Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. pengertian

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.
(Kukuh Rahardjo, 2014 : 5). Sedangkan, asuhan pada bayi baru lahir normal adalah
asuhan yang diberikan pada bayi baru la hir tersebut selama satu jam pertama setelah
kelahiran, sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha nafas spontan
dengan sedikit bantuan. Prawirohardjo, 2009 : 28). Adapun permasalahan yang terjadi
pada bayi baru lahir adalah asfiksia neonat orum, ikterus, perdarahan tali pusat, kejang,
BBLR, hipotermi, dll. (Muslihatun, 2010 : 6).

Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan


periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia, mempertahakan suhu tubuh bayi
terutama pada bayi berat lahir rendah, pemotongan dan perawatan tali pusat, pemberian
air susu ibu (ASI) dalam usaha menurunkan ngka kematian oleh karena diare,
pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi psikologis
merupakan tugas pokok bagi petugas kesehatan bayi dan anak. Neonatus pada minggu-
minggu pertama sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu pada waktu ibu hamil dan
melahirkan. (JNPK –KR, 2013 : 119).

B.Rumusan masalah

1. Mengetahui apa pengertian tentang asuhan pada bayi baru lahir?

2. Bagaimana cara asuhan keperawatan pada bayi baru lahir?


3. Apa tindakan pertama pada bayibaru lahir?
C.Tujuan
1. Mengetahui tentang bayi baru lahir
2. Memahami tentang asuhan keperawatan pada bayi baru lahir
3. Mengetahui tindakan pertama pada bayi baru lahir

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori
1. Pengertian
Neonatus merupakan masa bayi baru lahir sampai usia 28 hari
(wewenang maternitas adalah 0-40 hari). Periode neonatal atau neonatus adalah
bulan pertama kehidupan. Selama periode neonatal bayi mengalami
pertumbuhan dan perubahan yang amat manakjubkan.( Mary Hamilton, 1995 :
217 )
2. Fisiologi
a. Respirasi
Perubahan yang penting pada neonatus adalah respirasi. Pada saat
intarauterin, paru-paru berisi ± 20 cc/KgBB. Pada saat lahir, cairan tersebut
digantikan dengan udara. Dengan kelahiran pervaginam, cairan tersebut
dikeluarkan melalui trakea dan paru-paru. Nafas yang pertama merupakan
reflek dari perubahan tekanan, perubahan suhu, suara dan sensasi fisik pada
saat kelahiran dengan permukaan yang relative kasar. Disisi lain,
kemoreseptor di aorta berespon terhadap penurunan PO2 (dari 80 mmHg ke
15 mmHg), peningkatan CO2 (dari 40 mmHg ke 70 mmHg) dan penurunan
pH arteri.
Depresi pernafasan tersebut terjadi karena terputusnya tali pusat.
Nafas pertama bersifat dangkal dan tidak teratur ± 30-60 x/menit disertai
periode apnea pendek (<15”). Bayi baru lahir lebih menyukai bernafas
melalui hidung. Saat mengalami pembuntuan, reflek yang digunakan adalah
membuka mulut, tetapi kemampuan tersebut baru dimiliki setelah usia 3
minggu, oleh karena itu bayi mudah mengalami cyanosis jika mengalami
obstruksi hidung.

2
b. Sirkulasi
System sirkulasi mengalami perubahan saat lahir, foramen ovale,
duktus arteriosus dan duktus venosus menutup. Arteri dan vena umbilical
serta arteri hepatica menjadi ligament. Tekanan arteri pulmonal menurun
menyebabkan penurunan tekanan artrium kanan. Peningkatan aliran darah
yang kembali kesisi kiri jantung meningkatkan tekanan atrium kiri.
Perubahan tekanan ini menyebabkan penutupan foramen ovale.
Selama beberapa hari, menangis menyebabkan pengembalian aliran
darah melalui foramen ovale dan menyebabkan cyanosis. Saat level PO2
arteri mendekati 50 mmHg, duktus arteriosus menutup kemudian duktus
tersebut menjadi ligament. Dengan pematangan tali pusat, arteri dan vena
umbilical serta duktus venosus menutup cepat dan menjadi ligament.
c. Termoregulasi
Pengendalian panas adalah cara kedua untuk menstabilkan fungsi
pernafasan dan sirkulasi bayi. Termoregulasi adalah upaya mempertahankan
keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas. Bayi bersifat
homeothemic yang artinya berusaha menstabilkan suhu badan internal
dalam rentang yang pendek. Hipotermi dan kehilangan panas yang
berlebihan merupakan kejadian yang membahayakan. Termogenesis pada
bayi dipenuhi oleh brown fat dan meningkatkan aktifitas metabolisme otak,
jantung dan liver. Brown fat terletak pada antara kedua scapula dan axila,
serta didalam pintu masuk dada, sekitar ginjal dan vertebra. Lemak tersebut
mengandung banyak pembuluh darah dan saraf daripada lemak biasa.
d. Hematologi
Hb bayi lebih banyak dari orang dewasa yaitu 14,5-22,5 g/dl, tetapi
merupakan HbF yaitu Hb yang usianya lebih pendek dari orang dewasa (40-
90 hari). Dengan simpanan Fe selama dalam kandungan, bayi akan
membuat Hb yang baru. Simpanan Fe dapat dipertahankan sampai usia 5
bulan.

