilang seluruhnya, jadi tidak perlu dibersihkan.
1.10. Sistem Reproduksi
a. Perempuan :
 Ovarium sudah berisi ribuan sel-sel primitive (folikel primordial).
 Peningkatan estrogen selama kehamilan didikuti dengan penurunan
yang tiba-tiba saat kelahiran menyebabkan terjadinya pengeluaran
darah atau mucus dari vagina disebut pseudomenstruasi.
 Genetalia eksterna edema dan hiperpigmentasi.
 Labia mayor dan minor sudah menutupi vestibulum.
 Vernix caseosa terdapat dikedua labia.
b. Laki-laki :
 Testis sudah turun kedalam scrotum pada 90 % bayi.
 Spermatogenesis belum terjadi, baru terjadi saat pubertas.
 Sering terjadi hidriceles yaitu akumulasi cairan disekitar testis, bisa
sembuh sendiri.
1.11. System Muskuloskeletal
Pertumbuhan tulang terjadi cephalocaudal. Kepala mempunyai panjang ¼ dari
panjang badan bayi, dengan lengan lebih panjang sedikit dari kaki. Ukuran dan
bentuk kepala dapat sedikit berubah akibat penyesuaian dengan jalan lahir disebut
molding.

3. Penanganan bayi baru lahir


Tujuan utama perawatan bayi baru lahir adalah :
3.1. Membersihkan jalan nafas.
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah dilahirkan. Apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara
sebagai berikut :
a. Letakkkan bayi pada posisi telentang ditempat yang keras dan hangat.
b. Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih
bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit
tengadah ke belakang.
c. Bersihkan rongga hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kasa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi akan
segera menangis.
e. Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan
otak. Oleh karena itu segera bersihkan mulut dan hidung bayi baru lahir.
Observasi warna kulit, adanya meconium dalam hidung atau mulut.
f. Bantuan untuk memulai pernafasan diperlukan untuk mewujudkan ventilasi
yang adekuat.
g. Dokter atau tenaga medis hendaknya melakukan pemompaan setelah 1 menit
bayi tidak menangis.
3.2. Memotong dan merawat tali pusat.
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak menentukan dan
mempengaruhi bayi, kecuali bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis
maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan
resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan
gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan
dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol
70 % atau povidon iodin 10 % serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti
setiap hari dan setiap basah atau kotor. Sebelum memotong tali pusat . pastikan
bahwa tali pusat sudah diklem dengan baik untuk mencegah terjadinya
perdarahan.
3.3. Mempertahankan suhu tubuh bayi.
Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya
dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi
baru lahir di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan
akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya stabil. Suhu tubuh bayi
harus dicatat.
3.4. Memberikan vitamin K.
Pemberian vitamin K dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan karena
defisiensi vitamin K. Vitamin K diberikan peroral 1 mg/ hari selama 3 hari,
sedangkan bayi yang beresiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5
– 1 mg I.M.
3.5. Memberikan obat tetes/ salep mata.
Setiap bayi lahir perlu diberikan tetes mata atau salep mata setelah 5 jam bayi
lahir untuk mencegah terjadinya penyakit mata karena klamidia. Tetes atau salep
mata yang diberikan adalah eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1 %.
3.6. Identifikasi bayi baru lahir.
Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia ditempat penerimaan
pasien. Kamar bersalin dan ruang rawat bayi. Peralatan yang digunakan
hendaknya kebal air dengan tepi yang halus dan tidak melukai, tidak mudah robek
dan tidak mudah lepas. Pada gelang atau alat identifikasi harus tercantum :
a. Nama ( bayi, nyonya )
b. Tanggal lahir.
c. Nomor bayi.
d. Jenis kelamin.
e. Unit.
f. Nama lengkap ibu. Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. Ukurlah berat lahir,
panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medik.
3.7. Mencegah terjadinya infeksi.
Dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat yang aseptik dan antiseptik.
Pemberian tetes atau salep mata untuk mencegah infeksi pada mata.
     