3
e. Sistem Renal
Pada usia khamilan empat bulan, ginjal bayi sudah terbentuk dan
sudah bisa memproduksi urine. Urin akan dikeluarkan kedalam cairan
amnion. Fungsi renal seperti orang dewasa baru bisa dipenuhi saat bayi
berusia 2 bulan. Saat lahir biasanya bayi akan BAK sedikit dan kemudian
tidak BAK selam 12-24 jam, kemudian akan BAK 6-10 x/menit. Urin
berwarna kuning, berjumlah 15-60 cc/KgBB.
f. Gastrointestinal
Bayi aterm sudah bisa menelan, mencerna dan mengolah serta
menyerap protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak
sederhana. Bayi yang hidrasinya baik, mukosa mulutnya basah, merah
muda. Setelah lahir ada sedikit mucus yang tersisa dimulut bayi.
g. Sistem Hepatika
Liver dan gall blader dibentuk usia kehamilan 4 bulan. Liver dapat
diraba pada bayi baru lahir 1 cm dibawah costa kanan karena liver
memenuhi ± 40 % kavitas abdomen. 50 % bayi aterm mengalami
hyperbilirubinemia yang fisiologis sebagai akibat dari frekuensi produksi
bilirubin yang tinggi dari pemecahan RBC yang lebih banyak dari dewasa,
selain itu ada sejumlah bilirubin yang diserap kembali dari usus halus.
h. Sistem Imunologi
System imunologi pada bayi baru berkembang pada fase awal
ekstrauterin dan belum aktif sampai dengan beberapa bulan. Selam tiga
bulan pertama, bayi dilindungi oleh imunitas pasif dari ibu.
i. Sistem integument
Vernix caseosa, suatu lapisan putih seperti keju, menutupi bayi saat
lahir, fungsinya masih belum jelas. Dalam 24 jam vernix caseosa akan
diabsorsi kulit dan hilang seluruhnya, jadi tidak perlu dibersihkan.
j. Sistem Reproduksi
Perempuan :
1) Ovarium sudah berisi ribuan sel-sel primitive (folikel primordial).

4
2) Peningkatan estrogen selama kehamilan didikuti dengan penurunan
yang tiba-tiba saat kelahiran menyebabkan terjadinya pengeluaran
darah atau mucus dari vagina disebut pseudomenstruasi.
3) Genetalia eksterna edema dan hiperpigmentasi.
4) Labia mayor dan minor sudah menutupi vestibulum.
5) Vernix caseosa terdapat dikedua labia.

Laki-laki :
1) Testis sudah turun kedalam scrotum pada 90 % bayi.
2) Spermatogenesis belum terjadi, baru terjadi saat pubertas.
3) Sering terjadi hidriceles yaitu akumulasi cairan disekitar testis, bisa
sembuh sendiri.
k. System Muskuloskeletal
Pertumbuhan tulang terjadi cephalocaudal. Kepala mempunyai
panjang ¼ dari panjang badan bayi, dengan lengan lebih panjang sedikit dari
kaki. Ukuran dan bentuk kepala dapat sedikit berubah akibat penyesuaian
dengan jalan lahir disebut molding.
3. Penanganan bayi baru lahir
Tujuan utama perawatan bayi baru lahir adalah :
a. Membersihkan jalan nafas.
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah dilahirkan. Apabila
bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas
dengan cara sebagai berikut :
1) Letakkkan bayi pada posisi telentang ditempat yang keras dan hangat.
2) Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi
lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit
tengadah ke belakang.
3) Bersihkan rongga hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan
jari tangan yang dibungkus kasa steril.

5
4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi
akan segera menangis.
5) Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan
kerusakan otak. Oleh karena itu segera bersihkan mulut dan hidung bayi
baru lahir. Observasi warna kulit, adanya meconium dalam hidung atau
mulut.
6) Bantuan untuk memulai pernafasan diperlukan untuk mewujudkan
ventilasi yang adekuat.
7) Dokter atau tenaga medis hendaknya melakukan pemompaan setelah 1
menit bayi tidak menangis.

b. Memotong dan merawat tali pusat.


Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak menentukan
dan mempengaruhi bayi, kecuali bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir
tidak menangis maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan
melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari
dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril.
Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat
dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70 % atau povidon iodin 10 %
serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan setiap
basah atau kotor. Sebelum memotong tali pusat . pastikan bahwa tali pusat
sudah diklem dengan baik untuk mencegah terjadinya perdarahan.
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi.
Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap
hangat. Bayi baru lahir di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan
tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya
stabil. Suhu tubuh bayi harus dicatat.

6
d. Memberikan vitamin K.
Pemberian vitamin K dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan
karena defisiensi vitamin K. Vitamin K diberikan peroral 1 mg/ hari
selama 3 hari, sedangkan bayi yang beresiko tinggi diberi vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M.

e. Memberikan obat tetes/ salep mata.


Setiap bayi lahir perlu diberikan tetes mata atau salep mata setelah 5 jam
bayi lahir untuk mencegah terjadinya penyakit mata karena klamidia. Tetes
atau salep mata yang diberikan adalah eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1
%.
f. Identifikasi bayi baru lahir.
Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia ditempat
penerimaan pasien. Kamar bersalin dan ruang rawat bayi. Peralatan yang
digunakan hendaknya kebal air dengan tepi yang halus dan tidak melukai,
tidak mudah robek dan tidak mudah lepas. Pada gelang atau alat
identifikasi harus tercantum :
1) Nama ( bayi, nyonya )
2) Tanggal lahir.
3) Nomor bayi.
4) Jenis kelamin.
5) Unit.
6) Nama lengkap ibu. Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. Ukurlah berat
lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam
medik.
g. Mencegah terjadinya infeksi.
Dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat yang aseptik dan antiseptik.
Pemberian tetes atau salep mata untuk mencegah infeksi pada mata.
h. Pemantauan bayi baru lahir.