4. Pemantauan bayi baru lahir.
Bayi baru lahir dilakukan untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan
identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian. Yang
perlu dipantau pada bayi baru lahir adalah :
4.1. Suhu badan dan lingkungan.
      Suhu badan bayi perlu diukur  dan dicatat secara teratur untuk mengetahui adanya
peningkatan suhu tubuh sehingga dapat segera dilakukan tindakan yang tepat dan
cepat.
4.2. Tanda – tanda vital.
a. Suhu tubuh bayi diukur melalui ketiak atau dubur bayi.
b. Nadi dapat dipantau di semua titik – titik nadi perifer.
c. Pernafasan yang normal pada bayi baru lahir adalah perut dan dada bergerak
bersamaan tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar adanya suara pada waktu
inspirasi maupun ekspirasi. Gerak pernafasan 30 – 50 kali permenit.
d. Tekanan darah dipantau bila ada indikasi.
4.3. Mandi dan perawatan kulit.
Dalam keadaan normal kulit bayi baru lahir adalah kemerahan dan terjadi
pengelupasan ringan. Mandi pada bayi baru lahir sangat diperlukan untuk
merawat kebersihan kulit dan menjaga kelembaban kulit dan suhu tubuh.
4.4. Pakaian.
Pakaian pada bayi dapat menjaga kehangatan suhu tubuh bayi. Sehingga bayi
tidak jatuh pada keadaan hipotermia. Pakaian juga dapat melindungi kulit bayi
dari resiko cidera/ tergores.
4.5. Perawatan tali pusat.
Perawatan tali pusat dilakukan secara aseptik dan antiseptik untuk mencegah
terjadinya infeksi pada tali pusat.

5. Pohon Masalah ( Web Of Caustion )


6. Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir (Depkes, 2002)
6.1. Evaporasi
            Adalah cara kehilangan panas utama pada tubuh bayi. Kehilangan panas terjadi
karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi. setelah lahir
karena bayi tida langsung dikeringkan atau terjadi setelah bayi dimandikan
6.2. Konduksi
           Adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin, miasal bayi yang diletakkan diatas meja, tempat tidur
atau timbangan yang dingin cepat mengalami kehilangan panas tubuh melalui
konduksi
6.3. Konveksi
           Adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayiterpapar dengan udara disekitar
yang telah dingin, bayi yang dilahirkan di ruangan yang dingin cepat mengalmi
kehilingan panas. Kehilangan panas terjadi jika ada tiupan kipas angin, aliran
udara atau penyejuk ruangan.
6.4. Radiasi
            Adalah kehilangan pnas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat berada yang
mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi, bayi akan
mengalami kehilangan panas melalui car ini.  Benda yang lebih dingin tersebut
tidak bersentuhan langsung dengan panas bayi

7. Penilaian bayi untuk tanda – tanda kegawatan.


Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda –tanda kegawatan/ kelainan yang
menunjukkan suatu penyakit.
7.1. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau
beberapa tanda – tanda berikut :
a. Sesak nafas.
b. Frekuensi pernafasan 60 X/mnt.
c. Gerak retraksi dada.
d. Malas minum.
e. Panas atau suhu badan bayi rendah.
f. Bayi kurang aktif.
g. Berat lahir rendah ( 1500 – 2500 gram ).

7.2. Tanda – tanda bayi sakit berat.


Apabila terdapat salah satu atau lebih tanda – tanda berikut ini :
a. Sulit minum.
b. Sianosis sentral ( lidah biru ).
c. Perut kembung.
d. Periode apneu.
e. Kejang / periode kejang – kejang kecil.
f. Merintih.
g. Perdarahan.
h. Sangat kuning.
i. Berat badan lahir < 1500 gram.