7
Bayi baru lahir dilakukan untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau
tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan
perhatian. Yang perlu dipantau pada bayi baru lahir adalah :
1) Suhu badan dan lingkungan.
Suhu badan bayi perlu diukur dan dicatat secara teratur untuk mengetahui
adanya peningkatan suhu tubuh sehingga dapat segera dilakukan tindakan
yang tepat dan cepat.
2) Tanda – tanda vital.
 Suhu tubuh bayi diukur melalui ketiak atau dubur bayi.
 Nadi dapat dipantau di semua titik – titik nadi perifer.
 Pernafasan yang normal pada bayi baru lahir adalah perut dan dada
bergerak bersamaan tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar adanya suara
pada waktu inspirasi maupun ekspirasi. Gerak pernafasan 30 – 50 kali
permenit.
 Tekanan darah dipantau bila ada indikasi.
i. Mandi dan perawatan kulit.
Dalam keadaan normal kulit bayi baru lahir adalah kemerahan dan terjadi
pengelupasan ringan. Mandi pada bayi baru lahir sangat diperlukan untuk
merawat kebersihan kulit dan menjaga kelembaban kulit dan suhu tubuh.
j. Pakaian.
Pakaian pada bayi dapat menjaga kehangatan suhu tubuh bayi. Sehingga
bayi tidak jatuh pada keadaan hipotermia. Pakaian juga dapat melindungi
kulit bayi dari resiko cidera/ tergores.
k. Perawatan tali pusat.
Perawatan tali pusat dilakukan secara aseptik dan antiseptik untuk
mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat.

8
4. Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir (Depkes, 2002)
1). Evaporasi
Adalah cara kehilangan panas utama pada tubuh bayi. Kehilangan panas
terjadi karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi. setelah
lahir karena bayi tida langsung dikeringkan atau terjadi setelah bayi
dimandikan
2). Konduksi
Adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin, miasal bayi yang diletakkan diatas meja,
tempat tidur atau timbangan yang dingin cepat mengalami kehilangan panas
tubuh melalui konduksi
3). Konveksi
Adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayiterpapar dengan udara
disekitar yang telah dingin, bayi yang dilahirkan di ruangan yang dingin cepat
mengalmi kehilingan panas. Kehilangan panas terjadi jika ada tiupan kipas
angin, aliran udara atau penyejuk ruangan.
4). Radiasi
Adalah kehilangan pnas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat berada
yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi,
bayi akan mengalami kehilangan panas melalui car ini. Benda yang lebih
dingin tersebut tidak bersentuhan langsung dengan panas bayi

5. Penilaian bayi untuk tanda – tanda kegawatan.


Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda –tanda kegawatan/ kelainan
yang menunjukkan suatu penyakit.
a. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau
beberapa tanda – tanda berikut :
1) Sesak nafas.
2) Frekuensi pernafasan 60 X/mnt.
3) Gerak retraksi dada.

9
4) Malas minum.
5) Panas atau suhu badan bayi rendah.
6) Bayi kurang aktif.
7) Berat lahir rendah ( 1500 – 2500 gram ).

2. Tanda – tanda bayi sakit berat.


Apabila terdapat salah satu atau lebih tanda – tanda berikut ini :
1) Sulit minum.
2) Sianosis sentral ( lidah biru ).
3) Perut kembung.
4) Periode apneu.
5) Kejang / periode kejang – kejang kecil.
6) Merintih.
7) Perdarahan.
8) Sangat kuning.
9) Berat badan lahir < 1500 gram.

6. Komplikasi yang sering terjadi pada bayi baru lahir.

1. Icterus neonatorum

Kira-kira 1/3 dari bayi yang baru lahir , memperlihatkan icterus antara
Hari ke 2 dan ke 5 yang dinamakan icterus fisiologis yang ditimbulkan oleh
hyperbilirubinaemia yang disebabkan oleh :
1) Penghancuran erytrocyt yang hebat.
Kehidupan intra uterin terdapat polycytaemia untuk mengimbangi kadar O2
yang rendah. Sedangkan untuk kehidupan diluar tidak diperlukan sedemikian
banyak erythrocyt
2) Hati bayi belum berfaal baik, sehingga tidak dapat mengubah Bilirubin I
menjadi bilirubin II.Pada anak premature icterus biasanya lebih hebat dan lebih
lama lagi karena faal hati masih sangat kurang.

10
2. Kehilangan Berat Badan

Selama 3 atau 4 hari yang pertama bayi boleh dikatakan hampir tidak
kemasukan cairan ( Asi belum lancar ). Sedangkan bayi mengeluarkan faeces,
urine dan peluh dengan cukup banyak maka BB bayi turun.
Kehilangan BB tidak boleh lebih dari 10%.

B. ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR


Fokus asuhan keperawatan selama periode neonatal adalah untuk melindungi dan
mendukung neonatus saat ia mengalami banyak perubahan fisiologi dan
menyesuaikan dengan kehidupan ekstrauterin, yang dilakukan dengan :

1. Mempertahankan panas tubuh


2. Mempertahankan fungsi pernafasan
3. Penurunan risiko infeksi
4. Membantu orang tua dalam memberikan nutrisi yang tepat dan hidrasi
5. Membantu orang tua dalam belajar untuk merawat bayi mereka
1. Pengkajian
Apakah Anda pernah melakukan pemeriksaan fisik pada BBL? Jika belum pernah
melaukannya apakah Anda pernah menimbang BB dan panjang badan (PB) BBL?.

Untuk pemeriksaan fisik secara lengkap. Anda dapat melihat panduan praktikum
pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Baik kita bahas tentang pengkajian BBL (Bobak,
2005) adalah sebagai berikut.

Pengkajian BBL

a. Maternal (ibu) : usia, riwayat kesehatan yang lalu, perkembangan sosial dan
riwayat pekerjaan
b. Obstetri : paritas ibu, kondisi kehamilan terakhir, usia gestasi, lama dan
karakterisitik persalinan, kondisi ibu (perdarahan), keadaan bayi (fetal distress),

11
penggunaan analgetik saat bersalin, dan metode melahirkan (pervaginam,section
cesarean, vakum)
c. Pengkajian fisik bayi : perhatikan warna kulit bayi, kuku, lipatan pada telapak
kaki, palpasi dada, bunyi nafas, auskultasi denyut jantung, kaji refleks primitif
pada bayi (refleks rooting, sucking, swallowing, moro, tonick neck, babinski).
Kaji suhu bayi, tingkat aktivitas/tonus otot pemberian makan, interaksi ibu dengan
bayi. Kaji APGAR skor pada menit pertama dan kelima.
2. Diagnose keperawatan
a. Risiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan jumlah
lemak subkutan dan/ atau permukaan tubuh besar
b. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali pusat) dan
teknik mencuci tangan yang kurang oleh petugas kesehatan dan orang tua.
c. Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan transisi dan janin ke
sirkulasi neonatal, dingin stres, dan / atau produksi lendir yang berlebihan
d. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan asupan oral terbatas
e. Risiko defisit pengetahuan berhubungan dengan pertama kali menjadi orang tua
dan / atau sumber daya belajar yang terbatas
3. Intervensi Keperawatan
a. Risiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan jumlah
lemak subkutan dan/ atau permukaan tubuh besar
Tujuan: perubahan suhu tidak terjadi.
Kriteria:
1) Suhu tubuh normal 36-370 C.
2) Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan
pucat.

Rencana tindakan:
1) Pertahankan suhu lingkungan
2) Ukur suhu tubuh setiap 4 jam

12
3) Mandikan bayi dengan air hangat secara tepat dan cepat untuk menjaga
air bayi tidak kedinginan.
4) Perhatikan tanda-tanda strees dingin dan distress pernapasan( tremor,
pucat, kulit dingin).
b. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali pusat) dan
teknik mencuci tangan yang kurang oleh petugas kesehatan dan orang tua.
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
1) Bebas dari tanda-tanda infeksi.
2) TTV normal:S: 36-370C, N:70-100x/menit, RR: 40-60x/menit
Rencana tindakan :
1) Pertahankan teknik septic dan aseptic.
2) Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali perhari.
3) Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.
4) Infeksi kulit setiap hati terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit.
5) Ukur TTV setiap 4 jam.
6) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
c. Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan transisi dan janin ke
sirkulasi neonatal, dingin stres, dan / atau produksi lendir yang berlebihan
Tujuan : Tidak ada tanda distress pernapasan
Kriteria Hasil :
1) Jalan napas paten dengan frekuensi pernapasan normal 30-60 x/menit
2) Tidak terjadi sianosis
Rencana Tindakan :
1) Kaji frekuensi dan upaya pernapasan
2) Hisap nasofaring sesuai kebutuhan
3) Posisikan bayi miring dengan gulungan handuk untuk menyokong
punggung
4) Auskultasi bunyi napas, perhatikan adanya crakles atau ronchi
5) Kolaborasi dalam pemberian O2 sesuai indikasi dan kondisi BBL

13
d. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan asupan oral terbatas
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil:
1) Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
2) Intake dan output makanan seimbang.
3) Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.
Rencana tindakan :
1) Lakukan pemberian makanan oral, perhatikan jumlah yang ditelan dan
yang dimutahkan
2) Timbang BB setiap hari
3) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen.
4) Anjurkan ibu untuk menyusui pada payudara secara bergantian 5-10
menit.
5) Lakukan pemberian makanan tambahan.
6) Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalm pemberian
makanan (tersedak, menolak makanan, produksi mukosa meningkat).
e. Risiko defisit pengetahuan berhubungan dengan pertama kali menjadi orang tua
dan / atau sumber daya belajar yang terbatas
Tujuan : orang tua mengetahui perawatan pertumbuhan dan perkembangan bayi
Kriteria hasil:
1) Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi.
2) Orang tua berpartisipasi dalam perawatan bayi.
Rencana tindakan:
1) Ajarkan orang tua untuk diskusi dengan diskusi fisiologi, alasan
perawatan dan pengobatan.
2) Diskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama.
3) Lakukan pemeriksaaan bayi baru lahir saat orang tua ada.
4) Berikan informasi tentang kemampuan interaksi bayi baru lahir.
5) Libatkan dan ajarkan orang tua dalam perawatan bayi.

14
6) Jelaskan komplikasi dengan mengenai tanda-tanda hiperbilirubin

4. Implementasi Keperawatan
Lakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang sudah direncanakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Lakukan Evaluasi dari Tindakan atau Implementasi yang sudah dilakukan.

C. TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA BBL

Begitu dilahirkan, bayi segera ditangani tim medis dalam ruang khusus sebelum
dipertemukan lagi dengan orang tuanya. Bisa cepat tapi bisa pula lama karena
penanganannya tak bisa disamaratakan. Semua itu tergantung dari tingkat risiko. “Kalau
ada masalah dalam persalinan atau faktor risikonya besar, tentu makan waktu lama,” kata
Prof. Dr. dr. Nartono Kadri, Sp.A(K) dari Subbagian Perinatologi, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta.

Besar-kecilnya risiko, dipengaruhi tiga faktor utama, yaitu keadaan ibu, proses
persalinan, dan keadaan bayi. Misalnya, apakah ibu menderita infeksi, persalinan lewat
operasi atau spontan, dan bayi langsung menangis atau tidak saat dilahirkan.

Penanganan tersebut bertujuan membantu bayi beradaptasi dari yang semula


bergantung penuh pada ibunya, menjadi “mandiri”. Karena itulah, “Dalam proses
adaptasi ini, bayi harus diperiksa dan diawasi secara ketat sehingga bila ada masalah bisa
segera dideteksi dan ditangani segera,” terang Nartono.

a. Diletakkan Di Meja Resusitasi

Selama di kandungan, bayi berada dalam lingkungan yang suhunya berkisar


36-37 derajat Celcius. Karena itulah, langkah pertama adalah segera
menempatkannya di meja khusus, yaitu meja resusitasi yang bersuhu sekitar
36 derajat Celcius.

15
b. Isap Lendir

Setelah diletakkan, lendir yang ada di rongga hidung dan mulut segera diisap
dan tubuhnya dikeringkan. Dalam keadaan normal, yaitu ketuban jernih dan
bayi menangis dengan baik, dilakukan pengisapan secukupnya karena sisa
lendir (jika masih ada), akan diresorpsi sendiri oleh tubuh.