8. Komplikasi yang sering terjadi pada bayi baru lahir.


8.1. Icterus neonatorum
Kira-kira 1/3 dari bayi yang baru lahir , memperlihatkan icterus antara
Hari ke 2 dan ke 5 yang dinamakan icterus fisiologis yang ditimbulkan oleh
hyperbilirubinaemia yang disebabkan oleh :
a. Penghancuran erytrocyt yang hebat.
Kehidupan intra uterin terdapat polycytaemia untuk mengimbangi kadar O2
yang rendah. Sedangkan untuk kehidupan diluar tidak diperlukan sedemikian
banyak erythrocyt
b. Hati bayi belum berfaal baik, sehingga tidak dapat mengubah Bilirubin I
menjadi bilirubin II.Pada anak premature icterus biasanya lebih hebat dan
lebih lama lagi karena faal hati masih sangat kurang.         
8.2. Kehilangan Berat Badan
Selama 3 atau 4 hari yang pertama bayi boleh dikatakan hampir tidak kemasukan
cairan ( Asi belum lancar ). Sedangkan bayi mengeluarkan faeces, urine dan peluh
dengan cukup banyak maka BB bayi turun.
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan bayi dsapat dilakukan segera setelah status kardiovaskuler aman dan
secara berkala.
1.1. Penampilan umum
 BB 2500-4000 gram, akan berkurang 3-5 hari, tetapi tidak boleh > 10 %,
biasanya akan naik kembali setelah hari ke 8-12.
 PB 46-56 cm.
 Suhu 36,5-37,5 0C.
1.2. Kepala
 Ukur : lingkar kepala
 Periksa adanya caput atau cepal hematom, molding, fontanel anterior dan
posterior.
 Periksa bentuk telinga.
 Simetris tidaknya wajah.
 Periksa mata : bentuk, letak, ukuran, pupil, reflek cahaya, adanya perdarahan.
 Periksa mulut : bibir, palatum, lidah, gigi.
 Periksa hidung : septum, simetris atau tidak.
 Periksa leher : Ukuran simetris/tidak, Gerakan baik/kurang baik, Pergerakan
otot.
1.3. Kulit
 Vernix caseosa
 Lanugo terutama diwajah, bahu (lebih banyak pada premature)
 Warna kulit (biasanya bayi akan mengalami akrosianosis, lalu badan akan
semakin merah jika bayi menangis), adanya bintik-bintik, deskuamasi, kering.
 Pembesaran payudara.
 Bercak meconium pada kulit, tali pusat, kuku jari.
 Cairan amnion, bau.
 Cari adanya jaundice dengan menekan kulit, maka warna kuning akan lebih
jelas.
1.4. Dada
 Diameter anteroposteriorhampir sama dengan diameter transversa (diameter
diukur sedikit diatas putting), lebih pendek daripada abdomen.
 Pembesaran payudara, witch’s milk.
 Palpasi/auskultasi PMI, frekuensi, kualitas HR (120-160 x/menit) dan
murmur.
 Karakteristik respirasi, cracles, ronchi, suara nafas tiap-tiap sisi dada,
frekuensi 30-60 x/menit (dad dan perut bergerak bersama, hitung 1 menit
penuh), periode apnea.
1.5. Abdomen
 Bentuk : simetris/tidak
 Bising usus : ada/ tidak
 Kelainan : cekung/cembung
 Tali Pusat, pembuluh darah, perdarahan, kelainan tali pusat.
1.6. Neurologik
 Tonus otot.
 Reflek : moro reflek, tonik neck reflek, palmar graps reflek, walking reflek,
rooting reflek, sucking reflek.
1.7. Kelamin
 Bayi perempuan , labia mayora/minora, sekresi vaginal, kelainan, Anus.
 Bayi laki-laki, scrotum, testis, penis, kelainan.
1.8. Punggung
Adanya benjolan atau defek yang lain ( bayi harus ditengkurapkan )
1.9. Ektremitas
 Kelengkapan jari, adanya sindaktili dan polidaktili.
 Bentuk ekstremitas, bandingkan panjang kedua kaki, tinggi lutut, dan
gerakannya dengan menekuk kedua paha kekanan kiri abdomen.
2. Penilaian APGAR Score
APGAR Pemeriksaan 0 1 2
Appearance/warna kulit Inspeksi Biru/pucat seluruh Badan merah, Semua merah
tubuh ekstremitas biru
Pulse/denyut jantung Auskultasi jantung Tidak terdengar < 100 x/menit > 100 x/menit
Grimace/ reflek Menghisap atau Tidak ada respon Menyeringai Menangis keras
iritabily rangsang lain
Activity/ tonus otot Inspeksi Lemah Fleksi ekstremitas Gerak aktif
Respiration/pernafasan Inspeksi Tidak ada gerakan Menangis lemah Gerakan pernafasan
pernafasan atau merintih kuat/ menangis kuat
Total score : 0-3 : asfiksia berat
4-6 : asfiksia sedang
7-10 : asfiksia ringan