Masalahnya, kadang bayi lahir dengan keadaan “tak normal”, seperti ketuban
berwarna keruh, kehijauan, atau bercampur kotorannya selama di kandungan.
Dalam kasus ini diperlukan pengisapan lebih aktif. Jika tidak, antara lain, bisa
terjadi radang paru-paru.

c. Nilai Apgar

Bersamaan dengan proses pengisapan, dilakukan juga tes Apgar. Penilaian


dilakukan berdasar keadaan frekuensi denyut jantung, pernapasan, warna kulit,
refleks, dan tonus otot. “Nilai Apgar diambil pada menit pertama dan menit
kelima setelah tali pusat dipotong.” Pada menit pertama, nilai Apgar berfungsi
untuk menentukan perlu-tidaknya tindakan resusitasi yang lebih aktif,
sedangkan pada menit kelima untuk menilai bagaimana prediksi masalah yang
akan ada selanjutnya.

Bila interpretasi nilainya antara 7-10, masuk kategori normal, 4-6 dianggap
medium atau sedang, dan di bawah 4, masuk kategori berat. Jika keadaannya
baik, bayi dibersihkan wajahnya lalu ditunjukkan sebentar pada sang ibu dan
kemudian dibawa lagi untuk perawatan selanjutnya.

d. Dimandikan Dan Dibersihkan

Bayi dibersihkan dengan air hangat dan kadang makan waktu cukup lama.
Adakalanya lapisan lemak pada kulit bayi baru lahir cukup tebal, sehingga
lebih sulit dibersihkan dan lama. Dulu ada pendapat lapisan lemak ini tak perlu

16
seluruhnya dibersihkan karena dapat berfungsi sebagai penghangat dan
pelindung kuman. Namun teori ini sekarang tak dipakai lagi.

e. Ditimbang

Tahap selanjutnya, berat badan bayi ditimbang dan harus dilakukan kurang
dari setengah jam setelah kelahiran. Ini untuk mencegah pengukuran yang
tidak tepat karenatelah terjadi penguapan cairan pada tubuh bayi.

Berbeda dengan pengukuran BB lahir yang harus dilakukan segera,


pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala justru tak mutlak perlu dilakukan
pada saat itu juga. Khususnya untuk pengukuran lingkar kepala. Sebab, bayi
yang dilahirkan spontan, kepalanya “mengecil” saat melewati jalan lahir.

Sebaliknya, jika lahir dengan bantuan vakum, biasanya kepalanya mengalami


penonjolan sementara di lokasi pemasangan vakum. Jadi, untuk mendapatkan
ukuran lingkar kepala yang lebih tepat, kadang perlu ditunggu setelah 24 jam.

f. Diberi Salep Mata

Salep mata berisi antibiotik cukup penting diberikan untuk menghindari


terinfeksi dari jalan lahir. Dulu yang digunakan zat perak nitrat. Tapi karena
konsentrasinya makin hari makin tinggi dan jadi berbahaya, saat ini tak
dipakai lagi. Meski tujuan utamanya mencegah infeksi dari jalan lahir, pada
persalinan lewat operasi, tetap diberi.

g. Pemeriksaan Saluran Cerna

Dokter akan memeriksa ada-tidaknya anus. Bisanya dengan cara memasukkan


ujung termometer yang tumpul ke dalam anus. Ini penting agar bila ada
gangguan/kelainan pada anusnya, dapat segera ditangani.

h. Penyuntikan

17
Suntikan di pahanya, berisi vitamin K untuk mencegah kemungkinan terjadi
perdarahan otak. Semakin prematur si bayi, semakin besar risiko terjadi
perdarahan otak. Nah, dengan pemberian vitamin K1 ini, diharapkan risiko
mengecil.

i. Pemotongan Tali Pusat

Selanjutnya, tali pusat dipotong lebih pendek lagi, sekitar 5 cm dari


pangkalnya. Namun ada kalanya tali pusat dibiarkan lebih panjang. Terutama
bila bayi memiliki risiko tinggi. Gunanya untuk memudahkan jika diperlukan
pemasangan infus melalui tali pusat. Ujung tali pusat diikat tali atau dijepit
dengan jepitan khusus agar darah tak mengalir keluar. Bila ikatanatau jepitan
tak kuat, akan terjadi perdarahan dari tali pusat tersebut yang bisa berakibat
fatal pada bayi. Bagi orang dewasa, mungkin kehilangan 30 cc darah, tak akan
berarti apa-apa. Tak demikian pada bayi yang badannya masih kecil.

Langkah berikut, tali pusat dibersihkan dengan alkohol atau cairan antiseptik.
Tak perlu khawatir si kecil merasa sakit kala tali pusatnya dijepit kuat. Ia tak
akan merasakan apa pun karena dalam tali pusat tak ada persarafannya.
Kecuali bila tali pusat tersebut ditarik-tarik, sehingga pangkalnya di dinding
perut akan terasa sakit.

Penanganan Lain

Normalnya, bayi segera menangis setelah lahir. Jika tidak, bisa mengakibatkan fungsi
pernapasannya tidak berjalan dengan baik. Dalam keadaan seperti ini, perlu tindakan
resusitasi segera untuk merangsangnya agar ia menangis. Pertama dilakukan rangsangan
dengan cara menepuk-nepuk telapak kakinya sambil terus diberikan stimulus, dilakukan
juga pengisapan lendir di tenggorokannya.

Setelah 24 jam, bayi akan diperiksa dan dinilai lagi yang disebut penilaian
maturitas.Dalam pemeriksaan ini, yang dinilai adalah keadaan fisik dan neurologis bayi.

18
Sebab, walau berat badan lahir bayi sama, maturitasnya belum tentu sama antara bayi
satu dengan lainnya. Lewat penilaian ini bisa diketahui ada-tidaknya gangguan pada
pertumbuhan janin selama dalam kandungan.

1. EVALUASI PADA BBL

Evaluasi bayi baru lahir dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran bayi, terdiri
dari penilaian awal di kamar bersalin dan penilaian lanjutan di ruangan bayi. Diantaranya
adalah :

Penilaian Apgar Skore

a. Inisiasi pernapasan spontan


b. Memotong dan merawat tali pusat
c. Stabilisasi suhu tubuh bayi (menjaga agar bayi tetap hangat)
d. Pemeriksaan fisik tertentu untuk kelansungan hidup
e. Pemeriksaan fisik lengkap
f. Pemeriksaan laboratorium untuk penyakit tertentu
g. Identifikasi bayi
h. Imunisasi

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal
atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian
keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

1. Dua jam pertama setelah lahir

Hal – hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama setelah lahir
adalah

a. Kemampuan menghisap kuat atau lemah


b. Bayi aktif atau atau lunglai
c. Bayi kemerahan atau biru
2. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya

19
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian ada tidaknya masalah
kesehatan yang memerlukan tindak lanjut seperti :
a. Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
b. Gangguan pernafasan
c. Hipotermia
d. infeksi
e. Cacat bawaan dan trauma lahir

Selain hal-hal di atas, evaluasi janin sebelum dan selama proses kelahiran harus
diperhatikan :

1. Kesehatan ibu
2. Komplikasi prenatal
3. Komplikasi persalinan
4. Usia gestasi

Perkiraan usia gestasi harus dilakukan segera setelah bayi lahir. Hubungan
antara usia gestasi dan berat badan bayi digunakan untuk mengidentifikasi resiko
komplikasai pada neonatus. Sebagai contoh, neonatus baik dengan usia gestasi
kecil maupun besar mempunyai resiko hipoglikemi dan polisitemia serta harus
dilakukan pemeriksaan gula darah dan hematokrit (American Academy of
Pediatrics and American College of Obstericians and Gynecologist, 2002)

a. Lamanya persalinan
b. Lamanya pecah ketuban
c. Jenis, jumlah, waktu dan rute pemberian obat-obatan

A. Penatalaksanaan awal bayi baru lahir

Penatalaksanan awal meliputi :

1.Penilaian Apgar Skore

20
Tabel Penilaian KU bayi berdasarkan nilai APGAR

0 1 2
Appearance Pucat Badan merah Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstermitas biru kemerah-
merahan
Puls rate Tidak ada <100 >100
(frekuensi nadi)
Grimace (reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Batuk /Bersin
rangsang) mimik (grimace)
Activity (tonus Tidak ada Ekstremitas dalam Gerakan aktif
otot) sedikit fleksi
Respiration Tidak ada Lemah /tidak teratur Baik/menangis
(pernafasan)

Apgar skore dinilai pada menit ke-1 dan menit ke-5. Penilaian pada menit
pertama adalah untuk menilai fungsi kardiorespiratori. Jika didapatkan nilai rendah maka
indikasi untuk segera resusitasi.

Apgar skore pada menit kelima, khususnya perubahan nilai antara menit pertama
dan kelima adalah penilaian penting untuk melakukan resusitasi. Pada menit ke-5 nilai
apgar skore normal adalah 7-10. jika 4-7 maka diperlukan resusitasi. Pada bayi yang
cukup bulan, jika nilai apgar kurang dari 3 pada menit ke-5, maka berhubungan dengan
resiko terjadinya serebral palsy.

2. Inisiasi pernapasan spontan

Segera setelah lahir, pola pernapasan bergeser dari suatu inspirasi episodik
dangkal, yang khas pada pernapasan janin, menjadi pola inhalasi lebih dalam dan teratur.
tekanan negatif intra thoraks yang tinggi diperlukan untuk menghasilkan pemasukan
udara pertama kali ke dalam alveoli yang penuh terisi air. Biasanya, dari pernapasan

21
pertama setelah setelah lahir ini, secara progressif lebih banyak udara residual
terakumulasi di dalam paru-paru, dan pada setiap pernapasan berikutnya, diperlukan
tekanan pembukaan paru yang lebih rendah. Pada bayi aterm normal, pada sekitar
pernafasan kelima, perubahan tekanan volume yang dicapai pada setiap respirasi sangat
serupa dengan orang dewasa normal.Kompresi toraks janin pada persalinan kala dua
mendorong cairan untuk keluar dari saluran pernafasan.

Begitu bayi lahir segera dilakukan inisiasi pernapasan spontan dengan


melakukan penilaian awal sebagai berikut :

a. Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir secara cepat dan tepat
b. Evaluasi data yang terkumpul, buat diagnosis dan tentukan rencana
perawatan bayi baru lahir
c. Nilai kondisi bayi baru lahir secara cepat dengan mempertimbangkan 5
keadaan berikut :
1) apakah air ketuban jernih
2) apakah bayi bernapas spontan
3) apakah kulit bayi berwarna kemerahan
4) apakah kekuatan otot bayi cukup
5) apakah kehamilan cukup bulan

Jika kelima pertanyaan itu jawabannya iya, maka bayi dapat diberikan kepada
ibunya, kemudian dilakukan :

a. mengeringkan bayi
b. bersihkan mulut dan hidung bayi secukupnya
c. hangatkan tubuh bayi
d. berikan bayi pada ibunya untuk pemberian ASI secara dini

1) Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak
lansung menangis,penolong segeramembersihkan jalan nafas dengan cara berikut :

22
a) Letakan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan hangat
b) Letakan sebuah ganjalan di bawah bahu sehingga leher lebih lurus dan kepala
tidak menekuk
c) Bersihkan hidung, rongga mulaut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang
dibuingkus kasa steril
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyal 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain kering dan kasar, diharapkan bayi menangis.
e) Bebaskan jalan napas
f) Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus
diperhatikan.
g) Bantuan untuk memulai pernapasan mungkin diperlukan untuk mewujudkan
ventilasi yang adekuat.