3. Periode trasisional pada neonatus :


3.1. Periode I : reaktivitas ( 30 menit pertama setelah lahir ).Bayi terjaga
dengan :
 Buka mata
 Memberikan respon terhadap stimulus
 Mengisap dengan penuh semangat dan menangis
 RR 82 x/ mnt.
 Denyut jantung sampai 180 x/mnt
 Bising usus aktif
 Restfulness mengikuti fase awal reaktivitas dan berlangsung 2 sampai 4
jam. Kemudian suhu tubuh, pernafasan, nadi menurun.
3.2. Periode II : reaktivitas ( berlangsung 2 sampai 5 jam )
Bayi bangun dari tidur yang nyenyak :
 Denyut jantung dan kecepatan pernafasan meningkat
 Reflek gag aktif
 Mungkin mengeluarkan meconium & urine
 Menghisap
 Lendir pernafasan berkurang.
3.3. Periode III : stabilisasi ( 12 sampai 24 jam setelah lahir )
Bayi lebih mudah tidur dan terbangun
 Tanda-tanda vital stabil
 Kulit berwarna kemerahan dan hangat.

4. Diagnosa Keperawatan
4.1. Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan atau kotoran pada tali pusat
Tujuan : tidak terjadi infeksi pada tali pusat
Intervensi :
o Kaji adanya bau atau cairan pada tali pusat
 R : Cairan pada tali pusat dapat menunjukkan adanya infeksi
o Lakukan perawatan pada tali pusat dengan alcohol
 R : Alcohol dapat mencegah infeksi yang terjadi pda tali pusat
o Ganti nouvel gauze pada tali pusat setiap habis mandi
 R : Nouvel gauze diganti untuk mencegah terjadinya infeksi
o Kaji adanya tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu tubuh, kemerahan
disekitar tali pusat.
 R : Peningkatan suhu tubuh, kemerahan disekitartali pusat dapat menunjukkan
adanya infeksi
o Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
 R : mencuci dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial
o Jaga lingkungan tetap bersih
 R : Lingkungan yang bersih dapat menjaga kesehatan janin
4.2. Risti hipotermi berhubungan dengan perubahan suhu
Tujuan : hipotermi tidak menjadi aktual
Intervensi :
o Segera bungkus bayi dengan selimut kering.
 R : Mencegah penguapan suhu melalui evaporasi
o Observasi suhu bayi tiap 4jam
 R : Deteksi dini bila terjadi hipotermi
o Jaga lingkungan tetap hangat dan kering
 R : Mencegah penguapan suhu
o Dekatkan bayi dengan ibu sesering mungkin
 R : Dekapan ibu membuat bayi merasa hangat

4.3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi mucus


Tujuan : pola nafas efektif
Intervensi :
o Bersihkan muka dengan kasa/ kain bersih dari darah dan lendir segera setelah
kepala bayi lahir.
 R   : Mengurangi resiko terjadinya aspirasi dan usaha untuk membebaskan
jalan nafas bayi.
o Hisap lendir dengan menggunakan penghisap lendir atau kateter pada sisi
mulut atau hidung.
 R   : Membersihkan jalan nafas sehingga kebutuhan O2 dapat terpenuhi dengan
pola nafas yang efektif.
o Miringkan bayi kekanan untuk mencegah regurgitasi
 R   : Mencehah terjadinya aspirasi yang dapat menimbulkan terjadinya gagal
nafas pada bayi.
o Bersihkan jalan nafas
 R   : Membebaskan jalan nafas bayi.
o Pertahankan suplai oksigen adekuat
 R   : Memeuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan bayi.

5. Evaluasi
5.1. Tidak terjadi infeksi pada tali pusat
5.2. Hipotermi tidak menjadi actual
5.3. Pola nafas efektif

Anda mungkin juga menyukai