2) Tidak adanya respirasi efektif

Penyebab utama kegagalan melakukan respirasi efektif mencakup hal berikut :

a) Hipoksemia fetus karena sebab apapun


b) Pemberian obat kepada ibu
c) Imaturitas fetus yang nyata
d) Sumbatan saluran pernafasan bagian atas
e) Pneumothoraks
f) Kelainan paru lainnya, baik yang instrinsik (misal hipoplasi) atau ekstrinsik
(misalnya hernia difragma)
g) Aspirasi caiaran amnion yang jelas terkontaminasi mekonium
h) Kelainan perkembangan sistem saraf pusat
i) Septikemia

3. Memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat dipotong sebaiknya segera setelah bayi dilahirkan. Apabila bayi lahir
tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan

23
resusitasi pada bayi baru lahir. Tali pusat dipotong 5cm dari dinding perut bayi secara
steril. Sebelum memotong, dipastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik, untuk
mencegah terjadinya perdarahan.

4. Mencegah kehilangan panas

a. Keringkan bayi secara seksama


b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
c. Tutup kepala bayi
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat

5. Pemeriksaan fisik tertentu

Tujuan pemeriksaan fisik pada ruang bersalin adalah untuk mendeteksi apakah
ada kelainan yang mengancam hidup. Yang harus segera dinilai adalah :

1) Jalan napas
2) Thoraks, melihat pergerakan dada
3) Abdomen, normal teraba lembut dan datar
4) Kulit, apakah ada ptekia, warna (penting untuk menilai asfiksia, anemia, shok,
ikterik atau edema)
Pemantauan tanda-tanda vital
a) Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur atau ketiak
b) Pada pernapasan normal, perut dan dada hampir bergerak bersamaan tanpa
adanya retraksi. Tanpa terdengarsuara pada inspirasi maupun ekspirasi.
c) Nadi dapat dipantau di semua titik-titik nadi perifer
d) Tekanan darah dipantau hanya jika ada indikasi

Penatalaksanaan neonatus lanjutan

a. Pemeriksaan rutin

24
Hal – hal berikut yang harus tetap dipantau setelah melakukan penilaian awal :

1. Suhu

Dalam beberapa hari kehidupan, suhu bayi tidak stabil, yang memberi
respon terhadap ransangan ringan dengan fluktuasi suhu badan yang naik turun
dari kondisi normal.

a. Vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir


dilaporkan cukup tinggi, sekitar 0,25% - 0,5%. Untuk mencegah terjadinya
perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi
vitaminK per oral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi
vitamin K 0,5-1 mg IM.

b. Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi rutin hepatitis B untuk semua neonatus sebelum dipulangkan


direkomendasikan oleh centers for disease control. Jika ibu mempunyai antigen
permukaan yang positif, neonatus seharusnya juga terimunisasi secara pasif
oleh imunoglobulin hepatitis B.

c. Tali Pusat

Infeksi tali pusat serius kadang kala ditemukan (tetanus neonatorum), hal ini
menunjukkan kurangnya perawatan. Oleh karena itu, tindakan pencegahan
aseptik yang ketat hendaknya diperhatikan pada perawatan dini tali pusat.

d. Perawatan Kulit

Bayi hendaknya segera dilap kering untuk mengurangi kehilangan panas


yang disebabkan oleh penguapan. Neonatus sebaiknya jangan dimandikan
sampai suhu tubuhnya stabil.

e. Ikterus Neonatorum

25
Terjadi ikterus neonatorum fisiologis antara hari ke-3 dan ke-5 kehidupan.
Pada bayi kurang bulan, ikterus lebih sering terjadi dan biasanya lebih berat
dan berkepanjangan daripada bayi yang cukup bulan, karena imaturitas
enzimatik hatinya lebih besar.

f. Kehilangan Berat Badan Permulaan

Karena bayi mungkin hanya sedikit menerima nutrien pada hari ke-3 atau
hari ke-4 kehidupan, dan pada waktu yang sama menghasilkan urine, feses, dan
keringat yang cukup banyak, ia secara progresif kehilangan berat badan sampai
aliran air susu ibu atau makanan lainnya telah tetap. Bayi prematur relatif
kehilangan berat badan lebih banyak dan mencapai berat lahirnya kembali
lebih lambat daripada bayi aterm. Selnajutnya berat badan bayi khas meningkat
dengan kecepatan tetap sekitar 25 gram sehari selama beberapa bulan pertama,
dua kali berat badan lahir pada umur 5 bulan, dan tiga kali berat badan lahir
pada akhir tahun pertama.

g. Pemberian Makanan

Dianjurkan untuk mulai menyusui dalam 12 jam pertama post partum.


Kebanyakan bayi cukup bulan menyedot dengan baik kalua diberi makan
dengan interval sekitar 2-4 jam. Lama setiap menyusui tergantung pada
beberapa faktor, seperti jumlah air susu, kemudahan payudara menyediakan air
susu dan keinginan bayi untuk menyusu.

b. Pemeriksaan fisik lengkap

Setelah keadaan aman pada pemeriksaan di ruang bersalin, pemeriksaan


kemudian dilanjutkan pada 24 jam pertama kelahiran.

Pada pemeriksaan fisik lengkap, hal-hal yang dinilai adalah :

1. General Appearance &amp; Vital Signs

26
Tanda vital, ukuran-ukuran fisik harus dinilai kembali. Pola irama jantung
dan pernafasan sebaiknya dievaluasi.

Tekanan darah yang normal berhubungan dengan ukuran dan umur


posnatal janin, namun dalam banyak kasus harus lebih besar dari 30 mmHg.

2. Kulit

Dalam keadaan normal kulit bayi berwarna kemerahan. Verniks kaseosa


dalam keadaan normal membungkus tubuh janin, jumlahnya juga meningkat
sesuai usia kehamilan. Kulit kering dan retak serta jaringan superfisial yang
terkelupas menandakan bayi posterm. Edema lokal di daerah dorsum manus
dan pedis ditemukan pada sindroma Turner. Kulit pada bayi kurang bulan lebih
transparan dan mungkin dibungkus dengan lanugo.

3. Rambut

Diperiksa apakah ditemukan tanda-tanda infeksi pada kulit kepala yang juga
mengenai rambut.

4. Kepala

Ukuran kepala, bentuk dan kesimetrisan harus dicatat, demikian juga lingkar
kepala harus diukur. Harus diperhatikan juga apakah ada caput suksadeneum,
cephalhematom yang menandakan adanya perdarahan di rongga subperiostal
tulang kepala. Fontanela anterior ukurannya bervariasi dari 1 sampai 4 cm, dan
garis sutura ada yang teraba terbuka, ada juga yang tumpang tindih. Fontanel
posterior diameternya biasanya kurang dari 1 cm dan tidak bisa diraba.

5. Wajah, hidung dan mulut

Kesimetrisan dan penampilan struktruk wajah secara umum harus


diperhatikan. Bentuk yang tidak lazim mungkin mengarah ke suatu sindrom
tertentu. Kontusio atau adanya edem lokal pada wajah atau ketidaksimetrisan
bisa juga disebabkan oleh proses pelahiran dimana wajah menyesuaikan

27
terhadap jalan lahir. Pada saat bayi menangis harus diperhatikan fungsi saraf
wajah. Bentuk hidung tertentu bisa mengarah kepada anomali kromosom
spesifik. Cleft lip dan palate mungkin berhubungan dengan syndrome seperti
trisomy 13. Kebanyakan bayi baru lahir memiliki mandibula yang kecil.

6. Mata

Bentuk dan ukuran mata harus dinilai. Bentuk yang terlalu besar mungkin
berhubungan dengan anomali kromosom pemeriksaan harus meliputi struktur
periorbital dan anterior orbita (cornea, iris, lensa). Fungsi saraf, reflex cahaya
juga harus dinilai. Hal ini penting untuk menilai suatu keganasan
(ameloblastoma), penyakit kongenital seperti glukoma atau infeksi.

7. Telinga

Malformasi telinga mungkin mengarah pada sindroma tertentu (Treacher


Collins syndrome), dan malposisi letak yang rendah daun telinga mungkin
berhubungan dengan anomali kongenital lain khususnya traktus urinarius.
Ketulian kongenital mungkin diteksi dengan standardized neonatal screening
tests atau dengan .Brainstem-evoked auditory response (BEAR), terutama
untuk bayi dengan berat lahir &lt;1500 gr.

8. Leher

Kesimetrisan, posisi, jarak gerakan, dan tonus otot harus dinilai. Kulit yang
tebal/berlebihan di kuduk kemunkinan suatu abnormalitas kromosom

9. Thorax

Bentuk dan kesimetrisan dada dan puting susu harus dicatat. Diperhatikan
juga apakah ada tanda-tanda fraktur. Ketidaksimetrisan dinding thorak
mungkin mengindikasikan suatu pulmonary distress, airway obstruction, atau
kebocoran paru ( pneumothorax).

10. Paru-paru

28
Ditentukan dengan pemeriksaan auskultasi untuk mendengarkan suara
nafas, frekuensi, apakah disertai rhonkhi atau wheezing. Kemudian juga
dengan perkusi paru untuk menentukan sonor, redup, atau hipersonor
(pneumothorax). Pemeriksaan foto rongent diindikasikan jika ditemukan
ketidaknormalan.

11. Sistem Kardiovaskuler

Diperiksa dengan cara auskultasi dan dinilai frekuensi, regularitas bunyi


jantung. Apakah ada murmur atau gallop yang menandakan adanya suatu
kelainan kongenital.

12. Abdomen

Pada awal kelahiran tampak datar dan kemudian bertambah cembung


karena usus terisi udara. Harus diperhatikan apakah ada omphalokel atau
gastroskizis yang meningkatkan angka kematian bayi dan kelainan kromosom
lainnya.

13. Genitalia

a. Genitalia laki-laki

Sesaat setelah kelahiran testis turun ke pendulous scrotum, dan rugae


secara lengkap membungkus kantong skrotum. Ukuran skrotum sangat
bervariasi. Harus diperhatikan juga apakah ada hernia, hipospadia, dan
phimosis.

b. Genitalia perempuan

Pada keadaan normal labia mayora secara sempurna menutupi labia


minor dan klitoris.diperhatikan himen apakah intak, perforasi dengan
disertai sekret. Ibu juga harus diberi tahu bahwa dalam 14 hari setelah
kelahiran, perdarahan per vaginam munkin terjadi sebagai akibat sisa
estrogen ibu dan akan berhenti dalam tiga hari.

29
14. Anus dan Rektum

Rektum harus diperiksa keutuhannya dan lokasi anus harus diperiksa.


Tonus rektum dan keluarnya mekonium harus diperhatikan. Jika ditemukan
anus imperforata atau atresia ani maka dilakukan USG atau foto invertogram
untuk menentukan letak rendah atau tinggi yang penting unruk terapi.

15. Extremities

Harus dinilai kesimetrisan, apakah ada parese, tidak terbentuknya tulang,


clubfoot, polidaktili, kecacatan dan deformitas lainnya.

16. Sistem saraf pusat

Pada skrining neurologik diperiksa :

a) Tonus otot
b) Refleks mengisap
c) Refleks Rooting
d) Refleks menggenggam
e) Reflek moro
f) Reflek biseps, triseps, lutut, tendon akhiles
g) Righting respon

30
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur
kehamilan 38-40 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan
tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-
4000 gram.
Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun
kadang-kadang dengan riwayat kehamilan dan kondisi tertentu perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi tertentu
Obat profilaksis yang rutin diberikan pada bayi baru lahir yaitu:
1. Vitamin K
2. Tetes / zalf mata

B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon
maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
kami dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.

31
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. (1999). Buku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC. Jakarta
Doengoes E. Marylin. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi, EGC.
Jakarta
Barbara, R, Straight. 2005. Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.

Hapsari. 2009. Termogulasi Pada Bayi Baru Lahir(Perlindungan Termal). Jakarta: EGC

Rukiyah, Yeyeh, Ayi.Yulianti, Lia.2010.Asuhan Neonatus, Bayu dan Anak Balita. CV.
Trans Info Media. Jakarta Timur.

32

Anda mungkin juga menyukai